GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIBERIKAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

STRATEGI KOPING KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kekambuhan Skizofrenia ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan masalah penelitian keperawatan yang terjadi pada suatu

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA

KORELASI PERAN SERTA KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. beraneka ragam gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang. penderita sudah mempunyai ciri kepribadian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB III METODELOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

Penelitian Keperawatan Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

rendah terdapat 7 orang perawat yang menangani penyakit kronis dan 12 orang perwat yang menangani penyakit non-kronis. Adapun salah satu faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB III METODE PENELITIAN

Fitri Sri Lestari* Kartinah **

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian noneksperimental

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu syukur sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada suatu waktu, baik data pelatihan APN maupun data motivasi bidan dalam

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

Transkripsi:

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIBERIKAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Linda Permatasari 1 Aat Sriati 1 Metty Widiastuti 2 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat 2 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ABSTRAK Sampai saat ini penanganan skizofrenia belum memuaskan dan salah satu penyebabnya adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah. Dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap penderita skizofrenia menjadi hal penting dalam proses penyembuhan penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang merupakan hasil pengembangan dari teori Smet (1994:136), kepada 96 orang dari keluarga penderita skizofrenia. Dari pengumpulan data tersebut didapatkan hasil bahwa sebagian responden 48.96% memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia dan sebagian responden 51.04% tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Dukungan emosional menjadi persentasi tertinggi keluarga tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Keluarga, Skizofrenia, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ABSTRACT Until recently the treatment of schizophrenia has not been satisfying, the causing factor is due to nescience from family to treat patient at home. Social support from family to schizophrenia patient became important matter in the healing process. This research purpose is to study the social support given from family in the treatment process of schizophrenia patient in Ambulatory Installation of Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Data collection conduted using questionnaire, which is the developed result of Smet theory (1994:136), to 96 persons from schizophrenia patient s family. Research results showed half amount of the respondents 48.96% provide social support in the treatment of patients with schizophrenia and half amount of the respondents 51.04% did not provide social support in the treatment of 1

patients with schizophrenia. Emotional support give the highest percentage of family not to give social support in the treatment of patients with schizophrenia. Keywords : Social Support, Family, Schizophrenia, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat PENDAHULUAN Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan menganggu relasi sosial. Kesemuanya itu mengakibatkan pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain, (Arif, 2006). Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar 18 45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11 12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia, (Sosrosumihardjo, 2000, dalam Arif, 2006). Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Alma Lucyati, penderita gangguan jiwa di Jawa Barat tahun 2011 masih tertinggi secara nasional. Jawa Barat menduduki peringkat pertama dengan angka mencapai 20% atau lebih besar dari angka rata-rata nasional 11,6% atau sekitar 19 juta orang mengalami gangguan jiwa, (http://www.seputar-indonesia.com, 2011). Pada dasarnya penderita gangguan jiwa 2

kronis tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi, (Keliat, 1992). Peran perawat dibutuhkan untuk memberikan pendidikan, informasi dan dukungan kepada penderita serta keluarga mengenai apa yang dibutuhkannya dalam pemenuhan perawatan diri sehingga penderita mampu melaksanakan perawatan mandiri. Perawat dapat menggunakan hubungan mereka dengan penderita untuk memberikan dukungan sosial yang ditujukan untuk membantu penderita menanggulangi masalah dan secara tidak langsung mendorong penderita untuk mencari sumber dukungan sosial lain, (Charles, 1997). Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya, (Cohen & Syme, 1996:241, dalam Setiadi, 2008). Individu yang mendapat dukungan sosial terbukti lebih sehat daripada individu yang tidak mendapat dukungan sosial, (Buchanan, 1995). Knisely dan Northouse (1994) dalam Videbeck (2008) juga mengungkapkan dengan meminta serta menerima dukungan sosial ketika penderita membutuhkan merupakan langkah vital dalam proses penyembuhan. Dukungan sosial yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam penyembuhan penderita gangguan jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering menjadi 3

