PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT



dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

8KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN SNI-DT PADA BERBAGAI VARIASI KADAR AIR AGREGAT

PENGARUH PERBANDINGAN AGREGAT HALUS DENGAN AGREGAT KASAR TERHADAP WORKABILITY DAN KUAT TEKAN BETON

BAB 4 RANCANG PROPORSI CAMPURAN BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON POROUS

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

PENGARUH RASIO AGREGAT SEMEN DAN FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON POROUS

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI DIAMETER MAKSIMUM AGREGAT DALAM CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN BETON

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN KAPUR PADAM DAN TANAH PADAS


Berat Tertahan (gram)

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Studi Mengenai Campuran Beton dengan Kadar Pasir Tinggi dalam Agregat Gabungan pada Cara SNI

PENGARUH RASIO AGREGAT SEMEN DAN FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON POROUS

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

STUDI BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN MIX DESIGN MENGGUNAKAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

Penggunaan Pasir Samboja dan Kerikil Dari Palu Sebagai Bahan Pembuatan Beton Normal

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH CAMPURAN LIMBAH KULIT KERANG TERHADAP MUTU KUAT TEKAN BETON f c = 25 MPa DAN KETAHANANNYA TERHADAP REMBESAN AIR LAUT

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

USE OF CLAY EX. BENGALON AS AGGREGATE MADE AND SAND EX. MUARA BADAK IN MIXED CONCRETE METHOD STANDART NATIONAL INDONESIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

Studi Tentang Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Campuran Beton Cara Dreux Gorrise

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

PEMANFAATAN BATU KAPUR DIDAERAH SAMPANG MADURA SEBAGAI BAHAN PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PENGGUNAAN MIX DESIGN SPEEDCRETE DAN BAHAN TAMBAH VISCOCRETE - 10 PADA TINJAUAN KUAT TEKAN DAN TARIK BETON NORMAL.

PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARI BERBAGAI QUARRY PADA PRODUKSI BETON

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND POZOLAN (PPC) UNTUK PERENCANAAN BETON STRUKTURAL DENGAN f c = 25 MPa

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

PENGARUH PANAS PEMBAKARAN PADA BETON TERHADAP PERUBAHAN NILAI KUAT TEKAN ( INFLUENCE ON THE COMBUSTION HEAT TO CHANGE THE VALUE OF CONCRETE STRENGTH )

PERBANDINGAN DESAIN CAMPURAN BETON NORMAL MENGGUNAKAN SNI DAN SNI 7656:2012

Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran Limbah Plastik HDPE

KELAYAKAN PASIR KALI MAS SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON DAN MORTAR

Tinjauan Mengenai Penentuan Proporsi Pasir dalam Agregat Gabungan pada Perancangan Campuran Beton Cara SNI

Kajian Eksperimen Kuat Tekan Beton Ringan Menggunakan Agregat Bambu dan Bahan Tambah Beton

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

Studi Mengenai Keberlakuan Pengaruh Permukaan Spesifik Agregat terhadap Kuat Tekan dalam Campuran Beton

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGARUH VARIASI SUHU TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE) ACI 211

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN DAN WAKTU PERPUTARAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MENGGUNAKAN MESIN MOLEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN JENIS AGREGAT DAN PROPORSI CAMPURAN TERHADAP KUAT TEKAN DAN DAYA TEMBUS BETON PORUS

STUDI EKSPERIMENTAL PROPORSI BETON PORTLAND POZOLAN GRESIK SESUAI ACI 211.4R-08 YANG DIKOREKSI SESUAI ACI 211.7R-15

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PECAHAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

TINJAUAN KARAKTERISTIK DAN KEKUATAN UBIN / TEGEL LANTAI YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten Fakfak

