TRANSISTOR 9.1 Dasar-dasar Transistor

dokumen-dokumen yang mirip
TRANSISTOR EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TRANSISTOR)

menetapkan olahraga perlu makin ani bagi setiap anggota masyarakat, nasional yaitu memasyarakatkan masyarakat. Tak hanya itu saja

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR

TRANSISTOR BIPOLAR. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng. 1. IDE DASAR TRANSISTOR Gambaran ide dasar sebuah transistor dapat dilihat pada Gambar 1.

5.1. Junction transistor. Bagian 5 KARAKTERISTIK TRANSISTOR. Transistor Open-Circuit

8 RANGKAIAN PENYEARAH

SAMBUNGAN P-N. Diode Sambungan p-n 63

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

B a b. Bipolar Junction Transistor

STRUKTUR CRISTAL SILIKON

TRANSISTOR. Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Gambar 11. susunan dan symbol dioda. Sebagai contoh pemassangan dioda pada suatu rangkaian sebagai berikut: Gambar 12. Cara Pemasangan Dioda

KOMPONEN AKTIF TRANSISTOR THYRISTOR TRANDUCER

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

Semikonduktor. Sifat. (ohm.m) Tembaga 1,7 x 10-8 Konduktor Silikon pd 300 o K 2,3 x 10 3 Semikonduktor Gelas 7,0 x 10 6 Isolator

X. RANGKAIAN TERINTEGRASI (INTEGRATED CIRCUIT)

Modul 05: Transistor

MAKALAH TRANSISTOR DISUSUN O L E H : KELOMPOK IV

Pada transistor npn, seluruh polaritas arus dan tegangan merupakan kebalikan dari transistor pnp.

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

6.8 Daerah Saturasi ( Saturation Region ) CE

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

struktur dua dimensi kristal Silikon

Cutoff Region Short-Circuited Base Open-Circuited Base Cutin Voltage

Dioda-dioda jenis lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

MODUL 04 PENGENALAN TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH

ELEKTRONIKA. Bab 2. Semikonduktor

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Semikonduktor. Prinsip Dasar. oleh aswan hamonangan

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA)

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan tabung hampa dengan transistor adalah sebagai berikut:

BAB 8 ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter.

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik)

ARTIKEL. 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya bahasan maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang meliputi :

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

Struktur Fisik Bipolar Junction Transistor (BJT)

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor

PENGERTIAN THYRISTOR

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari

Program Studi Teknik Mesin S1

Pertemuan Ke-2 DIODA. ALFITH, S.Pd, M.Pd

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG...

STUDI TENTANG PENGARUH DOPING TINGGI TERHADAP RESISTANSI BASIS DAN BANDGAP NARROWING PADA Si/Si 1-x Ge x /Si HBT

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II Transistor Bipolar

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

BAB III KOMPONEN ELEKTRONIKA

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET)

dengan C V CB sambungan emitor basis kolektor emitor

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O

BAB II LANDASAN TEORI

Semikonduktor. PDF created with pdffactory Pro trial version

Pengertian Transistor fungsi, jenis, dan karakteristik

Catatan Tambahan: Analisis Penguat CE, CB, dan CC dengan resistansi Internal transistor yang tidak bisa diabaikan (nilai r o finite)

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 12 (OSILATOR COLPITTS)

Rangkaian Penguat Transistor

LAPORAN LABORATORIUM ELEKTRONIKA ANALOG

Mekatronika Modul 3 Unijunction Transistor (UJT)

TEGANGAN PANJAR TRANSISTOR

KAJIAN SISTEM ALARM PEKA CAHAYA MENGGUNAKAN TRANSISTOR dan Op-Amp 741

Struktur dan Prinsip Kerja Transistor Metal Oxide Semiconductor (MOS)

KONDUKTOR, ISOLATOR DAN SEMIKONDUKTOR

1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. a. b. c. d. e.

