dalam kegiatan belajar mengajar dan materi tersebut dapat mudah di rekam dalam ingatan anak perlu adanya pembiasaan. Misalkan dari materi akidah yang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER BERKONSEP NILAI-NILAI KEISLAMAN DI PAUD MASJID AL-AZHAR PERUMAHAN PERMATA PURI

BAB III IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM MENGINTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK MULIA PADA ANAK USIA DINI DI TKAT BIRRUL WALIDAIN DEMAAN KUDUS

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

Terpuji Siswa Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi iyah Proto 01. metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena fenomena yang ada

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semuanya mengacu pada pengembangan individu. Upaya pendidikan secara

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses terencana untuk menyiapkan anak didik

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari penjelasan dan analisis penelitian tersebut, maka dapat ditarik. suatu kesimpulan antara lain:

BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI METODE CERITA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

Pendidikan merupakan aset pen ng bagi kemajuan

DATA TRANSKRIP OBSERVASI

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan karakter di SDIT Hidayatullah Daren Nalumsari Jepara Tahun Ajaran 2016/2017

hlm Zakiah Daradjat, Metologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB VI KESIMPULAN. peneitian dan saran bagi berbagai pihak yang berkaitan dengan peran guru dalam. ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Ismail SM, Stratesgi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang: RaSAIL, 2008). Cet. I, hlm.30

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN. Tulungagung, di dapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. 1. Data Perencanaan Budaya Religius

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak

BAB V PEMBAHASAN. A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi. Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN

PERANAN BUKU KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR GUMPANG KARTASURA TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. vokasional, terlebih lagi di lembaga pendidikan yang berbasis agama. Sebab tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk program

BAB V PEMBAHASAN. 1. Gambaran Akhlakul Karimah di MAN I Tulungagung. Karena sifat anak yang suka meniru terhadap orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pendidikan yang berbasis agama. Setiap lembaga pendidikan harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari ruang lingkup yagn kecil yaitu keluarga, sampai yang terluas yaitu dunia. Idealnya,

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN METODE BEYOND CENTERS AND CIRCLES TIME (BCCT) DALAM PEMBELAJARAN MATERI IMTAK DI PLAYGROUP MASYITHOH KALIWUNGU KENDAL

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET A

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU PLAY GROUP ISLAM PERMATA HATI DALAM SOSIALISASI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Konsep Internalisasi Pendidikan Karakter Peserta Didik di SMPN

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM MENGINTERNALISASIKAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA PADA ANAK USIA DINI DI TKAT BIRRUL WALIDAIN DEMAAN KUDUS A. Analisis Implementasi Metode Pembiasaan Pada Anak Usia Dini di TKAT Birrul Walidain Demaan Kudus Taman Kanak-Kanak adalah lembaga yang selalu memberikan bimbingan dan rangsangan terhadap anak secara continue dan konsisten. Anak Taman Kanak-Kanak termasuk dalam kelompok anak usia dini. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Sehingga sebagai seorang pendidik baik itu guru maupun orang tua tidak boleh menyianyiakan usia ini, karena ini termasuk usia emas bagi anak. Maka perlu adanya pendidikan yang membimbingnya. Oleh karena itu dalam lembaga pendidikan formal perlu adanya metode yang mampu untuk merekam materi-materi yang diajarkan dan akhirnya pesan-pesan dari materi tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di TKAT Birrul Walidain ini agar kesempatan emas bagi anak dapat dimanfaatkan dengan baik, maka dalam proses pembelajarannya menggunakan metode yang mampu untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam serta mampu mencapai tujuan pembelajaran, metode tersebut adalah metode pembiasaan. Yaitu sebuah cara yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan. Dan metode pembiasaan di TKAT Birrul Walidain ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dilakukan di sekolah mulai dari pra KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sampai anak pulang sekolah. Adapun pembiasaan itu dilakukan melalui pengorganisasian antara materi yang diajarkan dengan harapan atau tujuan dari materi tersebut melalui pengembangan pemahaman anak. Jadi setelah guru menyampaikan materi