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Pengaruh Kadar Air.. Kuat Tekan Beton Arusmalem Ginting PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON Arusmalem Ginting 1, Wawan Gunawan 2, Ismirrozi 3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta Jl. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231 Telp/Fax. (0274) 543676 agintingm@yahooo.com 2,3 ABSTRACT Concrete mix design with the volume proportions are often used because it is very easy in implementation. The volume proportion of cement, sand, and split / gravel that often used are 1 : 2 : 3 and 1 : 1.5 : 2.5 with the specific water cement ratio (wcr). The water content of aggregate (split / gravel and sand) in the field can be either air dry or wet. The difference of water content on aggregate increase or decrease the water cement ratio, and result of concrete compressive strength also varies. Based on these issues then examined the influence of water content of aggregate on concrete compressive strength with the volume proportions 1: 2: 3 and 1 : 1.5 : 2.5 and with water cement ratio 0.6. The samples that used in this research are a concrete cylinder 150 mm x 300 mm, fine aggregate of sand and coarse aggregate of crushed stone/split and gravel. The water content of aggregate used be varied such as: wet, saturated surface dry (SSD), and air dry (5 variations). The number of specimens of each variation 3, and total specimen 84. Concrete compressive strength testing performed at 28 days. From these results obtained: a decrease water content in aggregate will decrease the slump value in volume proportion 1 : 2 : 3 and 1 : 1.5 : 2.5. Slump value of volume proportion 1 : 2 : 3 less than 1: 1.5: 2.5 in any condition of the water content on aggregate. Condition of the water content on aggregate that larger or smaller than the SSD condition in volume proportion 1 : 2 : 3 are resulted decreased concrete compressive strength. In volume proportion 1 : 1.5 : 2.5 with aggregate water content greater than the SSD resulted in decreased concrete compressive strength and on the condition of the water content is smaller than SSD resulted in increased concrete compressive strength. On SSD condition, concrete compressive strength by volume proportion 1 : 2 : 3 are almost equal to 1 : 1.5 : 2.5, while in the wet and air dry conditions aggregate, compressive strength of concrete with the volume proportion 1 : 2 : 3 less than the volume proportion 1 : 1.5 : 2.5. Keywords: water content of aggregates, proportions by volume, compressive strength. PENDAHULUAN Berdasarkan PBI (1971), beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air. Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya relatif murah, kuat tekannya tinggi, dapat dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan, dapat dikombinasikan dengan baja tulangan, dan masih banyak lagi kelebihankelebihan yang lain (Tjokrodimuljo, 1996). Berdasarkan SNI 03-1974-1990, kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Menurut Tjokrodimuljo (1996), sifat beton pada umumnya lebih baik jika kuat tekannya tinggi. Untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah: faktor air semen dan kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen, dan sifat agregat. Untuk mendapatkan beton yang baik perlu dilakukan perancangan adukan beton sehingga didapat beton yang kuat tekannya tinggi, mudah dikerjakan, tahan lama (awet), murah, dan tahan aus. Perancangan campuran ISSN.. 9

