The 2 nd Accounting Conference, 1 st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008



dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Analisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Persistensi Laba

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menilai apakah Struktur

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERSISTENSI LABA

FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN DAN KEPERCAYAAN INVESTOR

Pengaruh Keandalan Akrual dan Siklus Operasi terhadap Persistensi Laba pada Perusahaan Retail Trade yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain

KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN: BERBAGAI FAKTOR PENENTU DAN KONSEKUENSI EKONOM IS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN: STUDI KASUS INDEKS LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,

BAB V PENUTUP. (overproduction), dan penurunan discretionary expenses akan menyebabkan. semakin rendahnya arus kas operasi satu tahun ke depan.

BAB V PENUTUP. ditimbulkan oleh pertumbuhan laba, konservatisme akuntansi, investment

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai fenomena market

PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45)

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. primary users (investor dan kreditor) yang telah dan/atau akan memberikan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kondisi keuangan

BAB V PENUTUP Kualitas laba diukur menggunakan model Jones (1991) yaitu dari nilai. penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa:

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang

Iswara, Pengaruh Mekanisme Corporate... ISSN : e-issn :

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAAN TERHADAP. KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Study Empiris pada Perusahaan

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

PENGARUH PEMILIHAN METODA DEPRESIASI DAN KUALITAS AKRUAL TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERSISTENSI LABA. Zaenal Fanani Universitas Airlangga ahoo. com

Kualitas Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi di Industri Manufaktur Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi laba secara tegas disebutkan dalam Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berkualitas akan bermanfaat bagi pemakai sebagai

ANALISIS PENGARUH UKURAN, PERTUMBUHAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP KOEFISIEN RESPON LABA

PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45)

BAB V PENUTUP. sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kontrak atau mengambil keputusan investasi menjadi informasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kinerja keuangan entitas. Laporan keuangan menunjukkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I. Akuntansi telah menjadi bagian dari kehidupan bisnis maupun. pemerintahan. Salah satu penyebab pesatnya perkembangan pengetahuan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Darraough, M.N Disclosure Policy and Competition: Cournot vs Bertrand. The Accounting Review. Vol 68 No. 3:

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan

RELEVANSI INFORMASI AKUNTANSI: PERAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kualitas Laba, Asimetri Informasi dan Biaya Modal Ekuitas (Tinjauan Literatur dan Empiris) Ibnu Abni Lahaya

: LOLLI ADRIANI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM The Influence of Right Issue to The Liquidity of Share. Staf Pengajar STIE Trianandra Kartasura

BAB 1 PENDAHULUAN. ringan. Kondisi ini ditandai dengan banyaknya sektor Industri yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua perusahaan dipengaruhi oleh siklus seperti masa ekspansi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah historical research yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan bagi pengguna laporan keuangan baik pihak internal

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Accounting Analysis Journal

OPERATING LEVERAGE DAN RISIKO SISTEMATIK PERUSAHAAN. Retno Yulianti Zuhrohtun Fakultas Ekonomi Akuntansi UPN Veteran Yogyakarta

SEMINAR AKUNTANSI (ACCOUNTING SEMINAR) 2016

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB V PENUTUP. perbedaan manajemen laba akrual dengan menggunakan pengukuran Model

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas informasi laba merupakan hal yang sangat penting dari produk

Susanti Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

KEMAMPUAN PREDIKTIF EARNINGS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH INFORMASI LABA AKUNTANSI (EARNINGS) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi pada Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta)

ARTIKEL PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, VOLATILITAS PENJUALAN, BESARAN AKRUAL DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP PERSISTENSI LABA OLEH: DESRA AFRI SULASTRI

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang lain. Maka dalam tinjauan ini dicantumkan hasil-hasil penetian

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata kunci: kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB V PENUTUP. dan leverage terhadap earnings response coefficient (ERC). Penelitian

PENGARUH STRUKTUR PERUSAHAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

Transkripsi:

KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN: FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAN KONSEKUENSI EKONOMINYA 1 Zaenal Fanani Universitas Airlangga Abstract The research aimed to discuss the determinant factors of financial reporting quality and the economic consequences in Indonesian capital market. Those factors are innate, performance, company risk and industry risk. The financial reporting quality was measured attributes are relevance, timeliness, and conservatism as market-based, whereas the economic consequence was measured of assymetric information. The research employed three steps of testing, namely (1) testing of the attributes of financial reporting quality were different from each other, (2) analyzing the determining factors of financial reporting quality and (3) testing the effect of financial reporting quality in the stock market in terms of the relationship between information asymmetric and the financial reporting quality. The result of the first testing showed that all of the two attributes of financial reporting quality were different from each other. The analysis of determinant factors showed that sales volatility, firm performance, and classification of the industry had a significant relationship with two attributes of financial reporting quality. The other variables such as operation cycle, firm size, company risk, liquidity, and leverage, resulted in two attributes of financial reporting quality. The economic consequence testing resulted in two attributes of financial reporting quality that had a significant relationship with the assymetric information. Key word: financial reporting quality, innate factors, performance, company risk, industry risk, asymmetric information. 1 This study is a part of my dissertation at Brawijaya University. I would like to express my deepest thanks to my promotor Prof. Dr. Bambang Subroto, SE., MM., Ak., Prof. Dr. Sutrisno, SE., M.Si., Ak. And Dr. Prihatassih, SE., M.Si., Ak Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-1

