BAB V PENUTUP. 1. Persyaratan Pembangunan Rumah Susun dalam Tindakan. Hukum Pemesanan Rumah Susun

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh George Edward Pangkey ABSTRAK

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB III HAK ATAS INFORMASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI APARTEMEN DI SIGNATURE PARK APARTMENT JAKARTA SELATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Pelaksanaan Pengawasan Pencantuman Klausula Baku oleh BPSK Yogyakarta

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan sangat pesat. Masyarakat berbondong-bondong datang ke

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

IGA Santi Santosa Suharnoko SH., MLI Henny Marlyna SH., MH., MLI FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG HUBUNGAN SESAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

Undang Undang Perlindungan Konsumen : Kebaharuan dalam Hukum Indonesia dan Pokok- Pokok Perubahannya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUKU SEDERHANA MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

RESUME TESIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KONFIRMASI PEMESANAN PEMBELIAN RUMAH SUSUN YANG DIBUKUKAN DALAM BUKU KHUSUS (DI WAARMERKING)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 11/KPTS/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKATAN JUAL BELI SATUAN RUMAH SUSUN

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Klausula baku yang dipergunakan dalam praktek bisnis di masyarakat,

BAB V PENUTUP. bloatware, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. terhadap turis asing sebagai konsumen, sehingga perjanjian sewamenyewa. sepeda motor, kepada turis asing sebagai penyewa.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Peningkatan pertumbuhan penduduk. meningkatkan pula kebutuhan lahan permukiman di kawasan perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk memikirkan dan melakukan upaya-upaya bagaimana

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. kesimpulan dari hasil penulusuran dan penelitian antara lain sebagai berikut:

TANGGUNG JAWAB PENJUAL ATAS JUAL-BELI KOMPUTER RAKITAN KEPADA KONSUMEN DI KOTA RANTAUPRAPAT. Oleh: Nimrot Siahaan SH.,MH Dosen Tetap STIH Labuhan Batu

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENGURUS KOPERASI TERHADAP PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA DAN TINDAKAN HUKUM YANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PROGRAM INVESTASI MELALUI INTERNET YANG MENGATASNAMAKAN LEMBAGA KEUANGAN BANK

POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

DAFTAR ISTILAH. Form.# Tgl. R SLS-004E 06/09/01 0 Lampiran V PPJB Halaman 1 dari 6

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kata kunci: iktikad baik, rumah susun, perlindungan konsumen. v Universitas Kristen Maranatha

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS PEMAKAIAN JASA DARI PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 59 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KONSEP Etika PRODUKSI DAN Lingkungan HIDUP ANDRI HELMI M, SE., MM.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. efektif hanya dalam kondisi jika Pelaku Usaha dan Konsumen mempunyai

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya subsektor perumahan (hunian atau tempat tinggal). Tempat tinggal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN KONSUMEN. Business Law Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan penulis, jawaban atas identifikasi masalah pada Bab I skripsi ini adalah: 1. Persyaratan Pembangunan Rumah Susun dalam Tindakan Hukum Pemesanan Rumah Susun Pemasaran yang dilakukan developer sebelum pembangunan rumah susun dilaksanakan yang belum memenuhi persyaratan perizinan sesuai yang diatur dalam Pasal 42 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (2) UU Rusun yaitu kepastian peruntukan ruang, kepastian hak atas tanah, kepastian status penguasaan rumah susun, perizinan pembangunan rumah susun, dan jaminan atas pembangunan rumah susun dari lembaga rumah susun, adanya kejelasan status tanah, ketersediaan prasarana, sarana dan utilitas umum serta keterbangunan minimal 20%, merupakan indikasi informasi yang salah dalam pemasaran rumah susun melalui pemasangan iklan atau reklame atau media lainnya dan melanggar kewajiban pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 7 huruf b UU Perlindungan Konsumen yaitu memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi 153

154 dan jaminan barang dan/jasa, serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Suatu perikatan jual beli yang belum memenuhi persyaratan perizinan sebagaimana diatur dalam UU Rusun mencerminkan bahwa sejak awal pihak developer tidak bersungguh-sungguh dalam menerapkan asas iktikad baik. Akibatnya sering sekali banyak hak-hak konsumen yang terlanggar, dan developer melanggar kewajibannya sebagai pelaku usaha untuk beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya seperti yang diatur dalam Pasal 7 huruf a UU Perlindungan Konsumen. Oleh karena itulah maka iktikad baik tidak hanya diterapkan pada saat pelaksanaan perjanjian saja sebagaimana dimaksud oleh pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, tetapi juga iktikad baik seharusnya sudah ada pada saat sebelum ditandatangani perjanjian. Berbekal dari hal inilah iktikad baik dianggap memiliki peranan yang cukup penting untuk menilai keabsahan suatu perjanjian, yaitu berfungsi sebagai pembatas dari asas kebebasan berkontrak. Meskipun sampai sekarang undang-undang tidak memberikan definisi yang jelas mengenai yang dimaksud dengan iktikad baik, hendaknya para pihak mengacu pada nilai-nilai yang berkembang di masyarakat untuk mengetahui ukuran dari iktikad baik tersebut. Tindakan hukum pemesanan merupakan tindakan hukum dalam bentuk mengikatkan konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Pada surat pesanan terdapat ketentuan mengenai pernyataan dan

