Taxonomi Tujuan Instruksional

dokumen-dokumen yang mirip
RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Kategori Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Jenis Perilaku

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM

Taksonomi Perilaku. 1.mengidentifikasikan. C1 Pengetahuan Mengatahui... Misalnya: istilah, kata benda, kata kerja

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI SIDANG PENDIDIKAN GRUP II PROGRAM PELATIHAN BERKOMPETENSI ANGGOTA AFFAVETI

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Imanuela Caesarona Thenu Kebutuhan Pembelajaran

TAXONOMI UNTUK TUJUAN INSTRUKSIONAL DIGUNAKAN UNTUK PENYUSUNAN SAP (SATUAN ACARA PERKULIAHAN)

MATERI 3. copyright dit.akademik.ditjen.dikti

DISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran)

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

ASPEK PENILAIAN MATA KULIAH ADAPTIF SOFTSKILL I. Tingkatan kemampuan kemampuan ranah kognitif. Indikator Penilaian

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

TAKSONOMI PEMBELAJARAN

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

TAXONOMY BLOOM'S THEORY. Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap)

Perumusan Tujuan Instruksional

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

TAKSONOMI DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

SISTEM PENILAIAN KTSP. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan

Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom

ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

ASPEK-ASPEK PENILAIAN (RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, & PSIKOMOTOR) ASSESMEN PEMBELAJARAN FISIKA JURDIK FISIKA FPMIPA UPI

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

FM-UDINUS-BM-08-05/R0


KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

KOPWIL 6 PEKERTI DOSEN UNIMUS SEMARANG, 30 JAN 2017

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan.

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

ANALISIS SIKAP MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA PADA PRAKTIK PENYELENGGARAAN EVENT ORGANIZER

TAXONOMY OF EDUCATIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundametal

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Instruksional Umum (TIU) Oleh Unggul P. Juswono. Kompetensi Seorang Sarjana S1, S2, S3 ?????????

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA. Kuliah ke-4: Klasifikasi Kemampuan yang Dinilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

Transkripsi:

Taxonomi Tujuan Instruksional Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taxonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi dosen. Dengan pemahaman ini dosen akan dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas apakah tujuan instruksional matakuliah yang diasuhnya lebih bersifat kognitif, dan mengacu kepada tingkat intelektual tertentu, atau lebih bersifat afektif atau psikomotorik. Perumusan tujuan instruksional yang jelas, terukur dan dapat diamati menjadi semakin penting untuk dapat menentukan apakah suatu proses belajar mengajar mencapai tujuan atau tidak. Perumusan tujuan yang terkesan kabur,seperti menghayati kehidupan beragama, atau memahami struktur konstruksi pondasi cakar ayam tidak lagi dianggap cukup, sebab rumusan seperti ini tidak tegas menyatakan perilaku atau performance apa yang diharapkan sebagai hasil belajar. Cara merumuskan tujuan instruksional secara tepat dapat dilihat dari buku Desain Instruksional, Bab III (Atwi Suparman, 1993). Tujuan instruksional dirumuskan menggunakan cara sebagai berikut: 1. menyebutkan pelaku (audience), dalam ruang lingkup pendidikan tinggi adalah mahasiswa. 2. Menyebutkan kompetensi atau perilaku akhir yang diharapkan dapat dilakukan mahasiswa, dengan menggunakan kata kerja yang operasional. Contoh: 1. Pada akhir mata kuliah mahasiswa akan dapat menjelaskan peranan hukum lingkungan dalam pembangunan. 2. Pada akhir mata kuliah mahasiswa akan dapat membuat proposal penelitian. Dalam menentukan dan merumuskan tujuan instruksional, dosen seringkali membatasi diri hanya menggunakan keterampilan atau kemampuan berpikir yang rendah, seperti kemampuan mengingat (recall). Contoh tujuan instruksional yang berorientasi pada ingatan ini misalnya menyebutkan definisi X dan semacamnya. Sedangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menjelaskan hubungan dan pengaruh inflasi pada suku bunga bank jarang digunakan. Di samping itu, dosen juga lebih banyak menggunakan tujuan yang bersifat kognitif, atau psikomotor, dibandingkan yang bersifat afektif. Pada kenyataannya, mahasiswa yang telah menyelesaikan suatu proses pendidikan akan mengalami perubahan prilaku bukan saja dalam hal kognitif tetapi juga pada afektifnya. Salah satu sebab orientasi yang kuat kepada kognitif ini mungkin karena lebih mudah mengukur pencapaian kognitif daripada afektif. Mengukur tujuan afektif yang melibatkan pemilikan dan pengamalan system nilai (value system) tidaklah mudah. Seperti contoh, kemampuan menjelaskan kaidah hubungan industrial Pancasila, yang merupakan kemampuan kognitif, belum menjamin bahwa orang yang bersangkutan menganggap konsep tersebut sebagai nilai yang secara konsisten akan diperaktekkan. Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, dosen perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan instruksional. Dengan demikian dosen dapat memilih mana yang sesuai dengan matakuliah yang diasuhnya dan kegiatan instruksional yang dirancangnya. Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, taksonomi dalam bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokan benda ke dalam benda cair, benda padat dan gas. Taksonomi dalam bidang ilmu botani mengelompokan tumbuhan berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan bersel satu dan tumbuhan bersel banyak. 1/11

Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut: Perlu adanya kejelasan terminology yang digunakan dalam tujuan instruksional sebab tujuan instruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan prilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar. Sebagi alat yang akan membantu dosen dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi. Kawasan Tujuan instruksional Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga kelompok, yaitu tujuan yang bersifat: Kognitif Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan kemampuan untuk memecahakan suatu masalah (problem solving) yang menuntut mahasiswa untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana disebutkan sebelumnya tujuan kognitif ini paling sering digunakan dalam proses insruksional. Afektif Tujuan afektif yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai dengan yang kompleks yang merupakan factor internal seseorang, seperi kepribadian dan hati nurani. Dalam literature tujuan afektif ini disebutkan sebagai : minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta kecenderungan emosi. Psikomotor Tujuan psikomotor berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tinadakan (action) yang memerlukan koordinasi antaraayaraf dan otot. Dalam literature tujuan ini tidak banyak ditemukan penjelasannya, dan biasanya dihubungkan dengan latihan menulis, berbicara, berolahraga, serta matakuliah yang berhubungan dengan keterampilan teknis. Taksonomi Tujuan Kognitif Taksonomi Tujuan Kognitif Menurut Bloom Taksonomi Bloom sangat dikenal di Indonesia, bahkan tampaknya yang paling terkenal dibandingkan dengan Taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam kategori. Ke enam kategori ini mencakup kompetensi keterampilan intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai dengan yang paling kompleks (tingkat evaluasi). Ke enam kategori ini diasumsikan bersifat hierarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya apabila tujuan pada level yang lebih rendah telah dikuasai. 1. Pengetahuan/pengenalan Tujuan instruksional pada level ini menuntut mahasiswa untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti misalnya: fakta, terminology, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya. 2. pemahaman Tujuan pada kategori ini berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menerjemahkan, atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan katakata sendiri. 2/11