dalam kegiatan belajar mengajar dan materi tersebut dapat mudah di rekam dalam ingatan anak perlu adanya pembiasaan. Misalkan dari materi akidah yang menerangkan tentang kalimat syahadat, kemudian dari materi tersebut untuk menjaga ingatan anak maka di kemas melalui pembacaan ikrar (syahadatain ) yang di baca setiap hari ketika anak memasuki kelas. Dan beberapa kegiatan lain yang di dapat dari materi dan akhirnya di biasakan dalam kegiatan sehari-hari anak ketika di sekolah adalah, sebagai berikut : a. Membaca do a setiap sebelum dan setelah kegiatan, misalnya do a sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah pelajaran, do a ketika ganti baju, ketika sebelum dan sesudah wudhu, sebelum dan bangun tidur. b. Makan siang, tidur siang dan sholat berjama ah pada jam istirahat kedua. c. Bersalaman sebelum masuk sekolah dan ketika akan pulang dengan semua guru. Dari segala kegiatan yang dibiasakan disekolah akan termanifestasi dalam pikiran anak dan kemudian akan membawa pengaruh baik ketika anak di rumah. Oleh karena itu sejak dini anak harus dibentuk keribadiannya sehingga kelak akan terbentuk pribadi yang berakhlakul karimah melalui metode pembiasaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah Nasih Ulwan bahwa metode pembiasaan adalah cara atau upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak. Implementasi metode pembiasaan di TKAT Birrul Walidain ini di nilai sangat efektif dalam proses belajar mengajar karena sesuai dengan psikologi anak yang mudah menerima, maka disini anak mudah menerima apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga dari implementasi metode pembiasaan ini dapat menciptakan kemandirian, rasa menghormati dan menyayangi baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan serta anak mampu untuk menghargai waktu. Metode pembiasaan di TKAT Birrul Walidain itu tidak hanya di lakukan anak ketika di lembaga sekolah saja, namun juga dilakukan ketika anak di rumah maupun di lingkungan masyarakat.

Selain itu dalam implementasi metode pembiasaan di TKAT Birrul Walidain juga didukung oleh metode keteladan dari guru, karena sikap anak usia dini yang masih meniru sehingga perlu adanya sosok yang dianggap teladan dan berkepribadian baik, yaitu melalui guru itu sendiri. Apalagi jika gurunya memiliki perilaku sosial yang hangat dan responsive, anak akan benar-benar menjadikannya tokoh panutan. Sehingga implementasi metode pembiasaan itu dapat terlaksana dengan baik dan akan membentuk pribadi yang baik pula. B. Analisis Proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak usia Dini Melalui Metode Pembiasaan Di TKAT Birrul Walidain Demaan Kudus Proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini di TKAT Birrul Walidain melalui metode pembiasaan yang dilakukan mulai pra kegiatan belajar mengajar (KBM) sampai pulang sekolah, dimana proses internalisasinya itu secara teoritis mengacu pada teori dari Benyamin S Bloom pada ranah afektif yang meliputi penerimaan (rangsangan), partisipasi, penentuan perilaku, internallisasi yang dari semua proses internalisasi itu disesuaikan dengan obyek akhlak, yaitu akhlak pada Allah, akhlak pada diri sendiri dan akhlak pada sesama. 1. Penerimaan (Rangsangan) Penerimaan (Rangsangan) yang di lakukan oleh anak didik di TKAT Birrul Walidain dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia ini melalui beberapa kegiatan yang di lakukan di sekolah secara terusmenerus. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah : a. Pembacaan ikrar Pembacaan ikrar atau pembacaan dua kalimat syahadat ini dilakukan ketika anak sebelum masuk kelas. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman pada anak bahwa Allah itu satu, tidak ada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah.

b. Berjabat tangan dengan guru kemudian masuk kelas dengan rapi tanpa berdesak-desakan dan saling mendahului Kegiatan ini berisi tentang menanamkan rasa menghormati dengan orang dewasa terlebih adalah seorang guru serta menghormati antar teman. Dan dilaksanakan ketika anak didik masuk kelas. c. Pembacaan do a sebelum belajar yang dipimpin oleh satu peserta didik. Pelaksanaan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada anak bahwa dengan berdo a semoga Allah memberikan kelancaran dalam belajar serta menumbuhkan rasa kepemimpinan dalam diri anak sejak dini. Adapun kegiatan ini dilaksanakan setiap memulai pelajaran. d. Ganti baju, Makan Siang, Tidur Siang pada istirahat kedua Pelaksanaan kegiatan ini bermuatan untuk memberikan istirahat bagi fisik anak didik setelah seharian bermain dan belajar serta untuk mendidik anak untuk mandiri. e. Sikat gigi dan wudhu Kegiatan sikat gigi dan wudhu ini berisi untuk menghormati diri sendiri dan menjaga kesehatan pada anak serta mengajarkan untuk selalu menghormati orang lain dengan cara mengantri. Kegiatan ini dilaksanakan ketika anak akan melakukan sholat berjama ah. f. Sholat dhuhur secara berjama ah Sholat dhuhur secara berjama ah ini melatih anak untuk membiasakan sholat lima waktu baik di rumah maupun di sekolah, selain itu juga untuk melatih sikap kepemimpinan pada anak sejak dini. Shoat dhuhur ini dilaksanakan setelah anak didik makan dan tidur siang. 2. Partisipasi Setelah anak didik melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk penerimaan yang dilakukan di TKAT Birrul Walidain secara terus menerus dan konsisten, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat

