KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB-4 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS

STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

ANALISA KEBUTUHAN AIR SAWAH DI KECAMATAN MARIHAT PEMATANG SIANTAR

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR WADUK LIDER DI KABUPATEN BANYUWANGI UNTUK IRIGASI

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

RENCANA PENJADWALAN PEMBAGIAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KANAN KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PERENCANAAN DAERAH IRIGASI SUNGAI BANTIMURUNG

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17,

KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus-menerus maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

Gambar 1. Daur Hidrologi

ARBITEK ISSN : Jurnal Teknik Sipil & Arsitektur EISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali lagi ke laut, seperti digambarkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Ilustrasi Siklus Hidrologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

EVALUASI POLA TANAM DI DAERAH IRIGASI NGUDIKAN KIRI TERHADAP KECUKUPAN AIR UNTUK PERTANIAN DI KECAMATAN BAGOR DAN REJOSO KABUPATEN NGANJUK

Analisis Hidrologi Kebutuhan Air Pada Daerah Irigasi Pakkat

STUDI OPTIMASI POLA TANAM JARINGAN IRIGASI DESA RIAS DENGAN PROGRAM LINEAR

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

Transkripsi:

1. Penyiapan lahan KEBUTUHAN AIR Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah : 1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. 2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah : padi ladang kedua. tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, kondisi sosial, budaya yang ada didaerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk daerah irigasi baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku didaerah-daerah daerah didekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan diseluruh petak tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil 1 bulan. Perlu diingat bahwa transplantasi (perpindahan bibit ke sawah) mungkin sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier dimana pengolahan sudah selesai.

Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah disawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk lahan, (aspek tanah sebelum dilakukan pengolahan) Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak-retak retak, kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.

Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam It/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut : (aspek tanah saat dilakukan pengolahan)

2. Penggunaan konsumtif Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk proses fotosintesis dari tanaman tersebut. Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut

3. Perkolasi Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai I - 3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, lalu perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan di anjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.

4. Penggantian Lapisan Air. Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. 5. Curah Hujan Efektif. Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun. Re = 0,7x 1/2 Rs (setengah bulanan dengan T=5 tahun). Re = curah hujan efektif (mm/hari) Rs = curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun (mm)

6. Kebutuhan Air Disawah Untuk Petak Tersier. Kebutuhan air untuk tanaman tergantung pada macam tanaman dan masa pertumbuhannya sampai di panen sehingga memberikan produksi yang optimum. Perkiraan banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor jenis tanaman, jenis tanah, cara pemberian air, cara pengelolaan tanah, banyaknya turun hujan, waktu penanaman, iklim, pemeliharaan saluran/bangunan dan eksploitasi. Banyaknya air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut :. Ir =S + Et + P - Re dengan : Ir = Kebutuhan air untuk irigasi S = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan Et = Evapotranspirasi: Crop Consumptive Use Re = Curah hujan efektif.

Petak Irigasi Petak tersier suatu lahan seluas maksimum 60 ha yang berisikan petak-petak kuarter yang luasnya maksimum 10 ha, yang mengambil air dari satu pintu bangunan sadap. Petak tersier ini dilengkapi pula dengan boks-boks tersier, kuarter, saluran pembawa tersier, kuarter, cacing, saluran pembuang, serta bangunan silang seperti yang ada di jaringan irigasi. Petak sekunder terdiri dari kumpulan petak-petak tersier yang mengambil air dari satu pintu di bangunan bagi. Luas petak sekunder ini tidak terbatas tergantung dari topografi lahan yang ada. Salurannya sering terletak di punggung medan, sehingga air tersebut dapat dialirkan ke dua sisi saluran. Petak primer, terdiri dari beberapa petak sekunder yang airnya mengambil dari sumber air (sungai) berupa bendung, bendungan, rumah pompa, dll. Bila satu bendung terdapat dua pintu (intake) kiri dan kanan, maka terdapat dua petak primer. Saluran primer diusahakan sejajar dengan kontur atau garis tinggi.

A. PADI Perhitungan kebutuhan air dapat dilakukan dengan menggunakan tabel. Perhitungan dilakukan sebagai berikut : a) Dengan rotasi (alamiah) didalam petak tersier kegiatan-kegiatan penyiapan lahan diseluruh petak dapat diselesaikan secara berangsurangsur. Rotasi alamiah digambarkan dengan pengaturan kegaitan- kegiatan setiap jangka waktu ½ bulan secara bertahap. b) Transplantasi akan dimulai pada pertengahan bulan kedua dan akan selesai dalam waktu 1 ½ bulan sesudah selesainya penyiapan lahan. c) Harga-harga evapotranspirasi tanaman acuan Eto, laju perkolasi P dan curah hujan efektif Re adalah harga-harga asumsi. d) Kedua penggantian lapisan air (WLR) diasumsikan. Masing-masing WLR dibuat bertahap.

Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah Tujuan dari pengolahan tanah terutama untuk memperbaiki tata udara tanah, menciptakan kondisi lumpur sebagai tempat tumbuh yang baik bagi padi sawah, membantu terciptanya lapisan kedap yang berguna membantu mencegah meresapnya air, serta memberantas gulma Dari hasil penelitian diketahui bahwa kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah merupakan jumlah yang besar, yakni anatar 175 230 mm/hari (Purba, 1974 dalam Supriatno,M, 2003). Hasil penelitian di Lembaga Pusat Penelitian Bogor menunjukkan angka 200 mm untuk kebutuhan pengolahan tanah. Angka 200 mm merupakan tanah yang bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum bera selama lebih dari 2.5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi maka kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah 250 mm. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian dan kebuhan air untuk pengolahan tanah yang dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Untuk menduga besarnya laju kebutuhan air pada pengolahan tanah dapat digunakan rumus Van de Goor Zijlstra (1986). Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak, kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm. ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Kebutuhan air pada penyiapan lahan untuk palawija bervariasi dari 50 mm sampai 100 mm. jika pengolahan lahan untuk palawija dimulai segera setelah panen padi, pemberian air awal sebesar 50 mm.

Pengolahantanah Terdapat beberapa metoda yang berbeda dalam perhitungan keperluan air tanaman dan umumnya perhitungan tersebut tidak mencakup keperluan air selama pengolahan tanah. Sebagai contoh suatu metoda yang direkomendasikan oleh FAO hanya didasarkan pada evapotran-pirasipirasi tanaman acuan, faktor tanaman, pertimbangan semua kehilangan air irigasi dan hujan efektif. Keperluan air selama pengolahan tanah padi sawah umumnya menentukan puncak keperluan air irigasi pada suatu arealirigasi.

Beberapa faktor penting yang menentukan besarnya keperluan air selama pengolahan tanah adalah sebagai berikut: (1) Waktu yang diperlukan untuk pengolahan tanah yakni: a) perioda waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tanah b) pertambahan areal pengolahan tanah dalam suatu grup petakan sawah yang sangat tergantung pada ketersediaan tenaga kerja manusia, hewan atau traktor. (2) Volume air yang diperlukan untuk pengolahan tanah, yang tergantung pada: a) lengas tanah dan tingkat keretakan tanah pada waktu mulai pengolahan tanah b) laju perkolasi dan evaporasi c) kedalaman lapisan tanah yang diolah menjadi lumpur.

Kondisi sosial dan tradisi yang ada serta ketersediaan tenaga kerja manusia, hewan atau traktor di suatu daerah sangat menentukan lamanya pengolahan tanah. Pada umumnya perioda yang diperlukan setiap petakan sawah untuk pengolahan tanah(dari mulai air diberikan sampai siap tanam) adalah sekitar 30 hari. Sebagai suatu pegangan biasanya sekitar 1,5 bulan diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tanah di suatu petak tersier. Pada beberapa kasus di mana alat dan mesin mekanisasi tersedia dalam jumlah yang cukup, perioda tersebut dapat diperpendek sampai sekitar 1bulan. Volume air yang diperlukan untuk pengolahan tanah, Keperluan air selama pengolahan tanah mencakup keperluan untuk menjenuhkan tanah dan suatu lapisan genangan yang diperlukan segera setelah tanam. Rumus di bawah ini dapat digunakan untuk menduga keperluan air pada waktu pengolahan tanah:

Untuk menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi ditentukan oleh kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Metode yang dikembangkan oleh Goor dan Zijlstra (1968) dalam Direktorat Jenderal Pengairan (1986) dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan air penyiapan lahan

Untuk tanah bertekstur liat berat tanpa retakan, keperluan air diambil sebesar 250 mm. Jumlah ini mencakup untuk penjenuhan, pelumpuran dan juga 50 mm genangan air setelah tanam. Apabila lahan dibiarkan bera untuk waktu yang cukup lama (misal 1,5 bulan) sehingga tanah retak-retak, jumlah air yang diperlukan sekitar300mm mm.

