MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA OPERASI PERKALIAN PECAHAN MELALUI PENERAPAN COOPERATIE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS- ACHIEEMENT DIISION (STAD) KELAS I SD NEGERI DUKUHTENGAH 04 KETANGGUNGAN BREBES TAHUN PELAJARAN 2010/2011 E-TA Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh Nama : Edy Riyanto NIM : 1404908051 e-mail : edyr@ymail.com PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Edy Riyanto NIM : 1404908051 Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Judul e-ta : Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes. menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan E-TA ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya / tulisan orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain yang terdapat dalam Laporan E-TA ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 4 Juni 2011 Edy Riyanto ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING E-TA dengan judul Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes telah disetujui oleh pembimbing, untuk diajukan pada sidang panitia ujian E-TA Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada hari : Rabu tanggal : 25 Mei 2011 Pembimbing. Drs. Moch Ichsan, M.Pd NIP 19500612 198403 1001 Mengetahui Ketua Jurusan Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP.195605121982031003 iii
PENGESAHAN KELULUSAN E-TA dengan judul Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes sudah dipertahankan dalam sidang panitia ujian E-TA Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dan dinyatakan lulus pada Hari : Sabtu Tanggal : 4 Juni 2011 Ketua Sekretaris Drs. Hardjono, M.Pd. NIP 195108011979031007 Penguji I Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP.195605121982031003 Penguji II Dra, Tri Murtiningsih, M.Pd NIP 19481124 197501 2 001 Drs. Moch Ichsan, M.Pd NIP 19500612 198403 1 001 iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka merubah nasib mereka sendiri (Ar Ra ad : 11) Orang yang bahagia bukanlah orang dengan harta melimpah maupun pangkat yang tinggi, melainkan orang yang mampu dan selalu mensyukuri nikmat-nya sekecil apapun PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ibu tercinta atas kasih sayang, cinta kasih, dan doanya sepanjang hidup. 2. Istri dan ketiga anakku, 3. Rekan-rekan PJJ PGSD FIP UNNES 4. Teman-teman guru SD Dukuhtengah 04 Ketanggungan Kabupaten Brebes. v
PRAKATA Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan limpahan taufiq dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes Tahun 2010/2011. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat akhir untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis menyadari bahwa tidak akan bisa menyelesaikan laporan skripsi ini dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tak langsung. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan studi ke program S1 PGSD Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Harjono, M.Pd. Dekan FIP Universitas Negeri Semarang yang telah member izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 3. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. Ketua jurusan PGSD yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi. 4. Dr. Sri Sulityorini, M.Pd. Koordinator Program PJJ PGSD-S1 berbasis ICT. 5. Drs. Moch Ichsan, M.Pd. Dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, arahan, motivasi, bimbingan dan masukan berharga bagi peneliti. vi
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan semangat dan motivasi, memberikan ilmu pengetahuan dan berbagai pengalamannya kepada mahasiswa PJJ- S1 PGSD selama perkuliahan. 7. Dra.Umiyati Kepala SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes yang telah memberi ijin dan bantuan kepada penulis. 8. Ahmad Rohmani, S.Pd pengamat (teman sejawat) yang selalu memberikan masukan yang sangat mendukung pada proses perbaikan pembelajaran. Semoga segala amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semarang, 25 Mei 2011 Penyusun vii
ABSTRAK Edy Riyanto, 2011, Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams- Achievement Division (STAD) Kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04Ketanggungan Brebes, E-TA Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing Drs. Moch Ichsan, M.Pd. Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Perkalian Pecahan, SD, Cooperative tipe STAD Pembelajaran matematika di kelas I SD N Dukuhtengah 04, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Kualitas dan proses pembelajaran masih rendah. Guru hanya mengembangkan pembelajaran individual, siswa bekerja sendiri-sendiri dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Hasil tes untuk Kompetensi Dasar Operasi Perkalian Pecahan dari 22 siswa rata-ratanya 50,25. 