Manajemen Risiko 248 Laporan Tahunan Adira Finance 2010 Adira Cinta Indonesia d Manajemen Risiko.indd 248 4/17/11 9:29:50 PM



dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Bank Danamon Laporan Tahunan Manajemen Risiko & Tata Kelola Perusahaan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE (ADMF) TBK

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

Agenda. 1. Laporan tahunan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Multi Finance Tbk ( Adira Finance atau Perusahaan ) yang didirikan sejak tahun

PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE Tbk Paparan Publik Tahunan. Jakarta, 17 Mei 2013

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Diskusi dan Analisis Manajemen

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

Agenda. Ikhtisar Keuangan Tahun Kinerja Keuangan Triwulan I Tanya Jawab

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk Paparan Publik

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

I. PENDAHULUAN. akan barang dan jasa juga semakin meningkat. Kebutuhan suatu kendaraan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/ 9 /PBI/2004 TENTANG TINDAK LANJUT PENGAWASAN DAN PENETAPAN STATUS BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Tinjauan Keuangan Laporan Ta T hunan 2005

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERANAN BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Oleh Eli Ratnaningsih

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

I. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Laporan Manajemen. Ikhtisar Utama. Aktiva Kredit Bermasalah

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

REPRESENTASI MANAJEMEN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh. atau kegiatan membutuhkan modal untuk membayar usaha yang

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

Paparan Publik Tahunan, 7 Mei PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE Tbk

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

Transkripsi:

Manajemen Risiko 248 Laporan Tahunan Adira Finance Manajemen Risiko.indd 248 4/17/11 92950 PM

Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian risiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah menghindari risiko, memindahkan risiko, mengurangi efek negatif risiko dan menampung sebagian atau seluruh konsekuensi atas risiko tertentu. Secara umum, setiap perusahaan tentunya memiliki kesadaran akan adanya risiko dan kesadaran pengelolaan atas risiko tersebut. Pengertian risiko sendiri adalah kekhawatiran adanya suatu peristiwa di masa depan yang kemungkinan akan berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran yang sudah ditentukan perusahaan. Sebelum peristiwa tersebut terjadi, manajemen setiap perusahaan akan melakukan dan mempersiapkan langkahlangkah antisipasi, baik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya, maupun untuk memitigasi dampaknya. Sasaran yang sudah ditetapkan menjadi hal yang sangat penting bagi Adira Finance dan keberhasilan Perusahaan dalam mencapai sasaran tersebut tergantung antara lain pada seberapa baik kemampuan Perusahaan mengelola risikorisiko yang dihadapi. Adira Finance dalam Prinsip Mengelola Risiko Perusahaan secara berkesinambungan melakukan langkah penyempurnaan implementasi manajemen risiko pada tahun dengan strategi sebagai berikut 1. Penyempurnaan Implementasi Manajemen Risiko a. Perusahaan terus menyesuaikan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko sesuai dengan perkembangan terkini. b. Penyempurnaan implementasi manajemen risiko dilakukan sesuai kaidah sistem manajemen mutu, yang mencakup kebijakan, prosedur dan instruksi kerja manajemen risiko. c. Enterprise Risk Management adalah proses manajemen risiko yang diawali dengan pendefinisian risk appetite dan risk tolerance oleh Manajemen Perusahaan. Pendefinisian ini merupakan aktivitas yang menjadi satu kesatuan di dalam proses perencanaaan bisnis Perusahaan, baik perencanaan tahunan maupun perencanaan jangka panjang. Tanjung Papuma Jember Dwi Aryawan (BM Gresik) Laporan Tahunan Adira Finance 249 Manajemen Risiko.indd 249 4/17/11 92951 PM

