KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Komponen Laporan Keuangan Lengkap Beserta Contoh dan Penjelasan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Rumah Sakit

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Jalan Tol

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 63/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Investasi

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Catatan 31 Maret Maret 2010

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PT Argo Pantes Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per tanggal 31 Desember 2007, 2006, dan

BAB III METODE PENELITIAN

30 Juni 31 Desember

JUMLAH ASET LANCAR

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN A. 1.1 Data Responden. : Irwan Syafrudin. : Tax Accounting Manager. 1.2 Hasil Wawancara

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity)

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

Akuntansi Keuangan Koperasi

JUMLAH AKTIVA

Pedoman Tugas Akhir AKL2

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 1 (REVISI 2009) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

30 September 31 Desember Catatan

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA)

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

PT BNI SECURITIES LAPORAN KEUANGAN UNTUK 3 BULAN YANG BERAKHIR 31 MARET 2008 DAN 2007 (UNAUDITED)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 21 /PM/2004 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEWAJIBAN & MODAL. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan 5 1

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 (MATA UANG INDONESIA)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: Tahun 2011 Tahun 2010

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-35/PM/2003 TENTANG SAHAM BONUS KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

Kamus Istilah Pasar Modal

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA)

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

AKUNTANSI INVESTASI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI (PSAK 4/IAS 7)

LAPORAN KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK TBK AKTIVA AKTIVA LANCAR

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN


DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

L2

DRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT)

(Dibuat di atas kop surat perusahaan)

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 554/BL/2010 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) merupakan pedoman umum dalam penyusunan laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik; b. bahwa Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) sedang melakukan proses konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke International Financial Reporting Standard (IFRS); c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu untuk mengubah Nomor: Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4372); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun 2006; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN - 2 - Pasal 1 Diantara Pasal 1 dan Pasal 2 Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, disisipkan satu pasal yakni Pasal 1A sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1A (1) Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan berlaku sepanjang tidak diatur atau tidak bertentangan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK- IAI). (2) Dalam hal terdapat ketentuan dalam Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang bertentangan dengan PSAK yang diterbitkan oleh DSAK-IAI, maka penyusunan dan penyajian laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik wajib mengacu pada PSAK yang diterbitkan oleh DSAK-IAI. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2011. Pasal 2 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 30 Desember 2010 Ketua Badan dan Lembaga Keuangan ttd. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Umum A. Fuad Rahmany NIP 195411111981121001 ttd. Prasetyo Wahyu Adi Suryo NIP. 195710281985121001

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 Peraturan Nomor VIII.G.7 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi prinsip keterbukaan, Emiten dan Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum; b. bahwa untuk meningkatkan kualitas keterbukaan laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik dan mendorong terciptanya good corporate governance, ketentuan mengenai Pedoman Penyajian Laporan Keuangan perlu disesuaikan dengan perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK); c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Nomor VIII.G.7 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-97/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3617); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7/M Tahun 2000; 5. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-97/PM/1996; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN. Pasal 1 Ketentuan mengenai Pedoman Penyajian Laporan Keuangan diatur dalam Peraturan Nomor VIII.G.7 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini. IV-1

Pasal 2 Ketentuan dalam peraturan ini berlaku untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000. Pasal 3 Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-97/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996 dinyatakan tidak berlaku lagi. Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Pasal 4 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 2000 Ketua Badan Herwidayatmo NIP 060065750 IV-2

PERATURAN NOMOR VIII.G.7 : PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN 1. UMUM a. Peraturan ini menetapkan bentuk, isi, dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang harus disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, baik untuk keperluan penyajian kepada masyarakat maupun untuk disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). b. Peraturan ini merupakan pedoman penyajian laporan keuangan bagi industri secara umum. Hal-hal mengenai bentuk, isi dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang tidak diatur dalam peraturan ini, harus mengikuti Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan praktik akuntansi lainnya yang lazim berlaku di Pasar Modal. c. Laporan keuangan dalam ketentuan ini adalah sesuai dengan pengertian laporan keuangan yang termuat dalam PSAK yang diterbitkan oleh IAI, yaitu meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. d. Seluruh data yang disajikan dalam laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam huruf c di atas terbuka dan tersedia untuk publik. 2. KHUSUS a. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan Manajemen Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan. b. Bahasa Pelaporan Laporan keuangan harus dibuat dalam bahasa Indonesia. Jika laporan keuangan juga dibuat selain dalam bahasa Indonesia, maka laporan keuangan dimaksud harus memuat informasi yang sama. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran akibat penerjemahan bahasa, maka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan keuangan dalam bahasa Indonesia. c. Mata Uang Pelaporan 1) Mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan di Indonesia adalah mata uang rupiah. Perusahaan dapat menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan hanya apabila mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional. 2) Laporan keuangan konsolidasi disajikan dalam mata uang fungsional setelah mempertimbangkan indikator mata uang fungsional terhadap induk perusahaan dan tiap anak perusahaan. d. Periode Pelaporan 1) Tahun buku perusahaan mencakup periode satu tahun. Apabila, dalam keadaan luar biasa, tahun buku perusahaan berubah dan laporan keuangan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau pendek dari periode satu tahun, maka sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, perusahaan harus mengungkapkan : IV-3

