II. TINJAUAN PUSTAKA A.
|
|
- Sri Yulia Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Irigasi Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem irigasi antara lain ketersediaan air, tipe tanah, topografi lahan dan jenis tanaman. Pemilihan sistem irigasi berdasarkan factor-faktor di atas bertujuan untuk menghasilkan pemakaian air oleh tanaman yang paling efisien (Kalsim, 2002). Secara umum sistem irigasi dapat dibedakan atas : 1. Sistem Irigasi Bertekanan Sistem irigasi bertekanan dibedakan menjadi dua yaitu irigasi curah dan irigasi tetes. Pada metoda irigasi curah, air irigasi diberikan dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti hujan. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air bertekanan melalui orifice kecil atau nozzle. Tekanan biasanya didapatkan dengan pemompaan. Untuk mendapatkan penyebaran air yang seragam diperlukan pemilihan ukuran nozzle, tekanan operasional, jarak sprinkler dan laju infiltrasi tanah yang sesuai (Kalsim, 2002). Beberapa keuntungan irigasi curah antara lain: a) Efisiensi pemakaian air cukup tinggi b) Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman tanah (solum) yang dangkal, tanpa diperlukan perataan lahan (land grading). c) Cocok untuk tanah berpasir di mana laju infiltrasi biasanya cukup tinggi. d) Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya erosi. e) Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama dengan air irigasi. f) Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi permukaan g) Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang tidak dapat ditanami h) Tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian. 3
2 Menurut Prastowo (2002), pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi (applicator, emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) di sekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari.) Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu: a) Meningkatkan nilai guna air b) Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian air d) Menekan resiko penumpukan garam e) Menekan pertumbuhan gulma f) Menghemat tenaga kerja 2. Sistem Irigasi Tidak Bertekanan Sistem irigasi tidak bertekanan merupakan sistem irigasi berdasarkan gaya gravitasi sehingga air dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pada irigasi gravitasi, air diberikan secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa dimana elevasi muka airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi (sekitar cm). Air irigasi mengalir pada permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman (Kalsim, 2002). Sistem irigasi gravitasi dibagi menjadi tiga yaitu irigasi border, irigasi check basin dan irigasi alur. Pada irigasi border, dalam petakan lahan dibuat pematang sejajar sebagai pengendali lapisan aliran air irigasi yang bergerak ke arah kemiringan lahan. Lahan dibagi menjadi beberapa petakan yang sejajar yang dipisahkan masing-masing oleh pematang yang rendah. Masing-masing petakan (border) diberikan air irigasi secara terpisah. Air irigasi menyebar merata sepanjang kemiringan lahan yang dikendalikan oleh pematang tersebut. 4
3 Pada irigasi check basin, lahan dibagi menjadi petakan-petakan kecil yang hampir datar. Pematang sekeliling petakan dibentuk untuk menahan air irigasi agar tergenang di petakan dan berinfiltrasi. Ukuran basin beragam mulai dari 1 m 2 sampai 1 atau 2 ha. Jika lahan dapat didatarkan secara ekonomis, maka bentuk basin biasanya segi empat. Tetapi jika topografinya bergelombang maka pematang dibuat mengikuti kontur. Biasanya beda elevasi antar pematang bervariasi dari 6-12 cm untuk tanaman palawija dan cm untuk tanaman padi. Ukuran basin tergantung pada debit yang tersedia, ukuran pemilikan lahan dan karaktersitik infiltrasi. Untuk irigasi buah-buahan biasanya dibuat basin berbentuk lingkaran atau segi