PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT UNTUK BAHAN DISKUSI Membangun Kebijakan Kerangka Pengaman REDD+ di Indonesia

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Sintesis Pengaman Sosial dan Lingkungan (SES) TFCA Kalimantan

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Forest Stewardship Council

ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN,

DANA INVESTASI IKLIM

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peran Dan Tanggung Jawab Masyarakat Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan di Provinsi Maluku

Dewan Kehutanan Nasional dan UN-REDD Programme Indonesia. Disusun dari hasil konsultasi dengan multi pihak pemangku kepentingan

KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100.

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

Strategi Nasional REDD+

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Kalimantan Timur Dipersentasikan Oleh: Dr. Fadjar Pambudhi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bagaimana SESA Seharusnya

WG Strategy Materi Sosialisasi Februari Strategi Nasional & Pendekatan Umum Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Propinsi

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

REDD+: Selayang Pandang

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

Inisiatif Accountability Framework

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DANA INVESTASI IKLIM. 7 Juli 2009 DOKUMEN RANCANG UNTUK PROGRAM INVESTASI HUTAN, PROGRAM YANG DITARGETKAN BERDASARKAN DANA PERWALIAN SCF

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

Prasyarat Penerima Hibah

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Draft 10 November PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.30/Menhut-II/ /Menhut- II/ TENTANG

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Standar Sosial & Lingkungan REDD+

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Indikator SFMP

LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

Perencanaan Perjanjian Kinerja

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Transkripsi:

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman

Apa itu Safeguards Safeguards adalah instrumen (diterjemahkan sebagai kerangka pengaman) yang digunakan untuk membuat suatu program maupun proyek tidak merugikan manusia dan lingkungan. Awalnya muncul dalam proyek-proyek Bank Dunia. Sekarang berkembang ke berbagai lembaga internasional dan saat ini menjadi bagian integral dalam diskusi REDD+ Safeguards antara lain digunakan sebagai mekanisme penyelesaian maupun pencegahan konflik sosial, mencegah korupsi, bencana lingkungan dan masalah lain yang muncul bersamaan dengan kebijakan proyek maupun program

Tujuan Safeguards dalam REDD+ Upaya untuk membuat sebuah kebijakan, program maupun aktivitas REDD+ sesuai dengan tujuannya sendiri; Mendorong agar REDD+ tidak hanya mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan tetapi pada saat yang sama berkontribusi memberikan manfaat bagi individu atau komunitas yang berkaitan dengan aktivitas REDD+

PROSES PRISAI telah disusun dengan mengacu pada STRANAS, pengalaman berbagai safeguards yang telah ada, kerangka hukum nasional dan internasional serta melalui proses partisipatif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan (Pemerintah, Bisnis, LSM, Masyarakat, Lembaga Pendanaan, Pengembang). Konsultasi atas draft awal PRISAI telah dilakukan pada periode Januari-Februari 2012 melalui 10 FGD Nasional dan Provinsi, 1 KP Nasional dan 1 KP Provinsi. Masukan atas draft awal juga diterima melalui email (10 masukan)

Draft STRANAS Prinsip, kriteria dan indikator ditujukan untuk dapat memperoleh landasan hak bagi masyarakat dan kriteria lingkungan yang sesuai dengan karakter lokal yang perlu untuk diletakkan sebagai bagian dari kerangka pengaman. Penyusunan kriteria dan indikator ini setidaknya perlu memuat: a. Jenis jenis hak mendasar dari masyarakat untuk mendapatkan informasi yang mudah dipahami, berpartisipasi dan hak untuk mengajukan keberatan (sebagai bagian dari prinsip free and prior informed consent) atas keputusan publik yang berkaitan dengan proyek REDD+; b. Jaminan bahwa proyek atau program REDD+ melindungi dan mengakui hak masyarakat adat/lokal atas sumber daya alam yang tidak hanya berbasis pada bukti formal tetapi juga penguasaan dan klaim secara historis; c. Indikator yang menjamin pengakuan terhadap hak hak dasar masyarakat adat dan lokal untuk menyatakan keputusannya atas sebuah kegiatan REDD+ di wilayah mereka;

