LAPORAN RISET FORUM KOTA SEHAT KOTA CIMAHI



dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KABUPATEN SEHAT

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BULUKUMBA PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KABUPATEN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KABUPATEN SIDOARJO SEHAT

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

REKAPITULASI HASIL EVALUASI KESELARASAN PROGRAM DALAM DOKUMEN PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

Transkripsi:

LAPORAN RISET FORUM KOTA SEHAT KOTA CIMAHI EVALUASI KOTA SEHAT DI KOTA CIMAHI (STUDI KUALITATIF) PENELITI: Dr. BUDIMAN, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes TAHUN 2012

KATA PENGANTAR Atas berkat dan rahmat Allah SWT, penulis mengucapkan syukur Alhamdulilah telah selesai menyusun laporan penelitian mengenai Evaluasi Kota Sehat di Kota Cimahi (Studi Kualitatif). Salam kemulyaan penulis haturkan pada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Penelitian ini, merupakan program Forum Kota Sehat Kota Cimahi dalam melakukan evaluasi dalam pengembangan masyarakat Kota Cimahi sehat dan mandiri. Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada Yth: 1. Walikota Cimahi yang telah senantiasi memotivasi masyarakat Kota Cimahi untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan Kota Sehat dan Kota Cimahi yang berbasis pada data. 2. Ketua Forum Kota Sehat Kota Cimahi yang telah menjadi media program riset dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat di Kota Cimahi. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi yang selalu menjadi mitra dalam pengembangan riset kesehatan di Kota Cimahi. 4. Para Pengurus Kota Sehat Kota Cimahi, Para Pengurus Kecamatan Sehat, Para Pengurus Pokja Kelurahan Siaga Sehat, Pengurus RW Siaga Sehat Laporan penelitian ini tentunya perlu masukan dalam melakukan evaluasi Kota Sehat di Kota Cimahi. Mohon maaf bila dalam laporan penelitian ini masih ada hal-hal yang perlu disempurnakan. Cimahi, Desember 2012 Peneliti, Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes iii

iv

HALAMAN PENGESAHAN 1. JudulPenelitian : Evaluasi Kota Sehat di Kota Cimahi (Studi Kualitatif) 2. KetuaPeneliti a. NamaLengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Jabatan Struktural e. Jabatan Fungsional f. Fakultas/Jurusan g. Pusat Penelitian h. Alamat i. Telpon/Faks j. Alamat Rumah k. Telpon/Faks/E-mail 3. JangkaWaktuPenelitian : : : : : : : : : : : Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes Laki-laki 04.1606.7401 Ka. LPPM STIKES A. YaniCimahi Lektor IlmuKesehatanMasyarakat LPPM STIKES A. YaniCimahi JalanTerusanJendralSudirman-Cimahi 0226631624/0226631624 Perumahan Kota Mas, Jalan Kota Mas V No.23 Kota Cimahi-40255 02266262945/budiman_1974@yahoo.com : : 2Bulan (28 Oktober s.d 26 Desember 2012) 4. Pembiayaan/Jumlah : Forum Kota Sehat Kota Cimahi/Rp. 9.800.000 Mengetahui, Ketua Forum Kota Sehat Kota Cimahi Cimahi,26 Desember 2012 Peneliti. Dedi S. Djamhuri, dr., Sp.B Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes Laporan Riset PHBS Page i

DAFTAR ISI ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv BAB I. PENDAHULUAN.... 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 24 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 33 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

