MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM Match Day 2 KONSEP ILMU, ILMU HUKUM DAN HUKUM



dokumen-dokumen yang mirip
MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 15 SISTEM HUKUM

SILABI MATAKULIAH. Alokasi Waktu (Menit) Mahasiswa mampu. Strategi Pembelajaran. Brainstorming Concept

BAB I PENDAHULUAN. kematian, perkawinan, perceraian, pengesahan anak dan pengakuan anak.

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum

mens wordt eerst mens door samenleving met anderen yang artinya manusia itu baru

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

FAKULTAS HUKUM U N S O E D. Oleh : Dr. HIBNU NUGROHO, S.H.,M.H. (Dosen Fakultas Hukum UNSOED) SEMINAR NASIONAL

METODE PENELITIAN HUKUM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

iustitia est constans et perpetua voluntas ius suum cuique tribuere) yang dapat diartikan

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng

BAB I PENGANTAR TATA HUKUM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

SUMBER HUKUM A. Pendahuluan

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

III. METODE PENELITIAN. Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu

PEMIHAKAN DAN PEMILIHAN ATAS PENELITIAN HUKUM DOKTRINAL DAN NON DOKTRINAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

und wird mit dem Volke). Dampak ajaran madzab ini sangat tampak pada para sarjana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

BAB I PENDAHULUAN. konsep dikuasai oleh negara artinya negara mengatur, dalam hal ini negaralah

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 14 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 3)

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa penelitian sosiologi atau empiris yang mencakup penelitian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan peraturan yang

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI PERKULIAHAN FILSAFAT HUKUM MATCH DAY 14 HUKUM UNTUK SIAPA?

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB III METODE PENELITIAN

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

PERTEMUAN II PENGENALAN LOGIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk aktif di dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Begitu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

Ilmu Penalaran atau Logika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Know-how dalam ilmu

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU. Ilmu Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka menciptakan tatanan masyarakat yang tertib dan damai. 1 Putusan hakim

BAB I PENDAHULUAN. Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara cumacuma)

BAB I PENDAHULUAN. dalam dinamika kehidupan manusia, karena manusia selalu mempunyai

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB II LANDASAN TEORI. diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan. tujuan dri pembangunan itu sendiri. Dalam dunia usaha yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB III METODE PENELITIAN

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia sebagai makluk sosial tidak luput dari permasalahan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

principality, prinsip juga diterjemahkan dengan principle; principality. Demikian juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu persetujuan tertentu berupa rangkaian kata-kata sebagai gambaran

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. didasarkan pada Pasal 1 Ayat (1), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Transkripsi:

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM Match Day 2 KONSEP ILMU, ILMU HUKUM DAN HUKUM A. ILMU Apa ilmu itu?. Dalam thesaurus Bahasa Indonesia, Ilmu diartikan sebagai (1) bidang, disiplin, keahlian, lapangan, lingkungan, sains; (2) kemahiran, kepandaian, kesaktian, keterampilan, pengetahuan. 1 Sjachran Basah mengatakan: ilmu ialah sesuatu yang didapat dari pengetahuan dan pengetahuan ini diperoleh dengan berbagai cara. Tidak semua pengetahuan itu merupakan ilmu, sebab setiap pengetahuan itu baru dinamakan ilmu kalau ia memenuhi syaratsyaratnya. 2 Pengetahuan itu banyak ragamnya,meliputi berbagai hal yang sejauh mungkin orang dapat mengetahui dari pengalaman-pengalaman dan keterangan-keterangan. Pada tahap permulaan memang setiap ilmu yang melaiputi berbagai masalah dirangkum dalam falsafah. Falsafah inilah yang harus menjawab pertanyaan-pertanyaan pendahuluan dari ilmu itu. Ia menjawab masalah, apa sebenarnya ilmu pengetahuan itu. 3 Dalam berbagai referensi mengenai filsafat ilmu diajarkan bahwa ilmu pengetahuan dibagi atas 2 bagian, yaitu: (1) ilmu itu sendiri, yakni terdiri atas teori-teori sebagai hasil renungan (kontemplasi) dan hasil-hasil penelitian ilmiah, misalnya ilmu sosial, ilmu alam dan sebagainya; (2) Pengetahuan, yakni keterampilan-keterampilan yang berhasil dimiliki manusia untuk kehidupannya, seperti keterampilan menjahit pakaian, keterampilan mengemudikan mobil dan sebagainya. Pada dasarnya setiap ilmu memiliki 2 macam objek, yaitu objek materiel dan objek formal. Objek materiil adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran, megara adalah objek material ilmu negara, norma adalah objek material ilmu hukum. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. 4 1 Tim Redaksi Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008, Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, hlm.198. 2 I Gde Pantja Astawa&Suprin Na a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, Refika Aditama, Bandung, hlm.19. 3 Ibid. 4 Ibid., hlm.20.