BAB I LATAR BELAKANG Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam, namun pada prinsipnya pengertian kualitas pelaporan keuangan dapat dipandang dalam dua sudut pandang. Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tergambarkan dalam laba perusahaan. Pandangan ini menyatakan laba yang berkualitas tinggi terrefleksi pada laba yang dapat berkesinambungan (sustainable) untuk suatu perioda yang lama. Pandangan kedua menyatakan kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan kinerja pasar modal yang diwujudkan dalam bentuk imbalan, sehingga hubungan yang semakin kuat antara laba perusahaan dengan imbalan menunjukkan informasi pelaporan keuangan yang tinggi (Ayres, 1994). Pandangan yang sama dilakukan oleh Schipper (2004) dengan menyebutnya sebagai atribut-atribut berbasis akuntansi untuk pandangan pertama, dan atributatribut berbasis pasar untuk pandangan kedua. Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berkaitan erat dengan kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan yang diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan tinggi (berkualitas) jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan dimasa yang akan datang (Lev dan Thiagarajan, 1993; Richardson et al. 2001; Penman dan Zhang, 2002; Beneish dan Vargus, 2002; Richardson, 2003) atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di masa yang akan datang (Dechow dan Dichev, 2002 dan Cohen, 2003). Implikasi dari pandangan tersebut, menunjukkan bahwa fokus pengukuran kualitas pelaporan keuangan perusahaan tersebut berkaitan dengan sifat-sifat pelaporan keuangan. Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan kinerja saham perusahaan di pasar modal. Hubungan yang semakin kuat antara laba dengan imbalan pasar menunjukkan informasi pelaporan keuangan tersebut semakin tinggi (Lev dan Thiagarajan, 1993; Chan et al. 2004). Dengan demikian kualitas pelaporan keuangan merupakan konstruk yang dapat dianalisis dalam dua pandangan yaitu kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan kas dan laba itu sendiri, dan Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-2

atau kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan imbalan saham. Penelitian ini hanya menggunakan pendekatan kedua yaitu kualitas pelaporan keuangan yang berbasis pada pasar. Penelitian kualitas pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan dua pendekatan (Gu et al., 2002; Francis et al. 2004,2005; Pagalung, 2006; Cohen, 2003,2006, Chaney, et al., 2006). Pendekatan pertama adalah penelitian yang berkaitan dengan mengkaji faktor-faktor apa yang menyebabkan pelaporan keuangan yang dihasilkan berkualitas, dan pendekatan kedua sejauhmana kualitas pelaporan keuangan direspon oleh para pemakai laporan keuangan. Pendekatan pertama berkaitan dengan kajian faktor-faktor penentu yang menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas. Fokus pendekatan ini berkaitan dengan faktor-faktor internal perusahaan yang terkait dengan faktor inheren atau faktor intrinsik yang melekat di perusahaan itu sendiri, yang di berbagai penelitian memberikan istilah dengan faktor spesifik atau karakteristik perusahaan (firm spesifics or firm characteristics). Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor innat dinamis (siklus operasi, volatilitas penjualan), statis (ukuran perusahaan, umur perusahaan), kinerja perusahaan (proporsi rugi), risiko institusi (likuiditas, leverage), risiko lingkungan (klasifikasi industri), (Gu et al.,2002, Dechow dan Dichev, 2002; Cohen, 2003,2006; Francis et al., 2004,2005; dan Pagalung, 2006). Pendekatan kedua berkaitan dengan faktor eksternal yang merupakan respons pemakai informasi pelaporan keuangan yaitu sejauhmana informasi pelaporan keuangan direspon oleh para pemakai laporan keuangan. Salah satu pemakai utama laporan keuangan adalah Investor yang baginya ketersediaan informasi yang ditawarkan diharapkan dapat mengurangi asimetrik informasi (information asymmetric) (Barone, 2002; Barth dan Landsman, 2003; Bhattacharya et al., 2003; Cohen, 2003,2006; Aboody et al., 2003; Francis et al., 2004,2005; dan Pagalung, 2006). Motivasi penelitian ini adalah ingin mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan pengukuran kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan pengukuran kualitas pelaporan keuangan dengan menggunakan tiga atribut kualitas pelaporan keuangan berbasis pasar (market-based attributes) yang terdiri atas nilai keberpautan, ketepatwaktuan, dan konservatisma. Diharapkan dengan Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-3