v

ABSTRAK Penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi telah mendapatkan anugerah kota sehat swasti saba padapa tahun 2009 dan swasti saba wiwerda tahun 2011 dengan menyelenggarakan 4 tatanan. Integrasi RW Siaga kedalam kota sehat merupakan strategi memberdayakan peran masyarakat untuk pencapaian kota sehat. Namun masih ditemukannya permasalahan perkotaan; sanitasi yangbelumterlayanimencapai 93,85, terdapatsekitar 19.240 jiwa yang berstatussebagaipenyandangmasalahkesejahteraansosial (PMKS),akhir 2012, DemamBerdarahjumlahpenderitameningkat 100% menjadi 812 kasusdenganempat orang meninggalduniadarisebelumnya yang hanya 460kasusdantiga orang meninggal, adanya persepsi masyarakat yang belum merasakan penyelenggaraan kota sehattujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive. Jumlah informan 20 orang dengan melibatkan pemberi, penerima, dan mediator pelayanan kesehatan. Hasil penelitian berdasarkan ungkapan informan bahwa penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi sudah dirasakan. Namun masih ada beberapa informan yang mengungkapkan bahwa program-program kota sehat harus lebih dirasakan dan dipertahankan kalau bisa diperluas dalam melaksanakan wilayah binaaan ungggulan. ii

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, padatnya perumahan, pelayanan masyarakat kurang layak, kriminal, kekerasan, dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang digeluti oleh masyarakat perkotaan. Melihat perkembangan fakta tersebut, lingkungan fisik, sosial, dan budaya perkotaan berada pada situasi yang rawan. Apabila kecenderungan tersebut tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan akan lemah. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial secara terus menerus dengan memberdayakan masyarakat perkotaan, diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mengarah kepada pencapaian kota idaman atau kota sehat yang memberikan keamanan, kenyamanan, ketenteraman, dan kesehatan bagi masyarakat perkotaan dalam menjalankan kegiatan kehidupannya. Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charte, yang menekankan kesehatan untuk semua yang dapat dicapai dan langgeng, jika semua aspek sosial, ekonomi lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan semata, tetapi lebih kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat baik jasmani maupun rohani. Tahun Laporan Penelitian Page 1

1996, WHO menetapkan tema Hari Kesehatan Sedunia Healty Cities for Better Lifes Kota Sehat di Indonesia dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 26 Oktober 1998. Sejak itu telah tercatat sebanyak 51 kota mengupayakan penyelenggaraan kota sehat, dengan melibatkan para pihak (stakeholders), antara lain Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Negara Lingkungan Hidup/Bapedal, dan Departemen Perhubungan dan Telekomunikasi, dan tentunya Departemen Kesehatan. Secara nasional pengembangan Kabupaten/Kota Sehat di Indonesia mulai diberlakukan pada tahun 2005 dengan keluarnya surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor: Nomor:34 Tahun 2005 dan Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 03 Agustus 2005 mengeluarkan Peraturan Bersama tentang Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Pengembangan Kabupaten/Kota Sehat adalah bagian dari dinamika dan semangat warga, pemerintah daerah, serta lembaga legistif didaerah tersebut. Pemerintah Pusat hanya berperan membina dan memfasilitasi potensial yang ada. Pencapaian Kabupaten/Kota Sehat merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkungan baik fisik, sosial, budaya, mengembangkan potensi-potensi ekonomi masyarakat dengan cara memberdayakan mereka agar cepat saling mendukung dalam menerapkan fungsi-fungsi kehidupan dalam membangun potensi maksimal suatu Kota. Laporan Penelitian Page 2

Kota Cimahi yang merupakan bagian dari Negara Indonesia mempunyai komitmen yang tinggi dalam menciptakan dan mengembangkan Kota Cimahi menjadi Kota Sehat. Maka pada tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor: membentuk Pembina dan Pengurus Forum Kota Sehat Kota Cimahi. Melalui proses perkembangan dalam penyegaran pengurus FKS maka dilakukan tiga tahun sekali. Saat ini kepengurusan FKS Kota Cimahi masa bakti 2009-2012 sesuai Surat Keputusan Walikota Cimahi Nomor: Intensitas dan aktifitas FKS diseleraskan dengan Pembangunan Kota Cimahi agar proses pembangunan di Kota Cimahi melibatkan peran serta masyarakat sebagai stakeholder pembangunan. FKS merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasi. FKS berperan turut menentukan arah, prioritas, perencanaan pembangunan di Kota Cimahi yang mengintegrasikan berbagai aspek, sehingga dapat mewujudkan wilayah Kota Cimahi yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni warganya. Pengembangan kota sehat di Kota Cimahi sudah berlangsung hampir 7 tahun. Kota Cimahi telah mendapat anugerah Swasti Saba Wiwerdad tahun 2011 dengan menyelenggarakan 4 tatanan yaitu: 1) kawasan pemukiman sarana, prasarana, dan umum, 2) kawasan pangan dan gizi, 3) kawasan masyarakat sehat yang mandiri, dan 4) kawasan kehidupan sosial yang sehat.program-program pembangunan di Kota Cimahi diarahkan memperhatikan kota sehat. Maka secara standar semestinya masyarakat dan stakeholder lainnya merasakan kehidupan di Kota Cimahi sudah merasa Laporan Penelitian Page 3

