BAB XXI AKUNTANSI PERPAJAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

DIREKTORAT PENYULUHAN, PELAYANAN, DAN HUBUNGAN MASYARAKAT

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II BAHAN RUJUKAN

BERIKUT INI MATERI E-LEANING, PELAJARI DAN KERJAKAN TUGAS YANG ADA. SELAMAT BELAJAR, SEMOGA SUKSES SELALU.

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB II LANDASAN TEORI

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Praktek Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah yang besar

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARAA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

Transkripsi:

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AKUNTANSI BAB XXI AKUNTANSI PERPAJAKAN Drs. Heri Yanto, MBA, PhD Niswah Baroroh, SE, M.Si Kuat Waluyojati, SE, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

BAB XXI PERPAJAKAN A. Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (pajak.go.id). B. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan pemungutnya, pajak dibedakan menjadi dua, pajak pusat dan pajak daerah (propinsi dan kabupaten/kota) a. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak-Kementrian Keuangan. Jenis pajak ini meliputi: 1) Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah BKP atau JKP, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang PPN. 3) Pajak Penjualan atas Barang Meewah (PPnBM) Adapun yang dimaksud dengan BKP yang tegolong mewah adalah yang memiliki salah satu ketentuan sebagai berikut: a) Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok b) Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu c) Pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi d) Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status e) Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masysarakt serta mengganggu ketertiban masyarakat. 1

4) Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga dan efek yang memuat jumlah uang atau nominal di atas jumlah tertentu sesuai ketentuan. 5) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatn tanah dan atau bangunan. b. Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. 1) Pajak Propinsi meliputi: a) Pajak Kendaraaan Kendaraan Bermotor b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c) Pajak Bahan Bakar Kendaraa Bermotor d) Pajak Air Permukaan e) Pajak Rokok 2) Pajak Kabupaten/Kota a) Pajak Hotel b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan d) Pajak Reklame e) Pajak Penerangan Jalan f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan g) Pajak Parkir h) Pajak Air Tanah i) Pajak sarang burung walet j) Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan 2

C. NPWP Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undagan perpajakan. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam adminitrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pemngenal diri atau identitas wajib pajak dalam maelaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. D. Dokumen Perpajakan Terdapat beberapa dokumen perpajakan, antara lain: 1. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undagan perpajakan. 2. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui temoat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 3. Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil atau surat ketetapan pajak lebih bayar. 4. Surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumllah pajak yang telah ditetapkan. 5. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 6. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 3

7. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. PPh Pasal 21 A. Tarif Pajak Penghasilan (PPh21) Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut: Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan 50 juta 5% 50 juta sampai dengan 250 juta 15% 250 juta sampai dengan 500 juta 25% Diatas 500 juta 30% B. Perhitungan Perubahan PTKP terbaru Tahun 2016 Wajib Pajak Tidak Kawin dan memiliki tanggungan Uraian Status PTKP Lama PTKP Baru Wajib Pajak TK0 36.000.000,- 54.000.000,- + Tanggungan 1 TK1 39.000.000,- 58.500.000,- + Tanggungan 2 TK2 42.000.000,- 63.000.000,- + Tanggungan 3 TK3 45.000.000,- 67.500.000,- Wajib Pajak Kawin dan memiliki anak / tanggungan Uraian Status PTKP Lama PTKP Baru + WP Kawin K0 39.000.000,- 58.500.000,- + Tanggungan 1 K1 42.000.000,- 63.000.000,- + Tanggungan 2 K2 45.000.000,- 67.500.000,- + Tanggungan 3 K3 48.000.000,- 72.000.000,- 4

Wajib Pajak Kawin, istri memiliki penghasilan dan digabung dengan suami Uraian Status PTKP Lama PTKP Baru + WP Kawin K/I/0 75.000.000,- 112.500.000,- + Tanggungan 1 K/I/1 78.000.000,- 117.000.000,- + Tanggungan 2 K/I/2 81.000.000,- 121.500.000,- + Tanggungan 3 K/I/3 84.000.000,- 126.000.000,- Catatan: Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang Contoh Menghitung Pajak Penghasilan Pph 21 Tahun 2015 Agar lebih memahami cara perhitungan pajak penghasilan, berikut ini kami berikan contoh perhitungan pajak penghasilan Pph 21: Misalnya A adalah seorang karyawan status kawin dengan anak 1, dengan data penghasilan sebagai berikut: Gaji Pokok Rp. 5 juta Tunjangan Transportasi, Uang Makan dan lain-lain : Rp. 2 juta Total Penghasilan Bruto : Rp. 7 juta Dari data di atas perhitungan pajak penghasilan Pph 21 atas penghasilan dalam setahun adalah sebagai berikut: (dalam Rupiah) Gaji Pokok Tunjangan Penghasilan-Bruto Pengurangan (-) PTKP Biaya Jabatan Iuran Pensiun 60.000.000,- 24.000.000,- 84.000.000,- 42.000.000,- 4.200.000,- 2.400.000,- 5