Manajemen Risiko 2. Penggunaan Perangkat Lunak Manajemen Risiko Untuk menunjang kelancaran arus informasi dan komunikasi risiko, Perusahaan mengimplementasikan perangkat lunak manajemen risiko dan terus mengembangkannya sesuai dengan dinamika usaha Perusahaan. Dengan adanya perangkat lunak manajemen risiko diharapkan proses pengelolaan risiko menjadi melekat dalam kegiatan seharihari oleh pihak yang terkait. Kultur Perusahaan Salah satu kultur Adira Finance adalah Striving for Excellence, yang mana Perusahaan selalu berusaha menjadi yang terbaik di dalam industrinya. Hal ini bisa terlihat dari kinerja Perusahaan yang terus mengalami pertumbuhan, sehingga risk exposure level harus terus dipantau. Untuk itu, Perusahaan telah merumuskan beberapa prinsip dalam mengelola risiko, yang terus dikembangkan dan telah melekat menjadi budaya di dalam Perusahaan Early alert identifikasi risiko sedini mungkin sehingga proses pencegahan dan tata kelola risiko dapat ditentukan dan dilaksanakan secara tepat sasaran; Kehatihatian prinsip kehatihatian dan pertimbangan yang matang dalam seleksi pendahuluan terhadap calon konsumen sehingga dapat menekan tingkat risiko ke tingkat yang bisa diterima Zero tolerance sikap tidak ada toleransi terhadap tindakantindakan yang dapat berdampak negatif terhadap Perusahaan; dan Akuntabilitas pengambilan risiko tetap mengikuti batasanbatasan yang telah ditetapkan, sesuai dengan kapasitas masingmasing komponen Perusahaan dan pertanggungjawaban yang jelas atas tindakantindakan yang diambil kepada Manajemen Perusahaan dan instansi berwenang. Keempat prinsip diatas tergambar dengan jelas dalam nilai korporat yang ditanamkan dalam Perusahaan, salah satu contohnya adalah lewat penanaman akan nilai Proud not to Fraud sedini mungkin, misalkan dalam orientasi karyawan baru, kesadaran akan bahaya dari kecurangan itu sendiri dan dorongan agar karyawan melakukan tindakan proaktif terkait hal ini melalui slogan Kecurangan Kenali, Laporkan dan Hentikan! Adira Finance dalam Penerapan Manajemen Risiko Mengingat bahwa penerapan praktik manajemen risiko yang baik dapat mendukung kinerja dari perusahaan pembiayaan, maka manajemen risiko selalu menjadi elemen pendukung penting bagi Adira Finance dalam menjalankan roda bisnisnya. Sasaran dan tujuan utama dari diterapkannya praktik manajemen risiko di Adira Finance adalah untuk menjaga dan melindungi Perusahaan melalui pengelolaan risiko kerugian yang mungkin timbul dari berbagai aktivitasnya serta menjaga tingkat risiko agar sesuai dengan arahan yang sudah ditetapkan oleh Perusahaan. Strategi untuk mendukung sasaran dan tujuan dari manajemen risiko diwujudkan dengan pembentukan dan pengembangan budaya risiko yang kuat, penerapan praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik, pelestarian nilainilai kepatuhan terhadap regulasi, infrastruktur yang memadai, serta proses kerja yang terstruktur dan sehat. Budaya risiko yang kuat ini diciptakan dengan membangun kesadaran risiko yang kuat dimulai dari Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat Senior sampai kepada seluruh karyawan Perusahaan. Tata Kelola Perusahaan yang Baik disosialisasikan dan dikembangkan secara menyeluruh pada semua komponen dan aktivitas Perusahaan serta dilaksanakan dengan tanpa kompromi, nilainilai kepatuhan terhadap peraturan yang ada dan berlaku harus dibudayakan dan melekat pada semua karyawan Perusahaan yang dipimpin oleh jajaran Manajemen Perusahaan, infrastruktur risiko dibangun melalui tersedianya kebijakan dan proses yang tepat dan sesuai dengan kondisi terkini, pengembangan sistem dan database risiko yang berkelanjutan, serta teknik dan metodologi pengelolaan yang modern. Membangun proses dan kemampuan risiko yang sehat dan kuat adalah sebuah pengkajian yang berkesinambungan terhadap tujuan daripada penanganan risiko serta berbagai aktivitas yang menyangkut penanganan risiko, seperti identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. 250 Laporan Tahunan Adira Finance Manajemen Risiko.indd 250 4/17/11 92951 PM

