Naskah. Penulisan Karya ilmiah pada symposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun Oleh. Putu Ema Sugiantari, S.Pd NUPTK

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI MANUSIA

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

Pendidikan Luar Kelas sebagai Pilar Pembentukan Karakter Siswa. Oleh : Hari Yuliarto

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

LAPORAN KEGIATAN. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN Judul PkM:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

BAB I PENDAHULUAN. interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi. yang tersusun dalam suatu kurikulum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIMPOSIUM GURU TINGKAT NASIONAL TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI MTs SHABILUL HUDA KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam semboyan pendidikan dikatakan bahwa Hidup adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. dengan metode ceramah dan metode tanya jawab. 2. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar K3 siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. dan teori kurikulum berbasis kompetensi (Kunandar, 2013,h.33). Kurikulum. berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR : 10/D/KR/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu, sehingga tidak boleh adanya diskriminasi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga pendidikan sebagai titik acuan untuk meningkatkan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Transkripsi:

PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (Out Dor Learning) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAN OPTIMALISASI DAYA SERAP SISWA SEKOLAH INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD N NEGERI 2 BENGKALA, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI Naskah Penulisan Karya ilmiah pada symposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016 Oleh Putu Ema Sugiantari, S.Pd NUPTK 0245765666210003 SLB C NEGERI SINGARAJA KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TAHUN 2016 1

2

Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmatnya penulis dapat menyelesaikan artikel yang berjudul PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (Out Dor Learning) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAN OPTIMALISASI DAYA SERAP SISWA SEKOLAH INKLUSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SD N NEGERI 2 BENGKALA, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI telah diselesaikan sesuai harapan penulis dalam rangka mengikuti Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016. Artikel ini berisi optimalisasi pendidikan inklusi yang bertujuan untuk mewujudkan sekolah inklusi yang ideal di SD Negeri 2 Bengkala. Dalam kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Wayan Sri Armini, sebagai Kepala Sekolah SLB C Negeri Singaraja atas dukungan dan motivasinya 2. Bapak Ketut Pariasa, S.Pd, Selaku Kepala Sekolah SD N 2 Bengkala 3. Bapak Ketut Kanta, sebagai guru sekolah inklusi di SD N 2 Bengkala 4. Rekan-rekan guru yang telah membantu semua proses penyelesaian artikel ini 5. Keluarga atas doanya dan dukungannya Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu proses penyelesaian artikel ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ini. Olehnya itu, kritik saran sangat penulis harapkan. Semoga artikel ini bermanfaat khususnya penulis dalam mengembangkan ekolah inklusi yang ideal dan kepada semua pembaca artikel ini. Singaraja, 14 Nopember 2016 Penulis Putu Ema Sugiantari, S.Pd. NUPTK 0245765666210003 3

PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (Out Dor Learning) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAN OPTIMALISASI DAYA SERAP SISWA SEKOLAH INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD N NEGERI 2 BENGKALA Putu Ema Sugiantari, S.Pd ( Guru Kelas di SLB C Negeri Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali) A. PENGANTAR Sejalan dengan perkembangan layanan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah inklusi memberikan layanan yang berbeda dengan sekolah khusus lainnya. Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Tujuan dari pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; serta untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Direktorat PK-LK (2011). Model pembelajaran yang di berikan sekolah inklusif lebih menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan keterbatasan, dengan menggunakan prinsip education for all. Smart, A (2010). Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus (students with special needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang dipersiapkan oleh gurudi sekolah, ditujukkan agar peserta didik mampu berinteraksi dengan terhadap lingkungan sosial. 4

