Kuesiner Penelitian PENGETAHUAN, DAN SIKAP PEDAGANG ES KRIM TENTANG PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN DI BEBERAPA PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : T22IMENKES/PERiIX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. A. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Usia : 3. Pendidikan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

3. Peserta didik dapat mengidentifikasi bahan tambahan pangan yang berjenis

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Mengingat :

Alasan Penggunaan BTM : (Food Food Protection Committee in Publication) BAB 4 BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : Mengingat :

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Sekuestran. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

Assalamu alaikum Wr. Wb. BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) Disusun oleh : Devi Diyas Sari ( )

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 208/MENKES/PER/IV/r985

No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Cemaran Radioaktif. Pangan. Batas Maksimum.

Kuesioner Penelitian

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Bab 21. Bahan Tambahan Makanan (BTM), Keamanan Pangan dan Perlindungan Konsumen

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Perlakuan Tepung. Batas Maksimum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

BERITA NEGARA. BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jeli adalah bentuk makanan semi padat yang penampakannya jernih,

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KEMASAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Resiko Bahan Kimia Pada Makanana

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengatur Keasaman. Batas Maksimum.

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengembang. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,

2016, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG

KUESIONER. 2. Bahan-bahan apa sajakah yang anda gunakan untuk perebusan Ikan? b. Garam, air, dan bahan tambahan lainnya.(sebutkan...

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

I. PENDAHULUAN. secara tradisional (Suryadarma, 2008). Cotton (1996) menyatakan bahwa, kajian

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBTIK INDONESIA. NOMOR : 329IMEN,KEs/PER/XII/76 TENTANG PRODUKSI DAN PEREDARAN MAKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

SEPUTAR BAHAN TAMBAHAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

JURNAL PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN PANGAN JAJANAN ANAK DI LUAR LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SLEMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan yang betul, dan. pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan (Mukono, 2000).

KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA PRODUK TAHU DENGAN METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Garam Pengemulsi. Batas Maksimum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 3. ZAT ADITIFLatihan Soal 3.2. (1) dan (2) (1) dan (4) (2) dan (3) (3) dan (4)

Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu.

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

Transkripsi:

Kuesiner Penelitian PENGETAHUAN, DAN SIKAP PEDAGANG ES KRIM TENTANG PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN DI BEBERAPA PASAR KOTA MEDAN TAHUN A. Identitas Responden. Nomor Responden :. Inisial Nama : 3. Pendidikan terakhir : 4. Lama berdagang : ( ) < tahun ( ) > tahun 5. Penghasilan perhari : ( ) < Rp.5.,- ( ) > Rp. 5.,- B. Pengetahuan Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar.. Menurut saudara pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP)?

a. Bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. b. Segala sesuatu yang dimasukkan ke dalam campuran makanan agar makanan terasa lebih lezat dan gurih. c. Tidak tahu.. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan pemanis buatan? a. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. b. Bahan pemanis untuk makanan dan pengganti gula. c. Tidak tahu. 3. Menurut saudara berapa batas maksimum penggunaan pemanis buatan yang diizinkan dalam pembuatan es krim? a. mg/kg. b. Secukupnya. c. Tidak tahu 4. Menurut saudara apa saja jenis-jenis bahan pemanis buatan yang diizinkan pemerintah? a. Sakarin, siklamat, aspartam. b. Semua bahan pemanis buatan yang beredar dipasaran. c. Tidak tahu. 5. Menurut saudara apa tujuan penggunaan pemanis buatan? a. Sebagai pangan bagi penderita sakit gula karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah, memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan, sebagai penyalut obat dan mencegah kerusakan gigi. b. Agar makanan lebih terasa manis dan lezat. c. Tidak tahu. 6. Menurut saudara apa kelebihan dari pemanis buatan dibandingkan dengan gula? 5. Rasanya lebih manis, tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah, lebih pekat, dan harganya lebih murah.