Kata kerja yang diperoleh harus operasional, dengan pengertian bahwa kompetensi dan perilaku tersebut dapat diukur unjuk kerjanya. Hal ini penting untuk menunjukkan apakah tujuan instruksional yang ditetapkan dapat tercapai atau tidak pada akhir perkuliahan. 3. Penerapan Penerapan merupakan kemapuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Sebagai contoh, menyusun kuesioner penelitian untuk penulisan skripsi merupakan penerapan prinsip-prinsip penyusunan instrument penelitian yang sebelumnya telah dipelajari mahasiswa dalam mata kuliah metode penelitian. 4. Analisis Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagsan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Sebagai contoh, pembuatan kritik suatu karya literature atau seni merupakan analisis. Tugas seperti ini memerlukan kemampuan analisis sebab menuntut mahasiswa untuk membuat tanggapan terhadap berbagai aspek, seperti tema, plot, derajat realisme, dan sebagainya, serta melihat hubungan di antara aspek-aspek tersebut. 5. Sintesis tujuan instruksional level ini menuntut mahasiswa untuk mampu mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis esay tentang Perwujudan Bhinneka Tunggal Ika dalam masyarakat Indonesia merupakan contoh sintesis. Dalam hal ini mahasiswa harus melihat berbagai aspek sosial, budaya dan ekonomi dalam kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan, sistem keagamaan, dan sebagainya, dan kemudian membandingkan perwujudan berbagai aspek tersebut dan membuat kesimpulan. 6. Evaluasi Tujuan ini merupakan tujuan yang paling tinggi tingkatnya, yang mengharapkan mahasiswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Sebagai contoh, kemampuan mengevaluasi suatu program video apakah memenuhi syarat sebagai program instruksional yang baik atau tidak, merupakan tujuan tingkat evaluasi. Dalam hal ini mahasiswa harus mempertimbangkan dari segi isi, strategi presentasi, budaya, karakteristik pengguna, dan sebagainya. Di samping itu kriteia program yang baik harus terlebih dahulu jelas bagi mahasiswa. Taksonomi Tujuan Psikomotor Tujuan instruksional kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow (1972). Taxonomy Harrow ini juga menyusun tujuan psikomotor secara hierarkhis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai yang paling kompleks. 1. Meniru (Immitation) Tujuan instruksional pada tingkat ini mengharapkan mahasiswa untuk dapat meniru suatu prilaku yang dilihatnya. 3/11

2. Manipulasi (Manipulation) Pada tingkat ini mahasiwa diharapkan untuk melakukan suatu prilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Mahasiswa diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal, dan diharapkan melakukan tindakan (perilaku) yang diminta. Contoh kata kerja yang digunakan sama dengan untuk kemampuan meniru. 3. Ketetapan Gerakan (Precision) Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan mekukannya dengan lancar, tepat, seimbang dan akurat. 4. Artikulasi (Artikulation) Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. 5. Naturalisasi (Naturalization) Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Mahasiswa melakukan gerakan tersebut tanpa berfikir lagi cara melakukannya dan urutannya. Taxonomi Tujuan Afektif Bagian berikut ini akan membahas tentang taxonomi tujuan afektif. Taxonomi afektif yang paling terkenal dikembangkan oleh Krathwohl, dkk. Pada dasarnya Krathwohl berusaha mengembangkan taxonomi ini ke dalam lima tingkat perilaku. Taxonomi Tujuan Afektif Menurut Krathwohl, dkk. Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) mengembangkan taxonomi tujuan yang berorientsikan kepada perasaan atau afektif. Taxonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam 5 kelompok. Pengenalan (Receiving) Pemberian Respon (Responding) Penghargaan terhadap nilai (Valuing) Pengorganisasian (Organization) Pengamalan (Characterization) Pengelompokan ini juga bersifat hierarkhis, dengan pengenalan sebagai tingkat yang paling rendah (sederhana)dan pengamalan sebagai tingkat paling tinggi. Makin tinggi tingkat tujuan dalam hierarkhi semakin besar pula keterlibatan dan komitmen seseorang terhadap tujuan tersebut. 1. Pengenalan/Penerimaan (Receiving) Tujuan instruksional kelompok ini mengharapkan mahasiswa untuk mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini mahasiswa masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Contoh kata kerja operasional: Mendengarkan Menghadiri, Melihat, Memperhatikan 2. Pemberian Respon (Responding) keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda, atau sistem nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk 4/11