a) alasan penggunaan tahun buku yang lebih panjang atau pendek dari periode satu tahun; dan b) fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan. 2) Untuk tujuan konsolidasi, tanggal pelaporan keuangan anak perusahaan pada dasarnya harus sama dengan tanggal pelaporan keuangan perusahaan induk. Apabila tanggal pelaporan tersebut berbeda maka laporan keuangan anak perusahaan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang: a) Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan; dan b) Peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal pelaporan tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi. Apabila laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda (yang lebih dari tiga bulan) digunakan untuk tujuan konsolidasi, maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh dari setiap peristiwa atau transaksi antar perusahaan yang signifikan, yang terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut. e. Saling Hapus (Offseting) Pos aktiva dan kewajiban, dan pos penghasilan dan beban tidak boleh saling hapus, kecuali diperkenankan oleh PSAK. f. Konsistensi Penyajian 1) Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten, kecuali : a) Terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perusahaan atau perubahan penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu transaksi atau peristiwa; atau b) Perubahan penyajian yang diperkenankan oleh PSAK. 2) Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah maka penyajian periode sebelumnya direklasifikasi untuk memastikan daya banding. Sifat, jumlah, serta alasan reklasifikasi harus diungkapkan. Apabila reklasifikasi tersebut tidak praktis dilakukan, maka alasan dan sifat perubahan seandainya dilakukan reklasifikasi harus diungkapkan. g. Materialitas dan Agregasi 1) Material adalah istilah yang digunakan untuk mengemukakan sesuatu yang dianggap wajar untuk diketahui oleh pengguna laporan keuangan dan Bapepam. Kecuali ditentukan secara khusus, pengertian material adalah 5% dari jumlah seluruh aktiva untuk akunakun aktiva, 5% dari jumlah seluruh kewajiban untuk akun-akun kewajiban, 5% dari jumlah seluruh ekuitas untuk akun-akun ekuitas, 10% dari pendapatan untuk akun-akun laba rugi, dan 10% dari laba sebelum pajak untuk pengaruh suatu peristiwa atau transaksi seperti perubahan estimasi akuntansi. IV-4

2) Akun-akun yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan. Untuk akun-akun yang nilainya tidak material, tetapi merupakan komponen utama laporan keuangan, harus disajikan tersendiri. Sedangkan untuk akun-akun yang nilainya tidak material, dan tidak merupakan komponen utama, dapat digabungkan dalam pos tersendiri, namun harus dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 3) Akun yang berbeda tetapi mempunyai sifat atau fungsi yang sama dapat digabungkan dalam satu pos jika saldo masing-masing akun tidak material. Contoh pos hasil penggabungan antara lain Biaya Dibayar di Muka, Pendapatan Diterima di Muka dan lain sebagainya. Jika penggabungan beberapa akun di atas mengakibatkan jumlah keseluruhan menjadi material, maka unsur yang jumlahnya terbesar agar disajikan tersendiri. h. Informasi Komparatif 1) Dalam rangka penyampaian laporan berkala, laporan keuangan tahunan harus disajikan secara perbandingan untuk 2 (dua) tahun terakhir. Sedangkan untuk laporan keuangan interim harus disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Laporan laba rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan periode interim terakhir yang dilaporkan. 2) Dalam rangka Penawaran Umum oleh perusahaan yang bukan dikategorikan sebagai Perusahaan Menengah atau Kecil, laporan keuangan yang disajikan adalah untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun buku terakhir atau sejak berdirinya bagi perusahaan yang berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun buku. 3) Dalam rangka Penawaran Umum oleh perusahaan yang dikategorikan sebagai Perusahaan Menengah atau Kecil, laporan keuangan yang disajikan adalah untuk jangka waktu 2 (dua) tahun buku terakhir atau sejak berdirinya bagi Perusahaan Menengah atau Kecil yang berdiri kurang dari 2 (dua) tahun buku. 4) Dalam rangka Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, laporan keuangan yang disajikan adalah untuk jangka waktu 2 (dua) tahun buku terakhir. Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran melebihi 180 (seratus delapan puluh) hari dari laporan keuangan tahunan terakhir, maka laporan keuangan interim harus disertakan dengan ketentuan jangka waktu antara tanggal efektifnya Pernyataan Pendaftaran dan tanggal laporan keuangan interim tidak melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari. i. Laporan Keuangan Konsolidasi 1) Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan seluruh perusahaan yang dikendalikan oleh induk perusahaan. Pengendalian dianggap ada apabila induk perusahaan memiliki baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui anak perusahaan), lebih dari 50% hak suara pada suatu perusahaan. Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut : a) Mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu perjanjian dengan investor lainnya; b) Mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; IV-5