6. Rasanya lebih manis dan harganya lebih murah. 7. Tidak tahu. 7. Menurut saudara berapa tingkat kemanisan pemanis buatan dibandingkan gula? a. Mempunyai tingkat kemanisan masing-masing 5-3 kali lebih tinggi daripada gula alami. b. Rasa manis zat pemanis buatan lebih manis daripada gula c. Tidak tahu 8 Apakah menurut saudara penggunaan bahan pemanis buatan berlebihan dapat mengganggu kesehatan? a. Pemakaian bahan pemanis buatan dapat mengganggu kesehatan. b. Jika yang dikonsumsi sedikit tidak berbahaya tetapi jika banyak mengganggu kesehatan. c. Tidak tahu 9 Penyakit-penyakit apa saja yang saudara ketahui yang disebabkan pemanis buatan? a. Sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, susah tidur, asma, diare, sakit perut, alergi, gangguan seksual, kebotakan dan kanker otak. b. Menimbulkan penyakit demam, flu dan batuk, sakit perut. c. Tidak tahu Apakah menurut saudara penggunaan pemanis buatan juga mempunyai fungsi yang positif untuk tubuh? a. Bahan pemanis buatan dapat berguna bagi tubuh karena rendah kalori cocok dikonsumsi bagi penderita diabetes b. Bahan pemanis buatan tidak mempunyai efek yang positif terhadap tubuh tetapi dapat menimbulkan penyakit. c. Tidak tahu.

C. Sikap Berilah tanda checklist ( ) pada salah satu kolom setiap pertanyaan dibawah. NO PERTANYAAN Setuju Kurang Setuju Apakah saudara setuju pemanis buatan mempunyai kelebihan dari pada gula yaitu lebih pekat, lebih stabil dan harganya murah. Apakah saudara setuju penggunaan bahan pemanis buatan berlebihan akan mengalami efek terhadap kesehatan. 3 Apakah saudara setuju pedagang seharusnya benar-benar memperhatikan batas maksimum penggunaan pemanis buatan 4 Apakah saudara setuju batas maksimum penggunaan pemanis buatan tidak diatur sesuai keinginan 5 Apakah saudara setuju kandungan kalori zat pemanis buatan lebih tinggi dari pada gula. 6 Apakah saudara setuju bahwa tidak boleh menggunakan zat pemanis buatan yang telah dilarang pemerintah. 7 Apakah saudara setuju mengikuti peraturan batas maksimum dalam penggunaan zat pemanis Tidak Setuju

buatan pada es krim. 8 Apakah saudara setuju penggunaan pemanis buatan pada es krim dapat menimbulkan penyakit pada orang yang membelinya. 9 Apakah saudara setuju bahwa penggunaan pemanis buatan bukanlah cara hidup sehat? Apakah saudara setuju penggunaan pemanis buatan hanya dapat menimbulkan penyakit. D. Penggunaan Pemanis Buatan 3. Penggunaan pemanis buatan dalam pembuatan es krim? - Menggunakan pemanis buatan melebihi batas takaran maksimum. - Tidak menggunakan pemanis buatan setiap pembuatan es krim atau hanya pada waktu tertentu saja. - Tidak pernah menggunakan pemanis buatan : tidak pernah menggunakan pemanis buatan Jika menjawab (a) dan (b) maka dilanjutkan dengan pentanyaan berikutnya. a. Jenis bahan pemanis buatan apa yang saudara gunakan?. b. Biasanya berapa banyak takaran pemanis buatan yang anda gunakan dalam pembuatan es krim?.. c. Apakah saudara juga menambahkan gula dalam pembuatan es krim selain bahan pemanis buatan?

d. Dimanakah biasanya saudara membeli bahan pemanis buatan? Medan, September Responden ( )

