BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai



dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Batasan dan karakteristik Ketunanetraan

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan dan penelitian mengenai kesehatan gigi dan mulut pada penderita

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

Status kebersihan gigi dan mulut pada remaja usia tahun di SMPN 4 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

TINJAUAN PUSTAKA. jiwa melipuyti biologis, psikologis, sosial dan lingkungan. Tidak seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

HASIL ANALISIS DATA. Kelompok Usia Responden. Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent tahun 33 64,7 64,7 64,7

TINGKAH LAKU ANAK DAN PENGELOLAAN PADA PERAWATAN GIGI DEPARTEMEN PEDODONSIA FKG USU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengalami karies. Angka ini diduga lebih parah di daerah daripada di kota dan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri Kota Bukittinggi)

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

*coret yang tidak perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit pelayanan kesehatan gigi misalnya di praktek dokter gigi, di rumah sakit ataupun di puskesmas. 1 Rasa takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir yang merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi diri dari gabungan faktor-faktor lain yang tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi aktifitas susunan saraf otonom. Apabila terjadi reaksi rasa takut yang kuat akan diikuti dengan debar jantung yang keras disertai tanda-tanda emosi yang lain seperti perubahan tingkah laku yaitu gelisah, gemetar, serta berusaha menghindar diri dari pihak lain yang menyerangnya. 1,5-8 Rasa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi yang biasa diperlihatkan anak pada perawatan gigi. Kebanyakan diperoleh pada masa anak dan remaja. Rasa takut menghantarkan anak-anak pada prosedur yang mungkin tidak menyenangkan dan selanjutnya memperbesar rasa takut terhadap prosedur perawatan gigi. Rasa takut mempengaruhi tingkah laku dan keberhasilan pada perawatan gigi. 2,7 Menurut Behrman dan Vaughan, anak usia sekolah umumnya mempunyai rasa takut terhadap orang yang masih asing seperti dokter, ataupun dokter gigi, rumah sakit, dan rasa takut ini merupakan suatu hal yang normal. Sebagaimana diketahui bahwa peralatan yang digunakan ataupun tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan

6 gigi terlihat di depan mata, di samping bunyi bur yang mengilukan merupakan faktor penyebab timbulnya rasa takut. 1 Rasa takut biasanya lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak yang takut lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman perawatan gigi yang tidak menyenangkan dibandingkan dengan anak yang kurang takut. Orang tua tidak boleh menggunakan perawatan gigi sebagai ancaman dan membawa anak ke dokter gigi sebagai hukuman. Anak harus diajarkan bahwa praktek dokter gigi bukan merupakan tempat untuk ditakuti. 1 2.2 Penyebab Rasa Takut Rasa takut terhadap perawatan gigi hingga saat ini masih merupakan masalah yang penting dan merupakan hambatan bagi dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat dan hal tersebut dapat memberi pengaruh buruk terhadap pelaksanaan prosedur pengobatannya. 1,2 Rasa takut akan mempengaruhi tingkah laku anak dan menentukan keberhasilan kunjungan ke dokter gigi. Faktor-faktor yang menyebabkan rasa takut terhadap perawatan gigi dan mulut yaitu rasa takut dari diri sendiri, rasa takut dari orang tua atau keluarga, dan dokter gigi. 2.2.1 Rasa Takut dari Diri Sendiri Rasa takut pada anak terhadap perawatan gigi salah satunya timbul dari dalam diri anak itu sendiri. Beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya rasa takut dalam diri anak adalah usia, pengalaman buruk, mempunyai masalah kesehatan, dan rasa sakit. 1