c) Mampu menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus perusahaan; atau d) Mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus. 2) Anak perusahaan tidak dikonsolidasikan dalam hal : a) Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham anak perusahaan dibeli dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka pendek; atau b) Anak perusahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana kepada induk perusahaan. 3) Walaupun anak perusahaan bergerak dalam jenis usaha yang berbeda atau sama sekali tidak ada hubungannya dengan jenis usaha induk perusahaan, laporan keuangan anak perusahaan tersebut tetap harus dimasukkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. 4) Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan induk perusahaan dan anak perusahaan digabungkan satu per satu (line by line basis) dengan menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban. 5) Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis. Apabila tidak mungkin digunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, maka harus diungkapkan penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda tersebut dan proporsi unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi. j. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah : 1) Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); 2) Perusahaan asosiasi (associated company ); 3) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor); 4) Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan 5) Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh setiap orang yang diuraikan dalam angka 3) atau 4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaanperusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor. IV-6

k. Dalam penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas, harus disertai dengan pernyataan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan. l. Apabila perusahaan melakukan penyajian kembali (restatement ) laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya, maka keterangan disajikan kembali dan nomor referensi yang mengacu kepada Catatan atas Laporan Keuangan yang menjelaskan penyajian kembali tersebut harus disajikan pada kolom tahun dimana laporan keuangan tersebut disajikan kembali, masing-masing di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. m. Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar harus diperlakukan sebagai berikut : 1) Perubahan estimasi akuntansi Suatu estimasi direvisi jika ada perubahan kondisi yang mendasari estimasi tersebut, atau karena adanya informasi baru, bertambahnya pengalaman atau perkembangan lebih lanjut. Dampak perubahan ini harus diperlakukan secara prospektif. 2) Perubahan Kebijakan Akuntansi Perubahan kebijakan akuntansi dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan. 3) Kesalahan Mendasar Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement ) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru. 3. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN a. Laporan Keuangan terdiri dari : 1) Neraca; 2) Laporan Laba Rugi; 3) Laporan Perubahan Ekuitas; 4) Laporan Arus Kas; dan 5) Catatan atas Laporan Keuangan. IV-7

b. NERACA 1) Pengertian Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Dalam neraca, aktiva lancar disajikan terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban lancar terpisah dari kewajiban tidak lancar, kecuali untuk industri tertentu yang diatur secara khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya. 2) Komponen Utama Neraca a) AKTIVA (1) Aktiva Lancar : (a) Kas dan Setara Kas; (b) Investasi Jangka Pendek; (c) Wesel Tagih; (d) Piutang Usaha; (e) Piutang Lain-Lain; (f) Persediaan; (g) Pajak Dibayar Dimuka; (h) Biaya Dibayar di Muka; dan (i) Aktiva Lancar Lain-lain. (2) Aktiva Tidak Lancar (a) Piutang Hubungan Istimewa; (b) Aktiva Pajak Tangguhan; (c) Investasi Pada Perusahaan Asosiasi; (d) Investasi Jangka Panjang Lain; (e) Aktiva Tetap; (f) Aktiva Tak Berwujud; dan (g) Aktiva Lain-Lain. b) KEWAJIBAN (1) Kewajiban Lancar: (a) Pinjaman Jangka Pendek; (b) Wesel Bayar; (c) Hutang Usaha; (d) Hutang Pajak; (e) Beban Masih Harus Dibayar; (f) Bagian Kewajiban Jangka Panjang yang akan Jatuh Tempo dalam Waktu Satu Tahun; dan (g) Kewajiban Lancar Lain-lain. IV-8

(2) Kewajiban Tidak Lancar (a) Hutang Hubungan Istimewa; (b) Kewajiban Pajak Tangguhan; (c) Pinjaman Jangka Panjang; (d) Hutang Sewa Guna Usaha; (e) Hutang Obligasi; (f) Kewajiban Tidak Lancar Lainnya; (g) Hutang Subordinasi; dan (h) Obligasi Konversi. c) HAK MINORITAS d) EKUITAS (1) Modal Saham; (2) Tambahan Modal Disetor; (3) Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan; (4) Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan / Perusahaan Asosiasi; (5) Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali; (6) Keuntungan (Kerugian) yang Belum Direalisasi dari Efek Tersedia Untuk Dijual; (7) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap; (8) Saldo Laba; dan (9) Modal Saham Diperoleh Kembali. 3) Rincian Komponen Neraca a) AKTIVA Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, dan di masa depan manfaat ekonomi dari sumber daya tersebut diharapkan akan diperoleh perusahaan. (1) Aktiva Lancar Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut : (a) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu satu siklus operasi normal perusahaan; atau (b) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas bulan) bulan dari tanggal neraca; atau (c) Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. Aktiva lancar dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut : IV-9

