Membangun Wilayah yang Produktif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB V VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur, merata baik materil maupun spiritual. Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 5 RTRW KABUPATEN

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

VISI MISI PASANGAN CALON WALIKOTA DAN CALON WAKIL WALIKOTA SAMARINDA. H.SYAHARIE JA ANG,SH,M.Si DAN Ir.H.NUSYIRWAN ISMAIL,M.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal, internal, analisis posisi

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran Rekapitulasi Capaian Kinerja Tahun 2016

BAB II PERENCANAAN KINERJA

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BINTAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI SUB REGIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN LANSKAP DALAM PEMBUKAAN TAMBANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

Transkripsi:

Membangun Wilayah yang Produktif Herry Darwanto *) Dalam dunia yang sangat kompetitif sekarang ini setiap negara perlu mengupayakan terbentuknya wilayah-wilayah yang produktif untuk memungkinkan tersedianya lapangan kerja yang stabil bagi penduduknya. Sesuai dengan perkembangan globalisasi dan pertumbuhan cepat perekonomian negara-negara berkembang, seperti Vietnam, kompetisi antarnegara semakin tajam, dan perusahaan skala dunia menjadi sangat selektif dalam memilih wilayah-wilayah dimana mereka akan menempatkan perusahaannya. Tata ruang wilayah negara perlu dikondisikan untuk mendukung terwujudnya wilayahwilayah yang produktif tersebut, yang ditempati oleh industri-industri bernilai tambah tinggi, yang akan memberikan pendapatan tinggi bagi para pekerjanya. Industri itu juga perlu menggunakan sumber daya wilayah yang bersangkutan, sehingga tidak mudah pindah ke negara lain, karena tersedianya insentif baru yang ditawarkan oleh negara itu. Untuk itu adalah penting untuk mempromosikan deregulasi dan mewujudkan lingkungan bisnis yang bersifat non-restrictive, dengan mengubah sistem yang berbiaya tinggi, dan dengan meningkatkan kelancaran pergerakan orang, barang (termasuk uang), dan informasi. Negara kita perlu menyediakan lingkungan industri yang menarik bagi perusahaan dunia untuk berlokasi di berbagai wilayah di Indonesia, dan dalam jangka panjang setiap wilayah perlu berupaya untuk mampu menjadi kompetitif secara internasional. Dengan menjadi kompetitif, maka perusahaan asing akan satu demi satu datang, membuka lapangan kerja, mencari barang dan jasa pendukung, serta pada akhirnya memberikan penghasilan yang tinggi bagi mereka yang terlibat. Perusahaan asing ini membawa teknologi, kebiasaan kerja, pengetahuan manajerial, dan informasi pasar yang semuanya penting untuk diketahui oleh perusahaan dan individu lokal. Ini tidak berarti perusahaan lokal diabaikan, mereka bahkan merupakan ujung tombak pembangunan, sehingga perlu mendapat dukungan yang khusus. Agar semakin banyak wilayah menjadi produktif, maka setiap daerah perlu memanfaatkan karakteristik wilayah masing-masing dalam berinteraksi dengan dunia. Setiap wilayah perlu memiliki identitas yang khas, yang dihargai oleh dunia. Sasarannya adalah berkembangnya pertukaran yang lebih aktif dalam banyak bidang termasuk ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, olahraga, dan pariwisata dengan negara lain. Setiap wilayah perlu menawarkan apa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat global, dan terutama oleh masyarakat Asia, yang kemakmurannya tidak kalah dengan masyarakat dari negara industri maju, dan dengan harga tiket murah sekarang ini, menjadi tetangga yang sangat dekat. Semakin meningkatnya aktivitas luar negeri dari perusahaan dan individu luar negeri di berbagai wilayah Indonesia, akan semakin menarik lebih banyak perusahaan dan individu asing yang akan mengunjungi berbagai wilayah di Indonesia untuk melakukan berbagai aktivitas baru, dan perekonomian nasional pun akan semakin berkembang. *) Dr. Ir. Herry Darwanto, M.Sc adalah Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas-red 1