18 siswa (82 %) mendapat nilai di bawah KKM yaitu 60. Untuk membahas permasalahan di atas dilakukan penelitian tindakan kelas berjudul Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes Tahun 2010/2011 Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini yaitu, Bagaimanakah kinerja guru, siswa dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan dengan model cooperative learning tipe STAD di SD N Dukuhtenah 04 Ketanggungan Brebes dapat meningkat?, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi kinerja guru, kinerja siswa, dan meningkatkan hasil belajar matematika dengan model cooperative learning tipe STAD. Penelitian dilakukan di kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan nontes. Data non tes dianalisis menggunakan deskripsi kualitatif, sedangkan data tes dianalisis dengan menggunakan teknik kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kinerja guru, hal ini dapat dilihat pada hasil observasi dengan perolehan skor 69 dengan kriteria baik pada siklus I dan perolehan skor 77 dengan kriteria amat baik pada siklus II. Peningkatan kinerja siswa dapat dilihat pada hasil observasi perolehan skor 67 dengan kriteria baik pada siklus I dan perolehan skor 76 dengan kriteria amat baik pada siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada hasil tes dengan nilai rata-rata 55,0 pada tes awal, 64,09 pada siklus I, dan 74,63 pada siklus II. Ketuntasan belajar individu sebesar 32% atau 7 siswa dari 22 siswa pada tes awal, 68% atau 17 siswa pada siklus I, dan 96% atau 21 siswa pada siklus II, dengan nilai 60. Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) Kinerja guru meningkat dengan kriteria amat baik (2) Kinerja siswa meningkat dengan kriteria amat baik (3) Hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata kelas 74.63 pada akhir penelitaian, ketuntasan belajar individu sebesar 96% dengan nilai 60. Peneliti menyarankan kepada guru untuk dapat menerapkan pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai alternative dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PENGESAHAN KELULUSAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vi viii ix xii DAFTAR GRAFIK... xiii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian..... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori.. 1 0 B. Kajian Empiris...... 34 C. Kerangka Berpikir..... 35 ix
D. Hipotesis tindakan..... 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian... 38 B. Perencanaan Tahap Penelitian... 40 C. Subyek Penelitian... 44 D. Tempat Penelitian... 44 E. Data dan Teknik Pengumpulan data... 45 F. Teknik Analisis Data... 47 G. Indikator Keberhasilan... 48 BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 49 1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I. 49 a. Paparan Hasil Belajar 49 b. Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran 54 c. Refleksi.. 61 d. Revisi. 62 2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II 63 a. Paparan Hasil Belajar. 63 b. Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran. 68 c. Refleksi.. 76 B. Pembahasan... 76 1. Pemaknaan temuan penelitian.. 79 2. Implikasi hasil penelitian.. 81 x
BAB PENUTUP A. Simpulan... 82 B. Saran... 83 DAFTAR PUSTAKA... 84 LAMPIRAN Lampiran 1 KISI-KISI INSTRUMEN PTK...... 86 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I......88 Lampiran 3 TES AKHIR PEMBELAJARAN SIKLUS I... 93 Lampiran 4 TES AKHIR PEMBELAJARAN SIKLUS I...... 94 Lampiran 5 KUNCI JAWABAN SIKLUS I...... 96 Lampiran 6 PEDOMAN PENILAIAN...... 97 Lampiran 7 LEMBAR KERJA SISWA I SIKLUS I...... 98 Lampiran 8 LEMBAR KERJA SISWA II SIKLUS II..... 100 Lampiran 9 LEMBAR KERJA SISWA I SIKLUS I...... 103 Lampiran 10 KUNCI LEMBAR KERJA II SIKLUS I...... 105 Lampiaran 11 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II 108 Lampiran 12 TES AKHIR PEMBELAJARAN SIKLUS II..... 112 Lampiran 13 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I..... 113 Lampiran 14 KUNCI JAWABAN LKS SIKLUS II...... 114 Lampiran 15 PEDOMAN PENILAIAN...... 115 Lampiran 16 LEMBAR KERJA SISWA...... 116 Lampiran 17 KUNCI LEMBAR KERJA SISWA...... 119 Lampiran 18 INDIKATOR PENGAMATAN KINERJA GURU...... 122 xi
Lampiran 19 LEMBAR PENGAMATAN KINERJA GURU SIKLUS I...... 125 Lampiran 20 LEMBAR PENGAMATAN KINERJA GURU SIKLUS II...... 127 Lampiran 21 LEMBAR PENGAMATAN KINERJA SISWA SIKLUS I...... 129 Lampiran 22 LEMBAR PENGAMATAN KINERJA SISWA SIKLUS II..... 131 Lampiran 23 REKAPITULASI NILAI TES..... 134 Lampiran 24 REKAPITULASI ANGKET RESPON SISWA SIKLUSI...... 135 Lampiran 25 REKAPITULASI ANGKET RESPON SISWA SIKLUS II...... 136 Lampiran 26 KELOMPOK MATEMATIKA KELAS I...... 137 Lampiran 27 TABEL PERHITUNGAN PENGHARGAAN SIKLUS I...... 138 Lampiran 28 TABEL PERHITUNGAN PENGHARGAAN SIKLUS II...... 139 Lampiran 29 FOTO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN...... 140 xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (Depdiknas, 2006: 6) menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (Depdiknas, 2006: 7) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar adalah : a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 1