MASTER DATA PENGETAHUAN, DAN SIKAP PEDAGANG ES KRIM DENGAN PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN DI BEBERAPA PASAR KOTA MEDAN TAHUN nr Karakteristik Responden Pengetahuan Sikap pb pddk lmbd g phgsl pnylh P P P P P P P P P P t S S S S S S S S S S ts p n g n n 3 4 5 6 7 8 9 p 3 4 5 6 7 8 9 9 6 3 3 8 3 4 3 7 5 9 7 6 9 5 7 3 8 5 8 6 9 3 8 8 3 8 7 3 5 7 4 4 5

6 7 8 9 3 4 5 6 7 8 9 3 8 3 3 9 9 4 7 4 7 8 5 9 3 9 3 3 7 9 4 3 9 8 8

KETERANGAN MASTER DATA : No : Nomor Responden Karakteristik Responden pddkn : Pendidikan terakhir = Tidak Tamat SD = Tamat SD 3 = Tamat SMP lmbdgg : Lama Berdagang = < tahun = > tahun phgsln : Penghasilan per hari = < Rp. 5.,- = > Rp. 5.,- Pengetahuan P sampai dengan P = Soal kuesioner tentang pengetahuan responden tentang pemanis buatan = Jawaban c = Jawaban b = Jawaban a Sikap S sampai dengan S = Soal Kuesioner untuk sikap terhadap pemanis buatan = Jawaban Tidak setuju = Jawaban Kurang Setuju = Jawaban Setuju Penggunaan Bahan Pemanis = Menggunakan Pemanis Buatan = Tidak menggunakan pemanis buatan atau hanya pada waktu tertentu aja = Tidak pernah menggunakan pemanis buatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 7/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan mempunyai pengaruh langsung terhadap derajat kesehatan manusia; b. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan; c. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35/Menkes/Per/VI/79 tentang Bahan Tambahan Makanan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37/Menkes/Per/VI/79 tentang Perubahan Wajib Daftar Makanan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 38/Menkes/SJ/VI/79 tentang Keharusan Menyertakan Sertifikat Analisa Pada Setiap Impor Bahan Tambahan Makanan, sudah tidak lagi memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi sehingga perlu diatur kembali; d. bahwa sehubungan dengan huruf a,b dan c tersebut diatas perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Bahan Tambahan Makanan. Mengingat :. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 96 tentang Pokok-Pokok Kesehatan;. Undang-Undang Nomor Tahun 96 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor Tahun 96 tentang Barang Menjadi Undang-Undang; 3. Undang-Undang Nomor tahun 96 tentang Hygiene Untuk Usaha-Usaha Bagi Umum; 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 98 tentang Hukum Acara Pidana; 5. Ordonansi Nomor 377 Tahun 949 tentang Bahan-Bahan Berbahaya; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39/Menkes/Per/XII/976 tentang Produksi dan Peredaran Makanan; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33/Menkes/Per/XII/976 tentang Wajib Daftar Makanan; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79/Menkes/Per/III/978 tentang Label Dan Periklanan Makanan; 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 558/Menkes/SK/984 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39/Menkes/Per/V/985 tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya.

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan.. Nama bahan tambahan makanan adalah nama generik, nama Indonesia atau nama Inggris. 3. Kemasan eceran adalah kemasan berlabel dalam ukuran yang sesuai untuk konsumen, tidak ditujukan untuk industri pengolahan makanan. 4. Sertifikat analisis adalah keterangan hasil pengujian suatu produk yang diterbitkan oleh suatu laboratorium penguji yang diakui oleh Departemen Kesehatan atau produsen untuk yang diimpor. 5. Antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi. 6. Antikempal adalah tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang berupa serbuk. 7. Pengatur keasaman adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan. 8. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. 9. Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.. Pengemulasi, pemantap dan mengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.. Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.. Pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknyamakanan. 3. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.

4. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. 5. Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan. BAB II BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN Pasal ) Bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam makanan dengan batas maksimum penggunaanya ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. ) Bahan tambahan makanan selain yang disebut pada ayat () hanya boleh digunakan sebagai bahan tambahan makanan setelah mendapat persetujuan lebih dahulu dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan berdasarkan penilaian seperti yang dimaksud pada pasal 5. BAB III BAHAN TAMBAHAN YANG DILARANG Pasal 3 ) Bahan tambahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. ) Selain yang disebut pada ayat (), khusus untuk bahan pewarna yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan, ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya. Pasal 4 ) Bahan yang dimaksud dalam pasal 3 ayat () dinyatakan sebagai bahan berbahaya bila digunakan pada makanan. ) Makanan yang mengandung bahan yang disebut pada ayat () dinyatakan sebagai makanan berbahaya. BAB IV PRODUKSI, IMPOR DAN PEREDARAN Pasal 5 Bahan tambahan makanan selain yang disebut pada Lampiran I apabila digunakan sebagai bahan tambahan makanan, hanya boleh diproduksi, diimpor dan diedarkan setelah melalui proses penilaian oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 6 Bahan tambahan makanan yang diproduksi, diimpor atau diedarkan harus memenuhi persyaratan yang tercantum pada Kodeks Makanan Indonesia tentang Bahan Tambahan Makanan atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Pasal 7 Produsen yang memperoduksi bahan tambahan makanan harus didaftarkan pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 8 Bahan tambahan makanan tertentu yang ditetapkan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan harus didaftarkan pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 9 Importir bahan tambahan makanan harus segera melaporkan secara tertulis kepada Dire ktur Jenderal POM tentang bahan makanan yang diimpor setelah bahan tersebut tiba di Pelabuhan. Pasal Bahan tambahan makanan yang diimpor harus disertai dengan sertifikat analisis dari produsennya di negera asal. Pasal Bahan tambahan makanan impor hanya boleh diedarkan jika sertifikat analisis yang dimaksud pasal disetujui oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan menetapkan tata cara penilaian yang dimaksud pada pasal 5, tata cara pendaftaran yang dimaksud pada pasal 7 dan 8, tata cara pelaporan yang dimaksud pada pasal 9, ketentuan tentang sertifikat analisis yang dimaksud pada pasal. Pasal 3 ) Pada wadah bahan tambahan makanan harus dicantumkan label. ) Label bahan tambahan makanan harus memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Label dan Periklanan Makanan. 3) Selain yang dimaksud pada ayat () pasal ini, pada label bahan tambahan makanan harus dicantumkan pula : a. Tulisan : "Bahan Tambahan Makanan" atau "Food Additive". b. Nama bahan tambahan makanan, khusus untuk pewarna dicantumkan pula nomor indeksnya; c. Nama golongan bahan tambahan makanan; d. Nomor pendaftaran produsen; e. Nomor pendaftaran produk, untuk bahan tambahan makanan yang harus didaftarkan.

4) Selain yang dimaksud pada ayat () dan (3) pada label bahan tambahan makanan dalam kemasan eceran harus dicantumkan pula takaran penggunaannya. Pasal 4 Selain yang dimaksud pada pasal 3 Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan menetapkan label bahan tambahan makanan tertentu, yang harus memenuhi ketentuan khusus. Pasal 5 ). Makanan yang mengandung bahan tambahan makanan, pada labelnya harus dicantumkan nama golongan bahan tambahan makanan. ) Selain yang dimaksud pada ayat () pasal ini, label makanan yang mengandung bahan tambahan makanan golongan antioksidan, pemanis buatan, pengawet, pewarna dan penguat rasa harus dicantumkan pula nama bahan tambahan makanan, dan nomor indeks khusus untuk pewarna. Pasal 6 Selain yang disebut pada pasal 5, Direktur Jenderal Pengawaan Obat dan Makanan mentetapkan label makanan yang mengandung bahan tambahan makanan tertentu, yang harus memenuhi ketentuan khusus. BAB V L A R A N G A N Pasal 7 Dilarang menggunakan bahan tambahan makanan yang dimaksud pada pasal dalam hal : a. Untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak me menuhi persyaratan; b. Untuk menyembunyikan cara kerja bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk makanan; c. Untuk menyembunyikan kerusakan makanan. Pasal 8 Dilarang memp roduksi, mengimpor atau mengedarkan bahan tambahan makanan yang dimaksud pada pasal ayat () sebagai bahan tambahan makanan sebelum mendapat persetujuan lebih dahulu dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 9 Dilarang memproduksi, mengimpor, mengedarkan atau menggunakan bahan tambahan makanan yang dimaksud pada pasal 3 sebagai bahan tambahan makanan.