aman dan nyaman, lingkungan dan sanitasi bersih, masyarakat sehat dan mandiri, serta kehidupan sosial yang sehat. B. Masalah Penelitian Kota Cimahi merupakan kota otonomi sejak tahun 2002 dengan berbagai permasalahan perkotaan yang dihadapi diantaranya kemacetan kendaraan, persampahan, kriminaalitas, pengaturan PKL yang semrawut, dan sebagainya. Penataan perkotaan sejak tahun 2005 mulai mengintegrasikan pendekatan Kota Sehat dan tahun 2011 Kota Cimahi mendapatkan anugerah Kota Sehat. Tahun 2013 Kota Cimahi mencanangkang pencapaian Kota Sehat yang komprehensif dengan melaksanakan lima tatanan dengan tambahan tatanan yaitu tertib lalu lintas. Penambahan tatanan dalam pengembangan kota sehat menjadi bagian komitemen pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kota sehat dengan masyarakat yang sehat dan mandiri. Namun permasalahan di Kota Cimahi sebagai penyandang Kota Sehat secara kuantitas dan kualitas masih dihadapi diantaranya:kebutuhan sanitasi yang belum terlayani mencapai 93,85%. Rinciannya di Kecamatan Cimahi Selatan (41,98%), di Kecamatan Cimahi Utara (21,09%), dan di Kecamatan Cimahi Tengah (30,78%). Sanitasi lingkungan yang terlayani hanya 6,15% yang terbagi 3,95% di Kecamatan Cimahi Utara, 1,78% di Kecamatan Cimahi Selatan dan 0,42% di Kecamatan Cimahi Tengah. Sanitasi di Kota Cimahi belum mencapai pembersihan drainase. Hingga sekarang sanitasi di Kota Cimahi hanya dua sektor yaitu pengelolaan limbah dan persampahan. Masalah drainase belum tersentu. Sebagian besar sanitasi yang belum Laporan Penelitian Page 4

terlayani itu terdapat di Kelurahan Melong Asih dan Kelurahan Cibeureum. Kedua daerah tersebut dipadati pemukiman penduduk yang menghasilkan banyak limbah domestik dan sampah rumah tangga. Data tambahan menunjukan layanan sanitasi yang berupa septi tank hanya terdapat sebanyak 67.109 unit, diantaranya di wilayah Kecamatan Cimahi Selatan sebanyak 21.777, Kecamatan Cimahi Tengah sebanyak 19.002 dan di wilayah Kecamatan Cimahi Utara sebanyak 26.330 dengan dengan prosentase (%) terhadap rumah /KK masing-masing sebesar 12.93 %, 11.75 % dan 15.74 % atau total keseluruhan antara jumlah penduduk dan jumlah rumah / KK di Kota Cimahi terhadap layanan sanitasi septic tank hanya sebesar 40,42 %. Padahal dalam konteks ini Kota Cimahi sudah menyelenggarakan tatanan sarana, prasarana, dan umum. Permasalahan lainnya terdapat sekitar 19.240 jiwa yang berstatus sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Kota Cimahi pada tahun 2011. Dari jumlah itu, jenis permasalahan terbanyak adalah fakir miskin, yakni sebesar 10.979 kepala keluarga, dan wanita rawan sosial ekonomi, yakni sebanyak 2.162 orang. Padahal dalam konteks ini Kota Cimahi telah menyelenggarakan tatanan kehidupan sosial yang sehat. Masalah kehidupan masyarakat yang sehat mandiri di Kota Cimahi terus dilakukan inovasi penanggulangan. Walaupun hingga penghujung akhir 2012, salah satu jenis penyakit yaitu Demam Berdarah jumlah penderita di Kota Cimahi meningkat 100% menjadi 812 kasus dengan empat orang meninggal dunia dari sebelumnya yang hanya 460 kasus dan tiga orang meninggal. Insidens penyakit DBD belum bisa dikategorikan KLB karena belum menunjukan kejadian yang bermakna secara epidemiologi. Laporan Penelitian Page 5