7 a. Usia Setiap anak normal, yang sedang dalam masa tumbuh kembang pasti akan melalui tahap perkembangannya. Walaupun ada faktor lain yang juga ikut berpengaruh, tetapi gambaran secara umum mengenai sikap dan perilaku anak di setiap kelompok usia adalah sama antara satu anak dengan anak yang lainnya. 3 Anak yang belum cukup umur yang berusia kurang dari 2 tahun belum mampu diajak berkomunikasi dan tidak dapat diharapkan pengertian. Oleh karena itu kurang mampu untuk bersikap kooperatif. 7 Pada umumnya rasa takut timbul akibat pengalaman perawatan gigi semasa anak-anak karena pada masa itu anak sudah dapat mengadakan sintesa logis, karena munculnya pengertian, wawasan, dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Pendekatan dan cara menghadapi penderita anak-anak sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan keberhasilan rencana perawatan yang dilakukan. 3 Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pencegahan timbulnya rasa takut harus dimulai pada usia dini. 1 Bahkan ketika anak memasuki usia enam tahun, ia memiliki kemampuan untuk mengevaluasi rasa takutnya dan dapat memastikan adanya bahaya dari situasi-situasi yang mengancam dirinya. 8 b. Pengalaman Buruk Sebagian besar orang mengatakan bahwa mereka takut setelah mengalami traumatis atau pengalaman yang menyakitkan. 1,4,7,9 c. Masalah Kesehatan Anak yang memiliki masalah kesehatan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perawatan gigi dan mulut Contohnya pada anak yang memiliki penyakit

8 yang melemahkan, penyandang cacat, atau menderita gangguan perkembangan. Anak-anak tersebut biasanya berperilaku nonkooperatif, karena keparahan kondisi inilah tidak dapat diajak bekerja sama dengan cara-cara yang biasa. 1,2,7 d. Rasa Sakit Menghadapi seorang penderita anak-anak yang tidak kooperatif, sering menyulitkan dokter gigi dalam hal melakukan perawatan. Tidak semua dokter gigi dapat mengatasi hal ini dengan mudah, sementara penderita memerlukan tindakan darurat secepatnya. Rasa sakit juga dapat memberi toleransi yang rendah terhadap perawatan gigi dan mulut. Anak-anak kadang tidak dapat merasakan sakit sedikit sehingga hal ini menjadi sumber rasa takut ketika perawatan ke dokter gigi maupun ke tempat unit pelayanan kesehatan gigi. 1,7 Tindakan sederhana seperti relief of pain, akan menjadi sulit bila penderitanya tidak kooperatif. Pada saat melakukan perawatan pada penderita anak-anak hal yang paling sulit dilakukan adalah pendekatan dan manajemen pada penderita, bukan pada prosedur perawatan itu sendiri. Cara yang paling penting adalah seorang dokter gigi dapat mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman selama perawatan gigi selama perawatan. 3 2.2.2 Rasa Takut dari Orangtua atau Keluarga Peranan orang tua terhadap keberhasilan perawatan gigi anaknya, sangat besar. Sikap orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku anak selama menjalani perawatan. Pada umumnya seorang ibu dengan tingkat kecemasan yang tinggi, ketika anaknya dirawat akan menunjukkan sikap yang tidak menguntungkan yang dapat

9 mempengaruhi keberhasilan perawatan. 1,3,7,10,11 Orang tua yang takut terhadap perawatan gigi akan mempengaruhi anaknya ketika dilakukan perawatan gigi. 7,10,12,13 Terlepas dari rasa takut yang dimiliki oleh anaknya, orang tua yang terlalu merasa takut, sering sekali bertanya tentang perawatan yang akan dilakukan terhadap anaknya. Hal tersebut menjadikan orang tua sebagai model yang takut terhadap perawatan gigi bagi anaknya. 7,12,14 Rasa takut yang berasal dari orang tua atau keluarga dapat ditularkan kepada anak dengan cara mengancam anak dengan menggunakan perawatan gigi untuk menakut-nakuti dan membicarakan perawatan gigi yang tidak menyenangkan di depan anak. 1,7,11,12 Beberapa sikap atau perilaku orang tua seperti memanjakan anak (over affection), melindungi anak secara berlebihan (over protection), memenuhi keinginan anak tanpa batas (over indulgence), kekhawatiran yang berlebihan (over anxiety), sikap yang terlalu keras dan sikap menolak (rejection), dapat mempengaruhi perilaku anak. Akibatnya anak menjadi penakut, kurang percaya diri, pemalu, nakal, pembangkang, dan semuanya dapat menimbulkan perilaku negatif anak pada perawatan gigi. 7 Observasi di praktek Pedodonsia, Johnson dan Baldwin menggunakan sampel anak berusia 3-7 tahun menunjukkan hubungan yang signifikan antara rasa takut orang tua dengan perilaku anak pada kunjungan pertama di praktek dokter gigi. Peneliti tersebut menemukan bahwa seorang ibu dengan rasa takut yang tinggi mempunyai pengaruh negatif pada anak mereka. Hal yang sama juga ditemukan oleh Wright, Alpern dan Wright et al. 12