menggunakan tiga atribut tersebut penelitian ini akan lebih memberikan daya penjelas yang lebih beragam. Kedua, penelitian ini adalah ingin mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kualitas pelaporan keuangan perusahaan dengan fokus pada kajian faktor-faktor penentu dan konsekuensi ekonominya secara langsung (direct link). Konsekuensi ekonomi dari pilihan perusahaan (manajemen) dalam penelitian ini berkenaan dengan kualitas pelaporan keuangan mereka. Ketiga, model penelitian yang membahas kualitas pelaporan keuangan di Indonesia masih terpisah-pisah, belum menyatu dan komprehensif. Model komprehensif yang dimaksud adalah model yang membahas faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan dan konsekuensi yang ditimbulkan di pasar modal Indonesia. Selain itu, pengukuran kualitas pelaporan keuangan yang digunakan selama ini di Indonesia lebih didominasi pengukuran kualitas pelaporan keuangan yang berbasis pasar namun diuji secara terpisah, seperti nilai keberpautan (value relevance) (Rahmawati, 2005; Susanto dan Ekawati, 2006) dan koefisien responsa laba (earnings response coefficient) (Harahap, 2005; Naimah dan Sidharta, 2006). Penelitian lain yang sudah menggunakan atribut gabungan yaitu Pagalung (2006) yang menggunakan pengukuran kualitas pelaporan keuangan berbasis akuntansi. Atribut tersebut adalah kualitas akrual, persistensi, prediktabilita, dan perataan laba. Keempat, penelitian ini mencoba membuat dan mengkaji atribut kualitas pelaporan keuangan alternatif. Atribut kualitas pelaporan keuangan tersebut berupa kajian atribut kualitas pelaporan keuangan dalam bentuk analisis faktor. Atribut kualitas pelaporan keuangan yang berbasis pasar keberpautan, ketepatwaktuan, dan konservatisma akan dibentuk menjadi kualitas pelaporan keuangan faktorial. Masalah penelitian ini adalah apakah atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan (nilai keberpautan, ketepatwaktuan, dan konservatisma) merupakan representasi kualitas pelaporan keuangan dan berbeda satu dengan lainnya? faktorfaktor penentu (determinant factors) apa saja yang mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan perusahaan? dan sejauhmana konsekuensi ekonomi (economic consequences) yang ditimbulkan di pasar sekuritas? Kontribusi penelitian ini mencakup kontribusi teori dan kontribusi praktis. Secara rinci kontribusi penelitian ini adalah secara teoritis: pertama, penelitian ini memberi bukti empiris mengenai kualitas pelaporan keuangan. Bukti ini berupa hasil Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-4

perhitungan kualitas pelaporan keuangan dengan menggunakan tiga atribut yaitu nilai keberpautan, ketepatwaktuan, dan konservatisma berdasarkan laporan tahunan 2001 sampai dengan 2006. Kedua, penelitian ini membuat dan mengkaji atribut kualitas pelaporan keuangan alternatif. Atribut kualitas pelaporan keuangan tersebut berupa kajian atribut kualitas pelaporan keuangan dalam bentuk analisis faktor yaitu, kualitas pelaporan keuangan faktorial. Penelitian ini juga menguji faktor-faktor penentu timbulnya kualitas pelaporan keuangan dan bagaimana konsekuensi ekonominya dalam bentuk respon investor di pasar modal. Ketiga, penelitian ini memberikan bukti empiris kualitas pelaporan keuangan memiliki konsekuensi ekonomi di pasar modal. Bukti ini dapat memperkaya literatur akuntansi berupa bertambahnya pengetahuan mengenai manfaat kualitas pelaporan keuangan bagi perusahaan. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada manajemen perusahaan agar membuat pelaporan keuangan yang berkualitas karena diduga akan mempunyai konsekuensi ekonomi. Kedua, ukuran kualitas pelaporan keuangan yang dipakai dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada investor dan analis pasar modal. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pelaku pasar modal (investor, pialang, dan para analis sekuritas) serta calon investor dimasa yang akan datang, utamanya dalam menentukan keputusan investasinya terkait dengan penilaian kualitas pelaporan keuangan perusahaanperusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketiga, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan menjadi umpan balik untuk pembuatan dan evaluasi standar-standar akuntansi untuk institusi pembuat standar (standard setters) dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan pemilihan kebijakan dan pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi bagaimana kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-5

BAB II RERANGKA KONSEPTUAL DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Rerangka Konseptual Penelitian Rerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat secara detail pada gambar 1. 2.2. Perumusan Hipotesis Pengukuran proksi kualitas pelaporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari nilai keberpautan, ketepatwaktuan, konservatisma, dan atribut kualitas pelaporan keuangan baru yang merupakan hasil analisis faktor keempat atribut sebelumnya (kualitas pelaporan keuangan faktorial). Penelitian Francis et al. (2004; 2005) dan Pagalung (2006) menunjukkan atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan berbeda satu dengan lainnya atau tidak terjadi tumpang tindih (overlap) antar atribut kualitas pelaporan keuangan. Atas dasar pertimbangan penelitian terdahulu, dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut: H1: Terdapat perbedaan diantara atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Hipotesis 2 s.d 10 berkaitan dengan faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan. Faktor innat merupakan salah satu faktor penting dari faktor yang mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan. Faktor innat terdiri dari siklus operasi perusahaan, volatilitas penjualan, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan. Siklus operasi perusahaan akan menghasilkan kualitas pelaporan keuangan yang lebih rendah, karena siklus operasi yang makin lama dapat menimbulkan ketidakpastian, estimasi dan kesalahan estimasi yang makin besar dapat menimbulkan kualitas pelaporan keuangan yang lebih rendah Dechow dan Dichev (2002). Volatilitas penjualan yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang karena laba yang dihasilkan tidak mengandung banyak gangguan (noise) (Dechow and Dichev, 2002). Dari sisi ukuran perusahaan dikatakan bahwa perusahaan yang besar akan memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik yang dapat menyebabkan kesalahan estimasi yang, ditimbulkan kecil (Gu et al. 2002). Umur perusahaan merupakan salah satu faktor Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-6