Total Penghasilan Kena Pajak-Netto Pajak Pph (5%) Per Tahun Pajak Pph (5%) Per Bulan 48.600.000,- 35.400.000,- 1.770.000,- 147.500,- Catatan : Perhitungan diatas dengan asumsi pegawai A memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP), namun apabila tidak memiliki NPWP maka wajib pajak tersebut dikenakan biaya tambahan 20% dari perhitungan normal. Apabila Karyawan A asumsi perhitungan Penghasilan Kena Pajak (Netto) di atas nilainya di atas Rp. 50 juta, maka tarif pajak disesuaikan dengan tabel pajak progresif di atas sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Untuk perhitungan pajak penghasilan PPh 21 Tahun 2016, pola perhitungannya sama dengan contoh diatas, sebagai ilustrasi maka Anda hanya merubah PTKP 2015 untuk golongan K/1 tersebut menjadi PTKP 2016 sebesar Rp. 63.000.000,- PPh Badan 1. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha Pada faktanya, perhitungan pajak relatif rumit kalau semua faktor seperti biaya, penyusutan, bunga uang di bank, royalty, pajak atas pembelian barang mewah, pajak impor, dll diperhitungkan. Pada perhitungan di halaman ini, diasumsikan bahwa badan usaha tidak mengimpor barang dari luar negeri, tidak menaman modal usaha ke badan usaha lain atau sebagai pemilik saham di badan usaha lain, dan tidak ada royalty. Ibaratnya, badan usaha hanya menjual produk atau jasa kepada orang lain dan membayar biaya-biaya untuk memperoleh penghasilan kotornya. 2. Perhitungan Bila Penghasilan Kotor Kurang dari Rp4.8 Miliar Misalkan di tahun 2013, PT. Adil Makmur memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp2 Miliar. Maka besar pajak penghasilan PT. Adil Makmur adalah Rp2 Miliar x1 % = Rp20 juta. Cukup sederhana perhitungannya. Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2013, PT. Adil Makmur telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp10 juta dan pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp2 juta. Maka, pajak penghasilan terhutang PT. Adil Makmur adalah Rp20 juta - Rp10 juta - Rp2 juta = Rp8 juta. Inilah sisa pajak yang dibayar PT. Adil Makmur ke Kas Negara 6

atas pajak penghasilan badan usaha di tahun 2013. Tentu, pajak ini bisa dicicil dengan meminta persetujuan dari kantor pajak setempat. Berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Adil Makmur. No. Keterangan Rp 1 Penghasilan Kotor 2.000.000.000 2 Kredit Pajak PPh 21 10.000.000 3 Kredit Pajak PPh 23 2.000.000 4 Pajak Penghasilan Badan (1% x (1) 20.000.000 5 Pajak Penghasilan Terhutang ((4)-(2)-(3)) 8.000.000 3. Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Bila Penghasilan Kotor Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar Misalkan PT. Sentosa Abadi memperoleh penghasilan kotor di tahun 2013 sebesar Rp10 Miliar, dan Penghasilan Kena Pajak adalah Rp3 Miliar, maka besar pajak PT. Sentosa Abadi menggunakan formula berikut: (0.25 - (0.6 Miliar/Gross Income)) dikali Penghasilan Kena Pajak. (0.25 - (0.6 Miliar/10 Miliar)) x 3 Miliar = Rp570 juta (19%) Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2013, PT. Sentosa Abdi telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar, Rp200 juta dan PPh Pasal 23 sebesar Rp100 juta. Maka, pajak penghasilan terhutang PT. Sentosa Abadi adalah Rp570 juta - Rp200 juta - Rp100 juta = Rp270 juta. Inilah sisa pajak yang dibayar PT. Sentosa Abadi ke Negara atas pajak penghasilan badan usaha tersebut di tahun 2013. Tentu, ini bisa dicicil dengan meminta persetujuan dari kantor pajak setempat. Dalam bentuk tebal, berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Sentosa Abadi. No. Keterangan Rp 1 Penghasilan Kotor 10.000.000.000 7

2 Pengeluaran (Biaya) 7.000.000.000 3 Penghasilan Kena Pajak (PKP) (1-2) 3.000.000.000 4 Kredit Pajak PPh 21 200.000.000 5 Kredit Pajak PPh 23 100.000.000 6 Pajak Penghasilan Badan (.25 - (600.000.000/10.000.000.000)) x (3) 570.000.000 7 Pajak Penghasilan Terhutang ((6)-(4)-(5)) 270.000.000 4. Perhitungan Bila Penghasilan Kotor Lebih dari Rp50 Miliar Misalkan PT. Nyiur Hijau memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp70 Miliar, dan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp28 Miliar, maka besar pajak PT. Nyiur Hijau adalah 25% x Rp28 Miliar = Rp7 Miliar. Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2013, PT. Nyiur Hijau telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp2 Miliar dan PPh Pasal 23 sebesar Rp1 Miliar. Maka, pajak penghasilan terhutang PT. Nyiur Hijau adalah Rp7 Miliar - Rp2 Miliar - Rp1 Miliar = Rp4 Miliar. Inilah sisa pajak yang dibayar PT. Nyiur Hijau ke Negara atas pajak penghasilan badan usaha tersebut di tahun 2013. Tentu, ini bisa dicicil dengan meminta persetujuan dari kantor pajak setempat. Dalam bentuk tabel, berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Nyiur Hijau. No. Keterangan Rp 8

1 Penghasilan Kotor 70.000.000.000 2 Pengeluaran (Biaya) 42.000.000.000 3 Penghasilan Kena Pajak (PKP) (1-2) 28.000.000.000 4 Kredit Pajak PPh 21 2.000.000.000 5 Kredit Pajak PPh 23 1.000.000.000 6 Pajak Penghasilan Badan (25% x (3) 7.000.000.000 7 Pajak Penghasilan Terhutang ((6)-(4)-(5)) 4.000.000.000 9