10 2.2.3 Dokter Gigi Rasa takut pada anak dapat disebabkan oleh pengelolaan yang kurang tepat oleh dokter gigi. Sikap dokter gigi yang kaku atau keras, kurang sabar, kurang menunjukkan kehangatan dan perhatian dapat menyebabkan anak bersikap negatif. 1,7,14 Dokter gigi harus bersikap lembut ketika merawat pasien anak, mempunyai wibawa serta dapat menjelaskan perawatan yang akan dilakukan dengan cara yang tidak membuat anak merasa takut. 13 Selain itu, ruangan praktek yang dianggap asing oleh anak dapat dibuat menjadi lebih aman. Misalnya ruang tunggu yang dilengkapi beberapa mainan, gambar maupun buku yang berhubungan dengan anak. 9,11 Dokter gigi yang baik benar-benar peduli, mereka menjelaskan prosedur dan mencoba untuk membantu merasa rileks. Dokter gigi harus menunjukkan cara untuk berkomunikasi, bersabar, dapat dipercaya, dan memiliki kompetensi. 4,9 Jika diperlukan perawatan gigi, dokter gigi mulai dengan prosedur yang paling mudah. Hal ini memungkinkan anak untuk membangun kepercayaan untuk kunjungan berikutnya. 9 2.3 Tipe Rasa Takut Rasa takut adalah respons emosional dan merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari ancaman atau bahaya dari luar. Rasa takut tidak diwariskan tetapi diperoleh setelah lahir. Rasa takut anak diperoleh secara objektif atau subjektif. 1,7,8

11 2.3.1 Rasa Takut Objektif Rasa takut objektif merupakan respons dari stimulus yang dirasakan, dilihat, didengar, dicium dan merupakan hal atau keadaan yang tidak enak atau tidak menyenangkan. Rasa takut objektif ditimbulkan oleh rangsangan langsung yang diterima organ perasa dan secara umum bukan bersumber dari orang lain. 1,7,8,15 Rasa takut objektif dapat disebabkan karena perasaan yang tidak menyenangkan terhadap perawatan gigi. Seorang anak yang pernah dirawat dan mengalami rasa sakit yang hebat di rumah sakit oleh dokter yang berseragam putih akan menimbulkan rasa takut yang hebat pada dokter gigi atau perawat gigi yang berseragam sama. Bahkan karakteristik bau dari obat-obatan atau bahan kimia tertentu dapat dihubungkan dengan keadaan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan rasa takut yang tidak beralasan. 8 Seorang anak yang pernah berobat ke dokter gigi, akibat rasa takut yang dimilikinya akan merasakan rasa sakit yang berlebihan pada setiap perawatan gigi yang dijalaninya. Seorang anak yang pernah merasa sakit dan takut untuk pergi ke dokter gigi akan sangat sulit untuk diajak ke dokter gigi kembali. Ketika dia dibujuk untuk kembali, dokter gigi harus menyadari tingkat emosionalnya dan mengembalikan secara perlahan kepercayaan anak terhadap dokter gigi dan perawatan gigi. 8 2.3.2 Rasa Takut Subjektif Rasa takut subjektif merupakan rasa takut yang didapat dari orang lain dan anak tersebut tidak mengalaminya sendiri. 1,7,8,15 Anak kecil sangat mudah dipengaruhi,

12 sehingga anak kecil yang tidak berpengalaman ketika mendengar pengalaman yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan rasa sakit yang dialami oleh orang tua mereka, dengan segera akan menimbulkan rasa takut pada dirinya. 12 Halhal yang dapat menimbulkan rasa takut akan disimpan dalam ingatannya, dengan segala imajinasi yang dimilikinya, dan rasa takut menjadi bertambah hebat. 8 Anak memiliki rasa takut yang hebat terhadap suatu hal yang asing. Hal ini akan menghasilkan rasa takut yang terus menerus sampai anak tersebut dapat membuktikan bahwa tidak ada ancaman yang dapat mengganggunya. Rasa takutnya merupakan usaha untuk mengatur situasi yang dia rasa mungkin menyakitkan baginya. Sampai dia dapat meyakinkan dirinya, rasa takut akan tetap berlangsung lama. 8 Pengaruh orang tua sangat penting terhadap pembentukan perilaku anak dalam menjalani perawatan gigi. Orang tua harus menginformasikan kepada anak mereka tentang apa yang sebaiknya dia lakukan selama berada di praktek dokter gigi. Anak harus terlebih dahulu diberi gambaran tentang dokter yang akan merawatnya serta situasi yang dapat timbulnya nanti sebelum membuat janji bertemu dengan dokter gigi, tidak perlu menceritakan rasa sakit yang begitu hebat kepada anak, tetapi diperlukan pernyataan yang jujur tanpa emosi yang dilebih-lebihkan. 7,8 Walaupun orang tua mempunyai pengaruh terhadap pembentukan perilaku anak mereka, tetapi rasa takut juga dapat diperoleh dari teman bermainnya atau dari buku yang sering dia baca, film kartun, radio, televisi dan lain-lain. Rasa takut tergantung pada intensitas stimulus takut yang sering diterima anak tersebut. 8

