Perpajakan (Sesi 1) Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57 kuloaryo@gmail.com
Definisi dan Unsur Perpajakan Definisi Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU No. 28/2007 KUP Pasal 1 ayat (1)) Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dr. Soeparman Soemahamidjadja Iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektip dalam mencapai kesejahteraan umum. Prof.Dr.P.J.A.Adriani Iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yg langsung dpt ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Unsur Perpajakan Iuran dari rakyat atau badan kepada negara Berdasarkan Undang-Undang (dipaksa) Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi langsung Digunakan untuk membiayai negara Pembiayaan Negara Negara Perorangan atau Badan Budgetair Reguler
Fungsi pajak Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya (sumber dana APBN). Fungsi Mengatur (Reguler). Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi Pajak, Retribusi dan Sumbangan PAJAK RETRIBUSI SUMBANGAN Ketiadaan kontrapretasi langsung bagi pembayar pajak Unsur paksaan bersifat pidana dan administrative Memiliki kontrapretasi langsung Unsur paksaan bersifat ekonomis Tidak terdapat unsur paksaan Penerima manfaat dapat dikenali dengan jelas
Syarat Pemungutan Perpajakan Syarat-syarat Pemungutan Pajak 1. Syarat Keadilan Pemungutan pajak harus adil, sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan maka undang-undang dan pelaksanaan pemungutan pajak harus adil,dengan memperhatikan kondisi - kondisi tertentu. 2. Syarat Yuridis Pemungutan pajak harus berdasarkan undang- undang untuk memberikan jaminan hukum dan menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warga negara. 3. Syarat Ekonomis Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan. 4. Syarat Efisien. Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. 5. Syarat Sederhana Sistem pemungutan pajak harus sederhana sehingga akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
Pengelompokan Perpajakan 1. Menurut Golongan : a) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). a) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. 2. Menurut Sifatnya : Contoh : Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Pertambahan Nilai (PPN). a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : PPN & PPnBM
3. Menurut Lembaga Pemungutnya a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Lembaga yang memungut Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3, Bea Meterai, Bea Cukai. b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah, baik Pemerintah Daerah Tingkat I maupun Pemerintah Daerah Tingkat II Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Reklame.
Pusat DirJen Pajak Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, PBB P3 DirJen Bea & Cukai Bea Masuk Cukai Pajak Daerah Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota Pajak kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air, Bea Balik Nama Kendaraan, Bermotor & Kendaraan di atas air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Pajak Hotel, Pajak Resotoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan, Galian Golongan C, Pajak Parkir, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) P2, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)x
Tata Cara Pemungutan Perpajakan Stelsel Pajak 1) Stelsel Nyata (Riel Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata sehingga pungutannya baru dilakukan setelah penghasilannya diketahui 2) Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel) Pengenaan Pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh UU, misal penghasilan tahun ini dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun sudah dapat ditentukan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan 3) Stelsel Campuran Kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Apabila kurang, WP harus menambah atau apabila lebih dikembalikan.
Asas A. Asas Domisili Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayah pabean indonesia, sekalipun penghasilan diperoleh dari luar negeri. B. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. C. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara Yang mana asas tersebut mencakup unsur, Adam Smith (1723-1790) : Equality : Pemungutan pajak harus bersifat final, adil, dan merata Certainty : Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang Convenience : Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak Eficiency : Biaya pemungutan dan pemenuhan biaya kewajiban bagi wajib pajak diharapkan seminimal mungkin
Sistem Pemungutan Pajak 1) Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 2) Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang dan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. 3) With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Aspek Perpajakan 1. Aspek Ekonomi Pajak dianggap sebagai penerimaan negara untuk kesejahteraan masyarakat. Pajak lebih menitik-beratkan pada pelayanan publik. 2. Aspek Hukum Pajak harus berdasarkan perundang-undangan yang disahkan melalui mekanisme pemerintah beserta DPR 3. Aspek Keuangan Pajak diukur dari Tax Ratio. Semakin maju sistem pajak akan semakin tinggi Tax Ratio 4. Aspek Sosiologi Pajak harus memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata.
Utang Pajak Timbul Dan Hapusnya Utang Pajak 1. Ajaran Formil Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official Assessment System 2. Ajaran Materiil Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal, antara lain : 1. Pembayaran 2. Kompensasi 3. Daluwarsa (Kadaluarsa) 4. Meninggal dunia 5. Pembebasan dan penghapusan
Hambatan Pemungut Pajak Dikelompokkan menjadi : 1. Perlawanan Pasif : Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain : Perkembangan intelektual dan moral masyarakat Sistem perpajakan yang sulit dipahami masyarakat Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain : - Tax Avoindance, Usaha meringankan beban pajak dengan tidak melapor keadaan sesungguhnya tapi tidak menyimpang dari peraturan perundangan yang ada. Artinya,ada suatu celah dalam UU PPN/PMK/Perdirjen yang dapat dimanfaatkan oleh WP Contoh : Makan di Warung Makan misalnya : Warteg, Kaki Lima, Warnas, RM.Padang, dll. 2. Perlawanan Aktif : Meliputi semua usaha melanggar undang-undang. Artinya, ada suatu celah dalam UU PPN/PMK/Perdirjen yang dapat dimanfaatkan oleh WP untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar dengan menggunakan cara yang illegal. Bentuknya antara lain : - Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara yang melanggar undang-undang (menggelapkan pajak). Contoh : Perdagangan BlackMarket, Penyelundupan, Manipulasi Laporan Pajak, Manipulasi Faktur Pajak, dll.
Kedudukan Hukum Pajak Hukum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Hukum Perdata : Mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya. 2. Hukum Publik : Mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum publik ini dapat dirinci lagi sebagai berikut : a. Hukum Tata Negara b. Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif) c. Hukum Pajak d. Hukum Pidana Hukum Pajak merupakan bagian dari Hukum Publik.
Hukum Pajak Ada dua macam hukum pajak, yaitu : 1. Hukum Pajak Materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (obyek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subyek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan kukum antara pemerintah dan wajib pajak. Hukum Pajak Materiil menjelaskan pengertian tentang: a) Subjek dan objek pajak b) Tarif dan batasan pengenaan pajak c) Dasar pengenaan pajak d) Utang pajak dan piutang pajak e) Kredit pajak f) Pemotongan dan pemungutan pajak
2. Hukum Pajak Formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan. Dalam arti mengatur antara lain persayaratan permohonan NPWP, persyaratan permohonan PKP, tata cara pemeriksaan pajak, persyaratan keberatan, banding, gugatan Hukum ini memuat antara lain : a) Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak. b) Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak c) Kewajiban - kewajiban wajib pajak dan hak-hak wajib pajak
Tarif Pajak 1. Tarif Pajak Proporsional/Sebanding Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. contoh : PPN 2. Tarif Pajak Progresif Persentase tarif digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. contoh : Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Pajak Kendaraan Bermotor 3. Tarif Pajak Degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar 4. Tarif Pajak Tetap Tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap contoh : Bea Materai
Terima Kasih kuloaryo@gmail.com
Tugas Kelompok Kelompok A Membuat Artikel/Makalah Pajak tentang : Fungsi Budgedtair, disertakan contohnya Hukum Pajak Materiil, disertakan contohnya Tarif Pajak Degresif Tarif Pajak Tetap Presentasikan pada pertemuan ke 2 Kelompok B Membuat Artikel/Makalah Pajak tentang : Fungsi Reguler disertakan contohnya Hukum Pajak Formil, disertakan contohnya Tarif Pajak Proporsional/Sebanding Tarif Pajak Progresif Presentasikan pada pertemuan ke 2