Peranan sumber belajar sering dilupakan, padahal sumber belajar dapat diperoleh dimana-mana termasuk di lingkungan sekitar anak. Anggani, S (2000: 7) menyatakan bahwa sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa dan guru. Bentuk pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan permainan. Guru biasa memilih bentuk permainan yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Lingkungan bisa lingkungan sekolah dan luar sekolah, yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dilakukan siswa, guru harus pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran yang tepat sesuai situasi lingkungan, memperhatikan faktor keamanan karena di alam bebas mempunyai tingkat keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa. Model pembelajaran yang paling tepat di lingkungan luar sekolah adalah dengan bentuk bermain atau permainan. B. MASALAH Provinsi Bali merupakan salah satu Propinsi yang sudah mendeklarasikan adanya penyelenggaraan pendidikan inklusi dari beberapa sekolah yang ada di Propinsi Bali, SD N 2 Bengkala merupakan sekolah yang menyelanggarakan pendidikan inklusi, SD N 2 Bengkala menyelenggarakan pendidikan inklusi sejak tanggal 19 Juli 2007. Dari hasil observasi, banyak anak-anak yang berkebutuhan khusus mengalami kejenuhan saat berlangsung proses pembelajaran di kelas. Menurut Herman, dkk (2012) : Bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) sering mengeluhkan kebosanan saat belajar di dalam ruangan sehingga minat belajar dan daya serap siswa yang tergolong anak berkebutuhan khusus menurun dan tidak mamu mengejar siswa lain yang tergolong siswa normal. Kebosanan yang dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus ini (ABK) terjadi dikarenakan dalam pembelajaran hanya terpaku pada satu komponen objek tempat saja sehingga siswa hanya mampu membayangkan dan mengimajinasikan materi yang diajarkan oleh guru. 5

Pendekatan Out-door learning bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi sangat penting dilakukan karena salah satu karakteristik dari anak-anak ABK ini sering mengalami kejenuhan di dalam ruang kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Pendekatan Outdoor Learning sangat tepat digunakan karena menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Proses pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge management dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan sosial anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatankegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan. Dengan mengkreasikan pembelajaran inovativ yaitu Outdoor- Learning siswa akan diajarkan berbagai macam materi yangdi dapat di dalam kelas dan mewujudkannya dalam bentuk objek nyata. Yanti, D (2012) Menyatakan metode pembelajaran inklusi ini akan dikolaborasikan dengan kerja sama team yang nantinya akan terjadi interaksi fisik, verbal, dan intlektual oleh anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dan anak-anak normal secara tidak langsung. C. PEMBAHASAN DAN SOLUSI 1. Pembelajaran Di Luar Kelas (Out-Door Learning) Metode mengajar yang dilakukan di luar kelas juga dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam sebuah pembelajaran. Vera, A (2012). Pendekatan Out-door learning menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Irmina O (2014) menyatakan Proses pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge management dimana 6

setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan sosial anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatankegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Herman, dkk (2012) : menyatakan Interaksi yang dilakukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anakanak normal terjadi secara tidak langsung sehingga tidak ada gap atau pembatas antara anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anakanak normal lainnya. Dilihat dari pengalaman di SD Negeri 2 Bengkala anak-anaka berkebutuhan khusus cenderung bergaul dengan anak-anak berkebutuhan kusus lainnya dan jarang bagi mereka anak-anak normal mau bergaul dengan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan. Menurut Tri IL (2008) ada beberapa konsep yang melandasi pendekatan out door learning : 1. Pendidikan selama ini tidak menempatkan anak sebagai subjek. 2. Setiap anak berkebutuhan khusus dan unik. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan anak. Keunikan anak yang berkebutuhan khusus harus mendapat tempat dan dicarikan peluang agar anak dapat lebih berkembang. 3. Dunia anak adalah dunia bermain, tetapi pelajaran banyak disampaikan tidak lewat permainan. 4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia, namun dunia pendidikan kurang memberikan kesempatan bagi pengembangan kreativitas. Untuk dapat menyukseskan pendidikan belajar Out-door learning ini dibutuhkan beberapa elemen yang harus diperhatikan diantaranya: 1. Alam terbuka sebagai sarana kelas; 2. Berkunjung ke objek langsung; 7