Pengembangan Kota Sehat di Kota Cimahi selama ini merupakan bagian solusi permasalahan kota yang dihadapi dengan mendorong masyarakat hidup bersih, aman, nyaman, dan produkitf. Pendekatanpendekatan sebagai alternatif mewujudkan kota sehata terus dilakukan dengan cara mengintegrasikan RW Siaga Sehat sebagai inti sel pencapaian Kota Cimahi Sehat dan Mandiri. Bahkan dengan pendekatan tersebut Kota Cimahi menjadi parameter pengembangan Kota Sehat secara nasional. Maka evaluasi kota sehat secara rinci harus dilaksanakan agar terjadi keselarasan antara capaian dengan kondisi dilapangan yang dirasakan oleh masyarakat Kota Cimahi secara keseluruhan. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian fenomena permasalahan penelitian yang ditemukan, maka peneliti membuat pertanyaan penelitian berikut ini: Bagaimana evaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam pencapaian kota sehat yang komprehensif? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui evaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam pencapaian kota sehat yang komprehensif 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengevaluasi pengembangan kota sehat di Kota Cimahi b. Untuk mengevaluasi kota sehat dalam tatanan kawasan pemukiman sarana dan prasarana umum Laporan Penelitian Page 6

c. Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan kehidupan masyarkat yang sehat dan mandiri d. Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan ketahanan pangandan gizi e. Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan kehidupan sosial yang sehat f. Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan kawasan lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teori Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pengembangan kota sehat dalam menemukan teori-teori baru berdasarkan data empirik lapangan. 2. Manfaat Praktis a. Pemerintah Kota Cimahi Sebagai data dasar dalam penyusunan program pengembangan kota sehat untuk mencapai kota sehat komprehensif. b. Masyarakat Kota Cimahi Sebagai masukan dalam ikut serta membantu Pemerintah Kota Cimahi mewujudkan Kota Sehat yang komprehensif dengan keterlibatan masyarakat. Laporan Penelitian Page 7

F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan evaluasi pelaksanaan program-program yang berhubungan dengan pencapaian Kota Sehat di Kota Cimahi dengan lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Wilayah kajian evaluasi adalah di Kota Cimahi 2. Tatanan kota sehat yang dikaji hanya mencakup lima tatanan kawasan kota sehat dari sembilan tatanan kawasan kota sehat Laporan Penelitian Page 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Kota Sehat Masalah-masalah perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan dan pelayanan masyarakat yang kurang layak, kriminal, kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang digeluti oleh masyarakat perkotaan. Melihat perkembangan fakta tersebut, lingkungan fisik, sosial dan budaya perkotaan berada pada situasi yang rawan. Apabila kecenderungan tersebut tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan akan lemah. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial secara terus menerus dengan memberdayakan masyarakat perkotaan, diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mengarah kepada pencapaian kota idaman atau kota sehat yang memberikan keamanan, kenyamanan, ketenteraman dan kesehatan bagi masyarakat perkotaan dalam menjalankan kegiatan kehidupannya. Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter, yang menekankan kesehatan untuk semua yang dapat dicapai dan langgeng, jika semua aspek sosial, ekonomi lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan semata, tetapi lebih kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani. Laporan Penelitian Page 9

