2.1. Karakteristik Fisik Wilayah. 2-1 2.1.1. Kondisi Geografis Dan Administratif. 2-1 2.1.2. Topografi. 2-3



dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB II TINJAUAN TEORI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

JURNAL ANALISIS KINERJA RUAS JALAN STUDI KASUS : JALAN WATURENGGONG DI KOTA DENPASAR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. (sebagai tindaklanjut statusnya pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda dahulu)

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN I.1

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang)

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan sebuah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang wilayah dan

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

Kata kunci : Kinerja ruas jalan, Derajat kejenuhan, On street parking

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA

BAB 2 TINJAUAN TEORI

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN BALI KUTA RESIDENCE (BKR) Di KUTA, BALI

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

ANALISA KERJA RUAS JALAN S. TUBUN

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB III LANDASAN TEORI


I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

DAFTAR ISI BAB 1 : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang. 1-1 1.2. Isu Transportasi Aglomerasi 1-6 1.3. Maksud & Tujuan 1-7 1.3.1. Maksud Kegiatan. 1-7 1.3.2. Tujuan Kegiatan.. 1-8 1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan... 1-8 1.5. Dasar Hukum Kegiatan 1-10 1.6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan. 1-10 1.7. Waktu Pelaksanaan Kegiatan.. 1-10 1.8. Metodologi Untuk Menjawab Tor... 1-10 1.8.1. Melakukan Kajian Terhadap Studi-Studi Terdahulu... 1-10 1.8.2. Melakukan Studi Pustaka Berkaitan Dengan Jaringan Trasportasi... 1-11 1.8.3. Melakukan Inventarisasi Jaringan Transportasi Kawasan Aglomerasi... 1-11 1.8.4. Melakukan Inventarisasi Terhadap Jaringan Pelayanan Angkutan Umum. 1-12 1.8.5. Melakukan Survey Kinerja Jaringan Transportasi.. 1-12 1.8.6. Melakukan Survai Tata Guna Lahan Berkaitan Dengan Transportasi 1-14 1.8.7. Melakukan Pemodelan Transportasi 1-14 1.8.8. Pemodelan Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi 1-15 1.8.9. Melakukan Koordinasi Dan Komunikasi Dengan Daerah.. 1-16 1.8.10. Merekomendasikan Tahapan Pengembangan Jaringan Transportasi 1-16 1.8.11. Menyusun Rencanan Kebutuhan Ruang Lalu Lintas.. 1-17 1.8.12. Menyusun Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan. 1-17 1.8.13. Menyusun Draft Peraturan Gubernur 1-17 BAB 2 : Tinjauan Wilayah 2.1. Karakteristik Fisik Wilayah. 2-1 2.1.1. Kondisi Geografis Dan Administratif. 2-1 2.1.2. Topografi. 2-3 2.2. Kependudukan. 2-4 2.2.1. Jumlah Penduduk. 2-4 2.2.2. Kepadatan Penduduk 2-6 2.2.3. Tenaga Kerja. 2-8 2.3. Ukuran Kota.. 2-9 2.4. Sosial Budaya 2-9 2.4.1. Pendidikan. 2-9 2.4.2. Kesehatan.. 2-10 2.4.3. Agama... 2-12 2.5. Perekonomian 2-12 ii

2.5.1. Struktur Ekonomi Wilayah 2-12 2.5.2. Industri dan Perdagangan.. 2-16 2.5.3. Pertanian 2-19 2.5.4. Pariwisata.. 2-21 2.5.5. Perkebunan 2-22 2.6. Tata Guna Lahan... 2-24 BAB 3 : Tinjauan Kebijakan Untuk Wilayah Studi 3.1. Tatrawil Provinsi Lampung.. 3-1 3.1.1. Pengembangan Jaringan Pelayanan. 3-2 3.1.2. Pengembangan Moda Unggulan 3-4 3.1.3. Penetapan Jaringan Prasarana 3-5 3.1.4. Pengembangan Jaringan Prasarana 3-5 3.2. Tatralok Bandar Lampung. 3-9 3.2.1. Pembangunan Jalur Baru Lingkar Luar 3-9 3.2.2. Pergantian Moda Pada Trayek Utama.. 3-10 3.2.3. Penambahan Gerbong Kereta Api. 3-10 3.2.4. Unjuk Kerja Lalu lintas Jangka Panjang 3-11 3.3. RTRW Provinsi Lampung. 3-11 3.3.1. Arahan Pengembangan Kawasan Perkotaan. 3-12 3.3.2. Kawasan Pesisir dan Kelautan.. 3-17 3.4. RTRW Kota Bandar Lampung. 3-19 3.4.1. Kebijaksanaan Pengembangan Sistem Trasportasi Kota. 3-19 3.4.2. Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Kota.. 3-19 3.4.3. Rencana Sistem Transportasi 3-20 3.4.4. Rekomendasi Transportasi 3-23 3.5. RPJP Lampung 3.5.1. Visi.. 3-24 3.5.2. Misi. 3-25 3.5.3. Sasaran Pembangunan.. 3-26 3.5.4. Arah Pembangunan.. 3-26 3.5.5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Lampung.. 3-27 3.6. Renstra Perhubungan Lampung 3-28 3.6.1. Visi dan Misi. 3-28 3.6.2. Landasan Penyusunan Renstra. 3-29 BAB 4 : Tinjauan Transportasi Aglomerasi 4.1. Kondisi Umum. 4-1 4.2. Permasalahan Transportasi 4-6 4.3. Kondisi Jaringan Jalan.. 4-11 4.3.1. Prasarana... 4-11 4.3.2. Sarana 4-13 4.4. Kondisi Jaringan Simpul 4-15 4.4.1. Terminal. 4-15 4.4.2. Simpang. 4-18 iii