menunjukkan prilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta. 3. Penghargaan Terhadap Nilai (Valuing) Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan persaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini mahasiswa secara konsisten berprilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lian yang meminta, atau mengharuskan. Nilai dan value ini dapat saja dipelajari dari orang lain,misalnya dosen, teman atau keluarga. 4. Pengorganisasian (Organization) Pengorgaisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini mahasiswa menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Dia diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem nilai, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. 5. Pengamalan (Characterization) pengamalan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini mahasiswa bukan saja telah mencapai perilaku-perilaku pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan menyakinkan, dan prilakunya akan selalu konsisten dangan filsafat hisup tersebut. Filsafat hidup tersebut merupakan bagian dari karakter. Dari contoh-contoh tujuan afektif ini terlihat bahwa pada tingkat-tingkat yang tinggi (valuing, organization dan characterization) perilaku yang merupakan indikator tercapainya tujuan-tujuan tersebut terlihat overlapping dan tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Ini menunjukkan bahwa meskipun secara konseptual tingkat-tingkat tersebut dapat dipisahkan dan nampaknya mempunyai hubungan hierarkhis, perumusan tujuan tidak dapat dengan jelas dibedakan. Hal ini pulalah yang membuat tujuan afektif menjadi sulit dievaluasi apakah tercapai atau tidak. Integrasi Tujuan Kognitif dan Afektif Dalam Pembelajaran Sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan, dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara unsur kognitif dan afektif dalam diri mahasiswa. Sikap yang apriori terhadapsuatu konsep atau prosedur kerja dapat menjadi hambatan bagi tercapainya tujuan kognitif. Sebaliknya, untuk mengubah suatu sikap atau megadopsi suatu nilai, mahasiswa juga memerlukan pemahaman yang sifatnya kognitif. Dalam proses pembelajaran tertentu aspek kognitif dan afektif merupakan dua sisi mata uang yang perlu ada. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran dosen perlu memperhatikan tujuan afektif ini dan secara terencana berusaha untuk mencapainya. Berbeda dengan tujuan kognitif, tujuan afektif lebih sulit dievaluasi. Salah satu sebabnya adalah bahwa mencapai tujuan afektif memerlukan waktu lama. Sebagai contoh, menjadi ahli dalam hukum atau politikus yang mempunyai kredibilitas tinggi jelas tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat. 5/11

Untuk tingkat-tingkat yang lebih sederhana, seperti mengenal atau memberi respon, pencapaiannya mungkin tidak memerlukan waktu lama, dan dengan cepat dapat diketahui tercapai atau tidak. Di antara kawasan tujuan pendidikan yang paling banyak mendapatkan perhatian pada jenjang pendidikan tinggi adalah kawasan kognitif. Di dalam kawasan kognitif yang paling penting adalah jenjang analisis, sintesis, dan evaluasi karena sangat dibutuhkan dalm pemecahan masalah. Kemampuan memecahkan masalah ini dikuasai bila peserta didik mempunyai strategi kognitif yang baik. Oleh sebab itu dalam bab yang akan datang akan dibahas konsep strategi kognitif dan bagaimana cara mengajaran yang dapat menumbuhkannya. Rangkuman 1. Tujuan Instruksional dikelompokkan dalam tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, psikomotor dan afektif. 2. terdapat salah konsep (misconception) tujuan instruksional yang mengatakan bahwa dalam perumusan tujuan, kompetensi yang sederhana kurang penting dibandingkan dengan kompetensi yang lebih kompleks. Di samping itu terdapat salah konsep bahwa setiap kawasan (domain) dapat secara tegas dipisahkan dari yang lain. Padahal kenyataan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran ketiga domain tersebut berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan belajar. 3. Tujuan kognitif dapat disusun berdasarkan Taxonomy Bloom, Gagne, Merill atau Gerlach, dan Sullivan. 4. Tujuan psikomotor dapat disusun menurut Harrow yang membagi kompetensi psikomotor ke dalam 5 tingkatan yang bersifat hierarkhis. 5. Tujuan afektif dapat disusun berdasarkan taxonomy menurut Krathwohl, Martin, dan Briggs. 6. Mengingat bahwa pada kenyataanya terjadi interaksi antara faktor kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pembelajaran, jika relevan, dalam penyusunan tujuan instruksional pengintegrasian jenis-jenis tujuan tersebut perlu dilakukan. References : Krathwohl, D.R, Bloom & Marsia. (1964).Taxonomy of Educational Objectives. New York:Longman. Marlin, B.L & Brigg, L.J (1986). The Affective and Cognitive Domains. New Jersey : Educational Technology Publication. Suparman, A.(1994). Desain Instruksional. Jakarta : Pusat Antar Universitas-PPAI Harrow, A.J.(1972). A taxonomy of the Psychomotor Domain. New York :David McKay Company Suciati (2001). Taksonomy Tujuan Instruksional. Jakarta : Pusat Antar Universitas-PPAI 6/11