Kota Sehat di Indonesia dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 26 Oktober 1998. Sejak itu telah tercatat sebanyak 51 kota mengupayakan penyelenggaraan kota sehat, dengan melibatkan para pihak (stakeholders), antara lain Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Negara Lingkungan Hidup/Bapedal, dan Departemen Perhubungan dan Telekomunikasi, dan tentunya Departemen Kesehatan. Secara nasional pengembangan Kabupaten/Kota Sehat di Indonesia mulai diberlakukan pada tahun 2005 dengan keluarnya surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor: Nomor:34 Tahun 2005 dan Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 03 Agustus 2005 mengeluarkan Peraturan Bersama tentang Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. B. Pengertian Kota Sehat Secara umum pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya dan produktivitas, serta perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Konsep Kota Sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai kondisi kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah (atau lebih bertujuan kepada good governance ). Laporan Penelitian Page 10

Kota Sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat. Pengertian kota sehatatau kabupaten sehat sendiri adalah suatu kondisi kota atau kabupaten yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh masyarakat dan pemerintah daerahnya, yang dalam hal ini menyangkut pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten atau kota. Sedangkan maksud tatanan disini adalah sasaran yang akan dicapai oleh kota atau kabupaten tersebut sesuai dengan potensi dan permasalahan pada masingmasing kecamatan di kabupaten atau kota tersebut. Hal ini seperti yang tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan nomor 34 tahun 2005 dan nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Menurut pengertian di atas, jelas gerakan kota sehat di tiap negara berbeda, tergantung permasalahan yang dihadapi masing-masing, sehingga tidak dapat dibandingkan program apa saja yang dijalankan oleh pemerintahnya, karena pasti masalah tiap daerah berbeda. Cuma ada beberapa kesamaan konsep, yaitu sama-sama berasal dari keinginan dan kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan pemerintahnya berperan secara aktif sebagai fasilitator. Disini lebih mengutamakan pendekatan proses daripada target apa yang akan dicapai, artinya bersifat atau berkembang secara dinamis, tidak ada batasan waktu, dilakukan secara terus menerus dan bertahap sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat. Laporan Penelitian Page 11

Konsep kota sehat ini tidak hanya memfokuskan pada pelayanan kesehatan yang lebih ditekankan pada suatu pendekatan kondisi sehat dan problem sakit saja, tetapi juga kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani dan rohani. Di Indonesia, kota dan kabupaten yang memenuhi klasifikasi sebagai kota/kabupaten sehat akan dianugerahi penghargaan Swasti Saba, yang diberikan setiap 2 tahun sekali kepada Walikota atau Bupatinya, tepatnya pada bulan November pada Hari Kesehatan Nasional. Klasifikasi tersebut meliputi: 1. Pemantapan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Padepa. 2. Pembinaan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wiwerda. 3. Pengembangan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wistara. Klasifikasi ini ditentukan terlebih dahulu oleh kota atau kabupaten yang bersangkutan sesuai potensi yang dimiliki dalam bentuk seberapa besar jumlah tatanan yang dipilih. Hal ini sudah tercantum semua dalam Permenkes di atas. Adapun kriteria tatanan yang dimaksud meliputi: 1. Kegiatan dalam tatanan. 2. Berfungsinya penyelenggaraan forum, lembaga atau apapun namanya di masyarakat yang bisa menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan dimana masyarakat bisa ikut berpartisipasi. 3. Berfungsinya Tim Pembina Kabupaten atau Kota, dalam hal ini diketuai oleh Kepala Bappeda yang beranggotakan sejumlah instansi terkait. 4. Dukungan kebijakan pemerintah kabupaten atau kota. Laporan Penelitian Page 12