4.4.3. Simpul-simpul lain 4-19 4.5. Kondisi Jaringan Trayek 4-21 4.5.1. Spesifikasi trayek.. 4-21 4.5.2. Jumlah Dan Umur Armada 4-24 4.6. Kondisi Jaringan Lintas 4-24 BAB 5 : Hasil Survey 5.1. Survey Traffic Counting 5-1 5.1.1. Metode Survey.. 5-1 5.1.2. Profil Lalu Lintas.. 5-5 5.1.3. Profil Kendaraan yang Melintas.... 5-8 5.2. Survey Home Interview.... 5-11 5.2.1. Metode Survey.. 5-11 5.2.2. Profil Rumah Tangga. 5-12 5.2.3. Profil Anggota Rumah Tangga.. 5-19 5.2.4. Profil Perjalanan Anggota Rumah Tangga 5-20 5.3. Survey Pelayanan Angkutan Umum.. 5-24 5.3.1. Terminal. 5-24 5.3.2. Persepsi Penumpang terhadap Pelayanan Angkutan Umum. 5-36 5.4. Survey Tata Guna Lahan 5-39 5.4.1. Bandar Lampung 5-39 5.4.2. Lampung Selatan (Kalianda dan Natar). 5-40 5.4.3. Kotamadya Metro... 5-41 5.4.4. Pesawaran... 5-41 5.4.5. Pringsewu 5-42 BAB 6 : Analisa dan Konsep Transportasi 6.1. Tantangan Transportasi Aglomerasi Bandar Lampung. 6-1 6.1.1. Kepadatan Lalu Lintas... 6-1 6.1.2. Ruas Jalan Alternatif Rusak... 6-2 6.1.3. Kuantitas Dan Kualitas Angkutan Umum Rendah... 6-2 6.1.4. Angkutan Umum Belum Terintegrasi. 6-3 6.1.5. Jenjang Trayek Belum Terimplementasi 6-3 6.1.6. Moda Angkutan Belum Massal. 6-3 6.1.7. Dominasi Penggunaan Sepeda Motor Dan Mobil Pribadi 6-4 6.1.8. Tumbuhnya Angkutan Tidak Berijin. 6-5 6.1.9. Sarana Dan Prasarana Penunjang Terbatas 6-5 6.2. Hasil Pengolahan Data Menggunakan TFTP (Desire Line)... 6-6 6.3. Konsep Pengembangan Transportasi 6-10 6.3.1. Pendahuluan 6-10 6.3.2. Angkutan Berbasis Bus. 6-11 6.3.2.1. Contoh Penerapan (DKI Jakarta) 6-16 6.3.2.2. Teknologi.... 6-19 6.3.2.3. Jenis Moda.. 6-21 6.3.2.4. Sarana Dan Prasarana yang dibutuhkan. 6-22 6.3.2.5. Kelebihan.... 6-23 iv

6.3.3. Angkutan Berbasis Kereta 6-23 6.3.3.1. Pendahuluan. 6-23 6.3.3.2. Sarana Dan Prasarana Yang Dibutuhkan.. 6-26 6.3.3.3. Kelebihan Dan Kekurangan.. 6-27 6.4. Trem Sebagai Angkutan Masa Depan Balamekapringtata..... 6-28 6.4.1. Pertimbangan Pengembangan Sistem Transportasi.. 6-29 6.4.2. Pertimbangan Pemilihan Moda... 6-31 6.4.3. Tahapan Implementasi... 6-36 6.5. Rekomendasi Trayek... 6-64 6.6. Bandar Lampung BUKAN sebagai Central 6-65 6.7. Rekomendasi Trayek Perkotaan Bandar lampung.. 6-67 BAB 7 : Program Transportasi Aglomerasi BAB 8 : Strategi Implementasi Program 8.1. Pendahuluan...... 8-1 8.2. Regulasi dan Kelembagaan Program Transportasi..... 8-2 8.2.1. Pengelolaan dan Manajemen Infrastruktur... 8-2 8.2.2. Pengelolaan Angkutan Umum... 8-4 8.2.3. Pengelolaan Parkir... 8-9 8.2.4. Pengaturan Keselamatan dan Kualitas Udara... 8-12 8.2.5. Penegakan Hukum... 8-16 8.2.6. Penyusunan Draft Rancangan Perda... 8-18 8.3. Pembiayaan Program... 8-21 8.3.1. Strategi Pembiayaan Pemerintahan... 8-21 8.3.2. Kerjasama Pembiayaan Swasta Pemerintah... 8-26 8.4. Pengembangan Sumber Daya Manusia... 8-29 8.4.1. Pengembangan SDM Penyelenggara Transportasi Kota Sektor... 8-29 8.4.2. Peningkatan Kualitas dan Kemampuan Operator... 8-31 8.5. Pemberdayaan Masyarakat... 8-33 8.5.1. Pendidikan Masyarakat dan Outreach Semua Sektor... 8-33 8.5.2. Fasilitas Stakholder dalam Pengambilan Keputusan... 8-35 8.6. Tolak Ukur Keberhasilan Pengembangan... 8-37 8.6.1. Tolak Ukur Umum... 8-37 8.6.2. Tolak Ukur Kinerja / Teknis... 8-38 8.6.3. Monitoring dan Kontrol... 8-39 BAB 9 : Draft Peraturan Gubernur v