Lampiran-1 RANAH-RANAH ( Taxonomy Bloom) Petunjuk : Pada saat merumuskan Tujuan Instruksional Umum Umum (TIU)dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) kata kerja yang digunakan adalah Kata-kata Kerja Operasional yang terdapat pada kolom ke 3 ( paling kanandari tabel dibawah ini). Ranah Kogntif Kategori Jenis Perilaku Pengetahuan Pemahaman Penerapan Mengetahui.. Misalnya: istilah fakta aturan urutan metode Kemampuan Internal Menterjemahkan Menafsirkan Memperkirakan Menentukan.. misalnya: metode prosedur Memahami.. misalnya: konsep kaidah prinsip kaitan antara fakta isi pokok Mengartikan/menginterpretasikan.. misalnya: tabel grafik bagan Memecahkan masalah Membuat bagan dan grafik Menggunakan.. misalnya: metode/prosedur konsep kaidah prinsip Kata-kata Kerja Operasiaonal Mengidentifikasikan Menyebutkan Menunjukkan Memberi nama pada Menyusun daftar Menggarisbawahi Menjodohkan Memilih Memberikan definisi Menyatakan Menjelaskan Menguraikan Merumuskan Merangkum Mengubah Memberikan contoh tentang Menyadur Meramalkan Menyimpulkan Memperkirakan Menerangkan Menggantikan Menarik kesimpulan Meringkas Mengembangkan Membuktikan Mendemonstrasikan Menghitung Menghubungkan Memperhitungkan Membuktikan Menghasilkan Menunjukkan Melengkapi Menyediakan 7/11

Analisa Sintesa Evaluasi Mengenali kesalahan Membedakan.. misalnya: fakta dari interpretasi data dari kesimpulan Menganalisa.. misalnya: struktur dasar bagian-bagian hubungan antara Menghasilkan.. misalnya: klarifikasi karangan kerangka teoritis Menyusun.. misalnya: rencana skema program kerja Menilai berdasarkan norma internal.. misalnya: hasil karya seni mutu karangan mutu ceramah program penataran Menilai berdasarkan norma eksternal.. misalnya: hasil karya seni mutu karangan mutu pekerjaan mutu ceramah program penataran Mempertimbangkan misalnya: baik-buruknya pro-kontranya untung-ruginya Menyesuaikan Menemukan Memisahkan Menerima Menyisihkan Menghubungkan Memilih Membandingkan Mempertentangkan Membagi Membuat diagram/skema Menunjukkan hubungan antara Membagi Mengkategorikan Mengkombinasikan Mengarang Menciptakan Mendesain Mengatur Menyusun kembali Merangkaikan Menghubungkan Menyimpulkan Merancangkan Membuat pola Memperbandingkan Menyimpulkan Mengkritik Mengevaluir Memberikan argumentasi Menafsirkan Membahas Menyimpulkan Memilih antara Menguraikan Membedakan Melukiskan Mendukung Menyokong Menolak Ranah Afektif Kategori Jenis Perilaku Penerimaan Partisipasi Kemampuan Internal Menunjukkan.. misalnya: kesadaran kemauan perhatian Mengakui.. Misalnya: kepentingan perbedaan Mematuhi.. misalnya: peraturan tuntutan Kata-kata Kerja Operasional Menanyakan Memilih Mengikuti Menjawab Melanjutkan Memberi Menyatakan Menempatkan Melaksanakan Membantu Menawarkan diri 8/11