Pasal Dilarang memproduksi, mengimpor atau mengedarkan makanan seperti dimaksud pada pasal 4 ayat () dan bahan tambahan makanan yang belum melalui proses penilaian oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan seperti dimaksud pada pasal 5. Pasal Dilarang memproduksi, mengimpor atau mengedarkan bahan tambahan makanan yang tidak memenuhi persyaratan yang dimaksud pada pasal 6. Pasal Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan yang diproduksi oleh produsen yang tidak terdaftar yang dimaksud pada pasal 7. Pasal 3 Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan tertentu yang dimaksud pada pasal 8 sebelum didaftarkan pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 4 Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan impor yang dimaksud pada pasal sebelum sertifikat analisisnya mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 5 Dilarang mengedarkan makanan dan bahan tambahan makanan yang tidak memenuhi persyaratan tentang label. Pasal 6 Dilarang menggunakan bahan tambahan makanan melampaui batas maksimum penggunaan yang ditetapkan untuk masing-masing makanan yang bersangkutan. BAB VI W E W E N A N G Pasal 7 Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atau pejabat yang ditunjuk, berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini. BAB VII S A N K S I Pasal 8 Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pelanggaran terhadap pasal 9 dan dapat dikenakan sanksi berdasarkan pasal ayat () Ordonasi Bahan-Bahaya Berbahaya.

Pasal 9 Pelanggaran terhadap ketentuan lainnya pada peraturan ini dapat dikenakan tindakan adminis tratif dan atau tindakan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 3 ) Perusahaan yang telah memp roduksi atau mengimpor bahan tambahan makanan atau makanan yang mengandung bahan tambahan makanan pada saat berlakunya peraturan ini diberikan jangka waktu enam bulan untuk menyesuaikan dengan ketentuan peraturan ini. ) Makanan yang terdapat dalam peredaran yang mengandung bahan tambahan makanan, harus disesuaikan dalam batas waktu dua belas bulan sejak berlakunya peraturan ini. BAB IX P E N U T U P Pasal 3 Dengan berlakunya peraturan ini, maka tidak berlaku lagi :. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35/Menkes/Per/VI/979 tentang Bahan Tambahan Makanan.. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37/Menkes/Per/VI/979 tentang Perubahan Tentang Wajib Daftar Makanan; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38/Menkes/SK/VI/979 tentang Keharusan Menyertakan Sertifikat Analisis Pada Setiap Impor Bahan Tambahan Makanan. Pasal 3 Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam peraturan ini, akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 33 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan menempatkan dalam Berita Negera Republik Indonesia Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : September 988. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TTD Dr, ADHYATMA, MPH.

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 7/MENKES/PER/X/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN Bahan tambahan makanan yang diizinkan digunakan pada makanan terdiri dari golongan :. Antioksidan (Antioxidant);. Antikempal (Anticaking Agent); 3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator); 4. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener); 5. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment Agent); 6. Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener);Pengawet (Preservative); 7. Pengeras (Firming Agent); 8. Pewarna (Colour); 9. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Erhaucer);. Sekuestran (Sequestrant). Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam antioksidan, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka hasil bagi masingmasing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu. Batas menggunaan "secukupnya" adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada makanan tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan tambahan makanan tersebut. Pada bahan tambahan makanan golongan pengawet, batas maksimum penggunaan garam benzoate dihitung sebagai asam benzoat, garam sorbat sebagai asam sorbat dan senyawa sulfit sebagai SO.