innat yang dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini terjadi karena makin lama perusahaan makin memungkinkan kecilnya diskresi dalam kualitas pelaporan keuangan dan akan mempunyai sedikit variabilitas dalam akrual. Semakin lama umur perusahaan makin mempunyai sedikit variabilitas akrual diskresioner sehingga efeknya pada kualitas pelaporan keuangan juga rendah. Dechow (1994) dan Gu et al. (2002). Dengan pertimbangan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis yang berkaitan dengan faktor-faktor innat terhadap kualitas pelaporan keuangan sebagai berikut: H2: Semakin panjang siklus operasi perusahaan akan menyebabkan semakin rendah kualitas pelaporan keuangannya. H3: Semakin tinggi magnitud volatilitas penjualan perusahaan akan menyebabkan semakin rendah kualitas pelaporan keuangannya. H4: Semakin besar ukuran perusahaan akan menyebabkan semakin rendah kualitas informasi pelaporan keuangannya. H5: Semakin lama umur perusahaan menyebabkan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangannya. Faktor kinerja tahun lalu merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menimbulkan laba perusahaan berkualitas. Jika perusahaan memperoleh laba akan menunjukkan bahwa perusahaan bertumbuh dan dapat berkesinambungan, kalau perusahaan mengalami kerugian, maka akan menghadapi kesulitan. Menurut Cohen (2006) kerugian adalah indikasi kejutan negatif serius dalam lingkungan operasi perusahaan. Akrual yang dibuat sebagai respon untuk kejutan tersebut cenderung melibatkan kesalahan estimasi substansial (yaitu ongkos restrukturisasi). Karena itu, kerugian adalah indikasi awal kualitas pelaporan keuangan yang rendah. Atas dasar pertimbangan di atas, dirumuskan hipotesis faktor kinerja perusahaan sebagai berikut: H6: Semakin baik kinerja perusahaan akan menyebabkan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangannya. Faktor penentu lainnya yang merupakan faktor internal perusahaan adalah risiko institusi. Risiko institusi ini merupakan risiko internal perusahaan yang melekat Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-7

pada perusahaan, yaitu likuiditas dan leverage. Perusahaan dengan likuiditas tinggi memiliki biaya agensi yang lebih tinggi dan membutuhkan pengawasan yang lebih besar. Sehingga, diprediksi kualitas pelaporan berubah terhadap struktur kapital perusahaan (Leftwich et al., 1981). Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran. Atas dasar pertimbangan di atas, dirumuskan hipotesis faktor kinerja tahun lalu dan risiko institusi sebagai berikut: H7: Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan akan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangannya. H8: Semakin tinggi leverage suatu perusahaan akan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangannya. Selain faktor risiko internal perusahaan, kualitas pelaporan keuangan perusahaan bergantung pula pada faktor risiko eksternal perusahaan dalam bentuk risiko lingkungan. Risiko lingkungan yang dimaksudkan adalah risiko portofolio industri atau risiko klasifikasi industri karena prosedur akuntansi yang bisa diterima dan pilihan akuntansi manajer mungkin berbeda pada lintas industri. Misalnya, perusahaan pemanufakturan dan perusahaan retail memiliki jumlah yang besar pada persediaan dan piutang, yang bisa mempersulit pengelolaan keuangan melalui penilaian persediaan dan pengaturan utang. Indikator keuangan mungkin lebih sensitif dalam beberapa industri (misalnya, jasa) dibanding dengan industri lain, yang mungkin memberi kesempatan pada manajemen laba. Atas dasar pertimbangan klasifikasi industri tersebut dirumuskan hipotesis risiko lingkungan sebagai berikut: H9: Semakin tinggi risiko lingkungan perusahaan akan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangannya. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-8

Konsekuensi ekonomi atas kualitas pelaporan keuangan perusahaan adalah berupa asimetri informasi. Copeland dan Galai (1983) dan Glosten dan Milgrom (1985) menunjukkan ketika kualitas dari informasi akuntansi yang diberikan dalam laporan keuangan meningkat, level asimetri informasi turun. Studi sebelumnya dalam literatur akuntansi menggunakan bid ask spread untuk menguji efek dari pengumuman laba dan kebijakan pengungkapan perusahaan pada level asimetri informasi Healy et al. (1999). Ketika laporan keuangannya berkualitas maka ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user) akan semakin berkurang. Asimetri informasi menekankan pada risiko estimasi atau likuiditas pasar yang melihat adanya perbedaan informasi yang dimiliki antara satu investor yang memiliki informasi (informed investor) dengan investor yang tidak memiliki informasi (uninformed investor). Atas dasar adanya perbedaan informasi tersebut, investor yang tidak memiliki informasi mengharapkan suatu premi risiko (risk premium) yang lebih atas suatu portofolio sehingga diharapkan akan terjadi keseimbangan akses informasi. Implikasi perbedaan tersebut diharapkan terdapat peningkatan kualitas dan kandungan informasi keuangan sehingga dapat mengurangi asimetri informasi (Leuz dan Verrechia, 2004; Callahan et al. 1997). Atas dasar pertimbangan diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H10: Semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan suatu perusahaan akan semakin rendah asimetri informasinya. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-9