Penilaian/Penentuan sikap Organisasi Pembentukan pola perintah Ikut serta secara aktif.. misalnya: di laboratorium dalam diskusi dalam kelompok belajar dalam kelompok tentir Menerima suatu nilai Menyukai Menyepakati Menghargai.. misalnya: karya seni sumbangan ilmu pendapat Bersikap (positif atau negatif) Mengakui Membentuk sistem nilai Menangkap relasi antara nilai Bertanggungjawab Mengistegrir nilai Menunjukkan.. misalnya : kepercayaan diri disiplin pribadi kesadaran Mempertimbangkan Melibatkan diri Menyambut Menolong Mendatangi Melaporkan Menyumbangkan Menyesuaikan diri Berlatih Menampilkan Membawakan Mendiskusikan Menyelesaikan Menyatakan persetujuan Mempraktekkan Menunjukkan Melaksanakan Menyatakan pendapat Mengikuti Mengambil prakarsa Memilih Ikut serta Menggabungkan diri Mengundang Mengusulkan Membela Menuntun Membenarkan Menolak Mengajak Merumuskan Berpegang pada Mengintegrasikan Menghubungkan Mengaitkan Menyusun Mengubah Melengkapi Menyempurnakan Menyesuaikan Menyamakan Mengatur Memperbandingkan Mempertahankan Memodifikasikan Bertindak Menyatakan Memperlihatkan Mempraktekkan Melayani Mengundurkan diri Membuktikan Menunjukkan Bertahan Mempertimbangkan 9/11

Mempersoalkan Ranah Psikomotorik ( Buku Pedoman Penatar Program Ketrampilan Teknik Instruksional PAU-Universitas Terbuka) Kategori Jenis Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Prilaku Imitation Meniru contoh Mempraktekkan, Memainkan Mengikuti, mengerjakan Membuat Mencoba Memperlihatkan Memasang Membongkar Manipulation Berketerampilan Berpegang pada pola Mengoperasikan Membangun Memasang, Membongkar Memperbaiki, Melaksanakan Mengerjakan Menyusun Menggunakan Mengatur Mendemonstrasikan Memainkan Menangani Precision Articulation Naturalization Berketerampilan secara.. misalnya: lancar luwes supel, gesit, lincah Menyesuaikan diri bervariasi Menciptakan yang baru berinisiatif s.d.a. - Mengubah Mengadaptasikan Mengatur kembali Membuat variasi Merancang Menyusun Menciptakan Mendesain Mengkombinasikan Mengatur Merencanakan Reference : Taksonomi Tujuan Instruksional-Program PEKERTI Mengajar di Perguruan Tinggi 10/11

Lampiran-2 Knowledge Question and Answer Sessions Workbook or Worksheets Programmed Instruction Games and Puzzles Information Search Reading Assignment Finding Definitions Memory games or Quizzes Comprehension Debate Dramatization Just Suppose Peer Teaching Morning Talk (Show/Tell) Small Group Projects Making Predictions or Estimates Giving Examples Activities and Corresponding Bloom s Level Application Analysis Synthesis Evaluation Simulation Activities Role Playing and Role Reversal Producing newspaper stories, ads, etc Generating criteria for evaluation (brainstorming) Morphological Analysis/Checker board Attribute listing Procuring an original plan Defining the problem, identifying goals and objectives Organizing and conducting an original product Model building Showing how some Problem Identification idea or product might be changed Interviewing Outlining Written Material Finding new combinations Class or group presentation Conducting Experiments Making up classifications Making Deductions Comparing and contrasting Making evaluations of peer projects and presentations Evaluating data, given criteria to apply Evaluating one s own products and ideas Paraphrasing Source : www.learning.cqu.edu.au/curric_design.php 11/11