JURNAL TEKNIK VOL. 1 NO. 1 / APRIL 2011 adukan beton dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode seperti: Road Note No.4, American Concrete Institute (ACI), The British Mix Design Method, Standar Nasional Indonesia (SNI), cara coba-coba (trial and error method of mix design) dan lain-lain (Tjokrodimuljo, 1996). Dengan banyaknya bermunculan pabrik beton jadi (ready mix concrete), beton dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang diinginkan tanpa harus merancang sendiri campuran betonnya. Di daerah pedalaman yang keberadaan pabrik beton jadi (ready mix concrete) tidak tersedia atau jauh dari lokasi proyek maka harus dilakukan pencampuran beton di lokasi proyek (site mix). Perancangan proporsi campuran adukan beton dengan cara perbandingan volume adalah salah satu cara yang sering digunakan di lapangan karena sangat mudah dalam pelaksanaannya. Perbandingan volume semen, pasir, dan split/kerikil yang sering digunakan adalah 1 : 2 : 3 dan 1 : 1,5 : 2,5 dengan faktor air semen (fas) tertentu. Perbandingan proporsi campuran 1 : 2 : 3 diharapkan untuk d. tahap ini tidak menyerap dan juga tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam campuran adukan beton, dan d. basah, yaitu agregat yang butir-butirnya mengandung banyak air, baik di permukaan maupun di dalam butiran, sehingga bila dipakai untuk campuran akan memberi air. Kadar air yang terkandung pada agregat di lapangan sangat sulit ditentukan tanpa diuji terlebih dahulu. Kondisi agregat (split/kerikil dan pasir) ini dapat berupa kering udara atau basah. Kadar air yang berbeda-beda pada agregat ini mengakibatkan pengurangan atau penambahan air terhadap campuran sehingga faktor air semen yang sudah direncanakan juga mengalami perubahan sehingga menghasilkan kuat tekan beton yang kemungkinan beragam. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh kadar air agregat terhadap kuat tekan beton dengan perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dan 1 : 1,5 : 2,5 dan dengan faktor air semen 0,6. mendapatkan beton mutu K175 dan perbandingan 1 : 1,5 : 2,5 untuk mendapatkan beton mutu K225, yang dapat digunakan untuk beton struktural seperti: lantai, kolom, fondasi, dan balok. Berdasarkan SNI 03-1971-1990, kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering yang dinyatakan dalam persen. Menurut Tjokrodimuljo (1996), keadaan kandungan air di dalam agregat dibedakan menjadi beberapa tingkat, yaitu: a. kering tungku, yaitu agregat yang benarbenar tidak berair, dan ini berarti dapat secara penuh menyerap air, b. kering udara, yaitu agregat yang kering permukaannya tetapi mengandung sedikit air di dalam porinya. Oleh karena itu agregat dalam tingkat ini masih dapat sedikit mengisap air, c. jenuh kering muka, agregat pada tingkat ini tidak ada air di permukaan tetapi butirbutirnya berisi sejumlah air. Dengan demikian butiran-butiran agregat pada METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: semen, agregat halus (pasir) dan agregat kasar (split dan kerikil). Pada penelitian ini dilakukan beberapa jenis pengujian, diantaranya adalah: pengujian kadar air agregat, pengujian nilai slump beton segar, dan pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari. Penelitian ini menggunakan alat-alat utama sebagai berikut: beton molen digunakan untuk mencampur dan mengaduk beton, compression machine merk Controls produksi Milano Italy digunakan untuk menguji kuat tekan beton. Banda uji pada penelitian ini berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Perbandingan volume campuran dibuat 2 variasi yaitu 1 : 2 : 3 dan 1 : 1,5 : 2,5 dengan faktor air semen (fas) 0,6. Jumlah benda uji setiap variasi kadar air sebanyak 3 buah, dengan jumlah total benda uji 84 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tebel 1 dan 2 berikut ini. ISSN. 10