Manajemen Risiko Fungsi manajemen risiko juga berkewajiban untuk menjaga arahan risiko yang dapat diterima dan disetujui oleh Dewan Komisaris dan Direksi dengan tetap berpedoman dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan usaha. Tahun ini merupakan kelanjutan dari tahuntahun sebelumnya terkait dengan Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak, yang mana Adira Finance melaksanakan dalam kapasitasnya sebagai Perusahaan Anak dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk, pemegang saham pengendali Perusahaan. Aktivitas ini mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia No. 8/6/PBI/ tertanggal 30 Januari, yang mana penerapan manajemen risiko Perusahaan merupakan pendekatan terpadu dan konsisten dalam melakukan penelaahan, pengukuran, pemantauan dan pengelolaan risiko terhadap seluruh komponen kelompok Perusahaan. Lebih lanjut, kemitraan antara Perusahaan dengan Perusahaan Induk merupakan hal yang sangat penting, mengingat keduanya menghadapi tantangan regional dan global yang sama dalam mengelola pertumbuhan bisnis yang cepat dan dalam suasana kompetisi yang ketat, namun pada saat yang bersamaan harus tetap mampu menyelenggarakan praktek bisnis tersebut berdasar dan mengacu kepada prinsip kehatihatian. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan, Manajemen Adira Finance memiliki komitmen penuh untuk menerapkan manajemen risiko secara komprehensif yang secara esensi mencakup kecukupan kebijakan, prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Perusahaan tetap dapat terarah dan terkendali pada batasan risiko yang dapat diterima, serta tetap menguntungkan Perusahaan. Direktorat Manajemen Risiko yang berperan secara aktif dalam mengkoordinasikan tindakantindakan pencegahan, proaktif dan responsif dengan seluruh karyawan dari berbagai tingkatan yang ada di dalam Perusahaan untuk mendukung penerapan manajemen risiko ini, karena semua bagian di dalam Perusahaan masingmasing akan memainkan peranan penting. Dalam penerapan manajemen risiko, Perusahaan menyadari pentingnya untuk memiliki sebuah mekanisme yang memadai dalam mengakomodasi risikorisiko yang dihadapi oleh Perusahaan. Adira Finance memiliki suatu mekanisme yang bertumpu pada 4 (empat) pilar manajemen risiko, yang dapat diuraikan sebagai berikut PILAR I Pengawasan Aktif dari Dewan Komisaris dan Direksi PILAR IV Pengendalian Internal PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PILAR II Kebijakan dan Penerapan Batasan PILAR III Identifikasi, Pengukuran, Pengawasan dan Sistem Informasi Manajemen Laporan Tahunan Adira Finance 251 Manajemen Risiko.indd 251 4/17/11 92951 PM

Manajemen Risiko Pilar I Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi Pengawasan aktif tersebut tercermin sejak perencanaan bisnis tahunan, yang mencakup Menyetujui dan melakukan evaluasi kebijakan manajemen risiko secara berkala; Melakukan evaluasi dan menyetujui aktivitas yang memerlukan persetujuan dari Dewan Komisaris atau Direksi; Menetapkan kebijakan dan strategi manajemen risiko termasuk penetapan otoritas dalam pemberian batasan serta tinjauan atas kualitas portofolio secara berkala; Terdapatnya Komite Audit dan Manajemen Risiko sebagai organ Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasannya; dan Membentuk komite yang terkait dengan penerapan manajemen risiko yaitu Komite Manajemen Risiko. Kerangka konsolidasi manajemen risiko dengan Perusahaan Induk terselenggara mengingat terdapatnya wakil dari Perusahaan Induk dalam jajaran Dewan Komisaris Perusahaan. Kerangka tersebut juga dilaksanakan melalui pemeriksaan kinerja secara berkala oleh Perusahaan Induk terhadap Adira Finance, menyangkut kinerja keuangan, pengawasan sistem informasi akuntansi, serta tingkat kesehatan dan profil risiko dari aset pembiayaan Perusahaan. Pilar II Kebijakan dan Penerapan Batasan Perusahaan menyusun kebijakankebijakan terkait manajemen risiko yang diperiksa secara berkala dan selalu disesuaikan dengan keadaan usaha terkini. Kebijakan tersebut diterjemahkan ke dalam Prosedur Operasi Standar dan Memo Internal yang disosialisasikan kepada seluruh karyawan. Perusahaan juga memiliki kebijakankebijakan mengenai batasan persetujuan/otorisasi untuk transaksi kredit maupun yang bukan transaksi kredit. Kerangka konsolidasi manajemen risiko dengan Perusahaan Induk terselenggara mengingat Perusahaan mendapatkan persetujuan dari Perusahaan Induk untuk pengajuan batasan baru maupun adanya proses pemeriksaan tahunan atas program kredit. Kebijakan pencadangan kerugian piutang Perusahaan juga sejalan dengan kebijakan pencadangan pada Perusahaan Induk yang sesuai dan patuh terhadap Peraturan Bank Indonesia (selaku regulator Perusahaan Induk). Pilar III Identifikasi, Pengukuran, Pengawasan dan Sistem Informasi Manajemen Adira Finance memiliki perangkat untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengawasi risiko terutama risiko kredit dan risiko operasional melalui mekanisme pelaporan dan sistem informasi manajemen yang ada serta melalui pertemuan berkala Komite Audit dan Manajemen Risiko Adira Finance. Selain itu, sistem teknologi informasi utama Perusahaan (Ad1Sys) mampu menyediakan data/informasi secara cepat dan akurat kepada pihak Manajemen, Perusahaan Induk atau pihak ketiga yang terkait lainnya. Kerangka konsolidasi manajemen risiko dengan Perusahaan Induk terlaksana melalui penyampaian paparan risiko Perusahaan yang ada secara berkala kepada Komite Manajemen Risiko Perusahaan Induk, termasuk penyampaian laporan berkala terkait aspek kepatuhan, hukum dan lainnya kepada Perusahaan Induk. Pilar IV Pengendalian Internal Adira Finance memiliki Divisi Audit Internal yang secara independen melaporkan proses dan hasil pemeriksaannya kepada Dewan Komisaris dan Direktur Utama. Akuntabilitas dari Divisi Audit Internal mencakup Menyediakan penilaian atas kecukupan dan efektifitas dari semua proses yang ada di dalam Perusahaan; 252 Laporan Tahunan Adira Finance Manajemen Risiko.indd 252 4/17/11 92951 PM