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Materi 5: Bipolar Junction Transistor (BJT)

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

PETUNJUK PENGGUNAAN. Chest freezer EFE EFI EFL

Bias dalam Transistor BJT

DIODA. Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

Prinsip Semikonduktor

BAB II LANDASAN TEORI

Karakterisasi XRD. Pengukuran

RANGKAIAN OSILATOR. Rangkaian Osilator 221

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN)

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

MAKALAH DASAR TEKNIK ELEKTRO SCR, DIAC, TRIAC DAN DIODA VARAKTOR NAMA : NIM : JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PRODI : TEKNIK ELEKTRO

Transkripsi:

9 TRANSISTOR 9.1 Dasar-dasar Transistor Pada bab sebelumnya telah dikenalkan karakteristik dasar diode, sebuah piranti dua terminal (karenanya disebut di-ode) beserta aplikasinya. Pada bagian ini akan kita pelajari karakteristik piranti tiga terminal atau lebih dikenal sebagai transistor. Pada bagian ini kita akan pertama-tama membahas transistor bipolar atau BJT (bipolar junction transistor). Berikutnya akan kita bahas transistor unipolar seperti misalnya FT (field-effect transistor). Dibandingkan dengan FT, BJT dapat memberikan penguatan yang jauh lebih besar dan tanggapan frekuensi yang lebih baik. Pada BJT baik pembawa muatan mayoritas maupun pembawa muatan minoritas mempunyai peranan yang sama pentingnya. Gambar 9.1 Diagram BJT : a) Jenis n-p-n dan b) Jenis p-n-p 96 LKTRONIKA DASAR

Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p. Untuk jenis n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan tingkat doping yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan semikonduktor tipe-n. Karena alasan sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut basis (base), salah satu bagian tipe-n (biasanya mempunyai dimensi yang kecil) disebut emitor (emitter) dan yang lainya sebagai kolektor (collector). Secara skematik kedua jenis transistor diperlihatkan pada gambar 9.1. Tanda panah pada gambar 9.1 menunjukkan kaki emitor dan titik dari material tipe-p ke material tipe-n. Perhatikan bahwa untuk jenis n-p-n, transistor terdiri dari dua sambungan p-n yang berperilaku seperti diode. Setiap diode dapat diberi panjar maju atau berpanjar mundur, sehingga transistor dapat memiliki empat modus pengoperasian. Salah satu modus yang banyak digunakan disebut modus normal, yaitu sambungan emitor-basis berpanjar maju dan sambungan kolektor-basis berpanjar mundur. Modus ini juga sering disebut sebagai pengoperasian transistor pada daerah aktif. 2.2 Pabrikasi BJT Pabrikasi BJT dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu struktur transistor-alloy melalui difusi dan struktur transistor planar. Gambar 9.2-a menunjukkan struktur transistoralloy n-p-n. Kolektor terbuat dari chip semikonduktor tipe-n dengan ketebalan kurang dari 1 mm 2. Daerah basis dibuat dengan proses difusi kemudian dibuat kontak logam untuk dihubungkan dengan kaki basis. Daerah emitor dibuat dengan teknik alloy pada daerah basis. Sebagai hasilnya berupa sebuah pasangan sambungan p-n yang dipisahkan oleh daerah basis kira-kira setebal kertas. Untuk struktur planar (gambar 9.2-b), suatu lapisan tipe-n dengan tingkat doping rendah ditumbuhkan di atas substrat n + (tanda + menunjukkan tingkat doping sangat tinggi). Setelah melalui proses oksidasi pada permukaan, sebuah jendela (window) dibuka dengan proses penggerusan (etching) dan suatu pengotor (p) dimasukkan ke kristal dengan proses difusi untuk membentuk sambungan (junction). Sekali lagi setelah melalui reoksidasi, sebuah jendela kecil dibuka untuk proses difusi pembentukan daerah emitor (n). Transistor 97