3.1. Jenis Penelitian The 2 nd Accounting Conference, 1 st Doctoral BAB III METODA PENELITIAN Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal komparatif (Indriantoro dan Supomo, 1999:29). 3.2. Definisi dan pengkuran variabel Definisi operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel 2 3.3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel berjumlah 141 perusahaan dipilih dengan menggunakan penyampelan bersasaran (purposive sampling). Prosedur pemilihan sampel selengkapnya di paparkan pada tabel 3.4. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama adalah menguji apakah atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan berbeda satu dengan lainnya (tidak terjadi overlap) dengan pengujian regresi auxiliary R 2 (Gujarati, 2003) dan dilanjutkan analisis faktor. Tahap kedua adalah menganalisis faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan dengan regresi berganda, dan tahap ketiga adalah menguji efek kualitas pelaporan keuangan di pasar modal dengan regresi sederhana. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil pengujian penelitian yang terdiri empat bagian. Bagian pertama menyajikan statistik deskriptif dan distribusi frekuensi variabel penelitian. Bagian kedua menyajikan hasil pengujian atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan. Bagian ketiga menyajikan hasil pengujian faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan beserta asumsinya. Bagian keempat menyajikan hasil pengujian konsekuensi ekonomi kualitas pelaporan keuangan beserta asumsinya. 4.1. Statistik Deskriptif dan Distribusi Frekuensi Bagian ini akan dijelaskan statistik deskriptif yang dihasilkan dari seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel dependen, independen, konsekuensi ekonomi dan variabel kontrol. Tabel 3 dipaparkan hasil statistik deskriptif pengujian faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan. 4.2. Hasil Pengujian Atribut-Atribut Kualitas pelaporan keuangan. 4.2.1. Hasil Pengujian Regresi Auxiliary Hasil pengujiannya menunjukkan tidak terjadi tumpang tindih antara ketiga variabel proksi kualitas pelaporan keuangan, karena hasil pengujian korelasi antar atribut dibawah 0.5 (Gujarati, 2003, dan Francis et al. 2004, 2005). Untuk selengkapnya lihat Tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian regresi auxiliary di atas, tidak terjadi tumpang tindih (overlap) antar ketiga atribut kualitas pelaporan keuangan (nilai keberpautan, ketepatwaktuan, dan konservatisma), karena tingkat tumpang tindihnya (the degree of overlap) atau porsi cakupannya tidak lebih dari 0.50. Hasil pengujian ini bertentangan dengan hasil penelitian Francis et al. (2004). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 tidak terbukti artinya tidak terjadi tumpang tindih (overlap) antar atribut kualitas pelaporan keuangan. 4.2.2. Hasil Pengujian Analisis Faktor Konfirmatori Analisis faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor jenis analisis komponen umata (principal component analysis) yaitu analisis faktor yang Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-11

mempunyai tujuan untuk menseleksi seperangkat variabel untuk diidentifikasi dimensi-dimensi latennya, sehingga dapat membentuk variabel representatif baru yaitu kualitas pelporan keuangan faktorial. Hasil analisis faktor selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. Ketiga atribut kualitas pelaporan keuangan tersebut terbentuk satu faktor dimana variabel komposit tersebut didukung oleh 2 atribut yaitu konservatisma dengan skor loading faktor 0.827 dan nilai keberpautan masing-masing dengan skor loading faktor 0.762 (panel C). Atribut ketepatwaktuan tidak mendukung pembentukan variabel baru, karena nilai loading faktornya negatif (-0.450). Atribut yang memiliki nilai skor loading faktor negatif dihilangkan atau dihapus (drop) dari pembentukan variabel. Secara empiris, pembentukan atribut baru kualitas pelaporan keuangan berbasis pasar didukung oleh dua atribut yaitu konservatisma dan nilai keberpautan. 4.3. Pengujian asumsi klasik Hasil uji asumsi klasik untuk pengujian faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan dan konsekuensi ekonomi menunjukkan secara keseluruhan semua faktor-faktor penentu terhadap kualitas pelaporan keuangan lolos dari asumsi klasik dan memenuhi kriteria BLUE. Tampak pada uji Kolmogorof Smirnov Test sudah menunjukkan distribusi yang normal pada model yang digunakan sehingga bisa dilakukan regresi dengan model linear berganda yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05. Berdasarkan uji autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2.133, 1.915 dan 2.030 dan untuk kualitas pelaporan keuangan. Dengan demikian tidak ada korelasi serial diantara disturbance terms, sehingga variabel tersebut independen (tidak terjadi autokorelasi) yang ditunjukkan dengan du < dw < 4-dl). Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser diperoleh hasil semua faktor-faktor penentu yaitu siklus operasi (X1), volatilitas penjualan (X2), ukuran perusahaan (X3), umur perusahaan (X4), kinerja perusahaan (X5), likuiditas (X6), leverage (X7), klasifikasi industri (X8), terhadap absolut residual (absu) dan kualitas pelaporan keuangan (Y1), ukuran perusahaan (X3), leverage (X7) dan beta (X9) terhadap absolut residual (absu) tidak terjadi heterosdastisitas dengan ditunjukkan nilai sign lebih besar dari 0.05. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-12