Pengaruh Kadar Air.. Kuat Tekan Beton Arusmalem Ginting Tabel 1. Agregat halus pasir dan agregat kasar split Kadar air (%) Jumlah benda uji Pasir Split 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5 fas 1 Basah 5,92 3,55 3 3 0,6 2 SSD 3,73 2,57 3 3 0,6 3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,85 3 3 0,6 4 Kering udara II (KU-II) 0,77 0,97 3 3 0,6 5 Kering udara III (KU-III) 0,85 0,76 3 3 0,6 6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,76 3 3 0,6 7 Kering udara V (KU-V) 0,34 0,64 3 3 0,6 Tabel 2. Agregat halus pasir dan agregat kasar kerikil Kadar air (%) Jumlah benda uji Pasir Kerikil 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5 fas 1 Basah 5,92 6,13 3 3 0,6 2 SSD 3,73 5,47 3 3 0,6 3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,29 3 3 0,6 4 Kering udara II (KU-II) 0,85 1,23 3 3 0,6 5 Kering udara III (KU-III) 0,77 0,78 3 3 0,6 6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,59 3 3 0,6 7 Kering udara V (KU-V) 0,34 0,37 3 3 0,6 HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai slump untuk campuran beton dengan agregat halus pasir dan agregat kasar splitseperti ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 1 berikut ini. Dari Tabel 3 dan Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa kadar air pasir dan split mempengaruhi nilai slump campuran beton. Nilai slump akan turun seiring dengan penurunan kadar air pasir dan split baik pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dan juga 1 : 1,5 : 2,5. Pada sembarang kondisi kadar air pasir dan split, nilai slump campuran 1 : 2 : 3 lebih kecil dari campuran 1 : 1,5 : 2,5. Hal ini diakibatkan jumlah semen pada campuran 1 : 2 : 3 lebih sedikit dari 1 : 1,5 : 2,5, sehingga jumlah air yang dibutuhkan pada campuran 1 : 2 : 3 juga lebih sedikit daripada campuran 1 : 1,5 : 2,5 untuk mendapatkan faktor air semen yang sama. Nilai slump akan kecil jika digunakan air sedikit, dan akan besar jika digunakan air banyak. Tabel 3. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan split) No. Kondisi Kadar air (%) Slump (cm) Pasir Split 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5 fas 1 Basah 5,92 3,55 6,5 15,5 0,6 2 SSD 3,73 2,57 1 3 0,6 3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,85 0 4,5 0,6 4 Kering udara II (KU-II) 0,77 0,97 0 1,5 0,6 5 Kering udara III (KU-III) 0,85 0,76 0 2 0,6 6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,76 0 1 0,6 7 Kering udara IV (KU-V) 0,34 0,64 0 0 0,6 ISSN.. 11

JURNAL TEKNIK VOL. 1 NO. 1 / APRIL 2011 Slump (cm) 18 15 12 9 6 3 0 15.5 6.5 4.5 3 1.0 1.5 2 1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0 Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V Kondisi agregat Perbandingan 1 : 2 : 3 Perbandingan 1 : 1,5 : 2,5 Gambar 1. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan split) Nilai slump untuk campuran beton dengan agregat halus pasir dan agregat kasar kerikil seperti ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 2 berikut ini. Tabel 4. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan kerikil) Kadar air (%) Slump (cm) Pasir Kerikil 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5 1 Basah 5,92 6,13 10 21 2 SSD 3,73 5,47 1,5 6 3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,29 0 3 4 Kering udara II (KU-II) 0,85 1,23 0 2,5 5 Kering udara III (KU-III) 0,77 0,78 0 2,5 6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,59 0 1,5 7 Kering udara V (KU-V) 0,34 0,37 0 0 24 20 21 Slump (cm) 16 12 8 10.0 6 4 0 3 2.5 2.5 1.5 1.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0 Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V Perbandingan 1 : 2 : 3 dingan 1 : 1,5 : 2,5 Gambar 2. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan kerikil) Dari Tabel 4 dan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa kadar air pasir dan kerikil mempengaruhi nilai slump campuran beton. Nilai slump akan turun seiring dengan penurunan kadar air pasir dan kerikil baik ISSN. 12