7 7 7 D a 8 9 :; <=9 > F G HIJ K? @ABA!" # $%& '$& % (! ))* + (,-. / 012 3 02 1 4 56 7 6 1 Z S T[ Y\S U P] Gambar 9.2 Trasisstor sambungan bipolar (BJT) jenis n-p-n. ] ^ _ ` b cb _d f e LM N O PQ R S T UVW X Y VPV W gd d Secara konvensional simbol transistor n-p-n diperlihatkan pada gambar 9.2-c dilengkapi dengan tanda panah pada emitor yang menunjukkan aliran muatan positif. Walaupun sebuah transistor n-p-n akan bekerja dengan kedua daerah n dapat berfungsi sebagai emitor, namun karena kedua daerah mempunyai tingkat doping dan geometri yang berbeda, maka daerah n yang dimaksud harus diberi label. 9.3 Pengoperasian Transistor Pada gambar 9.3-a diperlihatkan keping horizontal transistor jenis n-p-n. Pengoperasian transistor dapat diterangkan secara kualitatif dalam hal distribusi potensial pada sambungan (gambar 9.3-b). Sambungan emitor berpanjar maju, dengan efek dari tegangan panjar V B terjadi penurunan tegangan penghalang pada sambungan emitor dan memberi kesempatan pada elektron melakukan injeksi ke basis dimana pada daerah ini miskin elektron (minoritas). Sambungan kolektor berpanjar mundur; sebagai efek dari pemasangan tegangan panjar V B akan menaikkan potensial penghalang pada sambungan kolektor. Karena daerah basis sangat tipis, hampir semua elektron yang terinjeksi pada basis tersapu ke kolektor dimana mereka melakukan rekombinasi dengan lubang yang disediakan dengan pemasangan baterai luar. (Sebenarnya terjadi pengambilan elektron oleh baterai eksternal, meninggalkan lubang untuk proses rekombinasi). Sebagai hasilnya terjadi transfer arus dari rangkaian emitor ke rangkaian kolektor yang besarnya hampir tidak tergantung pada tegangan kolektor-basis. Seperti akan kita lihat, transfer tersebut memungkinkan pemasangan hambatan beban yang besar untuk mendapatkan penguatan tegangan. 98 LKTRONIKA DASAR

Ð ³ à º ~ h i jkl m n o pqp r s tu v ws x y z { } ž Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ œ ¹ µ ª «± ² Ž Ž š ½ ¾» ¼ ˆ Š Œ ƒ ƒ» ¼ Gambar 9.3 Pengoperasian transistor jenis n-p-n α Þß ØÙ γ À ÁÂÃ Ä Å ÆÇÈÇ É Ê ËÌÍÎÊ Ï ÚÚ ÛÜ Ý γýþß û üýþ ÿ Ú Ü Ý α γ Þß é ê ëì í î ïð ñòï Ñ ÒÓ ÔÕ Ö óô î ñðõ Ø á âãä åæçè ö ø ù ú α Gambar 9.4 Skema pergerakan pembawa muatan pada pengoperasian transistor n-p-n. Transistor 99

9.4 Karakteristik D Karakteristik D dari BJT dapat diprediksi dengan melihat aliran pembawa muatan melewati sambungan dan ke basis. Dengan sambungan emitor berpanjar maju dan sambungan kolektor berpanjar mundur (biasa disebut operasi normal, pengoperasian di daerah aktif), gerakan pembawa muatan pada transistor n-p-n seperti diskemakan pada gambar 9.4. Komponen terbesar dari arus emitor i terdiri atas elektron yang mengalir melewati penurunan tegangan potensial ( V V o B ) ke sambungan emitor-basis. fisiensi emitor (γ) berharga mendekati satu sehingga arus hampir terdiri atas semua elektron yang terinjeksi dari emitor. Komponen lain adalah aliran lubang dari basis yang juga difasilitasi oleh penurunan tegangan penghalang tersebut. Daerah basis memiliki tingkat doping yang lebih rendah dibandingkan daerah emitor, sehingga arus lubang relatif lebih rendah. Kedua jenis muatan mengalir melalui proses difusi. lektron yang terinjeksi dari emitor ke basis dapat mengalir melalui sambungan emitor-basis secara bebas karena beberapa sebab i) tidak ada tegangan yang melawannya, ii) iii) hanya terdapat jarak yang pendek pada daerah basis (tipis) dan hanya terdapat jumlah lubang yang relatif rendah sehingga tidak banyak elektron yang tertangkap lubang dan hilang, yaitu dengan proses rekombinasi. Dengan proses pabrikasi transistor yang benar, kurang lebih 99-99,9% elektron yang terinjeksi berhasil mencapai sambungan basis-kolektor (faktor α biasanya berharga sekitar 0,98). lektron tersebut tidak mengalami kesulitan akibat penurunan tegangan penghalang. Arus elektron α i mendominasi besarnya arus kolektor. Komponen lain dari arus kolektor berupa arus drift melewati sambungan kolektor-basis dari pembawa muatan minoritas hasil generasi termal. Jika kita memasang tegaangan v B pada sambungan emitor-basis, kita menginjeksi arus yang diberikan oleh persamaan arus diode i = I BO v / ( B VT e 1) (9.1) 100 LKTRONIKA DASAR