Strategi Strategi untuk mencapai tujuan menjadi wilayah produktif adalah membangun prasarana, mempromosikan kerja sama regional dan meningkatkan partisipasi publik. Prasarana wilayah, yang terdiri dari jalan, pelabuhan, listrik, dan sambungan internet adalah satu paket kebutuhan yang mutlak untuk membangun wilayah produktif. Membangun dan meningkatkan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi dan informasi ini adalah untuk memudahkan kerja sama dan pertukaran barang dan jasa antarwilayah, dan untuk memberikan akses yang merata terhadap fungsi-fungsi pelayanan dari pusat-pusat wilayah. Upaya berikutnya adalah mengembangkan lingkungan kota yang tertib, alami dan mempunyai tradisi unik yang menarik. Ketertiban merupakan pencerminan dari adanya kepastian, yang sangat diperhatikan oleh para pengusaha. Untuk menciptakan kepastian, maka rencana tata ruang kota menjadi suatu kebutuhan. Kota yang alami akan membuat penghuni kota merasa betah, yang merupakan kebutuhan untuk menghilangkan keletihan bekerja. Tradisi yang unik akan membuat pendatang mendapatkan pengalaman lain yang dapat diceritakan kepada orang-orang lain. Setiap daerah perlu menggali tradisi lokal yang khas dan kemudian mengubahnya menjadi suatu event yang menarik, dengan tetap memelihara nilai-nilai luhur yang dikembangkan masyarakat lokal sejak dahulu. Kota Denpasar dan Bali secara keseluruhan adalah contoh nyata bagi pemda lain untuk menjadikan suatu kota yang tertib, alami dan mempunyai tradisi unik. Di sini pedagang kaki lima menempati kawasan-kawasan tertentu dan tidak tersebar tanpa kendali. Di balik keberhasilan ini, ada disiplin yang kuat dari pengelola kota dari tingkat atas sampai tingkat bawah untuk mentaati peraturan daerah yang ditetapkan. Mendorong kerja sama dan interaksi antara wilayah di Indonesia dengan wilayah-wilayah negara lain merupakan upaya yang secara khusus perlu disiapkan, karena keterbatasan pengalaman dari sebagian besar pemda. Dan partisipasi publik adalah upaya agar kemajuan wilayah dapat dirasakan oleh banyak orang, dengan memberi kesempatan bagi setiap orang untuk melakukan upaya secara profesional dan memberikan kontribusi pada kegiatan yang produktif di wilayah itu, tanpa memandang latar belakang budaya orang per orang. 1. Membangun infrastruktur wilayah yang produktif Wilayah ini meliputi lingkungan kota dan pedesaan di sekitarnya. Kota-kota ini telah menunjukkan fungsi sebagai pusat, sehingga tidak membangun baru. Kota sebagai pusat kawasan, akan menyediakan masyarakat perdesaan sekitarnya pelayanan dasar, fasilitas budaya, pendidikan dan pelayanan perkotaan lain dan khususnya lapangan kerja. Untuk menjadikan kota-kota ini menjadi wilayah yang produktif, pemda perlu melakukan upaya-upaya antara lain sebagai berikut: - Mendorong tumbuhnya industri berbasis pertanian, perkebunan, kehutanan atau perikanan serta berdasar pada pemanfaatan yang menyeluruh dari sumber daya buatan dan SDM yang ada di wilayahnya, sehingga membentuk klaster industri berbasis sumber daya alam lokal. 2

- Mendorong tumbuhnya industri baru yang tidak bergantung pada lokasi dengan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam lingkungan yang alami dan nyaman. - Mengelola lingkungan alami di luar perkotaan, yang dapat berupa hutan, sungai dan pesisir serta menyediakan fasilitas yang menarik untuk sarana rekreasi bagi penghuni kota yang produktif. - Menghubungkan kawasan itu dengan jaringan pariwisata nasional dan internasional, untuk menarik sebanyak mungkin wisatawan ke daerah itu. - Meningkatkan fasilitas untuk riset, pengembangan teknologi, peningkatan keterampilan dan perilaku pekerja, dan mendorong kerjasama yang erat antara industri, pemerintah dan lembaga pendidikan. 2. Membenahi kawasan metropolitan Kawasan metropolitan yang sudah mengalami kelebihan penduduk dan overkonsentrasi fungsi perlu diubah menjadi tempat di mana masyarakat dapat hidup nyaman, dimana dimensi manusia menjadi ukuran dalam pembangunan prasarana dan sarana. Pada waktu yang sama, untuk memelihara vitalitas ekonomi, berbagai prasarana dan sarana kota perlu dapat digunakan secara efisien dan efektif. Meningkatkan lingkungan alami kota metropolitan adalah memberi penghargaan pada lingkungan alami kota, menyediakan fasilitas agar alam dapat dinikmati oleh berbagai kelompok masyarakat kota. Dalam hal ini, setiap tindakan perorangan atau institusi yang mengubah bentang alam, skala kecil sekalipun, perlu dicegah, kecuali diimbangi dengan upaya yang memberi hasil yang sama. Upaya lain adalah mengurangi kepenuhsesakan kota metropolitan dengan mendistribusikan berbagai fungsi yang terkonsentrasi di sini ke kota-kota sekitarnya. Untuk membenahi kawasan metropolitan menjadi perkotaan yang nyaman, perlu pemecahan permasalahan kemacetan lalulintas, yang tidak lagi dimonopoli Jakarta, tetapi juga Bandung, Surabaya, dan kota-kota besar lain. Selain menata fungsi perkotaan perlu peningkatan kualitas industri yang ada, dengan mengupayakan semakin berkurangnya industri yang memakan lahan yang luas, yang atau menimbulkan pencemaran yang sulit diatasi, atau yang memerlukan sumber-sumber yang terbatas, seperti air. 3. Membentuk koridor kerja sama wilayah Wilayah yang mempunyai karakteristik yang berbeda perlu satu sama lain bekerja sama bahkan dengan kota-kota di luar batas-batas daerah untuk mengembangkan wilayah produktif yang dinamis. Setiap kota perlu terhubungkan dengan kota lain sehingga membentuk koridor wilayah, yang memungkinkan wilayah-wilayah itu saling berinteraksi. Setiap pulau besar sudah mempunyai struktur dasar koridor kerja sama antarwilayah. Yang diperlukan adalah pemantapannya dan perluasannya ke pusat-pusat wilayah yang lebih dalam lagi secara bertahap. Dalam koridor antarwilayah ini, setiap wilayah perlu berbagi sumber daya dan berbagi peran berdasar pada potensi dan keunikan yang dimiliki masing-masing wilayah, dan menjaga agar tidak terjadi hambatan dalam pergerakan barang antarwilayah. Kerja sama antarwilayah akan meningkatkan penggunaan ruang dan fasilitas yang efisien dan efektif di antara wilayah-wilayah itu. Peran rencana tata ruang adalah mewadahi kesepakatan untuk membentuk kerja sama itu, bukan menjadi ketentuan yang tidak dapat diubah. Pada akhirnya, 3