kelemahan dan kelebihan dalam setiap kegiatan yang dilakukan anak secara biasa sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia sejak dini. Adapun kelebihan dari metode pembiasaan sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia di TKAT Birrul Walidain adalah anak mudah untuk menghafal do a-do a, hadits atau surat-surat pendek, anak mampu melakukan kegiatan-kegiatan dengan mandiri serta anak mampu untuk melakukan sholat berjama ah dengan baik. Sedangkan kelemahan dari implementasi metode pembiasaan dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia adalah sikap anak usia dini yang ingin selalu diperhatikan, maka anak akan saling berebut untuk mengambil perhatian dari seorang guru. Ini yang menghambat dari proses internalisasi melalui setiap partisipasi yang diikuti oleh anak didik dalam setiap kegiatan-kegiatan di sekolah. 3. Penentuan Sikap Setelah anak menerima rangsangan tersebut, maka maka langkah selanjutnya sebagai proses internalisasi di TKAT Birrul Walidain adalah penentuan sikap. Penentuan sikap ini berupa anak didik melakukan secara langsung kegiatan-kegiatan yang diterpakan di sekolah secara terus menerus. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi bersalaman dengan guru ketika memasuki kelas, membaca do a setiap sebelum dan sesudah kegiatan, sholat berjama ah, makan sendiri, menjaga kebersihan baik untuk diri maupun lingkungannya. Dari semua kegiatan yang di biasakan di sekolah ini tidak hanya terputus ketika anak di sekolah, namun juga berlanjut ketika anak di rumah. Dimana ketika anak di rumah menjadi lebih mandiri dalam melakukan segala sesuatu, misalkan dalam ganti baju, makan dan tidur, serta anak akan mudah untuk diarahkan dan diajak melakukan sholah secara berjama ah. 4. Internalisasi Dari setiap kegiatan yang dilakukan anak didik di TKAT Birrul Walidain ini bertujuan untuk menginternalisasika nilai-nilai akhlak mulia

pada anak sejak dini. Adapun internalisasi nilai-nilai akhlak itu berupa akhlak pada Allah dengan menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, akhlak pada diri sendiri, dimana anak mampu untuk menghormati dan menyayangi diri mereka sendiri, serta akhlak pada sesama dengan anak didik mampu untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Namun karena anak didik di TKAT Birrul Walidain termasuk anak usia dini yang memiliki sikap hanya meniru, menerima secara spontan apa yang disampaikan dan diperintahkan oleh guru, serta seorang anak yang hanya memahami imbalan, hadiah dan hukuman, maka anak didik di TKAT Birrul Walidain belum bisa memahami akan suatu nilai yang akan diinternalisasikan dalam dirinya. Namun segala kegiatan yang dilakukan di TKAT Birrul Walidain secara biasa dan konsisten itu sebagai awal dari proses internalisasi nilainilai akhlak mulia pada anak sehingga ketika anak sudah melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya, anak akan mampu memahami nilai-nilai akhlak mulia dengan sendirinya. Bentuk penerimaan (rangsangan), partisipasi, penentuan sikap dan internalsasi yang diterapkan di TKAT Birrul Walidain yang secara teoritis mengacu pada teori Benyamin S Bloom pada ranah afektif ini pun didukung oleh pendapat Abdullah Nasih Ulwan yang mengatakan bahwa dalam lembaga formal untuk pendidikan anak usia dini, sebelum materi di mulai hendaknya terlebih dahulu di berikan rangsangan agar anak didik mudah untuk menerima materi yang akan diajarkan dan akhirnya akan terekam dalam ingatan anak, akhirnnya dari materi itu dapat anak didik implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam lembaga informal (keluarga), keluarga khususnya orang tua harus senantiasa mendukung dan membimbing anak untuk membiasakan akhlak-akhlak mulia melalui kegiatan- kegiatan yang telah diajarkan di sekolah, dan ketika di rumah orang tua lah yang bertanggung jawab akan pelurusan akhlak anak. Dengan demikian metode pembiasaan adalah pilar terkuat