Indonesia sendiri sudah memulai pencanangan kota sehat ini sejak tahun 1998 yang dimulai dari 6 kota dan kabupaten sebagai Pilot Project Kota Sehat, dan kemudian mengembangkan beberapa klasifikasi tatanan kabupaten dan kota sehat menjadi: 1. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum 2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi 3. Kawasan Pertambangan Sehat 4. Kawasan Hutan Sehat 5. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat 6. Kawasan Pariwisata Sehat 7. Ketahanan Pangan dan Gizi 8. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri 9. Kehidupan Sosial yang Sehat Konsep kota sehat tidak terpaku kepada kondisi pelayanan kesehatan dan kondisi masyarakatnya yang selalu sehat saja, tetapi lebih luas lagi, yaitu kepada faktor pendukung kesehatan seperti lingkungan. Dengan tetap memperhatikan 8 Indikator Pokok yang harus dipenuhi oleh Kota dan Kabupaten yang ingin mendapatkan gelar Kota atau Kabupaten Sehat, yaitu: 1. Wajib Belajar 9 Tahun 2. Angka Melek Huruf yang Meningkat 3. Pendapatan Perkapita Domestik yang meningkat 4. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun 5. Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup yang menurun 6. Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 kelahiran hidup yang menurun Laporan Penelitian Page 13

7. Adanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) 8. Program Dana Sehat dan Jaminan Sosial Nasional bagi Masyarakat Miskin Selain 8 indikator pokok di atas, masih ada beberapa indikator tambahan sesuai klasifikasi tatanan yang dipilih yang bisa Anda tanyakan langsung kepada pemerintah kota dan kabupaten Anda. Tatanan adalah sasaran Kabupaten Sehat yang sesuai dengan potensi dan permasalahan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten. Kawasan sehat adalah kondisi wilayah tertentu yang bersih, nyaman, aman dan sehat bagi pekerja dan masyarakat dikawasan tersebut dengan mengoptimalkan potensi masyarakat dan pekerja, melalui pemberdayaan pelaku pembangunan yang terkait, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan wilayah. Forum Kabupaten/Kota adalah wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan berpatisipasi turut menentukan arah, prioritas, perencanaan pembangunan wilayahnya yang mengintegrasikan berbagai aspek sehingga dapat mewujutkan wilalah yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh warganya. Kelompok Kerja adalah wadah bagi masyarakat di kecamatan perkotaan / di pedesaan atau yang bergerak dibidang usaha ekonomi, sosial dan budaya dan kesehatan untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasim kegiatan yang disepakati mereka sehingga dapat mewujutkan wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan bekerja. Laporan Penelitian Page 14

C. Landasan Hukum 1. Konstitusi WHO 1948, bahwa derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak mendasar bagi setiap orang tanpa membedakan ras, golongan, agama, pahampolitik dan tingkat sosial ekonomi 2. UU 1945 pasal 28 H ayat 1, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan 3. UU No 36 tahun 2009, bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untukhidup produktif secara sosial dan ekonomis 4. UU No 25tahun 2000 tentang Propenas, yaitu dalam bentuk penyelenggaraan kawasan sehat dan bebas rokok 5. Kepmenkes No 574/Menkes/SK/V/2000 tentang kebijakan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 6. Peraturan bersama Mendagri dan Menkes No 34/2005 dan No 1138/Menkes/PB/VII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten Kota Sehat D. Tujuan Tujuan kota sehat adalah untuk mewujudkan tercapainya kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni dan tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan sarana, produktivitas, dan perekonomian masyarakat. Laporan Penelitian Page 15

E. Sasaran 1. Terwujudnya forum yang mampu menjalin kerjasama antar masyarakat, pemerintah daerah dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik. 2. Terselenggaranya upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya yang dapat mengikatkan kesehatan dan mencegah terjadinya resiko penyakit dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di kota secara mandiri. 3. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang adil dan merata bermutu sesuai dengan standar dan etika profesi. 4. Terselenggaranya pola dan mekanisme kerja yang teransparan antar berbagai pihak yang terkait dalam proses pengelolaan pembangunan kota. 5. Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi seluruh masyarakat dalam rangka meningkatkan produktifitas dan ekonomi wilayah dan masyarakatnya, sehingga mampu meningkatkan kehidupan dan penghidupan menjadi lebih baik. 6. Terselenggaranya kinerja pemerintah yang baik yang berorientasi kepada kepentingkan masyarakat luas melalui kebijakan dan pengaturaaan pelaksanaan yang adil dan transparan. F. Kebijakan 1. Penyelenggaraan Kab./Kota Sehat diwujudkan dengan menyelenggarakan semua program yang menjadi permasalahan di Laporan Penelitian Page 16