empat pada setiap pohon. Irigasi alur merupakan sistem pemberian air irigasi dalam bentuk aliran kecil melalui alur (saluran kecil) yang dibuat di antara baris tanaman. Jarak antar alur tergantung pada jenis tanaman yang akan ditanam, tekstur tanah, dan tipe alat atau mesin pertanian yang akan digunakan. Pola pembasahan pada tekstur pasir cenderung ke arah vertikal, sedangkan pada tekstur liat cenderung ke arah horizontal. Kedalaman alur (guludan) umumnya antara 0.15 m 0.4 m, tergantung pada alat/mesin pembuat alur (Kalsim, 2002). Jaringan Irigasi Jaringan irigasi dibagi dalam jaringan irigasi utama dan jaringan irigasi tersier. Jaringan irigasi utama yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama (tubuh bendung, bangunan pembilas, pintu pengambilan, bangunan pengelak dan peredam energi, kantong lumpur, tanggul banjir, bangunan pengatur muka air, rumah jaga dan bangunan pelengkap lainnya), saluran primer, saluran sekunder, bangunan bagi, bangunan sadap, saluran pembuangan dan bangunan pelengkap (tanggul, talang, sipon, jembatan, gorong gorong, jembatan, dan tangga cuci). Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan bagi tersier, saluran tersier dan kuarter, saluran pembuang, boks tersier dan kuarter, serta bangunan pelengkap lain yang terdapat di petak tersier (Kartasapoetra, 1994). a. Bendung yaitu bangunan yang melintang di palung sungai yang berfungsi untuk menaikkan muka air sungai untuk dialirkan ke lokasi yang memerlukan. 5
4 b. Saluran primer yaitu saluran yang berfungsi membawa air dari bangunan bagi pada saluran primer sampai bangunan bagi terakhir. c. Saluran sekunder yaitu saluran yang berfungsi untuk membawa air dari bangunan bagi pada saluran sekunder sampai bangunan bagi tersier d. Saluran tersier yaitu saluran yang berfungsi untuk mengairi satu petak tersier yang mengambil air dari saluran sekunder atau saluran primer. Efisiensi Irigasi Secara kuantitatif efisiensi irigasi suatu jaringan irigasi sangat kurang diketahui dan merupakan parameter yang sukar diukur. Kehilangan air irigasi pada tanaman padi berhubungan dengan : (a) kehilangan air di saluran primer, sekunder dan tersier melalui rembesan, evaporasi, pengambilan air tanpa izin, (b) kehilangan akibat pengoperasian termasuk pemberian air yang berlebihan (Kalsim, 2002). 1. Efisiensi pemakaian air (EPA) Efisiensi pemakaian air (application efficiency) di sawah adalah perbandingan jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman (Vn) dengan jumlah air yang sampai ke suatu inlet jalur atau petakan sawah (Vsw). Jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman disebut dengan V netto adalah jumlah air yang diperlukan tanaman (W) dikurangi dengan hujan efektif (He). Untuk padi sawah nilai W adalah perjumlahan dari nilai ET, perkolasi, dan genangan. Vn = ET + g + p h (1) EPA = Vn 100% (2) Vsw di mana : Vn = jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman (m 3 ) Vsw = jumlah air yang sampai petakan sawah (m 3 ) ET = evapotranspirasi (mm/hari) EPA = efisiensi pemakaian air (%) 2. Efisiensi penyaluran Kehilangan air di saluran dapat diukur dengan beberapa metoda. Salah satu metoda adalah inflow-outflow atau teknik keseimbangan air pada suatu ruas saluran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur debit inflow pada pangkal 6