untuk pendidikan dan metode efektif dalam pembentukan iman dan meluruskan akhlak anak sejak dini. C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Pembiasaan dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Akhlak Mulia pada Anak Usia Dini di TKAT Birrul Walidain Metode pembiasaan merupakan metode yang digunakan di TKAT Birrul Walidain sebagai metode yang mengarahkan dan membimbing dalam penngembangan potensi anak. Kegiatan pembiasaan ini dilakukan secara terus menerus secara konsisten dalam waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan dan ketrampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan anak. Dalam implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia ini terdapat hambatan atau kendala yang dijumpai. 1. Faktor pendukung a. Faktor keluarga (orang tua) yang selalu mengingatkan dan mengajak anaknya untuk membiasakan segala kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di sekolah untuk selalu dilakukan juga di rumah, misalnya oran tua yang selalu mengajak anaknya untuk melakukan sholat secara berjama ah, orang tua yang membiasakan anaknya untuk melakukan kegiatannya dengan sendiri, serta orang tua yang selalu mengingatkan anak untuk menghargai waktu dan disiplin. Serta orang tua yang mau menerima setiap laporan baik laporan baik atau buruk mengenahi perkembangan anaknya selama dalam proses pembelajaran di sekolah. b. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan keluarga yang selalu untuk mengarahkan anak untuk membiasakan perbuatanperbuatan yang baik, dan juga lingkungan sekolah di TKAT Birrul Walidain yang selalu memantau anak didiknya dalam setiap kegiatan yang dibiasakan itu. Selain itu juga lingkungan masyarakat yang selalu

memberikan pengajaran tentang akhlak dan dibiasakan melalui TPA atau TPQ di masyarakat. Sehingga setelah anak menerima materi dari sekolah pada pagi sampai siang hari yang kemudian akan di lanjutnya dengan pendidikan non formal melalui TPA atau TPQ ini akan sangat mendukunn dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia pada anak didik. c. Motivasi dari guru di TKAT Birrul Walidain yang selalu membimbing, memantau dan mengarahkan anak didiknya untuk berbuat dan berperilaku baik dalam sehari-hari. 2. Faktor penghambat a. Faktor keluarga (orang tua) yang terlalu sibuk bekerja sehingga pemantauan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak menjadi minim, ini yang menyebabkan kebiasaan baik yang dilakukan anak di sekolah kuran bisa di implementasikan dalam kehidupan anak di rumah. Selain itu juga ada keluarga yang terlalu pasrah terhadap setiap pembelajaran di sekolah tanpa mau untuk mengoreksi atau membiasakan anak ketika di rumah. b. Faktor Lingkungan, yang dimaksud disini adalah lingkungan masyarakat kurang kondusif dalam implementasi metode pembiasaan yaitu lingkungan yang bersifat individualis dan ini terjadi bagi anak yang tinggal di daerah perumahan dan lingkungan keluarga yang kuranng pemantauan terhadap pergaulan anak, dimana anak usia dini sering bermain dengan anak yang lebih dewasa darinya. c. Perkembangan Kognitif. Perkembangan kognitif anak didik di TKAT Birrul Walidain yang berbeda-beda juga menjadi kendala dalam proses interalisasi nilai-nilai akhlak mulia melalui metode pembiasaan. Anak yang mempunyai IQ diatas rata-rata dia akan mudah faham atau mudah untuk menerima setiap materi yang diajarkan oleh guru sehingga dari kefahaman itu anak akan mampu untuk mengimplementasikan setiap

tujuan ari materi tersebut melalui perbuatan-perbuatannya dan sebaliknya. d. Perkembangan Emosional Pada anak usai dini, anak sudah menyadari akunya, bahwa akunya ( dirinya ) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Yang di maksud disini pada anak usia dini telah tumbuh dalam dirinya sifat egosentris. Sikap ini juga yang menjadi kendala dlam proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia melalui metode pembiasaan di TKAT Birrul Walidain, karena sikap egosentris anak yang selalu ingin menjadi yang terdepan dan ingin mencari perhatian dari guru sehingga ini berakibat pada perkelahian pada anak. oleh karena itu pemantauan intens pun dilakukan oleh guru. Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam internalisasi nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini melalui metode pemmbiasaan, sehingga untuk mengurangi hambatan tersebut diperlukan adanya sinergisitas yang harmonis antara berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, khususnya dalam internalisasi nilai-nilai akhlak mulai pada anak usia dini melalui metode pembiasaan.