daerah, secara bertahap, dimulai kegiatan prioritas bagi masyarakat di sejumlah kecamatan pada sejumlah desa/kelurahan atau bidang usaha yang bersifat sosial ekonomi dan budaya di kawasan tertentu. 2. Pelaksanaan Kab./Kota sehat dilaksanakan dengann menempatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan dengan melalui pembentukan Forum yang disepakati masy. Dengan dukungan pemerintah daerah dan mendapatkan fasilitasi dari sektor terkait melalui program yang telah direncakan 3. Setiap kabupaten/kota menetapkan kawasan potensial sebagai entry point yang dimulai dengann kegiatan sederhana yang disepakati masyarakat, kemudian berkembang dalam suatu kawasan atau aspek yang lebih luas, menuju kabupaten/kota sehat 2010. 4. Penyelenggaraan Kab./kota sehat lebih mengutama kan proses dari pada target, berjalan terus-menerus dimulai dengan kegiatan prioritas dalam suatu tatanan kawasan dan dicapai dalam waktu yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dan semua stakeholder yang mendukung. 5. Kesepakatan tentang pilihan tatanan kabupaten/kota sehat dengan kegiatan yang menjadi pilihan serta jenis dan besaran indikatornya ditetapkan oleh forum bersama-sama dengan pemerintah daerah. 6. Program-program yang belum menjadi pilihan masy. diselenggarakan secara rutin oleh masing-masing sektor dan secara bertahap programprogram tsb disosialisasikan secara intensif kepada masy. dan sektor terkait melalui pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh forum kabupaten/kota sehat. Laporan Penelitian Page 17

7. Pelaksanaan kegiatan kabupaten/kota sehat sepenuhnya dibiayai dan dilaksanakan oleh daerah yang bersangkutan dan masyarakat dengan menggunakan mekanisme pendekatan konsep pemberdayaan masyarakat dari, oleh dan untuk masyarakat. 8. Evaluasi kegiatan kabupaten/kota sehat dilakukan oleh forum dan pokja kota sehat bersama-sama pemerintah daerah, LSM, perguruan tinggi, media massa selaku pelaku pembangunan. G. Strategi 1. Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota sehat di Indonesia sebagai berikut : 2. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang spesifik, sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggunakan segenap sumber daya yang tersedia. 3. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi kesepakatan masyarakat. 4. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota tersebut untuk ikut dalam pendekatan kota sehat. 5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota Sehat, serta pendampingan dari sector terkait untuk dapat membantu memahami permasalah, menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan kota sehat. 6. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM, pemerintah, legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat. Laporan Penelitian Page 18

7. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di dalam mewujudkan kota sehat. 8. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam kondisi yang tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan budaya yang sehat. 9. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi) kota sehat. H. Indikator Keberhasilan Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang jelas sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan, dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator tersebut. Adapun indikator-indikator kota sehat sesuai dengan tatanan adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum a. Udara bersih b. Air sungai bersih c. Penyediaan air bersih d. Pengelolaan air limbah e. Pengelolaan sampah f. Perumahan dan pemukiman yang meliputi drainase, jalan lingkungan dan rumah layak huni (rumah sehat, sanitasi, dan lain-lain) g. Taman dan hutan kota Laporan Penelitian Page 19

h. Sekolah i. Pasar j. Sarana olah raga, rekreasi, tempat bermain anak k. Penataan pedagang kaki lima l. Industri rumah tangga yang meliputi perijinan m. Sumur resepan dan biopori 2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi a. Angkutan umum b. Terminal dan halte c. Rawan kecelakaan d. Penataan e. Tertib lalu lintas dan keselamatan f. Kemasyarakatan g. Rambu lalu lintas larangan dan himbauan 3. Kawasan Pertambangan Sehat a. Lingkungan b. Reklamasi c. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) d. Sosial ekonomi e. Kemasyarakatan f. Permukiman 4. Kawasan Hutan Sehat a. Kemantapan b. Keamanan c. Rehabilitasi dan konservasi Laporan Penelitian Page 20