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan dalam Anglomerasi 2-1 Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kawasan Anglomerasi 2-3 Tabel 2.3. Kepadatan Penduduk Kawasan Anglomerasi 2-4 Tabel 2.4. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Terdaftar menurut Lapangan Usaha 2-6 Tabel 2.5. Ukuran Kota 2-6 Tabel 2.6. Sarana Pendidikan dalam Wilayah Anglomerasi 2-8 Tabel 2.7. Sarana Kesehatan dalam Wilayah Anglomerasi 2-8 Tabel 2.8. Sarana Perbadatan 2-9 Tabel 2.9. PDRB kota dalam wilayah aglomerasi 2-10 Tabel 2.10. Struktur Potensi Wilayah Kawasan Anglomerasi Bandar Lampung 2-13 Tabel 2.11. Aktivitas Industri dan Perdagangan di Kawasan Anglomerasi Bandar Lampung 2-14 Tabel 2.12. Volume Ekspor dan Impor 2-15 Tabel 2.13. Produksi Pertanian 2-15 Tabel 2.14. Objek Wisata dalam wilayah Anglomerasi 2-16 Tabel 2.15. Luas Lahan Perkebunan 2-18 Tabel 2.16. Produksi Perkebunan 2-18 Tabel 2.17. Luas penggunaan Tanah 2-19 Tabel 3.1. Angkutan Penumpang 3-1 Tabel 3.2. Angkutan Barang 3-2 Tabel 3.3. Angkutan Penumpang 3-2 Tabel 3.5. Angkutan Penumpang 3-2 Tabel 3.6. Angkutan Barang 3-3 Tabel 3.7. Prediksi Moda Unggulan 3-3 Tabel 3.8. Penetapan Gerbang Utama Wilayah Lampung Tahun 2019 3-4 Tabel 3.9. Pengembangan Jaringan 3-4 Tabel 3.10. Rencana Klasifikasi Non Tol Tahun 2019 3-6 Tabel 3.11. Rencana Pengembangan Rel KA Tahun 2019 3-6 Tabel 3.12. Rencana Klasifikasi Pelabuhan Penyeberangan Tahun 2019 3-6 Tabel 3.13. Rencana Klasifikai Pelabuhan Laut Tahun 2019 3-7 Tabel 3.14. Rencana Arah Pengembangan Pelabuhan Laut 3-7 Tabel 3.15. Hierarki Kota Fasilitas yang Disediakan 3-12 Tabel 4.1. Asal Dan Tujuan Penumpang Antar Daerah Aglomerasi 4-1 Tabel 4.2. Asal Dan Tujuan Barang Antar Kabupaten Aglomerasi 4-2 Tabel 4.3. Status ruas jalan penghubung kota dalam aglomerasi 4-2 Tabel 4.4. Tabel 4.5. Jarak dari Bandar Lampung ke kota lainnya (dalam KM) 4-5 Banyaknya kecelakaan lalu lintas dalam wilayah Aglomerasi 4-9 Tabel 4.6. Jumlah kecelakaan se-provinsi Lampung 4-10 Tabel 4.7. Panjang Jalan Aglomerasi Dari Tahun 2003-2007 4-11 vi