(a) (b) Kas dan Setara Kas Kas merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Instrumen yang dapat diklasifikasikan sebagai setara kas antara lain adalah : Deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal penempatannya serta tidak dijaminkan; dan Instrumen pasar uang yang diperoleh dan dapat dicairkan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan. Kas dan setara kas yang telah ditentukan penggunaannya atau yang tidak dapat digunakan secara bebas tidak tergolong dalam kas dan setara kas. Investasi Jangka Pendek Pos ini merupakan bentuk investasi yang segera dapat direalisasi dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Investasi ini meliputi deposito dan Efek yang jatuh tempo atau dimaksudkan untuk dimiliki tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka pendek dalam Efek harus dikelompokkan ke dalam salah satu dari tiga kategori berikut: Diperdagangkan (trading ) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk menghasilkan keuntungan dari perbedaan harga jangka pendek. Suatu Efek harus diklasifikasikan sebagai "Diperdagangkan", tanpa memperhatikan alasan perolehannya, jika Efek tersebut merupakan bagian dari suatu portofolio Efek sejenis dimana terdapat bukti bahwa pola pembelian dan penjualan Efek yang sekarang terjadi adalah untuk memperoleh keuntungan jangka pendek. Efek untuk "Diperdagangkan" disajikan di Neraca sebesar nilai wajarnya, dan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi termasuk dalam Laporan Laba Rugi. Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity) Merupakan aktiva keuangan dengan kepastian pembayaran dan kepastian tanggal jatuh tempo, dimana perusahaan bermaksud dan mampu memilikinya hingga jatuh tempo. Efek yang dimiliki hingga jatuh tempo disajikan di Neraca sebesar biaya perolehan setelah amortisasi. Perusahaan harus secara konsisten menggunakan metode amortisasi yang menghasilkan penyajian yang wajar dalam laporan keuangan. Tersedia untuk dijual (available for sale) : Efek yang termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang tidak memenuhi kriteria Diperdagangkan atau Dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini disajikan di Neraca sebesar nilai wajarnya, dan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui sebagai komponen ekuitas, melalui Laporan Perubahan Ekuitas, sampai Efek tersebut dijual atau dilepas, dan pada saat tersebut akumulasi keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui sebagai komponen ekuitas harus diakui dalam Laporan Laba Rugi. IV-10

Investasi pada efek yang seharusnya disajikan sebesar nilai wajar, tetapi efek tersebut tidak aktif diperdagangkan dan nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal, harus disajikan sebesar biaya perolehan. Investasi jangka pendek pada aktiva non keuangan harus disajikan sebesar nilai terendah antara biaya dan harga pasar. (c) Wesel Tagih Pos ini merupakan piutang usaha pada pihak ketiga yang didukung janji tertulis untuk membayar dalam jangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan atau satu siklus operasi normal perusahaan. Wesel tagih disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan bagian yang diperkirakan tidak dapat ditagih. (d) Piutang Usaha Pos ini merupakan piutang dari penjualan yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan normal perusahaan, baik yang berasal dari pihak ketiga maupun yang berasal dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Piutang usaha disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan bagian yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Saldo masing-masing piutang dan penyisihan piutang tak tertagih harus disajikan. (e) Piutang Lain-Lain (f) Pos ini merupakan tagihan perusahaan pada pihak ketiga yang menurut sifat dan jenisnya tidak dapat dikelompokkan dalam pos piutang usaha dan wesel tagih. Piutang ini disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan bagian yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Persediaan Persediaan adalah aktiva : Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost or net realizable value). (g) Pajak Dibayar Dimuka Pos ini merupakan : Kelebihan pembayaran pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai, yang akan ditagih kembali atau dikompensasikan terhadap kewajiban pajak masa berikutnya. Aktiva Pajak Kini yaitu kelebihan jumlah Pajak Penghasilan yang telah dibayar pada periode berjalan dan periode sebelumnya dari jumlah pajak yang terhutang untuk periodeperiode tersebut. Aktiva Pajak Kini harus dikompensasi (offset) dengan Kewajiban Pajak Kini dan jumlah netonya harus disajikan pada Neraca. Kompensasi ini tidak dilakukan apabila pajak tersebut untuk entitas hukum yang berbeda dalam suatu laporan keuangan konsolidasi. IV-11

(h) Biaya Dibayar Dimuka Pos ini merupakan biaya yang telah dibayar namun pembebanannya baru akan dilakukan pada periode yang akan datang seperti premi asuransi dibayar dimuka, bunga dibayar dimuka dan sewa dibayar dimuka. (i) Aktiva Lancar Lain-lain Pos ini mencakup aktiva lancar yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam huruf (a) sampai dengan (h) di atas, termasuk pembayaran di muka untuk memperoleh barang atau jasa yang akan digunakan dalam waktu 12 (dua belas) bulan atau satu siklus operasi normal perusahaan. (2) Aktiva Tidak Lancar (a) Piutang Hubungan Istimewa Pos ini merupakan piutang yang timbul sebagai akibat dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya yaitu Kas dan Setara Kas, serta Piutang Usaha. Piutang Hubungan Istimewa disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan. Jika dibentuk penyisihan untuk piutang hubungan istimewa, maka harus diungkapkan alasan, dasar pembentukan penyisihan dan penjelasan terjadinya piutang hubungan istimewa tersebut. (b) Aktiva Pajak Tangguhan Pos ini merupakan jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya : Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; dan Sisa kompensasi kerugian. Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai Aktiva Pajak Tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi. Aktiva pajak tangguhan disajikan sebesar jumlah yang dapat dipulihkan kembali. Aktiva Pajak Tangguhan harus dikompensasi (offset) dengan Kewajiban Pajak Tangguhan dan jumlah netonya disajikan pada Neraca. Kompensasi ini tidak dilakukan apabila pajak tersebut untuk entitas hukum yang berbeda dalam suatu laporan keuangan konsolidasi. (c) Investasi Pada Perusahaan Asosiasi Pos ini merupakan investasi pada perusahaan asosiasi yang dimaksudkan untuk dimiliki oleh perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi pada perusahaan asosiasi (perusahaan memiliki 20% sampai dengan 50% bagian ekuitas perusahaan investee), harus disajikan menggunakan metode ekuitas. (d) Investasi Jangka Panjang Lain Pos ini merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki oleh perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi ini dapat berbentuk investasi dalam efek hutang dan efek ekuitas, investasi dalam properti dan investasi lainnya. IV-12