3. Unsur bermain sebagai dasar pendekatan; 4. Guru harus mempunyai komitmen. Disamping elemen di atas ada alasan mengapa metode pendekatan outdoor learning dipakai sebagai pengembangan karakter anak, yaitu : metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi sederhana, metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui pengalaman, metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. 2. Peranan Pembelajaran Di Luar Kelas (Out-Door Learning) Peranan sumber belajar sering dilupakan, padahal sumber belajar dapat diperoleh dimana-mana termasuk di lingkungan sekitar anak. Anggani, S (2000:7) menyatakan bahwa sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa dan guru. Bentuk pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan permainan. Guru biasa memilih bentuk permainan yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Lingkungan bisa lingkungan sekolah dan luar sekolah, yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dilakukan siswa, guru harus pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran yang tepat sesuai situasi lingkungan, memperhatikan faktor keamanan karena di alam bebas mempunyai tingkat keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa. Model pembelajaran yang paling tepat di lingkungan luar sekolah adalah dengan bentuk bermain atau permainan. Menurut (Sukintaka 1992:1), anak yang bermain kepribadiannya akan berkembang dan wataknya akan terbentuk, berarti bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan watak dan kepribadiannya. Pendidikan jasmani melalui pendidikan luar kelas dapat memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah sebagai sumber belajar, lingkungan sekolah juga dapat dijadikan sebagai alat pengembangan kegiatan di alam bebas agar siswa dapat mengembangkan keterampilan untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan bersikap positif, berperilaku sosial yang selaras dengan norma yang ada. 8

Lahirnya konsep pendidikan di alam adalah manifestasi dari pendidikan di luar ruangan. Misalnya bermain di halaman, kegiatan jalanjalan di lingkungan sekitar, kunjungan ke tempat-tempat umum seperti pasar, terminal, kantor-kantor pemerintah, dan lain sebaginya. Dari kegiatan tersebut di atas, maka muncullah kegiatan pembelajaran di luar atau yang kita kenal dengan pembelajaran out door. Dalam pembelajaran kegiatan out door alam sebagai media belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan atas metodologi pendidikan di dalam kelas. Pendidikan dan latihan di luar kelas dapat menggantikan proses pendidikan konvensional (kelas/ruangan) yang selama ini dilakukan secara pasif. Akibatnya model pendidikan tersebut lebih berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif, bukan pada proses pengenalan lebih dalam pada sumbersumber pengetahuan. 3. Variasi Pembelajaran Di Luar Ruangan (Out-Door Learning) Banyak cara yang dapat dikerasikan dalam melakukan pembelajaran ruangan sehingga dapat meningkatan daya serap dan meningkatkan optimalisasi daya serap siswa berkebutuhan khusus dalam proses pembelajarannya. Berikut adalah beberapa cara yang dilakukan untuk membuat beberapa inovasi cara untuk melaksanakan pembelajran di luar ruangan yakni: 1. Memasang papan tulis di luar ruangan sebagai antisipasi anak-anak berkebutuhan khusus yang sudah bosan dan jenuh belajar di dalam kelas dan melangsungkan kegiatan pembelajaran di luar ruangan bersama dengan anak-anak nomal lainnya. 2. Melakukan kerja kelompok di luar ruangan dengan mengutamakan kerja sama team yang di mana anak-anak berkebutuhan khusus dan normal tersebar dalam setiap keompok sehingga tak ada gap atau pembatas yang membatasi anak normal dan anak ABK. 3. Melakukan kunjungan ke objek wisata dalam rangka pengenalan berbagai komponen biotik dan abiotik di luar lingkungan sekolah dalam kontek pelajaran sains yang nyata dan terintegrasi 9