2 b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Cokroft 1999 dalam (Hamzah B. Uno, 2009: 108) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan karena matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri. Matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak
3 ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi. Hasil diskusi awal antara peneliti dan observer kondisi pembelajaran matematika kelas I di Sekolah Dasar Negeri Dukuhtengah 04 Kecamatan Ketanggungan, menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran matematika masih berpusat pada guru (teacher centered). (2) Guru kurang mendorong siswa untuk menemukan sendiri (inkuiri) dalam menyelesaikan suatu masalah, mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan kelas yang kondusif dan kompetitif. (3) Guru kurang mengembangkan bahan pembelajaran yang mengangkat permasalahan keseharian. (4) Guru hanya mengembangkan pembelajaran individual, siswa bekerja sendirisendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. (5) Guru kurang mengembangkan model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran matematika yang masih berpusat pada guru (teacher centered) sebagian besar siswa tidak merasa tertarik dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, diantara mereka banyak yang berbicara tanpa arah, bermain-main, suasana belajarnya gaduh tidak terkendali. Siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan guru hanya sebagian kecil saja. Mereka cepat merasa bosan dan takut dengan pembelajaran matematika.
4 Pada pembelajaran matematika kelas I SD N Dukuhtengah 04 Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes bulan Januari 2011 diketahui bahwa siswa kelas I mempunyai kesulitan dalam mempelajari operasi perkalian pecahan. Hasil tes belajar untuk Kompetensi Dasar Operasi perkalian pecahan dari 22 siswa, menunjukkan 5 siswa mendapat nilai 40 (23% ), 10 siswa mendapat nilai 50 (45%), 5 siswa mendapat nilai 60 (23%), 2 siswa mendapat nilai 70 (9%). Rata-rata 50,25 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran matematika kelas I KTSP SD Negeri Dukuhtengah 04 adalah 60. Di dalam mempelajari operasi perkalian pecahan walaupun siswa sudah dijelaskan ternyata masih banyak yang belum memahami dengan benar konsep operasi perkalian pecahan. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami konsep operasi perkalian pecahan diduga disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama ada kemungkinan model pembelajaran yang digunakan guru belum tepat. Kedua dari faktor murid, bahwa siswa kelas I Sekolah Dasar masih belum dapat berpikir abstrak sehingga belajar operasi perkalian pecahan tanpa alat peraga atau media manipulatif akan mengalami kesulitan, hal ini berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa kelas I. Anak pada usia itu masih belum dapat berpikir abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan guru harus menggunakan benda-benda kongkrit. Kesulitan siswa dalam mempelajari operasi perkalian pecahan jika dibiarkan berlarut-larut akan berdampak buruk bagi pembelajaran
5 selanjutnya. Pembelajaran operasi pembagian pecahan mempersyaratkan pesrta didik untuk mengusai operasi perkalian pecahan. Demikian halnya dalam pembelajaran statistik, hitung keuangan, geometri, dan pengukuran ( pengukuran panjang, pengukuran luas, pengukuran isi, pengukuran berat, pengukuran waktu, pengukuran jarak, dan pengukuran berskala ) yang ada hubungan dengan operasi perkalian pecahan akan lebih mudah bila siswa menguasai konsep operasi perkalian pecahan. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam operasi perkalian pecahan, diperlukan adanya upaya guru dalam menggunakan model dan media pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa. Guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah saja, tetapi juga menggunakan metode-metode lainnya seperti metode pembelajaran yang lebih menekankan pada pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu juga guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang kongkrit. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran operasi perkalian pecahan adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams- Achievement Division (STAD). Pembelajaran cooperative learning tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA. STAD merupakan pembelajaran cooperative learning tipe yang paling sederhana. Esensial dari cooperative learning tipe