5 saluran dan debit outflow pada ujung saluran. Efisiensi penyaluran air dinyatakan dengan persamaan: Ec = Debit di pangkal debit di ujun g debit di pangkal x 100% (3) dengan : Ec = efisiensi penyaluran (%) Untuk mendapatkan efisiensi distribusi yang wajar, jaringan tersier harus dirancang dengan baik, dan mudah dioperasikan oleh petani (Kalsim, 2002). B. Kebutuhan Air Irigasi 1. Evapotranspirasi Evapotranspirasi tanaman dapat diketahui dengan cara pengukuran dan pendugaan. Metoda pendugaan evapotranspirasi acuan (ETo) dapat digunakan apabila data iklim di daerah tersebut tersedia. Berbagai metoda pendugaan ETo menurut FAO adalah: Thornthwaite, Blaney dan Criddle, Radiasi, Panci evaporasi dan Penman-Monteith. FAO merekomendasikan metoda Penman- Monteith untuk digunakan jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian, jam penyinaran rerata harian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin rerata harian). Selain itu diperlukan juga data letak geografi dan elevasi lahan di atas permukaan laut. Evapotranspirasi tanaman acuan (reference crop evapotranspiration, ETo) didefinisikan sebagai evapotranspirasi dari tanaman rumput berdaun hijau, tinggi sekitar 15 cm, tumbuh sehat, cukup air, dan menutupi tanah dengan sempurna (Kalsim, 2002). Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), evapotrasnpirasi tanaman untuk tanaman tertentu dihitung dengan persamaan: ETc = kc x ETo (4) Dimana : ETc : evapotranspirasi tanaman tertentu (mm/hari) ETo : evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari) kc : koefisien tanaman yang tergantung pada jenis dan periode pertumbuhan tanaman. Nilai koefisien tanaman untuk tanaman padi disarankan menggunakan data dari FAO karena nilai kc padi dari beberapa literatur di Indonesia umumnya 7
6 menggunakan pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metoda yang berlainan. Koefisien tanaman padi yang disarankan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan FAO tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Koefisien tanaman padi (Kc) Waktu (hst) Varietas Unggul Baru Varietas Lokal Selama penyiapan Lahan Sumber : FAO, 1998 hst : hari setelah tanam 2. Kebutuhan Air Tanaman Kebutuhan air untuk tanaman padi dihitung mulai dari pengolahan tanah sampai panen. a. Periode Pengolahan Tanah Keperluan air selama pengolahan tanah mencakup keperluan untuk menjenuhkan tanah dan untuk lapisan genangan yang diperlukan segera setelah tanam (Kalsim, 2002). Persamaan yang dapat digunakan untuk menduga keperluan air pada waktu pengolahan tanah adalah : di mana : S S = [S(a) - S(b)] x N x d x Fl + Fd (5) : keperluan air pengolahan lahan (mm) S(a) : lengas tanah sesudah pelumpuran (%) S(b) : lengas tanah sebelum pelumpuran (%) N : porositas tanah (%) d Fl Fd : kedalaman lapisan tanah yang dilumpurkan (mm) : kehilangan air selama pelumpuran (mm) : tinggi genangan di petakan sawah setelah tanam (mm). 8
7 b. Periode persemaian Areal persemaian umumnya antara 2-10% dari areal tanam. Lama pertumbuhan antara hari. Jumlah keperluan air di persemaian kurang lebih sama dengan penyiapan lahan, sehingga keperluan air untuk persemaian biasanya disatukan dengan keperluan air untuk pengolahan tanah (Kalsim, 2002). c. Pertumbuhan vegetatif Periode ini merupakan periode berikutnya setelah tanam (transplanting) yang mencakup (a) tahap pemulihan dan pertumbuhan akar yaitu 0-10 hari setelah tanam (hst), (b) tahap pertumbuhan anakan maksimum yaitu hst dan (c) pertunasan efektif dan pertunasan tidak efektif yaitu hst. Selama periode ini akan terjadi pertumbuhan jumlah anakan. Segera setelah tanam, kelembaban yang cukup diperlukan untuk perkembangan akar-akar baru. Kekeringan yang terjadi pada periode ini akan menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan menghambat pertumbuhan anakan sehingga mengakibatkan penurunan hasil. Pada tahap berikutnya setelah tahap pertumbuhan akar, diperlukan genangan yang dangkal selama periode vegetatif ini. Beberapa kali pengeringan (drainase) membantu pertumbuhan anakan dan juga merangsang perkembangan akar untuk berpenetrasi ke lapisan tanah bagian bawah. Selain itu drainase juga membantu menghambat pertumbuhan anakan tak-efektif (non-effective tillers) (Kalsim, 2002). d. Periode reproduktif (generatif) Periode ini mengikuti periode anakan maksimum dan mencakup tahap perkembangan awal malai (panicle primordia) yaitu hst, masa bunting pada umur hst dan pembentukan bunga pada umur hst. Situasi ini dicirikan dengan pembentukan dan pertumbuhan malai. Pada sebagian besar dari periode ini tanaman membutuhkan banyak air. Kekeringan yang terjadi pada periode ini akan menyebabkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh terganggunya pembentukan malai maupun pembungaan yang berakibat pada pengurangan hasil panen (Kalsim, 2002). 9