4. Melakukan quis dan game yang terintegrasi pada materi yang diajarkan dengan mengutamakan kerja kelompok (team) atau personal. D. DAMPAK POSITIF DAN NEGATF PEMBELAJARAN DI LUAR RUANGAN (Out-Door Learning) Dampak Positif 1. Pembelajaran Out-Door Learning dapat mengurangi kejenuhan para siswa yang belaar di dalam ruangan. 2. Pembelajaran di luar kelas (Out-Door Learning) dapat mengubah persepsi pembelajaran yang selalu monoton dilakukan di dalam ruangan kelas. 3. Pembelajaran di luar kelas (Out-Door Learning) dapat membuka wawasan siwa mengenai bagai mana cara pandag ilmu pengetahuan yang nyata 4. Pembelajaran di luar kelas (Out-Door Learning) dapat menambah wawasan, bahkan dapat langsung diaplikasikan di lapangan. 5. Pembelajaran di luar kelas (Out-Door Learning) membina kreatifitas dan kerja sama team antara anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak-anak normal sehingga antaran keduanya tidak ada gapatau pembatas 6. Mengajarkan rasa solidaritas yang tinggi antara teman dan saling menghargai satu sama lain. 7. Belajar di luar sekolah juga lebih membuka pandangan para siswa sehingga pengetahuan di luar kurikulum pun dapat diterima lebih baik. 8. Belajar di luar ruangan akan melatih komunikasi antar satu siswa ke siswa lainnya sehingga akan terjadi ikatan yang baik antara satu anak dengan anak alainnya. Dampak Negatif 1. Terkadan dalam pelaksanaan pembelajran di luar ruangan (Out-Door Learning) ada beberapa siswa yang mengambil kesempatan untuk bermain-main tanpa menhiraukan dan memperhatikan instruksi guru 10

terutama bagi anak-anak berkebutuhan kusus yang sulit untuk ditangani. 2. Pembelajaran di luar kelas (Out-Door Learning) yang dilakukan dengan tema berkunjung ke objek wisata memerukan banayak biaya dan terkadang banyak 3. anak-anak yang suit untuk di tangani jika sudah berada di laur ruangan E. KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan metode Out-Door Learning atau belajar di luar ruangan merupakan salah satu alternatif yang perlu dilakukan dan diterpkan bagi sekolah-sekolah inklusi dikarenakan dapat mengurangi kebosanan bagi anank-anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas. 1. Pendidikan luar kelas (Outdoor Learning) bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat diartikan sebagai pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di luar ruangan untuk menambah daya serap dan optimalisasi dari materi yang disampaikan 2. Pendekatan Out-door learning bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi sangant penting dilakukan karena sifat dari anak-anak ABK ini sering mengalami kebosanan di dalam ruang kelas aat proses pembelajran berlangsung. 3. Keberhasilan dalam penerapan pendekatan Out-Door Learning ini juga didukung oleh kreativitas dan inovasi guru-guru dalam mengembangkan variasi dari pendidikan di luar ruangan (Out-Door Learning). 4. Disamping itu dukungan sarana dan prasaran yang memadai untuk menerapkan pendektan ini perlu di perbaiki agar nantinya tidak banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendektatan ini sehingga hanya harus terfokus pada penerapan pendekatan Out-Door Learning saja. 11

5. Dalam pelaksanaanya sehendaknya guru harus selalu mengawasi segala kegiatan yang ada di lingkungan dan alam terbuka karena jangkauan dari alam jauh lebih luas dibandingkan dengan ruangan kelas. 12

DAFTAR PUSTAKA Angga S.(2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta : Grasindo Direktorat PK-LK (2011).Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (Sesuai Permendiknas No 70 Tahun 2009). Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Vera, A. (2012). Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study). Jogjakarta: Diva Press. Herman,dkk. (2012). Kelas Inklusif Masi Banyak Dikelola Secara Model Eksklusif. http://eprints.uny.ac.id/22400/1/artikel%20hb%2013%20herman%20uny%2 0KELAS%20INKLUSIF.pdf (diakses tanggal 10 Nopember 2016) Irmina, O.(2014) Penerapan Out Door Learning Process (OLP) Menggunakan Papan Klasifikasi Pada Materi Klasifikasi Tumbuhan. Jurnal Pendidikan Biologi, 3 (1). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/view/4158 (diakses tanggal 13 Nopember 2016) Sukintaka. (1992). Teori Bermain Untuk D2 PGSD Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Smart, A. (2010). Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Katahati Tri IL. (2008). Makalah: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendidikan Luar Kelas. FIK UNY Yanti, Dwi. (2012). Proses Pembelajaran Pada Sekolah Inklusi. Jurnal Ilmiah PendidikanKhusus,1(3).http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/viewFile/ 771/639 (diakses tanggal 10 Nopember 2016) 13