d. Jenis jenis prinsip tata kelola pemerintahan dan tata administrasi yang baik (good governance), mencakup berbagai prinsip yang menjamin transparansi dan akuntabilitas publik dari pelaksana pengelolaan kehutanan; e. Indikator yang menjamin kesetaraan gender dan kaum rentan dalam berperan serta dalam pelaksanaan REDD+; f. Indikator untuk memastikan bahwa sebelum kegiatan REDD+ dilaksanakan, terdapat suatu mekanisme penyelesaian konflik apabila terdapat konflik dan untuk mengatasi apabila terjadi konflik di masa yang akan datang g. Kriteria atas segala kemungkinan dampak maupun keuntungan yang akan ditimbulkan dari penerapan REDD+ termasuk jaminan atas penentuan pembagian manfaat yang akan timbul sebagai konsekuensi REDD+; h. Kriteria jaminan yang memastikan REDD+ tidak bertentangan dengan upaya penyelamatan keanekaragaman hayati dan standar lingkungan hidup yang berkelanjutan; dan i. Indikator yang menjamin adanya tindakan pemulihan bila terjadi pelanggaran atau pengabaian terhadap hak maupun standar lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Prinsip PRISAI Draft Nol Hak atas tanah, wilayah dan sumber daya alam diakui dan dihormati oleh program REDD Manfaat REDD dibagi secara adil ke semua pemegang hak dan pemangku kepentingan yang relevan Sumber-sumber kehidupan dan akses masyarakat adat dan lokal atas hutan diperkuat dan dipertahankan untuk jangka panjang Menghargai pengetahuan tradisional dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat adat maupun lokal yang melekat pada hutan dengan merujuk pada kewajiban hukum internasional termasuk antara lain Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat Mendukung keanekaragaman hayati, perlindungan hutan alam dan jasa lingkungan Menjamin pengurangan emisi secara permanen Partisipasi penuh dan efektif dari semua pemangku kepentingan Patuh pada hak hak asasi manusia dan mendukung perbaikan tata kelola kehutanan

Masukan Publik Mengacu pada tanggung jawab per aktor: masyarakat, pemerintah, Swasta, NGOs Pengembangan maupun penambahan PRISAI, antara lain: Menyesuaikan dengan 7 safeguards Cancun Keadilan gender Ownership semua pihak terutama komunitas Tidak rumit, tidak menambah beban birokrasi, memberdayakan Ada tahapan capaian yang jelas khususnya additionality sosial dan lingkungan yang dipersyaratkan oleh perdebatan REDD+ Harus ada kelembagaan safeguards di tingkat nasional Akan dilanjutkan dengan konsultasi atas indikator dan kriteria dengan sejumlah expert Uji coba pelaksanaan PRISAI di beberapa pilot Diskusi publik pelaksanaan uji coba (rencana kerja sama dengan DKN)

PRISAI versi draft 1: Kebutuhan Nasional + Cancun

7 Safeguards Cancun dalam 10 PRISAI Sosial Lingkungan 10 PRISAI Sosial Lingkungan 1. Memastikan status hak atas tanah dan wilayah 2. Melengkapi atau konsisten dengan target pengurangan emisi, konvensi dan kesepakatan internasional terkait 3. Memperbaiki tata kelola kehutanan 4. Menghormati dan memberdayakan pengetahuan dan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal 5. Partisipasi para pemangku kepentingan secara penuh dan efektif dan mempertimbangkan keadilan gender 6. Memperkuat konservasi hutan alam, keanekaragaman hayati, jasa ekosistem 7. Aksi untuk menangani resiko-balik (reversals) 8. Aksi untuk mengurangi pengalihan emisi 9. Manfaat REDD dibagi secara adil ke semua pemegang hak dan pemangku kepentingan yang relevan 10. Menjamin Informasi yang transparan, akuntabel dan terlembagakan 7 Safeguards Cancun 1. Melengkapi atau konsisten dengan tujuan program kehutanan nasional, konvensi dan kesepakatan internasional terkait 2. Struktur tata-kelola hutan nasional yang transparan dan efektif, mempertimbangkan peraturan-perundangan yang berlaku dan kedaulatan negara yang bersangkutan 3. Menghormati pengetahuan dan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal, dengan mempertimbangkan tanggung-jawab, kondisi dan hukum nasional, dan mengingat bahwa Majelis Umum PBB telah mengadopsi Deklarasi Hak Masyarakat Adat 4. Partisipasi para pihak secara penuh dan efektif, khususnya masyarakat adat dan masyarakat lokal 5. Konsisten dengan konservasi hutan alam dan keanekaragaman hayati, menjamin bahwa aksi REDD+ tidak digunakan untuk mengkonversi hutan alam, tetapi sebaliknya untuk memberikan insentif terhadap perlindungan dan konservasi hutan alam dan jasa ekosistem, serta untuk meningkatkan manfaat sosial dan lingkungan lainnya 6. Aksi untuk menangani resiko-balik (reversals) 7. Aksi untuk mengurangi pengalihan emisi