Investasi dalam efek ekuitas (perusahaan memiliki kurang dari 20% saham perusahaan investee), harus diklasifikasikan sebagai "Tersedia untuk dijual". Dalam hal ini, prosedur untuk pengklasifikasian, pengukuran dan pengakuan sama dengan yang digunakan untuk investasi jangka pendek. Investasi dalam efek hutang, harus diklasifikasikan sebagai "Dimiliki hingga jatuh tempo" atau "Tersedia untuk dijual". Dalam hal ini, prosedur untuk pengklasifikasian, pengukuran dan pengakuan sama dengan yang digunakan untuk investasi jangka pendek. Investasi pada efek yang seharusnya disajikan sebesar nilai wajar, tetapi efek tersebut tidak aktif diperdagangkan dan nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal, harus disajikan sebesar biaya perolehan. Investasi dalam properti, harus disajikan di neraca sebesar harga perolehan. Investasi pada Kerja Sama Operasi (hak bagi pendapatan) harus disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu biaya perolehan setelah memperhitungkan akumulasi amortisasinya. Investasi lainnya harus disajikan sebesar nilai wajar. Apabila suatu investasi jangka panjang disajikan sebesar biaya, namun jumlah yang dapat dipulihkan ternyata kurang dari nilai tercatat (penurunan nilai permanen), maka nilai tercatat investasi tersebut harus dikurangi sampai jumlah yang dapat dipulihkan tersebut. Pengurangan ini adalah kerugian penurunan nilai, yang termasuk dalam Laporan Laba Rugi. Investasi "Tersedia untuk dijual" yang disajikan sebesar nilai wajarnya dapat mengalami penurunan nilai secara permanen apabila terdapat bukti yang obyektif. Keadaan ini terjadi akibat penurunan kondisi keuangan dan kondisi lainnya dari perusahaan penerbit Efek tersebut. Penurunan permanen ini menyebabkan nilai tercatat Efek melebihi estimasi jumlah yang dapat dipulihkan. Dalam hal ini kerugian penurunan nilai ini diperlakukan sebagai berikut : (e) Aktiva Tetap Kerugian bersih kumulatif untuk Efek tertentu yang telah diakui secara langsung dalam komponen ekuitas harus dipindahkan dari komponen ekuitas dan dimasukkan dalam Laporan Laba Rugi periode berjalan meskipun Efek tersebut belum dijual atau dilepas. Jumlah kerugian yang harus dipindahkan dari ekuitas ke Laporan Laba Rugi, adalah perbedaan antara biaya perolehan Efek dan nilai wajar Efek (nilai tercatatnya), dikurangi dengan kerugian penurunan nilai dari Efek yang sebelumnya sudah diakui dalam Laporan Laba Rugi. Jika dalam periode berikutnya, nilai wajar Efek mengalami kenaikan dan kenaikan tersebut secara obyektif dapat dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi setelah kerugian penurunan nilai sebelumnya diakui dalam Laporan Laba Rugi, maka kerugian penurunan nilai harus dipulihkan melalui Laporan Laba Rugi periode berjalan. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai, baik melalui pembelian atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. IV-13

Yang termasuk dalam aktiva tetap adalah aktiva tetap pemilikan langsung, aktiva sewa guna usaha, aktiva dalam penyelesaian, dan aktiva Kerja Sama Operasi (KSO). Pemilikan Langsung Pos ini merupakan aktiva tetap yang siap pakai, transaksinya telah selesai, dan menjadi hak perusahaan. Aktiva ini dinyatakan sebesar harga perolehan. Aktiva Sewa Guna Usaha Pos ini merupakan aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease). Aktiva sewa guna usaha dinyatakan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Aktiva dalam Penyelesaian Pos ini merupakan aktiva yang masih dalam proses pembangunan dan belum siap untuk digunakan, serta dimaksudkan untuk dipergunakan oleh perusahaan sebagai aktiva tetap dalam kegiatan usahanya. Aktiva ini dinyatakan sebesar biaya yang telah dikeluarkan. Dalam hal proses pembangunan aktiva tersebut terhenti dan tidak mungkin dilanjutkan, maka harus dikeluarkan dari komponen aktiva tetap. Aktiva KSO Pos ini merupakan aktiva yang dibangun dalam rangka kerjasama operasi yang dikelola oleh perusahaan. Untuk KSO dengan pola Bangun Kelola Serah, aktiva KSO akan diserahkan oleh perusahaan kepada mitra KSO pada akhir masa KSO. Sedangkan untuk pola Bangun Serah Kelola, aktiva KSO akan diserahkan oleh mitra KSO kepada perusahaan pada awal masa KSO. Aktiva KSO dinyatakan sebesar biaya perolehannya, atau biaya pembangunan yang tercantum di perjanjian KSO, atau sebesar nilai wajar, dipilih mana yang paling obyektif atau paling berdaya uji. Aktiva tetap disajikan sebesar biaya perolehannya, dan dikurangi akumulasi depresiasinya (kecuali tanah). Biaya perolehan di atas harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (jika ada) : biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau konstruksi aktiva tetap yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi; penurunan nilai aktiva tetap (impairment); dan penilaian kembali aktiva tetap. (f) Aktiva Tak Berwujud Aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter dan tidak memiliki wujud fisik, yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau pemasokan barang/jasa, untuk disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif lainnya. Termasuk dalam aktiva tak berwujud antara lain hak paten, hak cipta, waralaba (franchise), merk dagang, dan goodwill. IV-14