13 Hal yang sama juga terjadi ketika anak mengamati orang tua mereka. Anak sering mengidentifikasikan diri mereka dengan orang tuanya. Jika orang tua merasa sedih maka anak akan merasa sedih pula. Jika orang tua merasa takut, anak akan melakukan hal yang serupa. Rasa takut anak serta tingkah lakunya yang negatif sangat erat hubungannya dengan rasa takut yang dimiliki oleh orang tuanya. 8,12 2.4 Status Kesehatan Gigi Status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah ditentukan berdasarkan indeks karies dan OHI-S. Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies yang dinyatakan dalam indeks DMFT ( Decay Missing Filling Tooth ). Menurut WHO, anak usia 12 tahun adalah usia penting, karena selain anak akan meninggalkan bangku SD, juga merupakan usia gigi bercampur karena gigi permanen telah erupsi. Anak usia 12 tahun adalah sebuah sampel yang reliable, dan mudah diperoleh di sekolah. 16 2.4.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan dimulai dari permukaan gigi ( pit, fisur, dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi ( enamel, dentin, dan sementum ) sehingga menyebabkan lubang pada gigi. 17 Indeks ini menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang), F (gigi yang ditumpat) dan kemudian

14 dijumlahkan sesuai kode. 18 Karies gigi merupakan penyakit kronis yang dapat dicegah dan dirawat. Ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan rongga mulut, yaitu menjaga kebersihan mulut, pengaturan makanan, serta terapi fluorida. 18 1. Menjaga Kebersihan Mulut Data SKRT 2001 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk indonesia (61,5 %) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran gigi, yakni setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6 % tidak menyikat giginya, padahal plak hanya dapat dihilangkan dengan menyikat gigi. 19 Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan cara menyikat gigi secara rutin, berkumur-kumur dengan menggunakan obat kumur yang dianjurkan 2x sehari dan dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Hal ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. 17 2. Pengaturan Makanan Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula perlu diperhatikan. Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam. Contoh jajanan yang banyak mengandung gula adalah coklat dan permen, jajanan tersebut berpotensi tinggi karies. Untuk itu anak dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan tersebut dalam jumlah yang terlalu banyak. 17 3. Terapi Fluorida Terapi fluorida dapat menjadi pilihan untuk mencegah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi. Fluorida dapat membuat enamel resisten terhadap karies. Fluorida sering ditambah pada pasta gigi dan cairan pembersih

15 mulut. 20 Pemberian fluor dapat mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi, namun pada saat pemberian dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. 17 2.4.2 Oral Hygiene Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya keenam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (OHI-S), dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya. 17 Indeks Debris 21 Skor Kriteria 0 Tidak ada debris atau stain 1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut 2 Debris lunak meliputi lebih dari 1/3 tetap kurang dari 2/3 permukaan gigi 3 Debris lunak menutupi lebuh dari 2/3 permukaan gigi

16 Gigi yang diperiksa adalah gigi yang telah erupsi sempurna dan jumlah gigi yang diperiksa ada enam buah gigi tertentu dan permukaan yang diperiksa tertentu pula. Skor debris diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Bukal Labial Bukal 6 1 6 6 1 6 Lingual Labial Lingual Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati. Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingival, kalkulus dapat dibedakan atas dua macam yaitu : 21 1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi. 2. Kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan darah. Konsistensinya keras seperti batu api dan melekat sangat erat ke permukaan gigi.