7 PRISAI FIDUCIARY 1. Asesmen resiko keuangan baik internal maupun eksternal 2. SOP keuangan yang memenuhi standar keuangan yang diakui 3. Audit keuangan yang independen oleh auditor eksternal yang memiliki Certified Public Accountant (CPA) 4. Laporan keuangan ke publik melalui media publik yang antara lain mencakup gambaran rencana dan pelaksanaan rencana keuangan 5. Memiliki mekanisme pencegahan atas intervensi keuangan yang tidak sesuai dengan SOP 6. Menjunjung tinggi prinsip Anti-korupsi: pembayaran berbasis hasil yang nyata dan terukur 7. Melalui proses pengadaan yang terbuka, kompetitif dan transparan

Komite Safeguards Pemerintah Masyarakat Swasta NGOs Perwakilan dari beberapa pihak dengan mempertimbangkan keahlian Bisa menunjuk para pakar untuk membantu komite (sifatnya adhoc)

Komite Safeguards Bertugas: 1. Menyempurnakan kriteria, indikator dan mekanisme kerangka pengamanan (safeguards) yang akan menjadi persyaratan pendanaan bagi setiap program/proyek/kegiatan REDD+; 2. Melakukan analisis, evaluasi dan pemantauan secara berkala atas program/proyek/kegiatan REDD+ berdasarkan prinsip-prinsip kerangka pengamanan (safeguards) yang telah disetujui oleh Lembaga REDD+; 3. Memberikan rekomendasi mengenai pemenuhan kerangka pengamanan (safeguards) oleh program/proyek/kegiatan REDD+ berdasarkan hasil analisa, evaluasi dan pemantauan secara berkala kepada Lembaga REDD+ yang selanjutnya akan dijadikan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan pendanaan selanjutnya; 4. Mengelola sistem informasi kerangka pengamanan (safeguards) dan menetapkan mekanisme serta melaporkannya ke Lembaga REDD+; dan 5. Melakukan evaluasi umum atas implementasi kerangka pengamanan (safeguards) serta mengembangkan perbaikan sistem kerangka pengamanan (safeguards);

Usulan dan Desain Pelaksanaan Safeguards Diskusi Awal dengan Komunitas & Pemangku Kepentingan terkait Konsensus awal dengan Komunitas atau Pemangku Kepentingan Lain Surat Persetujuan Awal Dilampirkan di Proposal Calon Pelaksana Proyek Desain Roadmap Pelaksanaan PRISAI dalam Proposal Mekanisme Komplain Keputusan Final oleh Komite Safeguards Tinjauan Laporan oleh auditor eksternal Lap. Pelaksanaan PRISAI oleh Pelaksana REDD Mekanisme Pengawasan Pelaksanaan PRISAI Mekanisme Penyelesaian Konflik Implementasi, Laporan dan Tinjauan Safeguards

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Pelaksana REDD+ Pemerintah Swasta Komunitas (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat) NGOs

Sumber Pendanaan

Kelompok Program Aktivitas Pendanaan Pemohon yang Sesuai Pengelolaan bentang alam berkelanjutan Kepemilikan, lisensi, perijinan lahan, perencanaan tata ruang, penegakan hukum dan anti-korupsi Intervensi strategis Komunitas, NGOs, Pemerintah Nasional dan Daerah Pemanfaatan SDA secara lestari Produktivitas fungsi lahan, manajemen hutan dan lahan berkelanjutan, sumber penghidupan alternatif, restorasi lahan terdegradasi Intervensi strategis, hibah skala besar, investasi Komunitas, LSM, Sektor Swasta Konservasi dan Rehabilitasi Rehabilitasi, penanaman kembali, pencegahan dan kontrol kebakaran, kawasan dilindungi Intervensi strategis, hibah skala besar, investasi Komunitas, LSM, Sektor Swasta Pendanaan Awal Konsultasi awal di antara atau dengan komunitas, studi potensi sosial dan lingkungan, penyiapan proposal Intervensi strategis, hibah skala besar, investasi Komunitas, LSM, Sektor Swasta

Usulan Alur Pengajuan Proposal Pelaksanaan REDD+ Komunitas Lembaga REDD+ Lembaga Perantara Komite Investasi Safeguards