Pengaruh Kadar Air.. Kuat Tekan Beton pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dan juga 1 : 1,5 : 2,5. Pada sembarang kondisi kadar air pasir dan kerikil, nilai slump campuran 1 : 2 : 3 lebih kecil dari campuran 1 : 1,5 : 2,5. Hal ini diakibatkan jumlah semen pada campuran 1 : 2 : 3 lebih sedikit dari 1 : 1,5 : 2,5, sehingga jumlah air yang dibutuhkan pada campuran 1 : Arusmalem Ginting 2: 3 juga lebih sedikit daripada campuran 1 : 1,5 : 2,5 untuk mendapatkan faktor air semen yang sama. Nilai slump akan kecil jika digunakan air sedikit, dan akan besar jika digunakan air banyak. Kuat tekan untuk campuran beton dengan agregat halus pasir dan agregat kasar split seperti ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 3 berikut ini. Tabel 5. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar split) Kadar air (%) Kuat tekan (MPa) Pasir Split 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5 1 Basah 5,92 3,55 3,80 5,58 5,52 7,19 5,58 6,04 7,19 5,36 2 SSD 3,73 2,57 17,24 18,26 16,40 16,48 16,23 16,41 13,69 16,51 3 KU-I 3,20 1,85 15,41 12,76 12,98 20,79 23,07 21,13 10,76 19,52 4 KU-II 0,77 0,97 11,05 13,69 12,75 20,28 20,28 18,83 13,51 15,93 5 KU-III 0,85 0,76 15,76 9,26 11,97 21,02 19,01 20,27 10,90 20,79 6 KU-IV 0,43 0,76 3,55 5,07 6,08 10,65 14,20 11,83 9,63 10,65 7 KU-V 0,34 0,64 2,50 6,85 3,54 24,59 23,52 23,83 1,27 23,38 Kuat tekan (MPa) 24 20 16 12 8 4 0 23.83 21.13 18.83 20.27 16.40 16.41 12.98 12.75 11.97 11.83 5.526.04 6.08 3.54 Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V Kondisi agregat Perbandingan 1 : 2 : 3 Perbandingan 1 : 1,5 : 2,5 Gambar 3. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar split) ISSN.. 13

JURNAL TEKNIK VOL. 1 NO. 1 / APRIL 2011 Dari Tabel 5 dan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dengan faktor air semen 0,6, pada kondisi basah yang kadar air pasir dan splitnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya penambahan air pada campuran sehingga kuat tekannya menjadi menurun. Pada kondisi kering udara I sampai V yang kadar air pasir dan splitnya lebih kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya air yang diisap oleh agregat sehingga beton menjadi sulit dipadatkan dan beton yang dihasilkan keropos sehingga kuat tekannya menjadi menurun. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dengan faktor air semen 0,6, pada kondisi kadar air agregat lebih besar atau lebih kecil dari kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat tekan beton. Dari Tabel 5 dan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada perbandingan volume campuran 1 : 1,5 : 2,5 dengan faktor air semen 0,6, pada kondisi basah yang kadar air pasir dan splitnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya penambahan air pada campuran sehingga kuat tekannya menjadi menurun. Pada kondisi kering udara I, II, III, dan V yang kadar air pasir dan splitnya lebih kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih besar dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya air yang diisap oleh agregat mengakibatkan penurunan faktor air semen (fas) tetapi beton masih dapat dipadatkan sehingga kuat tekannya menjadi meningkat. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa, pada kondisi kadar air agregat lebih besar dari kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat tekan beton, dan pada kondisi kadar air agregat lebih kecil dari kondisi SSD mengakibatkan peningkatan kuat tekan beton. Dari Tabel 5 dan Gambar 3 juga dapat dilihat bahwa pada kondisi kadar air agregat SSD, kuat tekan beton dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 hampir sama dengan 1 : 1,5 : 2.5. Pada kondisi kadar air agregat basah dan kering udara I V, kuat tekan beton dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 lebih kecil dari 1 : 1,5 : 2.5. Kuat tekan untuk campuran beton dengan agregat halus pasir dan agregat kasar kerikil seperti ditunjukkan pada Tabel 6 dan Gambar 4 berikut ini. Tabel 6. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar kerikil) Kadar air (%) Kuat tekan (MPa) Pasir Split 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5 1 Basah 5,92 6,13 6,34 4,31 5,32 8,87 6,85 7,94-8,11 2 SSD 3,73 5,47 10,76 12,07 10,53 11,30 6,42 10,19 8,76 12,84 3 KU-I 3,20 1,29 8,26 11,26 10,05 15,97 16,76 17,25 10,65 19,01 4 KU-II 0,85 1,23 5,07 2,83 5,25 17,75 15,31 17,86 7,86 20,52 5 KU-III 0,77 0,78 2,79 2,75 3,28 19,01 16,99 16,97 4,31 14,90 6 KU-IV 0,43 0,59 2,79 3,80 3,22 22,61 17,73 18,37 3,08 14,76 7 KU-V 0,34 0,37 1,80 3,04 2,47 19,77 20,28 18,76 2,57 16,23 ISSN. 14