koridor kerja sama wilayah ini akan memungkinkan setiap wilayah, dengan kultur dan sejarah yang berbeda, dapat bekerja sama dan memperkuat karakteristik yang unik dari wilayah itu secara keseluruhan dan dapat juga mewujudkan pengalaman budaya dan nilai-nilai baru. 4. Membuka hubungan internasional yang merata Membuka hubungan internasional di berbagai daerah akan memungkinkan setiap bagian dari negara kita untuk bertahan dari kompetisi wilayah negara lain dan meningkatkan kerja sama antarwilayah di luar batas-batas wilayah nasional. Hubungan internasional harus tidak dimonopoli oleh kota metropolitan saja. Pertukaran internasional harus dapat dilakukan oleh banyak daerah sendiri secara otonom. Lingkungan interaksi internasional ini perlu mempunyai infrastruktur kelas dunia, yang tidak harus mewah, untuk pertukaran barang, jasa dan informasi ke pusat-pusat internasional terutama ke negara-negara tetangga. Untuk dapat memanfaatkan infrastruktur itu, masyarakat perlu didorong untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan komunikasi internasional. Harapannya adalah akan terjadi pertukaran internasional dalam berbagai bidang termasuk ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, olahraga dan pariwisata. Melalui kerja sama internasional dan perdagangan seperti ini, masing-masing wilayah selanjutnya akan dapat mengembangkan lingkungan yang menarik secara internasional yang dapat dibanggakan oleh penduduk wilayah itu. Pembentukan lingkungan interaksi internasional secara merata akan menstimulasi pembangunan struktur ekonomi wilayah Indonesia yang dinamis, dan akan menjadi basis untuk menciptakan negara yang terbuka bagi dunia melalui berbagai pertukaran internasional, dengan memanfaatkan globalisasi yang terus meningkat. Penutup Strategi yang diuraikan di atas akan mempercepat pencapaian tujuan dasar membangun negara Indonesia yang maju dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi, sesuai dengan kebesaran wilayah negara Indonesia. Perwujudan lingkungan perkotaan yang tertib, alami dan mempunyai tradisi unik akan membantu kemandirian wilayah dan akan mengonservasi alam. Sebagai hasilnya, adalah wilayah perkotaan yang menarik, yang dapat dinikmati oleh penduduknya. Ruang hidup yang aman dan nyaman dapat hadir tanpa pelayanan perkotaan yang modern. Pembenahan kawasan metropolitan akan berperan untuk memecahkan permasalahan akibat kelebihan penduduk dan overkonsentrasi dari fungsi-fungsi perkotaan. Pembenahan kawasan metropolitan juga perlu diarahkan untuk mengubah struktur hirarkis antara kota besar dan kota kecil yang curam menjadi suatu struktur jaringan yang lebih merata. Pembentukan koridor antarwilayah akan membuat masyarakat lebih dinamis karena menumbuhkan peluang melakukan pergerakan barang, orang dan informasi antarwilayah, melengkapi kebutuhan bahan baku satu sama lain, dan membentuk mata rantai produksi yang erat. 4

Pembentukan lingkungan interaksi internasional di berbagai wilayah negara akan secara cepat meningkatkan peluang untuk terjadinya pertukaran global. Sebagai hasilnya, banyak bagian dari wilayah Indonesia yang akan terbuka bagi dunia. Masing-masing terkait dengan koridor nasional dan internasional, dan masing-masing mempunyai kemampuan yang dipandang dari sudut bisnis internasional adalah unik dan oleh karena itu diperhitungkan sebagai wilayah tujuan investasi yang berarti 5