6 STAD adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok. Dengan cooperative learning tipe STAD di antara teman satu kelompok ada usaha untuk meningkatkan pemahaman materi yang telah disampaikan guru melalui kerja sama kelompok, adanya usaha saling membantu, membentuk keterampilan sosial, pencapaian tujuan bersama, dan ada kompetisi antar kelompok (Adi Wijaya, 2008: 8) dalam (Supinah dkk. 2009: 60 ). Haryanto (2009: 80) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-achievement Division, bagi siswa kelas II SMP Negeri 1 Karanganyar semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa: Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD pada pelajaran matematika khususnya pokok bahasan Bilangan Bulat, dapat meningkatkan pemahaman siswa sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa. Secara teoritis dan empiris model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Pembelajaran Operasi Perkalian Pecahan dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD tersebut diharapkan kinerja guru dan siswa dapat meningkat, sehingga pada gilirannya hasil belajar siswa pada pokok bahasan
7 perkalian pecahan pun dapat meningkat. Untuk itu penelitian tindakan kelas yang saya lakukan berjudul Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes. B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah Menurut latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan dengan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkat? 2) Bagaimanakah kinerja guru dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes dengan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkat? 3) Apakah dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD hasil belajar siswa tentang pokok bahasan perkalian pecahan kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan Brebes dapat meningkat?
8 2. Pemecahan Masalah Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari operasi perkalian pecahan adalah dengan melaksanakan pembelajaran model cooperative learning tipe STAD. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil pembelajaran dapat meningkat. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1) Mendeskripsi aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian pecahan dengan model cooperative learning tipe STAD kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan. 2) Mendeskripsi kinerja guru dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian pecahan dengan model cooperative learning tipe STAD kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian pecahan dengan model cooperative learning tipe STAD kelas I SD Negeri Dukuhtengah 04 Ketanggungan. D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoretis
9 a. Menambah khasanah penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran matematika. b. Bahan rujukan penelitian tindakan kelas yang lain. 2) Manfaat praktis a. Manfaat bagi siswa a) Memotivasi siswa dalam belajar operasi perkalian pecahan. b) Siswa dapat belajar secara kooperatif. c) Pembelajaran operasi perkalian pecahan bagi siswa lebih bermakna dan menyenangkan. b. Manfaat bagi guru a) Guru dapat menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. b) Guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksnakan pembelajaran di kelas. c) Guru dapat menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. d) Meningkatkan rasa percaya diri pada guru. c. Manfaat bagi sekolah a) Menciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan pembelajaran melalui kegiatan penelitain tindakan kelas. b) Meningkatkan mutu pendidikan di tingkat sekolah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori a. Konsep Matematika Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikir) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol dan penalaran deduktif (Sutawijaya, 1977: 176) dalam (Nyimas, Aisiyah dkk. 2007: 1-1) Menurut Russel dalam Hamzah B.Uno (2009:108) mendefinisikan bahawa matematika sebagai suatu study yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang tidak dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke bilangan pecahan, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke deferensial dan integral, dan menuju matematika yang lebih tinggi. Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain : aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis (Hamzah B. Uno, 2009: 10). Pada hakikatnya matematika merupakan bidang ilmu yang perlu dimliki oleh siswa guna bekal dalam kehidupan sehari-hari, dimana siswa kelak 10