Tabel 4.8. Panjang jalan berdasarkan jenis konstruksi 4-11 Tabel 4.9. Jumlah Kendaraan Bermotor Lampung 4-12 Tabel 4.10. Terminal dan Tipe Terminal di Aglomerasi Bandar Lampung 4-14 Tabel 4.11. Trayek Angkutan Umum dalam Agomerasi 4-19 Tabel 4.12. Kondisi Jaringan Jalan 4-12 Tebel 5.1. Lokasi survey Traffic Counting 5-1 Tabel 5.2. Volume kendaraan berdasarkan survey TC 5-5 Tabel 5.3. Distribusi Sampel Wawancara Survey HI 5-8 Tabel 5.4. Kepemilikan Kendaraan Bermotor 5-12 Tabel 5.5. Jam Berangkat dari Rumah 5-14 Tabel 5.6. Jam Pulang ke Rumah 5-15 Tabel 5.7. Maksud Perjalanan Responden 5-15 Tabel 5.8. Asal Tujuan Perjalanan Responden 5-16 Tabel 5.9. Jenis Kendaraan yang Dipakai 5-16 Tabel 5.10. Lamanya waktu perjalanan 5-17 Tabel 5.11. Terminal yang Disurvey 5-17 Tabel 5.12. Jumlah Responden 5-29 Tabel 5. 13. Kecenderungan Pemanfaatan Lahan 5-34 Tabel 5.14. Pembangkit dan Penarik Perjalanan 5-36 Tabel 6.1. Identifikasi Penanggungjawab Permasalahan 6-5 vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Peta Lokasi Perencanaan Aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya 1-4 Gambar 1.2. Kebijakan dan Strategi Penyusunan Masterplan 1-7 Gambar 2.1. Perbandingan Luas wilayah kota Anglomerasi 2-2 Gambar 2.2. Persentase Perbandingan Jumlah Penduduk 2-4 Gambar 2.3. Perbandingan Kepadatan Penduduk dalam Aglomerasi 2-5 Gambar 2.4. Ukuran Kota (MKJI 1997) 2-7 Gambar 2.5. Kecenderungan Kegiatan Perekonomian 2-12 Gambar 2.6. Lokasi Objek Wisata 2-17 Gambar 2.7. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya dalam Wilayah Aglomerasi 2-20 Gambar 3.1. Rencana Pengembangan Transportasi 3-5 Gambar 3.2. Arahan Pengembangan Kegiatan Perekonomian 3-11 Gambar 3.3. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis 3-23 Gambar 4.1. Status jalan Penghubung 4-3 Gambar 4.2. Tampak Jalan Antar Kota 4-4 Gambar 4.3. Jarak Antar Kota 4-6 Gambar 4.4. Jalur operasi Travel Gelap/Angkutan Tidak Berijin 4-8 Gambar 4.5. Banyaknya kecelakaan lalu lintas dalam wilayah Aglomerasi 4-9 Gambar 4.6. Pertumbuhan Jumlah kecelakaan se-provinsi Lampung 4-10 Gambar 4.7. Perbandingan Jumlah Kendaraan 2008 4-12 Gambar 4.8. Trend Pertumbuhan Jumlah Kendaraan 4-13 Gambar 4.9. Terminal dalam Wilayah Aglomerasi 4-15 Gambar 4.10. Trayek dalam Wilayah Aglomerasi 4-20 Gambar 4.11. Kondidi Jalan Utama dalam Aglomerasi 4-23 Gambar 4.12. Permasalahan di Persimpangan 4-24 Gambar 5.1. Lokasi TC 5-2 Gambar 5.2. Volume Kendaraan di Lokasi TC 5-3 Gambar 5.3. Hasil TC01 Ruas Jalan Bandar Lampung s3 Metro 5-4 Gambar 5.4. Hasil TC02 Ruas Jalan S3 Metro Kota Metro 5-4 Gambar 5.5. Hasil TC03 Ruas Jalan Bandar Lampung Gedong Tataan 5-4 Gambar 5.6. Hasil TC04 Ruas Jalan Gedong Tataan Pringsewu 5-5 Gambar 5.7. Hasil TC05 Ruas Jalan Bandar Lampung Kalianda 5-5 Gambar 5.8. Jumlah Sepeda Motor yang Melintasi setiap Lokasi TC 5-6 Gambar 5.9. Jumlah Mobil Penumpang yang melintas di Lokasi TC 5-6 Gambar 5.10. Bus Sedang Dan Besar Yang Melintas Di Lokasi TC 5-7 Gambar 5.11. Truk sedang, besar dan Trailer yang melintas di TC 5-7 Gambar 5.12. Jumlah dan Sebaran Sampel Survey HI 5-8 Gambar 5.13. Persentase Kepemilikan Telepon 5-9 Gambar 5.14. Persentase Sambungan Listrik 5-9 Gambar 5.15. Persentase Jenis Konstruksi Rumah 5-10 Gambar 5.16. Persentase Pendapatan Rumah Tangga 5-10 viii

