STUDI KETERKAITAN ANTAR OBYEK WISATA DALAM RANGKA PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA DI WILAYAH PENGEMBANGAN PARIWISATA (WPP) A KABUPATEN MAGELANG

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KETERKAITAN ANTAR OBYEK WISATA DALAM RANGKA PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA DI WILAYAH PENGEMBANGAN PARIWISATA (WPP) A KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi Pariwisata di Indonesia

DINAS PARIWISATA KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG VISI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.upaya Indonesia dalam mengembangkan sektor wisata itu. Borobudur adalah salah satu objek wisata andalan yang dimiliki oleh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

KUISIONER EVALUASI SUNGAI ELO UNTUK WISATA ARUNG JERAM

Tengah letaknya diapit oleh beberapa kabupaten dan kota antara lain Kabupaten. Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosobo,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

Aspek Geografi dan Demografi

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

MASJID : 2659 BUAH SURAU : 3137 BUAH

URUSAN WAJIB PENDIDIKAN

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Langit, Grojokan Kedung Kayang, Pemandian Air Hangat Candi Umbul,

Economics Development Analysis Journal

Aspek Kesejahteraan Rakyat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 1994 T E N T A N G

Perda No. 25 / 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SOT Dinas Pasar dan UPT Dinas Pasar Kab. Magelang..

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 32 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR

Rencana Umum Pengadaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SPA TERPADU DI KAWASAN BOROBUDUR Penekanan Desain Arsitektur Organik

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu: daerah atau kecamatan yang cepat

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

Seuntai Kata. Kota Mungkid, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. Sri Handayani, SE, MM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA FENOMENA ALAM BLEDUG KUWU DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

Perda No. 19 / 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, BPKKD dan UPT BPKKD Kabupaten Magelang PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

TRANSKRIP INTERVIEW PENELITIAN THESIS The Significance of Customer Loyalty for Marketing Strategy at PT. Armada Tunasjaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI TENAGA KERJA PADA DISNAKERSOSTRANS KABUPATEN MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN MAGELANG

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI PENGAWASAN PERUSAHAAN PADA DINAS TENAGA KERJA, SOSIAL DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. dilanjutkan dengan uraian mengenai tempat pariwisata Kabupaten Magelang.

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah.

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Magelang Kondisi Administratif Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Out Bound Pengembangan Obyek Wisata Suban

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 30 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 30 TAHUN 2008

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Landasan Teori Kerangka Pemikiran...

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

PROFIL PSTI KABUPATEN MAGELANG PERSATUAN SEPAK TAKRAW INDONESIA A. IDENTITAS ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

Transkripsi:

STUDI KETERKAITAN ANTAR OBYEK WISATA DALAM RANGKA PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA DI WILAYAH PENGEMBANGAN PARIWISATA (WPP) A KABUPATEN MAGELANG Tugas Akhir Penyusun : ERMAWATI DYAH PRASETYO L2D 000 421 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