8 e. Periode pamatangan (ripening atau fruiting) Selama periode pematangan diperlukan sedikit air dan secara berangsurangsur sampai sama sekali tidak diperlukan air sesudah periode matang kuning (yellow ripe). Selama periode ini drainase perlu dilakukan, akan tetapi pengeringan yang telalu awal akan mengakibatkan bertambahnya gabah hampa dan beras pecah (broken kernel), sedangkan pengeringan yang terlambat mengakibatkan tanaman rebah. Kekurangan air selama periode pematangan menyebabkan pengurangan hasil panen. Dengan demikian perencanaan program irigasi di areal yang jumlah air irigasinya terbatas untuk menggenangi sawah pada seluruh periode, prioritas harus diberikan untuk memberikan air irigasi selama periode pertumbuhan akar dan seluruh periode pertumbuhan reproduktif (Kalsim, 2002). 3. CROPWAT Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver ) (FAO, 1998), program ini dapat digunakan untuk menghitung : a. Evapotranspirasi Tanaman Acuan (Reference Crop Evapotranspiration) b. Kebutuhan Air Tanaman (Crop Water Requirement) c. Kebutuhan Air Irigasi (Irrigation Water Requirement) d. Penjadwalan Air Irigasi (Irrigation Scheduling) Data data yang diperlukan untuk perhitungan kebutuhan air tanaman dengan menggunakan CROPWAT adalah data iklim berupa suhu udara, kelembaban relatif (RH), kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan evapotranspirasi serta data hujan bulanan. Menu utama program software CROPWAT diantaranya : a. Perhitungan ETo dengan Metode Penman-Monteith Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver ) (FAO, 1998), data yang diperlukan untuk menghitung ETo dengan metode Penman- Monteith yaitu : nama stasiun, altitude (elevasi m dpl), koordinat lintang, bujur, data iklim rata-rata harian setiap bulan (Januari-Desember), suhu udara ( 0 C), kelembaban relatif (RH) (%), kecepatan angin (m/det atau km/hari), lama penyinaran matahari (% atau jam/hari). 10
9 b. Crop Water Requirements (CWR) 1) Perhitungan hujan efektif a) Nilai persentase tertentu dari hujan bulanan (Fixed Percentage): P eff = a. P tot, biasanya nilai a = b) Dependable rain (hujan andalan) didefinisikan sebagai hujan dengan peluang terlewati tertentu: Peluang terlewati 80% menggambarkan kondisi tahun kering, 50% kondisi tahun normal dan 20% kondisi tahun basah. Secara empirik menurut AGLW/FAO: P ef = 0.6 * P mean - 10; untuk P mean < 60 mm/bulan P ef = 0.8 * P mean - 25; untuk P mean > 60 mm/bulan c) Berdasarkan rumus empirik (locally developed): Biasanya dikembangkan dengan rumus umum sebagai berikut: P eff = a P mean + b untuk P mean < Z mm P eff = c P mean + d untuk P mean > Z mm Konstanta a, b, c dan d dikembangkan berdasarkan penelitian secara lokal. Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver ) (FAO, 1998), hujan bulanan dengan peluang terlewati tertentu (misalnya 75%). Untuk beberapa daerah sudah mempunyai persamaan linier antara hujan bulanan ratarata dengan hujan bulanan dengan peluang terlewati tertentu. d) USBR: P ef = P mean x ( P mean )/125; untuk P mean < 250 mm P ef = x P mean ; untuk P mean > 250 mm e) Hujan tidak diperhitungkan 2) Input Crop Data Data tanaman terdiri dari: nama tanaman; tahap pertumbuhan tanaman (4); pada setiap tahap pertumbuhan: umur tanaman (hari), koefisien tanaman (kc), dalam perakaran (m), depletion level (p), response hasil (Ky) 3) Tanggal tanam (planting date) 4) Perhitungan CWR dilakukan setiap 10 harian Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), perhitungan evapotranspirasi dilihat pada : 11