Pengujian asumsi klasik yang terakhir yaitu multikolinearitas menunjukkan bahwa semua variabel penentu yaitu siklus operasi (X1), volatilitas penjualan (X2), ukuran perusahaan (X3), umur perusahaan (X4), kinerja perusahaan (X5), likuiditas (X6), leverage (X7), klasifikasi industri (X8), dan model konsekeusni ekonomi dengan variable independent kualitas pelaporan keuangan (Y1), ukuran perusahaan (X3), leverage (X7) dan beta (X9) tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai TOL yang mendekati 1 dan VIF lebih kecil dari 10. 4.4. Hasil Pengujian Faktor-Faktor Penentu Kualitas informasi pelaporan keuangan Faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi delapan kelompok yaitu 1) faktor-faktor innat dinamis terdiri dari siklus operasi, volatilitas penjualan dan statis yang terdiri dari ukuran perusahaan dan umur perusahaan 2) kinerja perusahaan terdiri dari proporsi rugi, risiko institusi terdiri dari likuiditas, leverage 4) risiko lingkungan. Berikut ini dipaparkan hasil pengujian regresi faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan dalam bentuk Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan variabel siklus operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan (Y1). Koefisien yang dihasilkan pada kualitas pelaporan keuangan (Y1) sebesar -0.00004 dengan probabilitas sebesar 0.96685. Hasil ini menunjukkan hipotesis H2 tidak terbukti karena pengaruhnya tidak signifikan. Hasil penelitian ini tidak sama dengan yang dihasilkan peneliti Dechow dan Dichev (2002), Gu et al. (2002), Francis et al. (2004), dan Pagalung (2006). Dechow dan Dichev (2002) mengklaim bahwa siklus operasi yang lebih lama menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar, membuat akrual lebih ber-noise dan kurang membantu dalam memprediksi aliran kas di masa yang akan datang. Dechow (1994) berpendapat bahwa lama siklus operasi perusahaan adalah penentu volatilitas kapital kerja. Bila siklus operasinya lama, maka perusahaan memerlukan perubahan besar pada tingkat kapital kerja dan aliran kas terealisasi demikian juga akan memberi dampak yang relatif buruk terhadap kinerja perusahaan. Semakin banyak akrual yang bisa digunakan untuk mereduksi masalah penetapan waktu dan penyesuaian aliran kas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin lama Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-13

siklus operasi perusahaan dalam satu tahun kegiatan akan dapat menimbulkan semakin rendah kualitas pelaporan keuangan meskipun pengaruhnya tidak signifikan. Variabel volatilitas penjualan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan (Y1)). kualitas pelaporan keuangan (Y1) sebesar 0.61441 dengan probabilitas sebesar 0.01331. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis H3 terbukti. Penjualan adalah bagian penting dari siklus operasi perusahaan dalam menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas. Meskipun volatilitas penjualannya tinggi namun masih dapat menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang karena laba yang dihasilkan tidak mengandung banyak gangguan (noise) (Dechow and Dichev, 2002). Ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh yang negative dan tidak signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan (Y1) bahwa hipotesis H4 tidak terbukti. Kualitas pelaporan keuangan (Y1) sebesar -0.0124 dengan probabilitas sebesar 0.86760, dan kualitas pelaporan keuangan 0.01912 dengan probabilitas sebesar 0.74977. Hasil penelitian ini tidak mendukung temuan peneliti sebelumnya (Francis et al. 2004; Gu et al. 2002, dan Cohen 2003). Ukuran perusahaan merupakan faktor innat yang statis, dimana ukuran ini dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan karena memiliki kemampuan diversifikasi variasi efek portofolio bisnis, dan kos politikal yang tinggi. Implikasi dari ukuran perusahaan diharapkan perusahaan yang besar akan memiliki kualitas pelaporan keuangan yang rendah meskipun pengaruhnya tidak signifikan. Umur perusahaan menunjukkan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan (Y1). Koefisien yang dihasilkan pada kualitas pelaporan keuangan (Y1) sebesar 0.00581 dengan probabilitas sebesar 0.36251.. Hal ini menunjukkan semakin lama umur perusahaan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan, sehingga hipotesis H4 tidak terbukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Gu et al. (2002) namun tidak sesuai dengan hasil penelitian pagalung (2006). Hasil penelitian ini juga mendukung argumen Pagalung yang mengatakan bahwa pengukuran variabel umur perusahaan tidak sesuai dalam penelitiannya kurang tepat. Hal ini disebabkan oleh perusahaan besar memiliki kemampuan diversifikasi yang lebih baik dan mempunyai efek variasi portofolio Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-14

antar divisi-divisi dan aktivitas bisnisnya sehingga dapat mengurangi efek relatif kesalahan estimasi, namun demikian perusahaan besar akan banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan menghadapi kos politikal yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil (Gu et al. 2002) sehingga pengaruhnya menjadi tidak signifikan. Kinerja perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan (Y1). Koefisien yang dihasilkan pada kualitas pelaporan keuangan (Y1) sebesar 0.42512 dengan probabilitas sebesar 0.01861. Hal ini berarti semakin baik kinerja perusahaan perusahaan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan. Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis H6 tidak ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dan mendukung Ronen and Sadan (1981); Gibbsons and Murphy (1990); Hyan (1995); DeFond and Park (1997); Dechow and Dichev (2002); Francis et al. (2004). Jika perusahaan memperoleh laba akan menunjukkan bahwa perusahaan bertumbuh dan dapat berkesinambungan sehingga memiliki kualitas pelaporan keuangan yang semakin baik pula. Likuiditas adalah faktor risiko internal perusahaan yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan secara jangka pendek akan diharapkan menutupi kewajibannya ketika perusahaan mengalami kebangkrutan (Foster, 1986). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Koefisien yang dihasilkan pada kualitas pelaporan keuangan (Y1) sebesar 0.02066 dengan probabilitas sebesar 0.24415. Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis H7 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Leftwich et al., (1981). Likuiditas juga sangat erat hubungan dengan kreditur karena jika kondisi perusahaan tidak likuid berarti akan terjadi penundaan pengumpulan bunga dan pokok pinjaman yang diberikan sehingga kreditur akan mempertimbangkan dengan matang perusahaan mana yang akan ia berikan kredit agar tidak mengalami kerugian namun demikian perusahaan dengan likuiditas tinggi memiliki biaya agensi yang lebih tinggi dan membutuhkan pengawasan yang lebih besar sehingga kualitas pelaporan keuangannya tidak begitu baik (Leftwich et al., 1981) Leverage sebagai salah satu faktor penentu kualitas pelaporan keuangan menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada kualitas pelaporan keuangan (Y1). Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-15