Manajemen Risiko Melaporkan masalahmasalah penting yang terkait dengan proses pengendalian aktivitasaktivitas di dalam Perusahaan termasuk perbaikan yang potensial terhadap prosesproses tersebut; dan Koordinasi dengan fungsi pengendali dan pengawasan lainnya (manajemen risiko, kepatuhan, hukum dan audit eksternal). Kerangka konsolidasi manajemen risiko dengan Perusahaan Induk dicerminkan dengan dilaksanakannya juga audit reguler/audit Teknologi Informasi/audit terintegrasi kepada unitunit di Adira Finance oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Perusahaan Induk. Adira Finance dan RisikoRisiko yang Dihadapi Dalam aktivitas usaha Perusahaan terdapat prosesproses identifikasi, pengukuran, pengelolaan, pengawasan dan kontrol atas risiko yang material, yang didukung oleh Sistem Informasi Manajemen Perusahaan yang dapat diandalkan. Sebagai perusahaan pembiayaan, Adira Finance menyadari bahwa penerapan manajemen risiko adalah hal yang mutlak harus dilakukan demi kebaikan dan keuntungan Perusahaan dan seluruh pemangku kepentingan. Dalam penerapannya, Perusahaan banyak mengadopsi dan mengakomodasi pola yang diterapkan oleh sektor perbankan sebagai sektor usaha di Indonesia yang dianggap paling mapan dan lebih berpengalaman dalam penerapan konsep manajemen risiko, mengingat juga perlu diterapkannya kerangka konsolidasi manajemen risiko antara Perusahaan dengan Perusahaan Induk, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/6/PBI/ tertanggal 30 Januari. Perusahaan menghadapi tantangan terhadap beberapa risiko, baik yang merupakan faktor internal maupun eksternal, diantaranya adalah 1. Risiko Kredit Risiko kredit merupakan risiko utama karena Perusahaan bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen, yang mana Perusahaan menawarkan jasa kredit bagi masyarakat yang hendak memiliki kendaraan bermotor. Secara langsung, Perusahaan menghadapi risiko seandainya konsumen tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam melunasi kredit sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara konsumen dengan Perusahaan. Risiko kredit merupakan risiko yang tidak bisa dihindari, namun dapat dikelola hingga pada batasan yang bisa diterima. Perusahaan telah memiliki kebijakan dalam menghadapi risiko ini. Dimulai dari proses awal penerimaan aplikasi kredit yang selektif dan ditangani dengan prinsip kehatihatian, yang mana aplikasi kredit akan melalui proses survei dan analisa kredit untuk kemudian disetujui oleh Komite Kredit. Perusahaan juga menerapkan Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan No. 45/KMK.06/2003 tanggal 30 Januari 2003 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank, yang telah dirubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 74/PMK.012/ tanggal 31 Agustus dan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep2833/LK/2003 tanggal 12 Mei 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga Keuangan Non Bank. Hasil dari pengelolaan risiko ini, dapat dilihat dari tren tingkat kredit bermasalah Perusahaan yang stabil terlihat pada tahun 2004, 2005,, 2007, dan 2009 masingmasing sebesar 1,1%; 1,7%; 1,1%; 1,0%; 0,8% dan 0,9%. Lebih lanjut, tingkat kredit bermasalah Perusahaan pada tahun adalah sebesar 1,2%. Hal ini membuktikan bahwa strategi dan budaya risiko yang dibentuk dan dibangun sejalan dengan tujuan serta perilaku usaha Perusahaan. 2. Risiko Operasional Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal Laporan Tahunan Adira Finance 253 Manajemen Risiko.indd 253 4/17/11 92951 PM