Dalam bagian akhir sub-bab, I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na a, setelah memberikan uraian mengenai perbedaan antara ilmu dan teori menyimpulkan bahwa teori adalah elemen dari ilmu, sedangkan ilmu adalah kumpulan dari teori-teori. 5 Tidak bijak jika hanya memahami ilmu dari satu literatur saja. Soedjono Dirdjosisworo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum juga memberikan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan. Adapun salah satu definisi tentang ilmu adalah bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan. Atau ilmu adalah kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan. Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metoda pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindera manusia. 6 Masih dalam Buku yang sama, ciri-ciri yang pokok yang terdapat pada pengertian ilmu itu adalah: 7 1. Bahwa ilmu itu rasional (dihasilkan dari sebuah ketertundukan kepada logika formal) 2. Bahwa ilmu itu bersifat empiris (harus dapat ditundukkan kepada pemeriksaan atau pada verifikasi pancaindera manusia) 3. Bahwa ilmu itu bersifat umum (kebenaran-kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu itu dapat diverifikasikan oleh peninjau-peninjau ilmiah yang mempunyai hak dan kemampuan melakukan itu. Kebenaran-kebenaran yang dihasilkan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasiakan, melainkan memiliki nilai sosial dan kewibawaan ilmiah serta diselidiki dan dibenarkan validitasnya oleh sebanyak mungkin ahli dalam bidang ilmu tersebut) 4. Bahwa ilmu itu bersifat akumulatif (kelanjutan dari ilmu yang telah dikembangkan sebelumnya). B. ILMU HUKUM Setelah memahami yang dimaksud dengan ilmu atau ilmu pengetahuan, maka saatnya untuk memasuki area yang lebih dalam lagi yaitu memahami Ilmu Hukum. Apa itu ilmu hukum?. Terdapat beberapa pemahaman yang diberikan oleh beberapa ahli hukum untuk mendefinisikan atau menjelaskan ilmu hukum. Berikut definisi/penjelasan yang dimaksud sebagaimana dikutip dari beberapa literatur: 5 Ibid., hlm.25. 6 Soedjono Dirdjosisworo, 2010, Pengantar Ilmu Hukum, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.63-64. 7 Ibid., disarikan dari hlm.64-69.

1. Buku Pengantar Ilmu Hukum (Peter Mahmud Marzuki) 8 Dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum, Peter Mahmud Marzuki memulai dengan menuliskan ungkapan lama quot homines, tot sententiae yang artinya sebanyak jumlah manusia itulah banyaknya pengertian. Dalam Bahasa Inggris ilmu hukum disebut jurisprudence, dalam Bahasa Belanda ilmu hukum adalah rechtwetenchap, dalam Bahasa Prancis disebut theorie generale du droit, Bahasa Jerman secara bergantian menyebutnya sebagai jurisprudenz dan rechtswissenschaft. Beberapa penulis berbahasa Inggris ada yang menyebut ilmu hukum sebagai the science of law atau legal science. Membaca keseluruhan Bab 1 tentang Karakteristik Ilmu Hukum dalam buku Peter Mahmud Marzuki ini akan diketemukan berbagai pergulatan mengenai makna atau esensi ilmu hukum itu sendiri. Sejarah timbulnya ilmu hukum dan berbagai pendapat berikut tokohtokoh yang mencetuskannya diulas dalam bab tersebut. Dari penelusuran sejarah perkembangan ilmu hukum, terdapat 3 hal penting yang dikemukakan, pertama, ilmu hukum lahir sebagai suatu ilmu terapan. Kedua, ilmu hukum mempelajari aturan-aturan yang ditetapkan oleh penguasa, putusan-putusan yang diambil dari sengketa yang timbul, dan doktrin-doktrin yang dikembangakan oleh ahli hukum. Ketiga, metode yang digunakan di dalam ilmu hukum adalah penalaran (analisis, sinetsis, dan dialektika) yang menghasilkan prinsip-prinsip hukum yang bersifat umum. Selain itu, Peter Mahmud Marzuki berpendapat bahwa ilmu hukum merupakan disiplin bersifat sui generis (bahasa Latin yang artinya hanya satu untuk jenisnya sendiri). Peter Mahmud Marzuki menolak ilmu hukum dimasukkan dalam klasifikasi studi yang bersifat empiris, ilmu sosial atau ilmu humaniora. Titik anjak dalam mempelajari hukum adalah memahami kondisi intrinsik aturan-aturan hukum. Hal inilah yang membedakan ilmu hukum dengan disiplin-disiplin lain yang objek kajiannya juga hukum. Disiplin-disiplin lain tersebut memandang hukum dari luar, dengan melihat kondisi intrinsik aturan hukum, ilmu hukum mempelajari gagasan-gagasan hukum yang bersifat mendasar, universal, umum, dan teoritis serta landasan pemikiran yang mendasarinya. Karakter ilmu hukum bersifat preskriptif dan terapan. 2. Buku Pengantar Ilmu Hukum (Soedjono Dirdjosisworo) Secara garis besar ilmu hukum dapat dijelaskan sebagai berikut: 9 a. Ilmu hukum adalah pengetahuan mengenai masalah yang bersifat manusiawi, pengetahuan tentang benar dan yang tidak benar menurut harkat kemanusiaan; b. Ilmu yang formal tentang hukum positif; 8 Disarikan dari Peter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, hlm.1-39. 9 Soedjono Dirdjosisworo, op.cit.,hlm 46-48.