Gambar 5.17. Persentase Jumlah KK dalam Rumah 5-11 Gambar 5.18. Persentase Jumlah Orang dalam Rumah 5-11 Gambar 5.19. Persentase Jumlah Yang Bekerja 5-12 Gambar 5.20. Persentase Pelajar dalam Anggota Keluarga 5-12 Gambar 5.21. Persentase Jenis Kelamin Anggota Keluarga 5-13 Gambar 5.22. Usia Responden 5-13 Gambar 5.23. Persentase Pekerjaan 5.14 Gambar 5.24. Terminal Rajabasa 5.18 Gambar 5.25. Terminal Panjang 5.19 Gambar 5.26. Terminal Kemiling 5.20 Gambar 5.27. Terminal Pasar Bawah 5.21 Gambar 5.28. Terminal Sukaraja 5.22 Gambar 5.29. Terminal Kalianda 5.23 Gambar 5.30. Terminal Pringsewu 5.24 Gambar 5.31. Terminal Mulyono Metro 5.25 Gambar 5.32. Terminal Metro 5.26 Gambar 5.33. Terminal Gedong Tataan 5.27 Gambar 5.34. Terminal Natar 5.28 Gambar 5.35. Persentase Kemudahan Mendapatkan Angkutan 5.29 Gambar 5.36. Prosentase Penilaian Penumpang terhadap Perilaku Supir 5-30 Gambar 5.37. Prosentase Penilaian terhadap Kondektur 5-30 Gambar 5.38. Prosentase Kenyamanan Dikendaraan 5-31 Gambar 5.39. Prosentase Rasa Aman Masyarakat di Kendaraan 5-31 Gambar 5.40. Prosentase Besaran Tarif 5.32 Gambar 5.41. Kecenderungan Pemanfaatan Lahan 5-35 Gambar 5.42. Bandar Lampung sebagai Daerah Pembangkit dan Penarik Utama 5-36 Gambar 6.1. Aliran Permasalahan Transportasi Aglomerasi 6-5 Gambar 6.2. Konsep Trayek Angkutan Aglomerasi 6-6 Gambar 6.3. Konsep Ruas Jalan Alternatif yang Perlu diperbaiki 6-7 ix

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai ibukota provinsi, Kota Bandar Lampung berkembang cepat dalam segala bidang, baik dari sisi perekonomiannya, maupun dari sisi jumlah penduduk. Kegiatan perekonomian yang sedemikian besar berdampak pada daerah lain yang berada disekitar wilayah kota, misalnya Kabupaten Lampung Selatan (Kalianda dan Natar) Kotamadya Metro Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pringsewu. Aktivitas transportasi antar daerah tersebut telah semakin berkembang seiring dengan semakin bergantungnya antar daerah satu dengan daerah lain. Masing-masing daerah memiliki ciri khas yang saling melengkapi kebutuhan daerah lain. Misalnya Kota Metro yang berkembang sebagai kota yang nyaman telah menjadi lokasi bermukim bagi beberapa penduduk yang bekerja / beraktivitas di Bandar Lampung. Dengan demikian Kota Metro layak menjadi kota tempat bermukim. Ini sebagai salahsatu contoh. Begitu juga dengan Kota Pringsewu sebagai daerah penghasil sayur-sayuran yang disuplai ke Kota Bandar Lampung. Saling bergantung ini telah berdampak pada kegiatan transportasi, jumlah penduduk yang komuter cukup tinggi baik menggunakan angkutan umum (bus), mobil pribadi maupun sepeda motor. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan transportasi yang baik mengingat saat ini telah terjadi konflik perijinan trayek angkutan. Bahkan hal tersebut berimplikasi pada munculnya angkutan gelap (angkutan tidak berijin dan tidak ber plat kuning), yang menimbulkan keresahan bagi angkutan resmi yang telah mengeluarkan biaya investasi yang tidak sedikit agar dapat beroperasi di wilayah studi ini. Meskipun demikian, ternyata angkutan yang ada itu pun hanya mengakomodasi pergerakan antar 2 daerah saja, misalnya Bandar Lampung Metro, Bandar Lampung - Pringsewu. Untuk trayek lintas wilayah aglomerasi belum ada layanan angkutan umumnya. Implikasinya pada biaya perjalanan yang harus ditanggung oleh 1-1

masyarakat yang juga bergerak lintas wilayah. Karena itu diperlukan suatu konsep pengembangan jaringan jalan dan trayek angkutan (termasuk jenis modanya) agar masyarakat dapat terlayani dengan baik. Gambar 1.1. Peta Wilayah Studi yang meliputi Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran dan Pringsewu Gambar 1.2.. Kota Bandar Lampung. Sebagai kota primer bagi Provinsi Lampung telah berkembang dan mempengaruhi daerah disekitarnya. Saling pengaruh terjadi pada bidang ekonomi, kependudukan, kewilayahan, dan transportasi. 1-2

Gambar 1.3. Kotamadya Metro, yang semenjak 1999 menjadi daerah otonom, lepas dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Lampung Tengah. Kemajuan ekonomi menjadi penyebab pembentukan daerah baru. Juga dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat agar dapat lebih dekat dan cepat. Gambar 1.4. Kabupaten Lampung Selatan. Ada dua daerah dalam wilayah kabupaten ini yang mengalami perkembangan cukup tinggi yaitu Kalianda dan Natar, yang statusnya saat ini masih kecamatan. Dalam wilayah kabupaten ini terdapat objek vital ekonomi daerah yaitu kawasan industri, penerbangan, pelayaran dan jalan lintas sumatera 1-3