Pengaruh Kadar Air.. Kuat Tekan Beton Arusmalem Ginting Dari Tabel 6 dan Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dengan faktor air semen 0,6, pada kondisi basah yang kadar air pasir dan kerikilnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya penambahan air pada campuran sehingga kuat tekannya menjadi menurun. Pada kondisi kering udara I sampai V yang kadar air pasir dan kerikilnya lebih kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya air yang diisap oleh agregat sehingga beton menjadi sulit dipadatkan dan beton yang dihasilkan keropos sehingga kuat tekannya menjadi menurun. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dengan faktor air semen 0,6 menggunakan agregat halus pasir dan agregat kasar kerikil, pada kondisi kadar air agregat lebih besar atau lebih kecil dari kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat tekan beton. 24 Kuat tekan (MPa) 20 16 12 8 4 0 17.25 17.86 16.97 18.37 18.76 10.53 10.19 10.05 7.94 5.32 5.25 3.28 3.22 2.47 Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V Kondisi agregat Perbandingan 1 : 2 : 3 Perbandingan 1 : 1,5 : 2,5 Gambar 4. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar kerikil) Dari Tabel 6 dan Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada perbandingan volume campuran 1 : 1,5 : 2,5 dengan faktor air semen 0,6, pada kondisi basah yang kadar air pasir dan kerikilnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya penambahan air pada campuran sehingga kuat tekannya menjadi menurun. Pada kondisi kering udara I sampai V yang kadar air pasir dan kerikilnya lebih kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih besar dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan adanya air yang diisap oleh agregat mengakibatkan penurunan faktor air semen (fas) tetapi beton masih dapat dipadatkan sehingga kuat tekannya menjadi meningkat. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa, pada kondisi kadar air agregat lebih besar dari kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat tekan beton, dan pada kondisi kadar air agregat lebih kecil dari kondisi SSD mengakibatkan peningkatan kuat tekan beton. Dari Tabel 6 dan Gambar 4 juga dapat dilihat bahwa pada kondisi kadar air agregat SSD, kuat tekan beton dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 hampir sama dengan 1 : 1,5 : 2.5. Pada kondisi kadar air agregat basah dan kering udara I V, kuat tekan beton dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 lebih kecil dari 1 : 1,5 : 2.5. KESIMPULAN 1. Penurunan kadar air agregat akan mengakibatkan penurunan nilai slump pada perbandingan campuran 1 : 2 : 3 dan 1 : 1,5 : 2,5. 2. Nilai slump campuran 1 : 2 : 3 lebih kecil dari campuran 1 : 1,5 : 2,5 pada sembarang kondisi kadar air agregat. 3. Pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3 dengan kondisi kadar air agregat lebih besar atau lebih kecil dari kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat tekan beton. ISSN.. 15

JURNAL TEKNIK VOL. 1 NO. 1 / APRIL 2011 4. Pada perbandingan volume campuran 1 : 1,5 : 2,5 dengan kondisi kadar air agregat lebih besar dari kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat tekan beton, dan pada kondisi kadar air lebih kecil dari kondisi SSD mengakibatkan peningkatan kuat tekan beton. 5. Pada kondisi kadar air agregat SSD kuat tekan beton dengan perbandingan 1 : 2 : 3 hampir sama dengan 1 : 1,5 : 2,5, sedangkan pada kondisi basah dan kering udara kuat tekan beton dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 lebih kecil dari perbandingan 1 : 1,5 : 2.5. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971), Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Depertemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Anonim, SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum. Anonim, SNI 03-1971-1990, Metode Pengujian Kadar Air Agregat, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum. Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Buku Ajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ISSN. 16