11 akan hidup dalam masyarakat. Ilmu matematika perlu dipelajari sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan matematika yang akan dijumpai dalam kehidupan. Namun pada anak usia sekolah dasar melalui tahapan-tahapan yang sesuai dengan usia perkembangan belajar matematika seperti yang dikemukakan oleh para ahli seperti di bawah ini. b. Pembelajaran Matematika Menurut Piaget (dalam Hudoyo, 1988: 45), anak usia sekolah dasar berada pada periode operasi konkret. Periode ini disebut operasi konkret sebab berpikir logiknya didasarkan pada manipulasi fisik objekobjek konkret. Anak yang masih berada pada periode ini untuk berpikir abstrak masih membutuhkan bantuan memanipulasi obyek-obyek konkret atau pengalamanpengalaman yang langsung dialaminya. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan pada tahap operasi konkret adalah pembelajaran yang didasarkan pada benda-benda konkret agar mempermudah anak didik dalam memahami konsep-konsep matematika. Menurut Piaget, perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap yaitu tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak. Pada tahap konkret, kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk mendapatkan pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Pada tahap semi konkret sudah tidak perlu memanipulasi objek-objek konkret lagi seperti pada tahap konkret, tetapi cukup dengan gambaran dari objek yang dimaksud. Kegiatan yang dilakukan anak pada tahap semi abstrak
12 memanipulasi/melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak. Sedangkan pada tahap abstrak anak sudah mampu berpikir secara abstrak dengan melihat lambang/simbol atau membaca/mendengar secara verbal tanpa kaitan dengan objek-objek konkret. Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 1988: 56), belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubunganhubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain itu anak didik lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola terstruktur. Teori belajar Bruner ini didasarkan pada dua asumsi, bahwa : 1. Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif, artinya pengetahuan akan diperoleh siswa apabila yang bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya. 2. Orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan hal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang memberi arti. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer. Dalam belajar, Bruner hampir selalu memulai dengan memusatkan manipulasi material. Anak didik harus menemukan keteraturan dengan cara pertama-tama memanipulasi material yang sudah dimiliki anak didik. Berarti anak didik dalam belajar haruslah terlibat aktif
13 mentalnya yang dapat diperlihatkan dari keaktifan fisiknya. Bruner melukiskan anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu: 1. Tahap Enaktif Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. Ia akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu. 2. Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambargambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung mema nipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas (butir a). Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir. Kemudian seseorang mencapai masa transisi dan
14 menggunakan penyajian ikonik yang didasarkan pada pengindraan kepenyajian simbolik yang didasarkan pada berpikir abstrak. 3. Tahap Simbolik Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek seperti pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orangorang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya hurufhuruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambanglambang abstrak yang lain. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa anak belajar matematika melalui dua tahap, yaitu konkret dan abstrak. Pada tahap pertama, yaitu tahap konkret, anak memanipulasi benda-benda konkret untuk dapat menghayati ide-ide abstrak. Pengalaman awal berinteraksi dengan benda konkret ini akan membentuk dasar bagi belajar selanjutnya, yaitu pada tahap abstrak atau tahap kedua. Dari pembahasan teori-teori pembelajaran matematika tersebut di atas, ternyata bahwa beberapa ahli mempunyai kesamaan pendapat, yaitu dalam belajar matematika akan dapat memahami jika dibantu dengan manipulasi objek-objek konkret.
15 Lampiran Permendiknas RI No. 22 (2006, 416) menyebutkan bahwa, dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa peran aktif dalam proses pembelajarannya, dan secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan yang merupakan bagian dari matematika perlu adanya pemahaman hitung dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang perlu dimliki siswa, sehingga siswa akan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran operasi perkalian pecahan. c. Materi Perkalian Pecahan Pada Kurikulum Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang dipelajari siswa di Sekolah Dasar. Pembahasan materinya menitikberatkan pada pengerjaan (operasi) hitung dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Bentuk bilangan pecahan dapat berupa pecahan biasa, pecahan capuran, maupun pecahan desimal. Sesuai dengan Standar Isi (SI) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD N Dukuhtengah 04 tahun 2010/2011, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang menekankan pada perkalian pecahan dapat dilihat pada tabel berikut.