Gambar 1.5. Kabupaten Pesawaran. Sebagai kabupaten baru yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Lampung Selatan. Jaraknya yang dekat dengan wilayah Kota Bandar Lampung akan menyebabkan kedua wilayah saling mempengaruhi dalam berbagai bidang. Gambar 1.6. Kabupaten Pringsewu. Kabupaten ini merupakan daerah otonom baru lepas dari Kabupaten Tanggamus. Dari sisi ekonomi, wilayah ini telah mengalami perkembangan yang menyebabkan pembentukan daerah baru Ada beberapa kondisi yang menjadi alasan kegiatan ini perlu dilakukan. Kondisi tersebut antara lain; a. Pertumbuhan penduduk, ekonomi dan tingkat pendapatan akan secara dramatis mempengaruhi jumlah kepemilikan kendaraan dan tingkat permintaan perjalanan. b. Sama dengan kondisi kota di manapun, Bandar Lampung mempunyai struktur tradisional dimana kota tumbuh dari struktur wilayah pedesaan yang ada disekitarnya yang 1-4

menimbulkan aglomerasi dan dibutuhkan sesuatu untuk menjawab kebutuhan dimasa yang akan datang c. Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas interaksi yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan dalam mengantisipasi masalah yang timbul. d. Kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur transportasi perkotaan di seluruh Indonesia termasuk pengaturan anggaran dan dana yang diperlukan. Rencana Pemerintah Provinsi Lampung yang akan memindahkan pusat perkantoran provinsi dari Teluk Betung (Kota Bandar Lampung) ke daerah Natar (Kabupaten Lampung Selatan) yang disebut dengan Kota Baru Natar, akan berdampak pada kondisi perkembangan wilayah, yang akan memelar (sprawl) melewati batas administrasi. Apalagi lokasi kota baru ini berlokasi sangat dekat dengan batas wilayah Kota Bandar Lampung. Kondisi ini perlu diantisipasi melalui perencanaan transportasi yang baik. Selain itu, masyarakat yang bermukim dan berkegiatan di Kota Metro, Kalianda, Gedong Tataan dan Pringsewu, juga banyak berhubungan lintas ruang dan waktu dengan Kota Bandar Lampung. Karena itu, perlu ada fasilitas transportasi yang baik yang menghubungkan mereka antar daerah tersebut diatas. Bahkan mungkin perlu disediakan angkutan umum yang ber-trayek lintas daerah tadi, agar kegiatan pergerakan mereka dapat terfasilitasi dengan baik. Dalam wilayah aglomerasi terdapat moda jalan raya, kereta api, dan angkutan penyeberangan. Namun dominasi kegiatan transportasi jika melihat trend di lapangan lebih ke jalan raya dan kereta api. Khusus untuk kereta api, masih hanya menghubungkan Bandar Lampung dengan Natar. Namun dalam perencanaan perkeretaapin yang disusun oleh Pemerintah Provinsi Lampung disebutkan bahwa rencana pengembangan jaringan kereta api akan dikembangkan ke Pringsewu-Natar dan Natar-Metro. Perencanaan jangka menengah dan panjang transportasi Lampung ini akan mempengaruhi perkembangan kota dalam aglomerasi Bandar Lampung. Keberadaan Bandara Raden Inten II yang nantinya berdampaingan dengan lokasi Kota Baru Natar, akan semakin menjadikan kota ini sebagai daerah pembangkit perjalanan, terutama sebagai simpul transportasi antar wilayah yang ada di dalam aglomerasi. Mengingat setiap kota dalam wilayah aglomerasi ini memiliki visi ke depan yang cukup beragam seperti 1-5

Bandar Lampung; Kota Perdagangan dan Jasa se-sumbagsel, Metro; Kota Pendidikan, Pringsewu dan Gedongtataan sebagai kawasan agroindustri, dan Lampung Selatan yang diarahkan ke kawasan industri dan pariwisata. 1.2. Isu Transportasi Aglomerasi a. Angkutan umum tidak terintegrasi; misalnya penumpang angkutan umum yang berasal dari Gedong Tataan dengan tujuan Metro, harus menggunakan kendaraan angkutan umum trayek Kota Agung (Kabupaten Tanggamus) Bandar Lampung, dan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan angkutan umum trayek Bandar Lampung Metro. b. Penggunaan sepeda motor cukup tinggi; hal ini memang telah menjadi fenomena nasional. Penggunaan sepeda motor ini disebabkan oleh kelebihan sepeda motor yang tidak bisa disaingi dibandingkan menggunakan kendaraan angkutan umum kecuali pada hal keselamatan dan keamanan. Sementara dari sisi daya jangkau dan biaya perjalanan, juga aksesibilitas, tidak bisa disaingi oleh kendaraan angkutan umum. c. Banyak travel tidak berijin (travel gelap) yang beroperasi; ini menunjukkan bahwa penumpang yang perlu dilayani sangat banyak namun tidak bisa dilayani dengan handal oleh angkutan resmi. Dibutuhkan penanganan khusus untuk mengatasi masalah ini misalnya dengan meningkatkan pelayanan dan aksesibilitas masyarakat terhadap angkutan umum resmi. d. Belum ada trayek khusus antar kota dalam wilayah aglomerasi; sehingga masyarakat yang bergerak didalam wilayah aglomerasi harus menggunakan angkutan umum berkali-kali untuk mencapai wilayah yang dituju. e. Gangguan lalu lintas akibat kondisi jalan yang sempit; mislanya untuk ruas Jl Soekarno Hatta (By Pass) Bandar Lampung yang telah padat oleh beragam jenis kendaraan yang berdampak pada lamanya waktu tempuh. Bahkan ruas jalan ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas. 1-6