ABSTRAKSI Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan andil besar terhadap pertumbuhan wilayah. Berbagai potensi obyek wisata di suatu wilayah selayaknya dikembangkan untuk menciptakan sinergi bukan ketimpangan, seperti masalah disparitas kunjungan antar obyek wisata. Dalam perencanaan pengembangan pariwisata wilayah, masing-masing obyek wisata tidak dapat tumbuh sendiri terpisah dengan yang lain. Obyek yang telah maju atau berkembang diupayakan untuk memberikan stimulasi terhadap obyek wisata lain di sekitarnya yang belum maju/berkembang. Untuk itu sebagai langkah efisiensi dalam menciptakan pertumbuhan kepariwisataan wilayah, maka diperlukan penerapan konsep clustering. Cluster wisata merupakan upaya mengelompokkan obyek-obyek wisata berdasarkan pada kesamaan karakter atraksi wisata, keterkaitan antar obyek berdasarkan tinjauan komponen wisata, serta geografis kawasan. Sebagai pendukung pertumbuhan cluster wisata diperlukan penyediaan fasilitas penunjang wisata pada kawasan optimal yang mampu memberikan layanan terhadap wisatawan yang berkunjung ke wilayah pariwisata tersebut. Candi Borobudur adalah salah satu aset wisata internasional yang terletak di WPP (Wilayah Pengembangan Pariwisata) A Kabupaten Magelang dengan jumlah kunjungan lebih dari dua juta wisatawan per tahun, dalam pertumbuhannya belum sepenuhnya menunjukkan keterpaduan dengan obyekobyek wisata di sekitarnya. Wisatawan yang berkunjung ke WPP A, lebih dari 90% terserap ke obyek wisata Candi Borobudur, sedangkan kunjungan ke obyek-obyek wisata di sekitar candi ini masih relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan antar obyek wisata yang terbentuk melalui penciptaan kontinuitas kunjungan masih relatif rendah. Untuk itu sebagai upaya menciptakan pertumbuhan dan keterpaduan wisata WPP A melalui pengembangan potensi obyek-obyek wisata sebagai langkah penciptaan kontinuitas kunjungan untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan, maka diperlukan studi keterkaitan antar obyek wisata dalam rangka pembentukan cluster wisata. Dengan demikian satu hal yang perlu dicari jawabannya adalah bagaimana kondisi keterkaitan yang terbentuk antar obyek wisata sebagai dasar pembentukan cluster wisata di WPP A? Untuk pencapaian output studi ini akan digunakan analisis deskriptif kualitatif dan distribusi frekuensi untuk mendeskripsikan/menjelaskan kondisi penunjang terbentuknya keterkaitan antar obyek melalui tinjauan komponen wisata yang meliputi pasar wisata (wisatawan), atraksi wisata, ketersediaan sarana prasarana, transportasi kawasan, dan pemasaran wisata. Analisis skoring digunakan untuk mengetahui kondisi keterkaitan antar obyek wisata WPP A berdasarkan komponen wisata tersebut. Selanjutnya juga akan digunakan analisis keruangan berupa penentuan mean centre dan standard distance untuk mengetahui lokasi pusat pelayanan fasilitas penunjang wisata dan jangkauan pelayanannya. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka keterkaitan kuat hanya terbentuk antara Candi Borobudur dengan Candi Mendut, keterkaitan sedang terbentuk antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon, Candi Pawon dengan Candi Mendut, dan Candi Mendut dengan Taman Anggrek. Sedangkan hubungan yang lainnya masih membentuk keterkaitan yang lemah. Dari kondisi keterkaitan dan mendasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu kesamaan karakter atraksi wisata dan geografis obyek (letak obyek wisata) maka di WPP A dapat dibentuk dua alternatif pengembangan cluster. Alternatif I berupa cluster wisata budaya, wisata alam, dan wisata buatan. Cluster wisata budaya terdiri dari obyek wisata Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, kawasan perdesaan di sekitar rute gajah, Museum Wayang, Museum H. Widayat, Taman Rekreasi Mendut, dan Taman Anggrek dengan pusat pelayanan fasilitas wisata (mean centre) terletak di kawasan sekitar Candi Borobudur. Untuk wisata buatan terdiri dari Taman Anggek, Taman rekreasi Mendut, Museum Wayang, Candi Mendut, pembibitan ikan Ngrajeg, dan kompleks silver shop, dengan pusat pelayanan fasilitas (sub mean centre) terletak di kawasan sekitar pembibitan ikan Ngrajeg. Wisata alam meliputi Desa Wisata Candirejo, Watu Kendil, tracking Pegunungan Menoreh, sisir Sungai Sileng dan Progo, serta industri kerajinan tangan daun bambu dan pandan, dengan pusat pelayanan aktifitas wisata (sub mean centre) di lingkungan Desa Candirejo. Cluster alternatif II merupakan pengembangan atau penggabungan dari cluster-cluster yang telah terbentuk dari Alternatif I. Cluster pada Alternatif II meliputi cluster wisata budaya, cluster wisata budaya-alam, dan cluster wisata budaya-buatan. Untuk menunjang perkembangan masing-masing cluster pada Alternatif II ini, maka akan tetap mempertahankan keberadaan mean centre ataupun sub mean centre dari Alternatif I, sebagai pusat penyediaan pelayanan fasilitas penunjang wisata *Key Words:Keterkaitan antar obyek wisata dan cluster wisata.* vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk di dalamnya pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan definisi wisata sendiri adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (Pendit, 1994:16). Dalam pengembangan kepariwisataan wilayah perlu memperhatikan potensi obyek-obyek wisata atau daya tarik wisata yang dimiliki, karena terkait dengan supply wisata. Dengan supply yang optimal akan mempengaruhi peningkatan demand wisata. Obyek-obyek wisata ini akan lebih efektif pengembangannya jika dilakukan secara bersama-sama, obyek wisata unggulan diharapkan akan menginduksi obyek wisata sekitarnya yang belum maju, sehingga kesemuanya akan terpadu membentuk suatu wilayah pariwisata yang maju. Untuk itu keterkaitan yang terbentuk antar obyek wisata merupakan faktor yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. Obyek-obyek wisata yang secara spasial berdekatan dan berkarakter atraksi sama, akan dikelompokkan menjadi satu (clustering) agar lebih efektif dalam penyediaan fasilitas pendukung wisata. Dengan demikian, dalam pengembangan pariwisata untuk memperlama masa tinggal wisatawan, sangat penting apabila keberadaan obyek-obyek wisata di suatu wilayah diupayakan untuk berkembang secara bersama dan tidak terpisah-pisah, sehingga dalam pertumbuhannya tidak tercipta kesenjangan antar obyek. Perkembangan pariwisata Indonesia telah dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Berbagai keanekaragaman potensi wisata yang dimiliki mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Salah satu aset wisata Indonesia yang menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara adalah wisata budaya peninggalan sejarah berupa Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang. Dalam kerangka pengembangan wilayah, pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Magelang dibagi ke dalam tujuh Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP). Rencana Perwilayahan Pariwisata Kabupaten Magelang yang tertuang dalam Rencana Induk Pariwisata selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I.1 dan Peta I.1.