dimana V T = 25 mv pada temperatur ruang. I BO adalah penulisan yang benar namun biasanya lebih sering ditulis sebagai I o. Fuge factor (η) untuk transistor biasanya tidak diperlukan. Tanda negatif hanya untuk memenuhi perjanjian konvensional, tidak perlu terlalu dirisaukan. Harga arus i sangat tergantung pada tegangan v B. Sebagian besar elektron mencapai kolektor atau i α i (9.2) dimana α 1. Arus lain sebesar i ( α i ) = i ( α) 1 terlihat sebagai arus basis i B = i 1 = = i β ( α) i α 1 α yaitu i = β i B (9.3) β disebut penguatan arus (current gain), dimana harganya akan sangat bervariasi dari satu transistor ke yang lain walaupun mempunyai seri dan tipe yang sama. β d apat berharga serendah 20 dan dapat berharga setinggi 2000, namun biasanya berharga sekitar 100-200. Transistor 101

β β Gambar 9.5 Konfigurasi emitor bersama Untuk rangkaian transistor seperti terlihat pada gambar 9.5, kita melihat bahwa v B mengontrol arus emitor ( + 1) i B β, tetapi hanya mencatu arus basis i B yang relatif rendah. Karena terminal emitor dipakai bersama oleh v B dan v, maka ragkaian tersebut disebut konfigurasi emitor-bersama (common-emitter configuration). Besarnya arus kolektor sepenuhnya tergantung pada tegangan kolektor, sepanjang sambungan kolektor-basis berpaanjar mundur. Karenanya arus i dapat ditempatkan pada resistor R L menghasilkan tegangan i yang dapat berharga R L beberapa volt. Transistor dapat difungsikan untuk penguat arus, tengangan dan daya. Ini akan kita lihat lebih lanjut pada bagian selanjutnya. Hubungan antara i dan v B dapat diukur dengan mudah sama seperti halnya hubungan antara i dan v B. Gambar 9.6 menunjukkan plot i dan v B untuk dua tipe transistor yang relatif murah dalam skala semilogaritmik (linier-logaritma). Nampak bahwa kedua transistor menunjukkan karakteristik eksponensial. Perlu diperhatikan bahwa v B adalah tegangan dari emitor ke basis, yaitu v B = v v B hal yang sama untuk v B adalah tegangan dari basis ke emitor dan juga v v B = v = v B v v 102 LKTRONIKA DASAR

\ p Y o @ D b c ` a & ' $ %! " # G H I J J K I L M N O P Q R S T U V W Xd e f Z [ ] ^ _ g h i j k l m n q r s +, - ( ) *. 4 5 /. 0 1 2 3 6 7 6 8 F A B 9 : ; < = >? 9 Gambar 9.6 Hubungan antara i dan v B untuk transistor jenis 2N3053 dan B 107 dalam skala semilogaritmik. Pada bab ini telah kita pelajari karakteristik dasar transistor, setidaknya beberapa hal penting berikut ini pperlu untuk diingat: i) Arus emitor ditentukan oleh tegangan emitor-basis dan keduanya memiliki ii) iii) hubungan eksponensial. Arus kolektor berharga hampir sama dengan arus emitor dan hampir tidak dipengaruhi oleh tegangan kolektor (jika v 0 ). Arus basis merupakan fraksi kecil dari arus kolektor dengan faktor β = i / i B, dimana β adalah merupakan konstanta untuk suatu transistor tertentu. B Transistor 103