Gambar 1.7. Kecenderungan Penggunaan kendaraan pribadi berupa mobil dan sepeda motor menjadi isu penting dalam wilayah aglomerasi. Ketidakimbangan antara pertambambahan jumlah dan penggunaan kendaraan pribadi dengan kapasitas jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas mengancam wilayah studi. Gambar 1.8. Jenjang trayek dan jenis moda belum terbentuk untuk konteks wilayah studi yaitu Aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya, menyebabkan dominasi penggunaan kendaraan pribadi daripada penggunaan angkutan umum dan NMT. 1.3. Maksud & Tujuan 1.3.1. Maksud Kegiatan Maksud dari pekerjaan pada Kawasan Aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya adalah: 1-7

a. Mengembangkan jaringan transportasi terhadap penyebaran kegiatan di Kota Bandar Lampung dan sekelilingnya, berdasarkan kajian atas peraturan perundang-undangan, referensi dan kemudian melakukan Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya. b. Terwujudnya Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya. 1.3.2. Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan Pada Kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya adalah: a. Membuat Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya, agar mejadi acuan pembangunan dan pengembangan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi Bandar lampung dan Sekitarnya. b. Adanya suatu tahapan-tahapan perencanaan dan pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang untuk pembangunan dan pengembangan jaringan transportasi perkotaan pada kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. 1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup pekerjaan Pada Kawasan Aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya adalah: a. Melakukan inventarisasi dan kajian terhadap dokumen-dokumen, referensi maupun studistudi terdahulu yang berkaitan dengan studi ini. b. Melakukan studi pustaka berkaitan dengan bidang pengembangan jaringan trasportasi, kajian dan analisis terhadap studi-studi yang berhubungan dengan tata cara pengembangan jaringan transportasi, peraturan-peraturan maupun pedoman-pedoman yang berkaitan dengan perencanaan pelayanan jaringan secara terpadu. c. Melakukan inventarisasi terhadap jaringan transportasi yang ada di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. d. Melakukan inventarisasi terhadap jaringan pelayanan angkutan umum di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. 1-8

e. Melakukan survey kinerja jaringan transportasi yang ada di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. f. Melakukan survai tata guna lahan berkaitan dengan pola-pola kegiatan yang mempengaruhi jaringan transportasi. g. Melakukan pemodelan transportasi untuk kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. h. Melakukan koordinasi dan komunikasi secara terus menerus dengan daerah yang dijadikan lokasi studi. i. Merekomendasikan tahapan pengembangan jaringan transportasi di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. j. Memperkirakan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. k. Menyusun arah dan kebijakan peranan transportasi dalam keseluruhan moda transportasi di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. l. Menyusun rencana lokasi dan kebutuhan simpul di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. m. Menyusun rencanan kebutuhan ruang lalu lintas di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. n. Menyusun Master Plan Jaringan transportasi perkotaan pada kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. o. Menyusun arah kebijakan dan langkah-langkah kebijakan pengembangan transportasi di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. p. Merealisasikan adanya keterpaduan antara sistem jaringan jalan dengan tata guna lahan yang ada. q. Melakukan optimalisasi terhadap penggunaan sistem jaringan yang ada terhadap kondisi transportasi yang ada dan alternatif yang akan dikembangkan. r. Menyusun rencana pengembangan jaringan transportasi terhadap penyebaran kegiatan di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. s. Melakukan penyusunan jaringan lintas angkutan barnag di kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya. t. Menyusun draft peraturan gubernur tentang master plan jaringan transportasi perkotaan pada kawasan aglomerasi Bandar Lampung dan sekitarnya. u. Kawasan Aglomerasi meliputi Bandar Lampung dan sekitarnya. 1-9

v. Melakukan tahapan sinkronisasi dengan mengadakan Workshop / Lokakarya / Fokus Group Diskusi (FGD) lintas instansi dan lintas sektor baik di Pusat maupun di Daerah. Dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan kebutuhan dan biaya yang tersedia. 1.5. Dasar Hukum Kegiatan Dasar hukum dilaksanakannya kegiatan ini antara lain adalah: a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan b. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan c. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian d. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Rencana Pembangunan Nasional f. KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan g. Surat Walikota Bandar Lampung Nomor 050/575/12/2008 tanggal 22April 2008 perihal Permohonan Lokasi Kegiatan Studi. h. Surat Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Nomor 050/262/III.06/2008 tanggal 12 Maret 2008 perihal Perhonan Studi Perencanaan Transportasi Perkotaan. 1.6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pada Kawasan Aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya berlokasi di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. 1.7. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pekerjaan Pada Kawasan Aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya dilaksanakan 6 (enam) bulan. 1.8. Metodologi Untuk Menjawab Tor 1.8.1. Melakukan Kajian Terhadap Studi-Studi Terdahulu. Beberapa / sebagian dokumen / studi terdahulu yang dikaji oleh konsultan antara lain; 1-10