Koefisien yang dihasilkan pada kualitas pelaporan keuangan (Y1) sebesar -0.00734 dengan probabilitas sebesar 0.96432. Dengan demikian hipotesis H8 ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung temuan penelitian sebelumnya seperti penelitian Cohen (2003), Gu et al. (2002), Francis et al. (2004), dan Pagalung (2006). Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor namun tidak semua perusahaan mampu melakukan aktifitas ini karena sangat tergantung pada kredibilitas perusahaan. 4.5. Hasil Pengujian Konsekuensi Ekonomi Kualitas pelaporan keuangan. Arah yang ingin dicapai dalam pengujian ini adalah menguji responsa investor terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan, berupa konsekuensi ekonomi atas kualitas pelaporan keuangan. Tabel 9 berikut menunjukkan pengujian konsekuensi ekonomi kualitas pelaporan keuangan. Berdasarkan tabel 9 diinterpretasikan hasil pengujian konsekuensi ekonomi kualitas pelaporan keuangan. Konsekuensi ekonomi diproksikan sebagai asimetri informasi sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya adalah kualitas pelaporan keuangan dengan variabel kontrol berupa variabel ukuran perusahaan, leverage dan beta. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap asimerti informasi menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan. Koefisiennya sebesar -4.80115 (tanpa kontrol), -4.64340 (dengan kontrol) dan probabilitas sebesar 0.00441 (tanpa kontrol) dan 0.00429 (dengan kontrol). Besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari hasil adjusted R 2 nya sebesar 0.050 (tanpa kontrol) dan 0.123% (dengan kontrol). Ini berarti asimetri informasi yang dapat dijelaskan 5% (tanpa kontrol) dan 12.35 (dengan kontrol) oleh variabelvariabel independen seperti atribut kualitas pelaporan keuangan dan variabel kontrol lainnya, yakni variabel ukuran perusahaan, leverage, dan beta. Hal ini berarti ketika laporan keuangannya berkualitas maka ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user) akan semakin berkurang. Atau perbedaan informasi yang dimiliki antara satu investor yang memiliki informasi (informed investor) dengan investor yang tidak memiliki informasi (uninformed investor) semakin tipis. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-16

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada tujuan penelitian di atas dan hasil pengujian hipotesis-hipotesis pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan. 5.1. Kesimpulan Berikut ini beberapa kesimpulan yang didasarkan pada tujuan penelitian di atas dan hasil pengujian hipotesis-hipotesis sebagaimana dijelaskan di bab sebelumnya. a. Hasil pengujian regresi auxiliary R 2 antar ketiga atribut kualitas pelaporan keuangan yakni nilai keberpautan, ketepatwaktuan, dan konservatisma menunjukkan terdapat perbedaan diantara atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan dan tidak terjadinya tumpang tindih (overlap) antar ketiga atribut kualitas pelaporan keuangan. Hal ini terjadi karena besaran tumpang tindihnya (the degree of overlap) memiliki nilai yang tidak melebih 0.5. Hasil pengujian analisis faktor ketiga atribut di atas menghasilkan satu atribut kualitas pelaporan keuangan yang baru yang disebut kualitas pelaporan keuangan faktorial. Kualitas pelaporan keuangan faktorial tersebut pembentukannya berasal dari dua komponen atribut, yaitu nilai keberpautan, dan konservatisma. b. Hasil pengujian faktor-faktor penentu kualitas laba menunjukkan bahwa faktorfaktor volatilitas penjualan, kinerja perusahaan, dan klasifikasi industri berhubungan positif terhadap kualitas pelaporan keuangan faktorial sedangkan siklus operasi, ukuran perusahaan, umur perusahaan, likuiditas dan leverage tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. c. Hasil pengujian konsekuensi ekonomi kualitas pelaporan keuangan menunjukkan bahwa kualitas pelaporan keuangan faktorial berpengaruh signifikan terhadap asimetri informasi. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-17