155 persetujuan untuk menerima persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan serta menandatangani dokumen-dokumen yang dipersiapkan oleh developer. Terlihat bahwa pihak developer telah melakukan penyalahgunaan keadaan pada konsumen oleh karena pihak developer berada pada posisi yang lebih kuat, yakni dengan terlebih dahulu membuat perjanjian secara sepihak sehingga konsumen tidak dapat secara bebas untuk menentukan isi perjanjian. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakseimbangan kekuatan dalam melakukan tawar-menawar. 2. Implikasi Hukum Janji Keuntungan Booking dalam Tindakan Hukum Pemesanan Rumah Susun Pihak yang berminat untuk membeli satuan rumah susun yang masih berada dalam proses pembangunan dapat melakukan pesanan atas satuan rumah susun yang ingin dibelinya. Pesanan tersebut dilakukan dengan menandatangani surat pesanan yang disiapkan oleh Pengembang, dengan format yang dibakukan, sehingga konsumen hanya dapat menerima atau menolak perjanjian tersebut, konsumen tidak boleh menawar syarat-syarat yang dibakukan itu. Format atau bentuk perjanjian jual beli apartemen ini adalah untuk memudahkan dan menyamakan dengan perjanjian jual beli apartemen lainnya. Calon Pembeli yang memutuskan membeli Sarusun, dapat langsung membayar tanda jadi (booking fee), yang besarnya biasanya antara Rp. 5.000.000,- sampai Rp.10.000.000,-. Pembayaran

156 selanjutnya tergantung pada cara pembayaran untuk pelunasan Sarusun yang dipilih Pembeli. Cara pembayaran yang paling banyak dipilih oleh para Pembeli yang membeli produk-produk yang dikembangkan oleh developer adalah dengan cara angsuran kepada developer, yang umumnya dibuat 24 kali angsuran/bulan, sesuai janji developer mengenai selesainya pembangunan dalam waktu 2 tahun. Janji developer atas keuntungan booking atas sarusun yang didapat oleh konsumen adalah harga, diskon, lokasi, dan model bangunan. Developer selalu mengobral janji agar konsumen semakin tertarik. Pada kenyataannya janji-janji sering tidak sesuai dengan kenyataan. Developer selaku penjual apartemen berkewajiban menyerahkan apartemen sebagai obyek perjanjian jual beli pada dasarnya hak utama dari konsumen selaku pembeli. Demikian pula sebaliknya, pembeli berkewajiban membayar booking fee sesuai dengan perjanjian jual beli adalah merupakan hak utama dari developer selaku penjual. Hal ini berarti ada hubungan timbal balik antara kewajiban developer selaku penjual apartemen dan kewajiban konsumen selaku pembeli apartemen dengan hak-hak dari masing-masing pihak.

157 3. Perlindungan Terhadap Konsumen dalam Hal Iklan yang Mengarahkan pada Tindakan Hukum Pemesanan Rumah Susun Perlindungan terhadap konsumen dalam hal iklan yang mengarahkan pada tindakan hukum pemesanan rumah susun diatur dalam Pasal 4 huruf c UU Perlindungan Konsumen mengenai hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan atas rumah susun yang dipasarkan, Pasal 7 huruf a UU Perlindungan Konsumen mengenai kewajiban pelaku usaha untuk beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, dan pada saat perjanjian juga harus dilaksanakan dengan iktikad baik seperti yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata. Hak pemesan diatur dalam SK Menpera No.11/KPTS/1994 tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun yaitu hak memiliki tanah bersama, tanah sesuai dengan daerah perencanaan yang digunakan perhitungan koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien luas bangunan (KLB) seperti yang ada di dalam blok plan, hak memakai benda bersama misalnya: fasilitas olah raga, sarana bermain bagi anak-anak, dan lain-lain yang terletak di atas tanah bersama, menggunakan fasilitas yang terdapat di dalam bangunan apartemen (tower) misalnya koridor, lift, tangga, dan lainlain, dan hak menjadi anggota Perhimpunan Penghuni apartemen. Perlindungan terhadap konsumen atas pemasaran yang dilakukan developer diatur dalam Pasal 42 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (2) UU Rusun yaitu pemasaran yang dilakukan oleh developer sebelum