Aktiva tak berwujud disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu biaya perolehan setelah memperhitungkan akumulasi amortisasi dan penurunan nilai aktiva tidak berwujud. (g) Aktiva Lain-Lain Akun-akun yang tidak dapat digolongkan dalam kelompok aktiva di atas disajikan dalam kelompok Aktiva Lain-lain. b) KEWAJIBAN Pos ini mencakup antara lain : Aktiva tetap yang tidak digunakan lagi; Aktiva dari segmen usaha yang telah diputuskan oleh manajemen untuk dihentikan atau akan dijual; Aktiva perusahaan yang dikelola oleh pihak lain dalam rangka KSO; dan Beban tangguhan, misalnya: biaya yang timbul untuk pengurusan legal tanah dan biaya perluasan usaha. Beban tangguhan harus diamortisasi sesuai dengan masa manfaat masing-masing jenis beban. Saldo beban tangguhan sesudah amortisasi yang berkaitan dengan suatu kewajiban, harus dihapuskan secara proporsional, bila sebagian dari kewajiban tersebut dilunasi atau diselesaikan. Aktiva lain-lain disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi dan penurunan nilai (jika ada). Kewajiban merupakan tanggung jawab perusahaan pada saat ini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diperkirakan akan membutuhkan sumber daya perusahaan. Kewajiban disajikan sebesar jumlah yang harus dibayar. (1) Kewajiban Lancar Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar jika diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca atau satu siklus operasi normal perusahaan. Kewajiban lancar dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut : (a) Pinjaman Jangka Pendek Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya. (b) Wesel Bayar Pos ini merupakan hutang usaha pada pihak ketiga yang didukung janji tertulis untuk membayar dalam jangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca atau satu siklus operasi normal perusahaan. c) Hutang Usaha Pos ini merupakan kewajiban yang timbul dalam rangka kegiatan normal perusahaan, baik kewajiban kepada pihak ketiga maupun kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Saldo masing-masing hutang tersebut harus disajikan. IV-15

(d) Hutang Pajak Pos ini merupakan : Kewajiban dalam rangka pajak perusahaan dan pajak lainnya yang belum dibayar. Kewajiban pajak kini, yaitu jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak pada periode berjalan. Kewajiban Pajak Kini harus dikompensasi (offset) dengan Aktiva Pajak Kini dan jumlah netonya harus disajikan pada Neraca. Kompensasi ini tidak dilakukan apabila pajak tersebut untuk entitas hukum yang berbeda dalam suatu laporan keuangan konsolidasi. (e) Beban Masih Harus Dibayar Pos ini merupakan kumpulan dari beberapa jenis beban yang telah menjadi kewajiban perusahaan namun belum jatuh tempo. (f) Bagian Kewajiban Jangka Panjang yang akan Jatuh Tempo dalam Waktu Satu Tahun Pos ini merupakan bagian dari kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca. Pos ini disajikan dalam neraca dengan rincian antara lain sebagai berikut : Pinjaman Jangka Panjang; Hutang Sewa Guna Usaha; dan Hutang Obligasi. (g) Kewajiban Lancar Lain-Lain Pos ini mencakup seluruh kewajiban lancar lainnya, yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam huruf (a) sampai dengan (f) di atas. (2) Kewajiban Tidak Lancar Semua kewajiban lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar merupakan kewajiban tidak lancar. Kewajiban tidak lancar antara lain terdiri dari : (a) Hutang Hubungan Istimewa Pos ini merupakan kewajiban yang timbul sebagai akibat dari adanya transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, diluar kegiatan normal perusahaan. (b) Kewajiban Pajak Tangguhan Pos ini merupakan jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Kewajiban Pajak Tangguhan harus dikompensasi (offset) dengan Aktiva Pajak Tangguhan dan jumlah netonya disajikan pada Neraca. Kompensasi ini tidak dilakukan apabila pajak tersebut untuk entitas hukum yang berbeda dalam suatu laporan keuangan konsolidasi. (c) Pinjaman Jangka Panjang Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya yang diperkirakan penyelesaiannya tidak akan dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi normal perusahaan atau jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal neraca. IV-16