Penggunaan Konsumtif(Etc) Penggunaan konsumtif diartikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Doorenbos dkk., (1977) mendefinisikan kebutuhan air tanaman sebagai jumlah air yang disediaan untuk mengimbangi air yang hilang akibat evaporasi dan transpirasi. Evapotranspirasi adalah gabungan proses penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi dan penguapan dari daun tanaman atau transpirasi. Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis dan umur tanaman. Dengan memasukkan efisiensi tanaman (kc), penggunaan konsumtif tanaman merupakan fungsi dari evapotranspirasi potensial tanaman. Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986) penggunaan konsumtif dapat dihitung dengan persamaan berikut ini. Etc = penggunaan konsumtif(mm/hari), Eto = evapotranspirasi potensial(mm/hari), kc = koefisien tanaman.

Besarnya koefisien tanaman setiap jenis tanaman berbeda-bedabeda dan berubah setiap periode pertumbuhan tanaman itu. Evapotranspirasi potensial dihitung dengan metode modifikasi Penman yang telah disesuaikan dengan keadaan daerah Indonesia dan nilai Kc untuk berbagai jenis tanaman yang ditanam disajikan harga-harga koefisien tanaman padi dengan varietas unggul dan varietas biasa menurut Nedeco/Prosida danfao (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

Perhitungan perkiraan Evapotranspirasi potensial(eto Eto) dengan rumus modifikasipenman sebagai berikut ini(doorenbos dkk, 1977; Harto, 2000). Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hari), W = faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi daerah, Rs = radiasi gelombang pendek (mm/hari) Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir, Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari), Rn = total radiasi bersih (mm/hari), Rn = Rs Rnl f(t) = fungsi suhu/konstanta bolzman f(ed) = fungsi tekanan uap/faktor kelembaban f(u) = fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m f(u) = 0,27(1+0,864u) (m/detik), (Ea Ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan uap sebenarnya, Ed = Ea.Rh, Rh = kelembaban udara relatif (%), c = angka koreksi Penman yang besarnya melihat kondisi siang dan malam. n/n =prosentase penyinaran matahari per-tahun..

Perkolasi dan Rembesan(P) Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Perkolasi dan rembesan di sawah berdasarkan Direktorat Jenderal Pengairan(1986), yaitu sebesar 2 mm/hari. Penggantian Lapisan Air(Wlr) Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing 50 mm selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi atau pemindahan bibit (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Lama pengolahan lahan sawah dilakukan kurang lebih 20-30 hari baik dengan tenaga kerbau atau traktor. Sehingga lama pengolahan lahan sawah diasumsikan selama 30 hari. Banyaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman palawija sebesar 50-100 mm. Pemberian air untuk tanaman padi yang sering dilaksanakan(sukamto, 1983):

1. Padi umur 0-14 hari setelah tanam diberikan air setinggi 7-10 cm, diasumsikan 10 cm. 2. Padaumur15-30harisetelahtanamsawahdigenangiairsetinggi3 5 cm, diasumsikan 5 cm. 3. Padaumur35-50airdigenangi5 10cmdiasumsikan15haripertama 5cmdan15harikedua10cm. 4. Pada umur 55 hari sampai dengan 10 hari sebelum panen, sawah digenangi 10 cm.

Efisiensi Irigasi(Ei) Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah(direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. Mengacu pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986) maka efisiensi irigasi secara keseluruhan diambil 90% dan tingkat tersier 80%. Angka efisiensi irigasi keseluruhan tersebut dihitung dengan cara mengkonversi efisiensi di masingmasingtingkatyaitu0,9x0,9x0,8=0,648»65%.

Secara matematis hubungan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan air irigasi di atas dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut: Kai Etc Ir WIr P Re Ei A = kebutuhan air untuk irigasi (l/dtk/ha), = penggunaan air konsumtif (mm/hari), = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari), = kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm/hari), = kehilangan air perkolasi (mm/hari), = curah hujan efektif (mm/hari), = efisiansi irigasi, = luas areal irigasi (ha).

Teknik Optimasi Pengunaan model matematik sebagai alat analisis dapat memanfaatkan sumber daya air secara optimal merupakan cara yang telah umum dipakai. Kini bahkan berbagai pendekatan alat dan metode kuantitatif tersedia untuk menganalisis proyek-proyek keairan secara ekonomi. Metode kuantitatif yang digunakan untuk membantu manajemen dalam menganalisis pengoperasian sebuah proyek adalah metode-metode yang didasarkan pada pendekatan optimasi. Prinsip metode optimasi adalah dengan mengoptimumkan suatu fungsi tujuan (objective function) terhadap kendala-kendala (constrain) (Jayadi, 2000).