2 TABEL I.1 TABEL RENCANA PERWILAYAHAN PARIWISATA KABUPATEN MAGELANG WPP Cakupan Wilayah ODTW A Kec. Borobudur, sebagian Kec. Mungkid, dan sebagian Kec. Muntilan B Sebagian Kec. Mungkid, sebagian Kec. Muntilan, Kec. Salam, Kec. Ngluwar, Kec. Mertoyudan, dan Kec. Candimulyo C Kec. Sawangan, Kec. Dukun, Kec. Srumbung, sebagian Kec. Pakis D E Kec. Galang, sebagian Kec. Pakis, Kec. Ngablak Kec. Salaman, dan Kec. Tempuran F Kec. Secang, Kec. Tegalrejo, Kec. Windusari, Kec. Bandongan G Kec. Kaliangkrik, Kec. Kajoran, dan Kec. Windusari Sumber: Rencana Induk Kabupaten Magelang, 2001 C. Borobudur, C. Mendut, C. Pawon, Museum Wayang, Museum H. Widayat, Taman Anggrek, TR. Mendut, Desa Wisata Candirejo, dan arung jeram Kali Progo dan Elo. Makam Gunungpring, C. Ngawen, C. Gunung Wukir, C. Canggal, Makam Vanlith, Pemandian Blambangan, Kerajinan Pahat Batu Prumpung, Taman Aquarium, Kerajinan Kaleng, Ancol, Makam Cina, Pondok Pesantren Pabelan Jurang Jero, Pos Pengamatan Babadan, Agrowisata Salak Nglumut, Dataran Tinggi Keteb, Air Terjun Kedung Kayang, C. Asu, C. Pendem, C. Lumbung, dan Kerajinan Kaleng Agrowisata Losari, Pemandian Candi Umbul, Telaga Blender, Air Terjun Sekar Langit, Air Terjun Tlogorejo, Air Terjun Seloprojo, Makam Sunan Geseng Goa Lawa, Goa P. Diponegoro, Langgar Agung P. Diponergoro, Agrowisata Bukit Menoreh, Kerajinan Kaleng Pemandian Kali Bening, C. Selogriyo, Kerajinan Tanduk Pucang Treking G. Sumbing, Air Terjun Curug Silawe Pusat Pelayanan Borobudur Mungkid Basis Pengembangan Produk Pengembangan produk wisata bertumpu pada wisata budaya peninggalan sejarah dan pengembangan wisata ekologi-budaya pedesaan sebagai pendukung. Pengembangan produk bertumpu pada wisata budaya spiritual dan pengembangan wisata kerajinan rakyat sebagai pendukung. Sawangan Pengembangan bertumpu pada wisata alam geologi vulkanik dan pengembangan agrowisata sebagai pendukung. Grabag Bertumpu pada pengembangan wisata alam tirta dan agrowisata sebagai pendukung Salaman Secang Kaliangkrik Bertumpu pada wisata sejarah dan pengembangan wisata budaya peninggalan sejarah sebagai pendukung Bertumpu pada wisata tirta dan pengembangan wisata budaya peninggalan sejarah sebagai pendukung Bertumpu pada wisata alam petualangan dan pengembangan wisata tirta sebagai pendukung. Dari rencana pembagian WPP di atas, pengkajian dalam studi ini difokuskan pada WPP A, karena dalam pengkajian ini keberadaan Candi Borobudur sebagai core pengembangan pariwisata kawasan terletak di WPP A. Dalam pembagian perwilayahan pariwisata ini, wilayah cakupan WPP A meliputi Kecamatan Borobudur, sebagian Kecamatan Mungkid, dan sebagian Kecamatan Muntilan.