10 (Persamaan 4) IRR eq = ET c - P eff (6) CWR = IRR eq ET c + P eff (7) Keterangan : ET c : evapotranspirasi tanaman (mm/hari) IRR eq : keperluan air irigasi (mm/air) P eff : hujan efektif (mm/hari) CWR : crop water requirement (mm/hari) c. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk padi sawah Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver ) (FAO, 1998), perhitungan keperluan air irigasi untuk padi termasuk untuk evapotranspirasi, perkolasi, penyiapan lahan dan persemaian. Evapotranspirasi dan perkolasi akan terjadi selama petakan sawah tergenang. Selama persemaian ETc dan perkolasi terjadi hanya pada sebagian luasan persemaian. Pada umumnya tinggi genangan air adalah sekitar mm untuk padi sawah varietas unggul, sedangkan untuk varietas lokal antara mm. Maksimum genangan air pada varietas unggul adalah sekitar 15 cm. Persamaan yang dapat digunakan untuk menduga keperluan air pada waktu pengolahan tanah adalah : S = [S(a) - S(b)] x N x d x Fl (8) di mana : S : keperluan air pengolahan lahan (mm) S(a) : lengas tanah sesudah pelumpuran (%) S(b) : lengas tanah sebelum pelumpuran (%) N : porositas tanah (%) d : kedalaman lapisan tanah yang dilumpurkan (mm) Fl : kehilangan air selama pelumpuran (mm) Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver ) (FAO, 1998), jumlah keperluan air di persemaian kurang lebih sama dengan penyiapan lahan. Sehingga keperluan air untuk persemaian biasanya disatukan dengan 12
11 keperluan air untuk pengolahan tanah. Maka kebutuhan air irigasi dapat dihitung dengan persamaan : Keperluan air irigasi = ETc + P + persemaian + pengolahan tanah (9) di mana : ETc : evapotranspirasi (mm/hari) P : perkolasi (mm/hari) d. Penjadwalan irigasi (Irrigation Scheduling) Berdasarkan User Guide CROPWAT for Windows (ver ) (FAO, 1998), program penjadwalan irigasi memberikan kemungkinan untuk: Mengembangkan dan merancang penjadwalan irigasi yang sesuai dengan kondisi operasional di lapangan Evaluasi lapangan dari program irigasi dalam hal efisiensi penggunaan air irigasi dan hasil produksi Mensimulasikan program irigasi di lapangan pada kondisi kekurangan air, tadah hujan, irigasi suplemen dan lain-lain. C. Ketersediaan Air Irigasi Kartasapoetra (1994) mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan air irigasi bagi lahan pertanian, debit air dari sumber harus cukup untuk disalurkan ke areal pertanian. Agar penyaluran air irigasi ke areal pertanian dapat diatur dengan sebaik baiknya (dalam arti tidak berlebihan atau dapat dimanfaatkan seefisien mungkin), maka dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengukuran debit air. Dengan distribusi yang terkendali dan dengan pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air irigasi selalu dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak di masyarakat petani pemakai air irigasi. Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengukuran debit secara langsung, dapat digunakan beberapa alat ukur seperti pintu Romijn, sekat ukur tipe Cipoletti, sekat ukur tipe Thompson, parshall flume dan cut throat flume. Cut throat flume adalah alat ukur debit yang mempunyai bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan lebar tertentu. Debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit tersebut dengan bagian dasar yanag direndahkan. Lebar bagian penyempitan mempunyai 13