c. Sintesa ilmiah tentang asas-asas yang pokok dari hukum; d. Penyelidikan oleh para ahli hukum tentang norma-norma, cita-cita dan teknik-teknik hukum dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari berbagai disiplin di luar hukum yang mutakhir; e. Ilmu hukum adalah nama yang diberikan kepada suatu cara untuk mempelajari hukum suatu penyelidikan yang bersifat abstrak, umum, dan teoritis, yang berusaha mengungkapkan asas-asas yang pokok dari hukum; f. Ilmu hukum adalah ilmu tentang hukum dalam seginya yang paling umum. Segenap usaha untuk mengembalikan suatu kasus kepada suatu peraturan, adalah kegiatan ilmu hukum, sekalipun nama yang umumnya dipakai dalam bahasa Inggris dibatasi pada artiannya sebagai aturan-aturan yang paling luas dan konsep yang paling fundamental; g. Teori ilmu hukum menyangkut pemikiran mengenai hukum atas dasar yang paling luas. h. Suatu diskusi teoritis yang umum mengenai hukum dan asas-asas sebagai lawan dari studi mengenai peraturan-peraturan hukum yang konkrit; i. Ia meliputi pencarian ke arah konsep-konsep yang tuntas yang mampu untuk memberikan ekspresi yang penuh arti bagi semua cabang ilmu hukum; j. Ilmu hukum adalah pengetahuan hukum tentang hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya; k. Pokok bahasan ilmu hukum adalah luas sekali meliputi hal-hal yang filsafati, sosiologis, historis maupun komponen-komponen analitis dari teori hukum; l. Ilmu hukum berarti setiap pemikiran yang teliti dan berbobot mengenai semua tingkatan kehidupan hukum, asal pemikiran itu menjangkau keluar batas pemecahan terhadap suatu problem yang konkrit, jadi ilmu hukum meliputi semua macam generalisasi yang jujur dan dipikirkan masak-masak di bidang hukum. Dengan berbagai pendapat tersebut (f dan l adalah pandangan Satjipto Rahardjo) maka akan semakin jelaslah mengenai ruang lingkup yang dipelajari oleh ilmu hukum. Termasuk dalam ilmu hukum ini adalah: a. Ilmu kaidah, yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. b. Ilmu pengertian, yakni ilmu tentang pengertian-pengertian pokok dalam hukum, seperti misalnya subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan obyek hukum. c. Ilmu kenyataan, yakni menyoroti hukum sebagai kelakuan atau sikap tindak, yang antara lain dipelajari dalam sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum (Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto, 1978).

C. HUKUM Tidak mudah untuk merumuskan definisi atau menjawab pertanyaan apakah hukum itu?. Dalam perkembangannya justru memunculkan dua kubu yang berbeda pendapat. Pendapat pertama diantaranya menyatakan bahwa tidak mungkin memberikan definisi tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat memadai kenyataan. Kubu ini dipengaruhi oleh pendapat beberapa pakar hukum, salah satunya adalah I.Kisch yang mengatakan doordat het recht onwaarneembaar is onstaat een moelijkheid bij het vinden van een algemeen bevredigende definitie, Oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap pancaindera, maka sukar membuat suatu definisi hukum yang memuaskan umum. 10 Kubu ini dapat dibenarkan, apalagi jika kembali ke ungkapan lama yang ditulis oleh Peter Mahmud Marzuki di atas, ditanyakan pada 100 orang tentang definisi hukum bisa jadi 100 definisi yang didapatkan. Sulit untuk mencari definisi hukum yang definitif atau tunggal. Coba simak buku berjudul Teori Hukum;Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi yang ditulis oleh Bernard L.Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y.Hage, dalam buku tersebut terdapat sekitar 48 definisi hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pendapat kedua mengatakan bahwa definisi itu ada manfaatnya, sebab pada saat itu juga dapat memberi sekedar pengertian pada orang yang baru mulai tentang apa yang dipelajarinya, setidak-tidaknya digunakan sebagai pegangan. 11 Kubu ini juga benar adanya, penting bagi seseorang yang baru memulai belajar ilmu hukum atau bagi masyarakat awam mengetahui atau setidaknya memiliki gambaran yang jelas mengenai definisi hukum. Oleh karena itu lebih bijak jika dirumuskan unsur-unsur dan ciri-ciri yang terkandung dari beraneka ragam pendapat tentang definisi hukum. Unsur-unsur tersebut antara lain: 12 1. peraturan mengenai tingkah laku manusia; 2. peraturan itu dibuat oleh badan berwenang; 3. peraturan itu bersifat memaksa, walaupun tidak dapat dipaksakan; 4. peraturan itu disertai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan oleh yang bersangkutan. Sedangkan ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 13 1. adanya suatu perintah, larangan, dan kebolehan; 2. adanya sanksi yang tegas. MP7 10 Dudu Duswara Machmudin, 2010, Pengantar Ilmu Hukum, Refika Aditama, Bandung, hlm.6-7. 11 Ibid., hlm.7. 12 Ibid., hlm.9. 13 Ibid.