bagian penting dalam penyembuhan, (Kumfo, 1995, dalam Videbeck, 2008). Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah, (Keliat, 1992). Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia adalah kurangnya peran serta dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit dan tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga, (Keliat, 1992). Disinilah dukungan sosial sangat dibutuhkan dalam memberikan perawatan pada penderita skizofrenia, karena dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah semangat hidupnya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, penderita gangguan jiwa skizofrenia semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini terlihat dari jumlah kunjungan pasien rawat jalan pada tahun 2010 berjumlah 12033 orang dan bertambah pada tahun 2011 menjadi 13967 orang. Skizofrenia menempati urutan tertinggi dalam sepuluh besar diagnosa Rumah Sakit 4

Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2011 dengan kunjungan pasien di instalasi rawat jalan berjumlah 11206 orang dimana jumlah pasien skizofrenia hebefrenik 5951 orang, skizofrenia residual berjumlah 3800 orang, skizofrenia paranoid berjumlah 942 orang, skizofrenia hebefrenik kronik berjumlah 424 orang, skizofrenia paranoid kronik berjumlah 51 orang, skizofrenia ketatonik berjumlah 22 orang, skizofrenia tak terinci 12 orang, skizofrenia berjumlah 2 orang, sisanya untuk skizofrenia YTT berjumlah 1 orang dan skizofrenia residual kronik berjumlah 1 orang, (Rekam Medik RSJ Prov. Jawa Barat, 2012). Dari hasil wawancara peneliti dengan keluarga yang memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, didapatkan data enam dari delapan keluarga penderita skizofrenia tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan pada penderita. Beberapa keluarga mengatakan merasa terbebani dengan kondisi seperti ini dan merasa penderita tidak memiliki harapan untuk sembuh. Hampir semua penderita yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan lebih dari satu kali menjalani rawat inap di rumah sakit. Dari hasil wawancara juga ditemukan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit penderita dan cara melakukan perawatan yang seharusnya pada penderita skizofrenia di rumah. Beberapa penderita lebih senang berdiam diri di rumah, seperti tidur dan melamun daripada melakukan aktifitas diluar rumah. Penderita juga tidak terbuka dengan permasalahan yang dihadapinya. Dari beberapa uraian diatas yang dikemukakan oleh peneliti yaitu bahwa penderita skizofrenia yang mendapatkan dukungan sosial yang diperoleh dari 5

keluarga mempunyai kesempatan berkembang kearah positif secara maksimal, sehingga penderita skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal. Dengan dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia yang seimbang diharapkan baginya agar dapat meningkatkan keinginan untuk sembuh dan memperkecil kekambuhannya. Maka diambillah judul penelitian Gambaran Dukungan Sosial yang Diberikan Keluarga dalam Perawatan Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan khusus pada penelitian ini untuk mengidentifikasi dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan emosional yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia dan sub variabel penelitian ini adalah dimensi yang terdapat pada dukungan sosial yaitu : (1) dukungan instrumental, (2) dukungan informasi, (3) dukungan penilaian, dan (4) dukungan emosional. Dukungan sosial pada penelitian ini adalah bagaimana dukungan sosial 6

yang diberikan oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia dalam merawat penderita. Keluarga memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan dan tinggal serumah dengan penderita skizofrenia. Populasi pada penelitian ini adalah keluarga dari penderita skizofrenia yang mendampingi penderita berobat ke Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 934 orang dengan menggunakan teknik consecutive sampling didapatkan jumlah sampel dalam kurun waktu satu bulan sebanyak 96 orang. Untuk menggali mengenai dukungan sosial yang diberikan keluarga pada penderita skizofrenia digunakan kuesioner yang merupakan hasil pengembangan dari teori Smet (1994:136) mengenai bentuk-bentuk dukungan sosial dengan menggunakan skala likert. Pada uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian, jumlah pernyataan yang valid dan reliabel pada kuesioner adalah sebanyak 22 pernyataan terdiri dari 19 pernyataan posotif dan 3 pernyataan negatif dengan nilai R- Alpha sebesar 0.860. Responden diminta untuk memberikan responnya pada 4 penilaian berskala ordinal yaitu 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering, 4 = selalu, dengan memberikan tanda (ceklis) pada kolom yang tersedia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan informed concent kepada petugas yang berada di ruang amnanesa (perawat), kemudian peneliti melihat status pasien. Pasien yang dipilih oleh peneliti adalah pasien yang menderita skizofrenia, kemudian pasien beserta keluarganya dipanggil untuk memasuki ruang amnanesa, 7