12 ukuran yang berbeda beda, oleh karena itu penggunaan rumus juga disesuaikan dengan ukuran lebar bagian yang menyempit tersebut. Dalam pelaksanaan pengukuran debit air irigasi secara langsung dengan alat alat ukur tersebut biasanya lebih mudah karena dapat melihat tabel debit air yang tersedia (Kartasapoetra, 1994). Kartasapoetra (1994) mengatakan bahwa pengukuran debit secara tidak langsung dapat menggunakan alat pengukur kecepatan aliran (current meter). Current meter merupakan alat pengukur kecepatan aliran yang dilengkapi baling baling yang digerakkan dengan tenaga baterai dan setiap putaran sumbu akan menghasilkan bunyi. Kecepatan aliran diperhitungkan dengan jumlah bunyi atau jumlah putaran setiap waktu. Persamaan yang digunakan untuk current meter adalah : V = an + b (10) di mana : V = kecepatan aliran (m/s) N = jumlah putaran per detik a dan b = koefisien yang diperoleh dari pemeriksaan Debit aliran dihitung dengan persamaan : Q = V x A (11) di mana : Q = debit aliran (m 3 /detik) V = kecepatan aliran (m/detik) A = luas penampang saluran (m 2 ) Pada lebar penyempitan cut throat flume 30 cm dan panjangnya 90 cm, maka menggunakan persamaan : C = KW (12) n Q = CH a (13) di mana : C = koefisien aliran bebas Q = debit (m 3 /dt) W = lebar penyempitan (m) Ha = tinggi muka air (m) K dan n = koefisien (dari nomogram) 14
METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan secara bertahap dan tahapan pelaksanaan selengkapnya disajikan pada rancangan penelitian (Gambar 1). A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciSKRIPSI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS TATA GUNA LAHAN DAN KECUKUPAN AIR IRIGASI DI DUA DESA LINGKAR KAMPUS IPB (DESA CIBANTENG DAN DESA BENTENG)
SKRIPSI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS TATA GUNA LAHAN DAN KECUKUPAN AIR IRIGASI DI DUA DESA LINGKAR KAMPUS IPB (DESA CIBANTENG DAN DESA BENTENG) Oleh : IIN HARTANTI F14061407 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS
BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah
Lebih terperincitidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).
batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DAN TUJUAN PEMBERIAN IRIGASI Menurut Hasan et al (1980) diacu dalam Wahyudi (1987), irigasi didefinisikan sebagai usaha memberikan air ke dalam tanah dengan maksud untuk
Lebih terperinciKEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.
1. Penyiapan lahan KEBUTUHAN AIR Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu
3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah
Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : 1.Penyiapan lahan 2.Penggunaan konsumtif 3.Perkolasi dan rembesan 4.Pergantian lapisan air 5.Curah hujan efektif
Lebih terperinciLaju dan Jumlah Penyerapan Air
IRIGASI Apa Komentar Anda? Laju dan Jumlah Penyerapan Air Tergantung kondisi tanah (kadar lengas vs hisapan matrik, hantaran hidrolik, difusitas) Tergantung kondisi tanaman (density akar, kedalaman akar,laju
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus-menerus maka
TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan Tumbuh Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat
Lebih terperinciMatakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2
Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1 Pertemuan 2 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan : 2 Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan
Lebih terperinciOleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)
PERBANDINGAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PADI METODA DENGAN CROPWAT-8.0 (CALCULATION OF PADDY IRRIGATION REQUIREMENT RATIO ON WITH CROPWAT-8.0 METHOD) Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) Departement
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air baik di atmosfir, di permukaan bumi maupun di bawah permukaan
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama dengan kabupaten Serdang Bedagai. Pengamatan
Lebih terperinciBAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN
BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air
TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.