Manajemen Risiko yang mempengaruhi operasional perusahaan. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Perusahaan sangat perduli terhadap risiko operasional, karena jika terdapat permasalahan yang timbul sehubungan dengan risiko ini bisa berdampak dan berpengaruh luas bagi kinerja Perusahaan secara keseluruhan. Secara umum, penanganan risiko operasional dalam Adira Finance dapat diilustrasikan dengan diagram sebagai berikut Identifikasi semua risiko yang melekat dalam setiap produk dan aktivitas operasional. Identifikasi Risiko Tindakan proaktif terhadap risiko sehingga kerugian operasional yang terjadi tidak melewati batasan yang telah ditentukan dan tidak mengganggu jalannya usaha Perusahaan. Pengelolaan Pengawasan & Pengendalian Risiko Pengukuran Risiko Mengukur profil risiko Perusahaan agar mendapatkan gambaran dari efektifitas penerapan manajemen risiko serta tingkat kepatuhan terhadap prosedur dan kebijakan yang tersedia. Ketiga langkah di atas merupakan satu kesatuan proses yang tidak terpisahkan. Langkah di atas telah diterjemahkan Perusahaan dalam mekanisme manajemen risiko operasional sebagai berikut Risk Control Self Assessment (RCSA) RCSA merupakan suatu konsep manajemen risiko yang dibentuk berdasarkan Prosedur Operasi Standar yang berlaku dalam Perusahaan untuk menelaah dan mengukur besarnya potensi risikorisiko yang berlangsung selama proses internal untuk menghasilkan status risiko operasional dan dilaporkan secara periodik (triwulanan) kepada Perusahaan Induk. Unit kerja yang telah ditetapkan di dalam Perusahaan akan melakukan Self Assessment (Unit SA) dengan menggunakan data Internal Control Self Assessment (ICSA) yang diolah menjadi Laporan Quantitative Self Assessment Result (QSAR). Operational Risk Management System (ORMS) ORMS merupakan implementasi dari kewajiban Perusahaan sebagai Perusahaan Anak dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk untuk melakukan pengendalian risiko operasional dengan cara melakukan pencatatan kejadian berisiko pada saat terjadinya kejadian berisiko tersebut, seperti yang diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/6/PBI/ tertanggal 30 Januari perihal Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak. ORMS adalah sebuah aplikasi intranet berbasis web yang digunakan sebagai alat bantu pengelola risiko operasional yang dirancang agar pencatatan kejadian berisiko dapat dilakukan pada saat terjadinya kejadian berisiko tersebut dan merekamnya ke dalam database. Laporan yang terekam melalui menu laporan tersebut kemudian akan dipindahkan ke dalam aplikasi ORMS Perusahaan Induk sebagai bentuk dari perwujudan konsolidasi Laporan Risiko Operasional Bank. 254 Laporan Tahunan Adira Finance Manajemen Risiko.indd 254 4/17/11 92952 PM