158 pembangunan rumah susun dilaksanakan harus memenuhi persyaratan perizinan antara lain kepastian peruntukan ruang, kepastian hak atas tanah, kepastian status penguasaan rumah susun, perizinan pembangunan rumah susun, dan jaminan atas pembangunan rumah susun dari lembaga rumah susun, adanya kejelasan status tanah, ketersediaan prasarana, sarana dan utilitas umum serta keterbangunan minimal 20%. Konsumen yang merasa dirugikan dengan pihak pengembang selaku pelaku usaha, maka dapat menggugat pelaku usaha dengan menempuh cara penyelesaiannya melalui pengadilan atau di luar pengadilan, sebagaimana ditentutan oleh Pasal 45 UU Perlindungan Konsumen: a. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. b. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. c. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang undang. d. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa." Salah satu bentuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan adalah melalui Badan Penyelesaian sengketa konsumen (BPSK). Dengan acara, mediasi, konsiliasi dan arbitrasi. Konsumen dapat mengajukan agar pengembang selaku pelaku usaha di bidang perumahan dan pemukiman dengan iktikad baik mematuhi segala

159 aturan yang telah ditetapkan dalam UU Perlindungan Konsumen dan menghindarkan diri dari praktik yang tidak terpuji. B. SARAN Saran penulis mengenai iktikad baik pengembang rumah susun dalam tindakan hukum pemesanan rumah susun adalah: 1. Bagi Akademisi Hasil penelitian menujukkan bahwa iktikad baik developer dalam tindakan hukum pemesanan rumah susun masih membutuhkan pengaturan lebih lanjut agar menjadi lebih jelas. Perlu adanya pengkajian lebih dalam mengenai mengenai iktikad baik developer dalam tindakan hukum pemesanan rumah susun sebagai masukan guna kemajuan ilmu hukum khususnya di bidang hukum kondominium dan perlindungan konsumen rumah susun, sehingga dapat menambah pengetahuan dan mendorong adanya perkembangan ilmu hukum terkait kewajiban beriktikad baik developer rumah susun dalam tindakan hukum pemesanan rumah susun dan perlindungan terhadap konsumen dalam hal tindakan hukum pemesanan rumah susun. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat dalam hal ini konsumen agar lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi jual beli. Konsumen sebelum melakukan transaksi perlu memastikan bahwa pemasaran dan pembangunan rumah susun sudah memenuhi persyaratan perizinan sebagaimana yang diatur dalam

160 peraturan perundang-undangan. Konsumen juga perlu membaca syarat dan ketentuan atas perjanjian jual beli rumah susun sebelum menandatangani perjanjian tersebut. Konsumen perlu memahami hakhaknya sebagai konsumen sesuai yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. 3. Bagi Pemerintah Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perumahan Rakyat dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya perlu memperketat pengawasan terhadap para pengembang dalam melakukan penjualan satuan rumah susun sejak promosi atau pengiklanan, pengikatan jual beli, pembelian, serah terima, dan persiapan penghunian sampai dengan penghunian, agar konsumen terhindar dari kerugian. Pemerintah sebaiknya perlu mengeluarkan izin prinsip terlebih dahulu. Selain itu Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perumahan Rakyat juga perlu membentuk suatu unit khusus yang bertugas menerima pengaduan dan menyelesaikan keluhan konsumen. Perlindungan bagi konsumen dalam tindakan hukum pemesanan rumah susun memerlukan adanya peraturan khusus, diperlukan adanya peraturan pelaksanan yang harus disusun. Sebaiknya pemerintah membuat peraturan khusus untuk penjualan satuan rumah susun sejak promosi atau pengiklanan, pengikatan jual beli, pembelian, serah terima, dan persiapan penghunian sampai dengan penghunian yang memuat penjelasan mengenai persyaratan perizinan dan bentuk klausula baku

161 yang dilarang untuk digunakan oleh pihak pengembang disertai dengan sanksi yang tegas apabila ada pihak pengembang yang tidak mematuhi peraturan tersebut atau bisa juga dengan merevisi SK Menpera yang sudah ada mengingat sepertinya tidaklah mungkin untuk mengadakan penjualan tidak dengan pemasaran dan pemesanan terlebih dahulu. Dalam menyusun dan membahas aturan pelaksanaan UU Rumah Susun perlu melibatkan konsumen, kelompok konsumen dan organisasi konsumen atau Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, agar pengaturan didalamnya lebih adil dan tidak melemahkan posisi konsumen.