Lebih terperinciDEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013
DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR
Lebih terperinciDr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR
3.1. Kebutuhan Air Untuk Irigasi BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk Daerah Irigasi Banjaran meliputi Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Selatan,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan
Lebih terperinciPERSYARATAN JARINGAN DRAINASE
PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke
Lebih terperinciPengelolaan Air Tanaman Jagung
Pengelolaan Air Tanaman Jagung M. Aqil, I.U. Firmansyah, dan M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o 21'31" LS dan 109 o 12'31"
Lebih terperinciANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR
ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR SH. Hasibuan Analisa Kebutuhan Air Irigasi Kabupaten Kampar Abstrak Tujuan dari penelitian adalah menganalisa kebutuhan air irigasi di
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)
ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU Wilhelmus Bunganaen *) ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis besarnya efisiensi dan
Lebih terperinciTUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM
TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM NAMA : ARIES FIRMAN HIDAYAT (H1A115603) SAIDATIL MUHIRAH (H1A115609) SAIFUL
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656
Lebih terperinciTopik 2. Kebutuhan Air Irigasi Untuk Tanaman Non-Padi dan Padi
1 Topik 2. Kebutuhan Air Irigasi Untuk Tanaman Non-Padi dan Padi Pendahuluan Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu: (a) memilih metoda untuk menghitung kebutuhan air irigasi untuk berbagai jenis
Lebih terperinciRC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI
RC14-1361 MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI SISTEM PENGAMBILAN AIR Irigasi mempergunakan air yang diambil dari sumber yang berupa asal air irigasi dengan menggunakan cara pengangkutan yang paling memungkinkan
Lebih terperinciDESAIN BANGUNAN IRIGASI
DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv MOTTO...... vi ABSTRAK...... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR NOTASI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR
Lebih terperinciPEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE
PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE Abner Doloksaribu, Dina Pasa Lolo abner_doloksaribu@yahoo.com, rdyn_qyuthabiez@yahoo.com Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciTabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi
Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51
Lebih terperinciBAB-4 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI
1 BAB-4 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI 4.1. Umum Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman
Lebih terperinciANALISA KETERSEDIAAN AIR
ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari
Lebih terperinciIRIGASI DARI MASA KE MASA DALAM KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN. Bahan kuliah minggu I PENDAHULUAN
IRIGASI DARI MASA KE MASA DALAM KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN Bahan kuliah minggu I PENDAHULUAN PENGANTAR INDONESIA TERLETAK DI WILAYAH MUSON TROPIS KEBERADAAN AIR SANGAT KHAS (I) HUJAN BANYAK JATUH PADA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Irigasi Curah Irigasi curah atau siraman (sprinkler) adalah metode penggunaan air terhadap permukaan tanah dalam bentuk percikan, seperti hujan biasa. Metode pemberian air ini dimulai
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi
Lebih terperinciKEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II
KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II Oleh : Iswinarti Iswinarti59@gmail.com Program Studi Teknik Sipil Undar
Lebih terperinciPERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI TIM PENGAMPU MATA KULIAH AGROHIDROLOGI
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI TIM PENGAMPU MATA KULIAH AGROHIDROLOGI Tujuan Menaksir setepat mungkin jumlah kebutuhan air yg harus diberikan pada tanaman mulai dari tempat pengambilan sampai ke lahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang
Lebih terperinciPRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)
PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut
Lebih terperinciPERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, -3 Juni 010 PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (IRRIGATION CANALS DEVELOPMENT
Lebih terperinciSISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI
SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI 1) Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air disawah untuk tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain a. Penyiapan lahan b. Penggunaan konsumtif c. Perkolasi dan rembesan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Irigasi Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