keluarga yang sesuai dengan kriteria yang peneliti harapkan menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Peneliti menjelaskan cara-cara pengisian kuesioner dan apabila responden sudah mengerti lalu peneliti menanyakan kesediaannya untuk mengisi kuesioner (bersedia atau tidak responden tetap mengisi informed concent dilembar kuesioner). Setelah itu, peneliti membagikan kuesioner yang akan diisi oleh responden. Selama pengisian kuesioner, responden akan didampingi oleh peneliti, sehingga ketika ada hal-hal yang membingungkan responden akan segera dapat dijelaskan oleh peneliti. Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, membuat lembaran kartu kode, processing, kemudian data ditabulasi untuk mendapatkan skor dari jawaban responden berdasarkan item pernyataan yang menggunakan skala likert dengan menggunakan gradasi scoring, selalu, sering, jarang, tidak pernah. Untuk setiap pernyataan, responden akan diberi skor sesuai dengan nilai skala katagori jawaban yang diberikannya. Skor dari setiap pernyataan kemudian diubah ke dalam skala interval. Skor responden pada setiap pernyataan kemudian dijumlahkan sehingga merupakan skor responden pada skala sikap, (Azwar, 2011). Salah satu skor standar yang digunakan dalam skala model Likert adalah skor T, yaitu: 8

Selanjutnya dilakukan penentuan skor dengan kriteria: 1. Skor T 50, maka dukungan sosial dikatagorikan keluarga mendukung dalam perawatan penderita skizofrenia (favorable). 2. Skor T < 50, maka dukungan sosial dikatagorikan keluarga tidak mendukung dalam perawatan penderita skizofrenia (unfavorable). Setelah itu data dikelompokkan kedalam masing-masing kategori subvariabel dari responden dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi relatif atau f (%), (Steven, 2005) : Selanjutnya dari persentasi tersebut diinterpretasikan sebagai berikut : 0% : Tidak seorangpun dari responden 1% - 19% : Sangat sedikit responden 20% - 39% : Sebagian kecil dari responden 40% - 59% : Sebagian responden 60% - 79% : Sebagian besar dari responden 80% - 99% : Hampir seluruh responden 100% : Seluruh responden (Al Rasyid, 1994) 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengambilan data digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial yang Diberikan Keluarga dalam Perawatan Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Kategori F % Mendukung 47 48.96 Tidak Mendukung 49 51.04 Jumlah 96 100 Berdasarkan Tabel 1. dapat disimpulkan bahwa 51.04% dinyatakan sebagian responden tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Dari hasil yang diperoleh, responden yang tidak mendukung lebih besar dibandingkan responden yang mendukung, tetapi perbedaan jumlah responden yang tidak mendukung dengan yang mendukung dalam perawatan penderita skizofrenia tidak begitu signifikan dan terlihat cenderung seimbang. Dimana hasil penelitian menunjukkan dukungan emosional (57.29%) menjadi persentasi tertinggi keluarga tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia, kedua pada dukungan informasi (53.13%), dan ketiga pada dukungan penilaian (51.04%). Dari interpretasi hasil yang sudah disebutkan bahwa dari 96 responden, sebanyak 49 responden (51.04%) dikategorikan tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, 10

menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996:241). Menurut Smet (1994:136) dalam Setiadi (2008) setiap bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga mempunyai 4 bentuk dukungan antara lain: dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan emosional. Dimana keempat bentuk dukungan ini memiliki peran penting dalam proses penyembuhan penderita skizofrenia. Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan sosial yang diberikan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stres, (Setiadi, 2008). Knisely dan Northouse (1994) dalam Videbeck (2008) juga mengungkapkan dengan meminta serta menerima dukungan sosial ketika penderita membutuhkan merupakan langkah vital dalam proses penyembuhan. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam penyembuhan klien gangguan jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering menjadi bagian penting dalam penyembuhan, (Kumfo, 1995, dalam Videbeck, 2008). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan dukungan sosial lebih besar dibandingkan responden yang memberikan dukungan sosial. Dukungan emosional menjadi persentasi pertama keluarga tidak memberikan dukungan sosialnya dalam perawatan penderita skizofrenia. Hal ini bisa disebabkan 11

karena faktor dari pemberi dukungan dan faktor dari penerima dukungan, seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya, (Sarafino, 2004). Berdasarkan data yang diperoleh bahwa keluarga masih belum memahami tentang dukungan emosional, dukungan informasi, serta dukungan penilaian. Hal ini dikarenakan, keluarga masih belum memahami cara memperlakukan serta merawat penderita skizofrenia. Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit dan tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga, (Keliat, 1992). Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini, bukan hanya tanggung jawab pihak lembaga kesehatan semata, tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Keluarga dan masyarakat, agar tidak memberikan stigma negatif dan mendiskrimisi seseorang yang memiliki masalah kejiwaan. Mereka juga memiliki hak hidup layaknya orang normal. Oleh karena itu, diperlukan dukungan sosial dari berbagai pihak agar mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita skizofrenia. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa sebagian responden 48.96% memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita 12

skizofrenia dan sebagian responden 51.04% tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Sebagian responden 57.29% dikategorikan tidak memberikan dukungan emosional dalam perawatan penderita skizofrenia, sebagian responden 53.13% dikategorikan tidak memberikan dukungan informasi dalam perawatan penderita skizofrenia, sebagian responden 51.04% dikategorikan tidak memberikan dukungan penilaian dalam perawatan penderita skizofrenia, sedangkan sebagian responden 51.04% dikategorikan memberikan dukungan instrumental dalam perawatan penderita skizofrenia. Dukungan emosional menjadi persentasi tertinggi keluarga tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Disarankan kepada Instansi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk mengadakan pelayanan kesehatan terhadap keluarga yang datang ke rawat jalan mendampingi penderita skizofrenia berobat, pelaksanaan dapat dilakukan dengan dengan memberikan penyuluhan kepada keluarga terkait pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan jiwa penderita skizofrenia serta melakukan pembinaan dan pemberdayaan kesehatan keluarga dan penderita skizofrenia. 2. Bagi Perawat Pada penelitian ini, terlihat bahwa banyak keluarga yang belum memahami cara memperlakukan penderita skizofrenia di rumah, maka disarankan kepada perawat 13

untuk memberikan pembinaan pada keluarga penderita skizofrenia dengan cara konseling dan pendidikan mengenai dukungan sosial yang diberikan keluarga baik secara dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan emosional serta meningkatkan pemberdayaan kesehatan keluarga dan penderita skizofrenia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian ini menyinggung beberapa hal yang mempengaruhi dukungan sosial, maka disarankan untuk diadakan penelitian lanjutan untuk membahas faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia. DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, H. 1994. Dasar - Dasar Statistika Terapan. Program Pasca Sarjana. Bandung : Universitas Padjadjaran. Arif, I.S. 2006. Skizofrenia; Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung : Refika Aditama. Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Buchanan, J. (1995). Social support and schizophrenia: A review of the literature. Archives of Psychiatric Nursing.Vol. IX, No. 2:68-76. Available at : http://www.sciencedirect.com.ezp01.library.qut.edu.au/science/article/pii/s088 3941795800034 (diakses 18 November 2011). Charles, A. 1997. Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta : EGC. Haryudi dan Ulfah. 2011. Gangguan Jiwa di Jabar Tertinggi. Available at : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/434822/ (diakses 29 Januari 2011). 14

Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Keliat, B.A. 1992. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC. Sarafino, E.P. 2004. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions Third Edition. New York : John Willey and Sons. Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu. Steven, P. 2005. Pengantar Riset : Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC. Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. 15