Program linier merupakan salah satu teknik optimasi yang tergabung dalam mathematical programing. Menurut Jayadi (2000) bahwa prosedur umum penyelesaian mathematical programing diawali dengan mendefinisikan komponen persoalan berikut: a. Decision variable : sebagai besaran yang akan dicari nilainya; b. Parameters : ukuran-ukuran bernilai tetap dan dapat diterapkan dalam perhitungan seperti harga, biaya, benefit dan lain-lain; c. Constrain : sebagai faktor pembatas/kendala yang perlu dirumuskan secara matematik; d. Objectif function : adalah pernyataan kuantitatif dari kasus optimasi

Dumairy (1992) berpendapat bahwa dalam program linier memiliki tiga unsur dasar yaitu fungsi tujuan, fungsi kendala, dan prosedur iteratif untuk menemukan penyelesaian optimum. Persamaan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan program linier adalah untuk tujuan mengoptimalkan dengan keterbatasan sumber daya yang dinyatakan dalam persamaan (=) atau pertidaksamaan(</>). Z = fungsi tujuan maksimum luas tanaman, Li = luas areal tanam ke i, n = jumlah alternatif masa tanam, Ci = faktor pembobot untuk variabel optimasi. C1 + C2 + C3 +... + Ci = 1

Dalam mengoptimalkan luas areal tanam tentunya ada beberapa kendala yang harus diperhatikan. Salah satu kendala yang harus diperhatikan adalah bahwa jumlah kebutuhan air irigasi untuk suatu masa tanam tertentu dalam waktu tertentu pula harus lebih kecil atau sama dengan debit yang tersedia pada waktu itu. Kendala lain adalah bahwa luas suatu masa tanam tertentu harus lebih kecil atau sama dengan luas areal irigasi. dengan : qn = kebutuhan air irigasi untuk masa tanam ke i pada bulan t (l/det/ha), qt = debit tersedia pada bulan ke t (l/det/ha), A = luas areal irigasi (ha), Li = luas areal pada masa tanam ke i, Qt = debit tersedia pada bulan t (l/dtk).

Penguapan yang terjadi dipermukaan sangat tergantung dari ketersediaan kelembaban di lapisan bawahnya. Oleh sebab itu, dalam beberapa model di cari ketergantungan antara laju penguapan (evapotranspirasi) dan kelembaban tanah di lapisan bawahnya. Evapotranspirasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evapotranspirasi potensial (PE ) dan evatranspirasi aktual (AET). Evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh factor-faktor meteorology dan evapotranspirasi aktual lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah ( Hakim, 1986 ). Evapotranspirasi Potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan relatif lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan. Beberapa rumus empiris untuk menghitung evapotranspirasi potensial adalah rumus empiris dari: Thornthwaite, Blaney-Criddle, Penman.

Evapotranspirasi Aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbedabeda.

Tabel Pendapatan Padi dan Palawija

Fungsi Tujuan : Maximumkan Z = B p.x AP1 + B W.X AW1 + B p.x AP 2+ B W.X AW2 + B p.x AP3 + B W.X AW3 +... + B p.x CP1 + B W.X CW1, dimana : Z= Nilai tujuan yang akan dicapai ( maximumkan keuntungan (Rp)) B P = Pendapatan produksi padi (Rp/Ha) B W = Pendapatan produksi palawija (Rp/Ha) X AP1 = Luasan areal tanam padi musim Hujan (Ha) X AW1 = Luasan areal tanam palawija musim Hujan (Ha) X AP2 = Luasan areal tanam padi musim Kemarau I (Ha) X AW2 = Luasan areal tanam palawija musim Kemarau I (Ha) X AP3 = Luasan areal tanam padi musim Kemarau II (Ha) X AW3 = Luasan areal tanam palawija musim Kemarau II (Ha) Contoh Perhitungan untuk Awal Tanam Nop 1 : Maksimumkan Z = 7.572.700.X AP1 + 5.063.770.X AW1 + 7.572.700.X AP2 + 5.063.770.X AW2 + 7.572.700.X AP3 + 5.637.700.X AW3 +... + 7.572.700.X CP3 + 5.637.700 X CW3

FungsiKendala: LuasanMaksimum X AP1 + X AW1 LuasGolonganA(974 Ha), dst X AP2 + X AW2 LuasGolonganB(1870 Ha), dst X CP3 + X CW3 LuasGolonganC(1019 Ha), dst Volume Andalan 27914 X AP1 + 15762 X AW1 31190400 27914 X AP1 + 15762 X AW1 + 31902 X BP1 + 15058 X BW1 31190400 27914 X AP1 + 15672 X AW1 + 31902 X BP1 + 15058 X BW1 + 21268 X CP1 + 9621 X CW1 38586240 Q1, Q2,Q3, 0