Lebih terperinciIV. APLIKASI CROPWAT 8
IV. APLIKASI CROPWAT 8 Dalam pokok bahasan aplikasi cropwat 8 akan dibahas mengenai: Menghitung ETo Menghitung ETm Fase kritis tanaman terkait kebutuhan air (ky) Menghitung CWR Menghitung IWR Schedulling
Lebih terperinciManfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian
2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjadi panduan untuk petani dalam pengelolaan air hujan dan aliran permukaan di kebun pala untuk menekan penurunan hasil akibat kekurangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga
Lebih terperinciIRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013 PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan
Lebih terperinciJARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR
ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap
Lebih terperinciANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN
ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak
Lebih terperinciBAB-2 JARINGAN IRIGASI
1 BAB-2 JARINGAN IRIGASI Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo
INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 INSTRUKSI KERJA Pengolahan Data Hujan dan Penghitungan ETo Jurusan Tanah Fakultas
Lebih terperinciKata kunci: faktor penyesuai, evapotranspirasi, tomat, hidroponik, green house
FAKTOR PENYESUAI UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN TOMAT YANG DITANAM SECARA HIDROPONIK DI GREEN HOUSE 1 (Adjustment Factor for Predicting Hydroponic Tomato Evapotranspiration Grown in a Green House)
Lebih terperinciHIBAH PENGEMBANGAN COURSE CONTENT PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
HIBAH PENGEMBG COURSE CONTENT PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI D KOMUNIKASI PERCG IRIGASI D DRAINASE INTERAKTIF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Dedi Kusnadi Kalsim Budi Indra Setiawan Asep Sapei
Lebih terperinciRC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI
RC14-1361 MODUL 1 TEKNIK IRIGASI PENDAHULUAN PENGERTIAN DAN MAKSUD IRIGASI Irigasi: Berasal dari istilah Irrigatie (Bhs. Belanda) atau Irrigation (Bahasa Inggris) diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana 1, Sulwan Permana 2, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi
Lebih terperinciRANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR
RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM
Lebih terperinciPENGAIRAN TANAMAN JAGUNG
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENGAIRAN Tujuan peembelajaran
Lebih terperinciANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA
ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian sejenis mengenai Kajian Kebutuhan Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi sebelumnya pernah ditulis oleh (Oktawirawan, 2015) dengan judul Kajian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Air Pengelolaan air pada sistem irigasi adalah kunci keberhasilan pembangunan irigasi itu sendiri. Keadaan lingkungan air yang dipengaruhi evapotranspirasi yang harus
Lebih terperinciSTUDI PUSTAKA. 2.1 Irigasi Definisi Irigasi
II. STUDI PUSTAKA 2.1 Irigasi 2.1.1 Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)
xviii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo) Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh
Lebih terperinciPERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta
PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
12 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. TINJAUAN UMUM Irigasi adalah pemberian air secara buatan untuk memenuhi kebutuhan pertanian, air minum, industri dan kebutuhan rumah tangga. Sumber air yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan
Lebih terperinciAsep Sapei 1 dan Irma Kusmawati 2
PERUBAHAN POLA PENYEBARAN KADAR AIR MEDIA TANAM ARANG SEKAM DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.) PADA PEMBERIAN AIR SECARA TERUS MENERUS DENGAN IRIGASI TETES Asep Sapei 1 dan
Lebih terperinciSTUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG
STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG Yohanes V.S. Mada 1 (yohanesmada@yahoo.com) Denik S. Krisnayanti (denik19@yahoo.com) I Made Udiana 3 (made_udiana@yahoo.com) ABSTRAK
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi Air yang diperlukan oleh tanaman dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu curah hujan, kontribusi air tanah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan makhluk hidup. Keberadaan air di muka bumi ini mengikuti suatu proses yang disebut daur hidrologi, yaitu proses yang tercakup ke
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit computer yang dilengkapi dengan perangkat lunak linear programming (LP) Lingo 8, Crop Wat, dan Microsoft
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM
I. TINJAUAN PUSTAKA Penetapan Kebutuhan Air Tanaman (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM 2.1.2 Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.
6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat
Lebih terperinci