(d) Hutang Sewa Guna Usaha Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada perusahaan sewa guna usaha (leasing company) sehubungan dengan perolehan aktiva perusahaan. Pos ini disajikan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dikurangi angsuran pokok. (e) Hutang Obligasi Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada pemegang obligasi sehubungan dengan penerbitan obligasi perusahaan. Pos ini disajikan sebesar nilai nominal setelah memperhitungkan amortisasi premium atau diskonto. (f) Kewajiban Tidak Lancar Lainnya Pos ini mencakup kewajiban tidak lancar lainnya yang tidak dapat dikelompokkan dalam huruf (a) sampai dengan (e) diatas. Penyajian pos ini dalam neraca disesuaikan dengan urutan jatuh temponya. (g) Hutang Subordinasi Pos ini merupakan pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian subordinasi, di mana pinjaman tersebut baru dapat dibayar kembali apabila perusahaan telah melunasi kewajiban tertentu. (h) Obligasi Konversi Pos ini merupakan hutang obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham perusahaan dimasa yang akan datang. Pos ini disajikan sebesar nilai nominal setelah memperhitungkan amortisasi premium atau diskonto. Biaya emisi efek hutang merupakan biaya transaksi yang harus dikurangkan langsung dari hasil emisi dalam rangka menentukan hasil emisi neto efek hutang tersebut. Selisih antara hasil emisi neto dengan nilai nominal merupakan diskonto atau premium yang harus diamortisasi selama jangka waktu efek hutang tersebut. Saldo biaya emisi efek hutang sebelum berlakunya peraturan ini harus diperlakukan sesuai dengan peraturan ini. Kewajiban berbunga jangka panjang meskipun akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal neraca tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban tidak lancar apabila : (a) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan; (b) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang; dan (c) maksud tersebut pada huruf b didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui. IV-17

c) HAK MINORITAS Pos ini merupakan bagian aktiva neto dari anak perusahaan yang tidak dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh induk perusahaan. d) EKUITAS Pos ini merupakan hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Penyajian Ekuitas dalam Neraca harus memisahkan : (1) Modal Saham Pada pos ini disajikan nilai nominal untuk setiap jenis saham. Disamping itu, pada pos ini disajikan : (a) Modal Dasar Jumlah saham, untuk setiap jenis saham, sesuai dengan anggaran dasar perusahaan. (b) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Jumlah saham, untuk setiap jenis saham, yang telah ditempatkan dan disetor penuh. (2) Tambahan Modal Disetor (Additional Paid-in Capital ) - Bersih Tambahan modal disetor disajikan di neraca dengan menjumlahkan pos-pos berikut ini : (a) Agio Saham Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham diatas nilai nominal. (b) Biaya Emisi Efek Ekuitas Pos ini merupakan biaya yang berkaitan dengan penerbitan efek ekuitas perusahaan. Biaya ini mencakup fee dan komisi yang dibayarkan kepada penjamin emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar modal, dan biaya pencetakan dokumen pernyataan pendaftaran, biaya pencatatan efek ekuitas di bursa efek, serta biaya promosi. Biaya-biaya yang berkaitan dengan pencatatan saham di bursa efek atas saham yang sudah beredar dan biaya yang berkaitan dengan dividen saham dan pemecahan saham tidak termasuk dalam pos biaya emisi efek ekuitas. Saldo biaya emisi efek ekuitas sebelum berlakunya peraturan ini harus diperlakukan sesuai dengan peraturan ini. Dalam hal perusahaan melakukan pembagian saham bonus yang berasal dari Agio Saham, jumlah yang dapat dibagikan adalah jumlah Agio Saham setelah dikurangi Biaya Emisi Efek Ekuitas. (c) Selisih Modal Dari Perolehan Kembali Saham (d) Modal Sumbangan (e) Selisih Kurs atas Modal Disetor Pos ini merupakan selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal. IV-18

(f) Modal Disetor Lainnya Antara lain merupakan : Kelebihan setoran modal di atas Modal Dasar atau Modal Ditempatkan. Dalam hal Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, uang muka pemesanan saham disajikan sebagai Modal Disetor Lainnya. Namun apabila uang muka tersebut melebihi jumlah yang akan menjadi modal saham (oversubscribed), maka kelebihan tersebut harus disajikan sebagai kewajiban lancar. Nilai waran pisah (detachable warrant) yang belum dan tidak dilaksanakan. (3) Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan. Pos ini merupakan selisih pos-pos aktiva dan kewajiban di Neraca dan pos-pos Laporan Laba Rugi anak perusahaan di luar negeri yang menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang negara tempat berusaha. (4) Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan / Perusahaan Asosiasi Pos ini merupakan perbedaan nilai investasi perusahaan pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi sebagai akibat adanya perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang bukan berasal dari transaksi antara perusahaan dengan anak perusahaan / perusahaan asosiasi tersebut. (5) Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali Pos ini merupakan selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali. (6) Keuntungan (Kerugian) yang Belum Direalisasi dari Efek Tersedia Untuk Dijual Pos ini merupakan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari efek ekuitas dan efek hutang yang tersedia untuk dijual. (7) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Pos ini merupakan tambahan nilai aktiva tetap sebagai hasil penilaian kembali sesuai ketentuan Pemerintah, setelah memperhitungkan pajak yang terkait. (8) Saldo Laba Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Dalam hal dilakukan kuasi reorganisasi, jumlah saldo laba negatif yang dieliminasi harus disajikan selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun dilakukannya kuasi reorganisasi. Tanggal terjadinya kuasi reorganisasi harus diungkapkan pada akun saldo laba untuk jangka waktu sepuluh tahun ke depan. (9) Modal Saham Diperoleh Kembali Pos ini merupakan nilai saham perusahaan yang diperoleh kembali, yang disajikan sebagai pengurang ekuitas. IV-19