Upaya pengembangan terpadu obyek-obyek wisata WPP A sejauh ini terlihat masih kurang optimal untuk mendukung tumbuhnya kepariwisataan wilayah. Kondisi itu menyebabkan kunjungan wisatawan ke WPP A terkonsentrasi hanya di obyek wisata Candi Borobudur. Dari data Statistik Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang tahun 2002, menunjukkan bahwa pada tahun 1999 persentase kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke Candi Borobudur sebesar 92,6% dari jumlah total kunjungan WPP A, kemudian pada tahun 2000, persentase kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur mengalami kenaikan menjadi sebesar 93,6%. Adanya disparitas jumlah kunjungan ke obyek-obyek wisata WPP A memberikan gambaran bahwa keterkaitan antar obyek wisata di WPP A masih relatif rendah. Setelah mengunjungi Candi Borobudur hanya sedikit wisatawan yang melakukan kunjungan ke obyek wisata lainnya di WPP A. Selain dari faktor kunjungan, rendahnya keterkaitan dapat ditunjukkan dengan kurangnya upaya pengembangan wisata dalam bentuk paket-paket wisata. Candi Borobudur merupakan obyek wisata bertaraf internasional yang masuk ke dalam tujuh keajaiban dunia, memiliki potensi berupa jangkauan pasar yang luas (lokalnasional-internasional), dan memiliki nilai jual tinggi dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara/domestik lebih dari dua juta per tahun 1. Berdasarkan pada potensi ini, seharusnya keberadaan Candi Borobudur dapat dimanfaatkan sebagai magnet yang menarik wisatawan untuk datang ke WPP A Kabupaten Magelang, sekaligus dapat difungsikan sebagai distribution core kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang ke Candi Borobudur, selanjutnya dapat didistribusikan ke obyek-obyek wisata disekitarnya. Pengembangan pariwisata diupayakan untuk menciptakan multiplier effect baik secara langsung dan tidak langsung, seperti yang termaktup dalam UU RI No. 9 tahun 1990 tentang tujuan pengembangan pariwisata yaitu untuk meningkatkan devisa negara, memperluas kesempatan kerja dan usaha, mendorong pembangunan daerah, serta mengenalkan alam dan budaya bangsa, juga seperti yang dituliskan Pendit bahwa pariwisata menampilkan peranannya dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya bangsa Indonesia. Maka untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya pengembangan obyek-obyek wisata di WPP A Kabupaten Magelang. Dalam menciptakan efisiensi pengembangan kepariwisataan WPP A dapat dilakukan 1 Pada tahun 2002 jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Candi Borobudur sebanyak 2.106.327, sedangkan jumlah kunjungan total wisatawan ke WPP A sebanyak 2.217.122 jiwa. 3