5.2. Keterbatasan Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Banyak pengukuran untuk mengukur sebuah variabel seperti asimetri informasi. Setidaknya peneliti menemukan tujuh pengukuran asimetri informasi mulai dari model yang paling sederhana yaitu Venkatesh dan Chiang (1986) sampai dengan model yang paling kompleks yaitu Easley et al. (2000) sementara penelitian ini hanya menggunakan satu model saja. Jadi tidak dilakukan pengujian terlebih dahulu model mana yang paling tepat dan robust untuk kondisi Indonesia. b. Perioda sampel penelitian mulai tahun 2001 sampai tahun 2006, dimana perioda ini merupakan perioda pemulihan krisis ekonomi di Indonesia. Implikasinya, hasil penelitian ini boleh jadi berbeda jika perioda sampelnya bukan masa krisis atau masa pemulihan krisis, c. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dimana pada masa pemulihan krisis atau selama perioda penelitian ini terdapat perusahaan yang melakukan restrukturisasi usaha dan beberapa perusahaan bersifat holding company. Kedua kondisi tersebut tidak dipertimbangkan sejak awal penelitian ini, sehingga menjadi kendala penelitian. 5.3. Saran Berikut ini saran-saran yang diajukan dari hasil penenilitian ini adalah sebagai berikut: a. Menggunakan beberapa indikator untuk mengukur asimetri informasi sehingga diperoleh composite variabel seperti Bid Ask Spread, Varian residual harga saham, reaksi pasar sekuritas terhadap pengumuman laba, jumlah pengumuman publik perusahaan per perioda, intensitas perdagangan, volume sekuritas, dan probability of informed trade (PIN) metric atau bisa juga dilakukan pengujian terlebih dahulu model mana yang paling tepat dan robust untuk kondisi Indonesia. b. perluasan tahun penelitian diharapkan dapat dilakukan dalam penelitian berikutnya. Hal ini terjadi karena penelitian ini hanya mencakup enam tahun periode akuntansi, yakni mulai tahun 2001 sampai dengan 2006, terutama yang berkaitan dengan pcngukuran atribut kualitas pelaporan keuangan seperti nilai keberpautan, ketepatwaktuan, dan konservatisma yang seyogianya 10 tahunan sebagaimana dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti Dechow dan Dichev (2002) dan Francis et al. (2003a, 2003b, 2004). c. Pengujian lebih lanjut yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah dengan memasukkan variabel kajian perusahaan yang bersifat holding company, dan perusahaan yang melakukan restrukturisasi usaha. Dengan mempertimbangkan kedua hal di atas, diharapkan struktur data keuangan akan lebih teridentifikasi dengan baik. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-18

DAFTAR PUSTAKA Aboody, D., J. Hughes, and J. Liu. 2003. Earnings Quality, Insider Trading, and Cost of Capital, Working Paper, University of California, Los Angeles: 1-30. Ahmed, A.S., B. Billings, R.M. Morton, and M.S. Harris. 2002. The Role of Accounting Conservatism in Mitigating Bondholder-Shareholder Conflicts over Dividend Policy and in Reducing Debt Costs. The Accounting Review. 77: 867-890. Aliman, 2000, Modul Ekonometrika Terapan. Makalah Tidak Diterbitkan untuk Umum, Yogyakarta: UGM Amihud, Y., and Mendelson. 1986. Asset Pricing and the Bid Ask Spread, Journal of Financial Economics. 17: 223-249. Anggono, A. 2002. Pengaruh Kebijakan Pembagian Deviden, Kualitas Akrual, dan Ukuran Perusahaan pada Relevansi Nilai Deviden, Nilai Buku dan Laba. Thesis. Program Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ardiati, A.Y. 2003. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Pemoderasi, Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Ayres, F.L. 1994. Perception of Earnings Quality: What Managers Need to Know, Management Accounting. March: 27-29. Baginski, S.P., K.S. Lorek, G. L. Willinger, and B. C. Branson. 1999. The Relationship Between Economic Characteristics and Alternative Annual Earnings Persistence Measures. The Accounting Review Vol. 74, No. 1. January: 105 120. Ball, R., and P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation on Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research. autum: 159-178. Ball, R., S.P. Kothari, and A. Robin. 2000. The Effect of International Institutional Factors On Properties of Accounting Earnings. Journal of Accounting and Economics 29: 1-51. Bamber, L.S. 1986. The Information Content of annual Earnings Release: A Trading Volume Approach. Journal of Accounting Research. Vol 24 No 1 Spring: 40-55. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-19

Barth, M.E., D.P. Cram, and K.K. Nelson. 2001. Accrual and the Prediction of Future Cash Flows, The Accounting Review. Vol.76, No.1, January: 27-58. Barth, M. and W. Landsman. 2003. Cost of Capital and Quality of Financial Statement Information. Working Paper, Stanford University. Barone, G. 2002. Perceptions of Earnings Quality and Their Association With The Cost of Equity Capital. Working Paper. Univeristy of Wisconsin. Barry, C. and S. Brown. 1985. Differential Information and Security Market Equilibrium. Journal of Financial and Quantitative Analysis: 407-422. Basu, S., 1997. The Conservatism Principle And The Asymmetric Timeliness Of Earnings. Journal of Accounting and Economics 24: 3-37. Basu, S., L. Hwang, and C. Jan. 1997. Auditor Conservatism And Analysts Fourth Quarter Earnings Forecasts. Working paper, Baruch college. Beaver. W.H. 1968. The Information Content of Annual Earnings Announcements. Journal of Accounting Research. Supplement: 67-92. Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann. 2003. Is Board zise An Independent Corporate Governance Mechanism? http://www.wwz.unibaz. ch/cofi/publications /papers/2003/06.03.pdf. Beneish, M., M. Vargus, 2002. Insider Trading, Earnings Quality, and Accrual Mispricing. The Accounting Review. Vol.77, No.4: 755-791. Beza. B. dan A. Na im. 1998. The Information Content of Annual Earnings Announcement: Indonesia. Vol.1. No.2. Juli: 163-173. A Trading Volume Approach. Jurnal Riset Akuntansi Bhattacharya, U., H. Daouk, and M. Walker. 2003. The World Price of Earnings Opacity. The Accounting Review. Vol.78. No.3: 641-678. Boediono, G.S.B., 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo: 172-194. Botosan, C. 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital. The Accounting Review. July: 323-349. Botosan, C.A., and M. Plumlee. 2002. A Re-examination of Disclosure Level and the Expected Cost of Equity Capital. Journal of Accounting Research 40: 21-40. Bridging the Gap between Theory and Practice FACM01-20