Tatanan transportasi wilayah Provinsi Lampung Rencana tata ruang wilayah Provinsi Lampung Rencana strategis perhubungan Lampung Rencana pembangunan jangka panjang Provinsi Lampung Tatanan transportasi lokal Bandar Lampung Rencana tata ruang wilayah Bandar Lampung 1.8.2. Melakukan Studi Pustaka Berkaitan Dengan Jaringan Trasportasi. Studi pustaka yang dilakukan oleh konsultan adalah dengan memegang buku referensi berupa; a. MKJI 1997 b. Perencanaan dan pemodelan transportasi (Ofyar Z Tamain, 2000) c. Manajemen transportasi (Nur Nasution, 2004) d. Survey dan perencanaan lintas jalur (Meyer Gibson, 1984) e. Perencanaan transportasi (Fidel Miro, 2004) f. Perencanaan kota (Anthony J Catanese & James C Snyder, edisi 1 & 2, 2002) g. Trnsportation geography (Michael E Eliot Hurst etl) h. Dasar-dasar rekayasa transportasi, jilid 1 & 2 (C Jotin Khisty & B Kent Lall, 2005) Peraturan yang menjadi pegangan konsultan dan digunakan secara langsung maupun tidak langsung antara lain; Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Rencana Pembangunan Nasional KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan 1.8.3. Melakukan Inventarisasi Jaringan Transportasi Kawasan Aglomerasi. Inventarisasi ini antara lain mendasarkan pada sumber berupa: Peta jaringan jalan di Provinsi Lampung yang meliputi jaringan jalan negara, provinsi dan kabupaten/kota. 1-11

Peta rencana tata ruang wilayah Provinsi Lampung 1.8.4. Melakukan Inventarisasi Terhadap Jaringan Pelayanan Angkutan Umum. Inventarisasi ini dilakukan dengan menelaah dokumen yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan Provinsi lampung yang memiliki data tentang trayek mengingat Dinas Perhubungan lampung pemberi ijin untuk trayek antar kota dalam provinsi. Sementara untuk mengetahui pelayanannya maka konsultan melakukan survey wawancara kepada penumpang angkutan umum dimaksud. Jumlah responden disesuaikan dengan jumlah kapasitas tempat duduk yang disediakan yang diambil persentasenya sebagai responden. Adapun form survey layanan angkutan umum ini dapat dilihat pada LAMPIRAN; form survey wawancara penunpang angkutan umum. 1.8.5. Melakukan Survey Kinerja Jaringan Transportasi. Survey kinerja jaringan jalan meliputi survey Traffic counting Yang kemudian dianalisa untuk mengetahui; a. Kecepatan Arus Bebas Per Segmen Jalan Kecepatan arus bebas didefenisikan sebagai ecepatan pada saat tingkatan arus nol, sesuai dengan kecepatan yag akan dipilih pengemudi seandainya mengendarai kendaraan bermotor tanpa halan kendaraan bermotor lainnya (yaitu saat arus = 0). Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk umum berikut; FV = (FVo + FVw) x FFVsf + FFVrc 1-12

Dimana: FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam) FVo = kecepatan arus bebas dasar kndaraan ringan pada jalan dan alinyemen yang diamati FVw = penyesuaian kecepatan akibat lebar jalan (km/jam) FFVsf = faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar bahu FFVrc = faktor penyesuain akibat kelas fungsi jalan dan guna lahan b. Kapasitas Jalan Kapasitas jalan didefenisikan sebagai arus maksimum yang dapat dipertahankan persatuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada. Untuk jalan 2 lajur 2 arah kapasitas didefenisikan untu arus dua arah (kedua arah kombinasi), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur arus dipisahkan per arah perjalana dan kapasitas didefenisikan per lajur Persamaan dasar untuk penentuan kapasitas adalah sebagai berikut; C = Co x FCw + FCsp + FCsf Dimana;; C = kapasitas (smp/jam) Co FCw = kapasitas dasar (smp/jam) = faktor penyesuan lebar jalan FCsp = faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi) FCsf = faktor penyesuaian hambatan dan bahu jalan c. Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan didefenisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sbagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu lintas pada suatu simpang dan juga segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan akan mempunyai masalah kapasitas ata tidak. DS = Q/C DS = drajat kejenuhan 1-13