b. LAPORAN LABA RUGI 1) Pengertian Laporan laba rugi merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya. 2) Komponen Utama Laporan Laba Rugi Komponen utama laporan laba rugi yang diuraikan di bawah ini menggunakan metode beban fungsional. Bagi jenis-jenis industri tertentu, dimungkinkan untuk menggunakan metode lain yang telah ditentukan. a) Penjualan bersih atau Pendapatan Usaha; b) Beban Pokok Penjualan; c) Laba (Rugi) Kotor; d) Beban Usaha; e) Laba (Rugi) Usaha; f) Penghasilan (Beban) Lain-lain; g) Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi; h) Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan; i) Beban (Penghasilan) Pajak; j) Laba (Rugi) dari Aktivitas Normal; k) Pos Luar Biasa; l) Laba (Rugi) Sebelum Hak Minoritas; m) Hak Minoritas atas Laba (Rugi) Bersih Anak Perusahaan; n) Laba (Rugi) Bersih; Pada bagian bawah Laporan Laba Rugi agar dicantumkan: o) Laba (Rugi) Per Saham Dasar; dan p) Laba (Rugi) Per Saham Dilusian. 3) Rincian Komponen Laporan Laba Rugi a) Penjualan Bersih atau Pendapatan Usaha Penjualan bersih atau pendapatan usaha merupakan pendapatan yang bersumber dari kegiatan utama perusahaan, seperti penjualan produk, penjualan barang dagangan utama, dan pendapatan jasa. Penjualan atau pendapatan usaha disajikan bersih setelah dikurangi potongan penjualan, retur penjualan dan lain-lain. b) Beban Pokok Penjualan Pos ini merupakan nilai tercatat dari persediaan yang dijual untuk menghasilkan penjualan atau pendapatan usaha. IV-20

c) Beban Usaha Pos ini merupakan beban kegiatan utama perusahaan, yang pada umumnya dilaporkan dalam dua kategori, yaitu : (1) Beban Penjualan; dan (2) Beban Umum dan Administrasi. d) Penghasilan (Beban) Lain-lain (1) Penghasilan (Beban) Lain-lain merupakan penghasilan dan beban yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan kegiatan usaha utama perusahaan. (2) Penghasilan (Beban) Lain-Lain disajikan dengan merinci antara lain: laba (rugi) penjualan aktiva tetap, laba (rugi) kurs, pendapatan bunga, dan beban bunga. e) Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi Pos ini merupakan laba (rugi) perusahaan asosiasi pada periode berjalan yang diakui oleh perusahaan sesuai dengan persentase kepemilikan. f) Beban (Penghasilan) Pajak Pos ini merupakan jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam perhitungan laba atau rugi pada periode berjalan. g) Pos Luar Biasa Pos ini berasal dari suatu kejadian atau transaksi yang memenuhi kriteria tidak normal (unusual) dan tidak sering terjadi (infrequent). Pos luar biasa disajikan bersih setelah memperhitungkan pajak. h) Hak Minoritas Atas Laba (Rugi) Bersih Anak Perusahaan Pos ini merupakan bagian laba (rugi) bersih dari anak perusahaan yang tidak dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh induk perusahaan. i) Laba (Rugi) Per Saham Dasar Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) bersih pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan. j) Laba (Rugi) Per Saham Dilusian Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan saham biasa yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Jumlah saham biasa yang akan diterbitkan saat konversi efek berpotensi saham biasa ditentukan sesuai persyaratan efek berpotensi saham biasa tersebut. Penghitungan ini mengasumsikan nilai konversi atau harga pelaksanaan yang paling menguntungkan dari sudut pandang pemegang efek berpotensi saham biasa. IV-21

c. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS 1) Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan. 2) Komponen Laporan Perubahan Ekuitas Laporan ini harus menyajikan : a) Laba (rugi) bersih periode pelaporan; b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian yang diakui secara langsung dalam ekuitas; Contoh pos ini antara lain keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual. c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan mendasar; Pengaruh kumulatif ini disajikan bersih setelah memperhitungkan pajak. Perubahan kebijakan akuntansi dapat berupa perubahan kebijakan penilaian persediaan dari metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) menjadi metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO). d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, antara lain berupa penyetoran modal saham dan pembagian dividen; e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya. Saldo ini disajikan dengan memisahkan : (1) Yang Telah Ditentukan Penggunaannya Dalam pos ini dilakukan pemisahan antara jumlah yang telah ditentukan penggunaannya oleh perusahaan dan yang diwajibkan oleh peraturan yang berlaku. (2) Yang Belum Ditentukan Penggunaannya Pos ini merupakan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya oleh perusahaan. f) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor dan pos-pos ekuitas lainnya pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. d. LAPORAN ARUS KAS 1) Pengertian Laporan ini menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. 2) Komponen Utama Laporan Arus Kas IV-22