Manajemen Risiko Ilustrasi dari kerangka Manajemen Risiko Perusahaan terkait dengan 2 (dua) jenis risiko utama di atas adalah sebagai berikut Manajemen Risiko (Optimalisasi Risiko vs Pendapatan) Manajemen Risiko Kredit Proses dan Perangkatnya Manajemen Risiko Operasional Membuat program produk/kredit Pelaksanaan Risk Control Self Assessment Penetapan kebijakan kredit Pengelolaan kecurangan Analisis portofolio dan sistem manajemen informasi Tinjauan dan pengawasan kinerja portofolio secara rutin Tinjauan terhadap kebijakankebijakan dan prosedur operasi standar secara rutin Pendelegasian wewenang persetujuan kredit Menetapkan pedoman pengelolaan kelangsungan usaha Usaha 3. Operasi Kredit Penagihan dan Pemulihan Cabang dan Wilayah Operasi dan Teknologi Informasi Keuangan dan Akuntansi Hukum dan Kepatuhan Risiko Pasar Risiko Pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat merugikan perusahaan (adverse movement). Yang dimaksud dengan variabel pasar adalah tingkat bunga dan nilai tukar. Dalam perencanaan usaha Perusahaan, risiko pasar yang memiliki dampak langsung kepada Perusahaan adalah dalam hal pengelolaan tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga acuan akan menjadi risiko pada saat perubahannya, terutama ketika tingkat bunga dinaikkan, yang menyebabkan kerugian bagi Perusahaan sehingga dapat menyebabkan risiko kredit Perusahaan meningkat. Untuk itu, Perusahaan menerapkan pengelolaan tingkat bunga tetap secara konsisten dengan menyesuaikan tingkat bunga kredit terhadap tingkat bunga pinjaman dan beban dana. Sedangkan untuk sumber pendanaan, salah satunya Perusahaan menerbitkan obligasi yang sebagian besar mempunyai jangka waktu obligasi jangka panjang yaitu 3 (tiga) tahun dengan tingkat bunga tetap dan sumber pendanaan Perusahaan yang terbesar berasal dari skema pembiayaan bersama dengan PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan tingkat bunga tetap dan jangka waktu yang sama dengan piutang pembiayaan konsumen, serta sejumlah kecil pinjaman dari bank swasta nasional dengan tingkat bunga mengambang. 256 Laporan Tahunan Adira Finance Manajemen Risiko.indd 256 4/17/11 92954 PM

Manajemen Risiko Dengan pola aktivitas usaha yang dijalankan Perusahaan saat ini, risiko pasar Perusahaan adalah minimal. Perusahaan tidak mempunyai kegiatan usaha pembiayaan konsumen dalam bentuk maupun menggunakan mata uang asing. 4. Risiko Likuiditas Risiko Likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut a) Risiko Likuiditas Pasar yaitu risiko yang timbul karena perusahaan tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar (market disruption); b) Risiko Likuiditas Pendanaan yaitu risiko yang timbul karena perusahaan tidak mampu mencair kan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Secara umum risiko likuiditas merupakan risiko, yang mana Perusahaan tidak memiliki sumber keuangan yang mencukupi untuk memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Mengingat Perusahaan memperoleh dukungan keuangan yang kuat dari Perusahaan Induk melalui skema pembiayaan bersama, maka risiko ini dapat dikelola dengan baik. Selama ini, Perusahaan memiliki rasio likuiditas yang sangat sehat. Hal ini dapat dilihat dari solvabilitas yakni kemampuan Perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya yang cenderung masih stabil. Perbandingan kewajiban terhadap ekuitas Perusahaan pada tahun dibandingkan dengan tahun 2009,, 2007,, 2005 dan 2004 masingmasing sebesar 1,0; 0,6; 0,8; 1,7; 2,2; 1,3 dan 2,1. Dalam hal perbandingan kewajiban terhadap jumlah aset untuk tahun, 2009,, 2007,, 2005 dan 2004 masingmasing sebesar 0,5; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,6; dan 0,7. 5. Risiko Hukum Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundangundangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. Perusahaan memiliki Divisi Hukum & IAFM yang bertanggung jawab melakukan pengelolaan risiko hukum yang antara lain, meliputi penanganan dan pengelolaan seluruh aspek hukum terkait dengan aktivitas dan operasional Perusahaan, memberikan pertimbangan hukum kepada Manajemen, serta menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian terkait dengan paparan risiko hukum bagi Perusahaan. Dalam struktur organisasi, Divisi Hukum & IAFM bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama Perusahaan, dengan harapan Divisi Hukum & IAFM dapat lebih leluasa dalam melakukan pengelolaan risiko hukum Perusahaan. 6. Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan karena Perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundangundangan dan ketentuan lain yang berlaku. Perusahaan memiliki Divisi Sekretaris Perusahaan yang melakukan pengawasan dan melaporkan semua masalah yang terkait dengan risiko kepatuhan, antara lain memastikan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan/atau Luar Biasa dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar Perusahaan dan ketentuan Bapepam dan LK, memastikan bahwa Perusahaan selalu patuh dengan hukum dan peraturan yang berlaku sebagai perusahaan pembiayaan, memastikan Perusahaan patuh terhadap ketentuanketentuan mengenai Pasar Modal dan Obligasi, menyiapkan pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik dan mengawasi pelaksanaannya, menyiapkan pedoman mengenai Prinsip Mengenal Nasabah dan mengawasi pelaksanaannya, serta menyiapkan ramburambunya. Laporan Tahunan Adira Finance 257 Manajemen Risiko.indd 257 4/17/11 92954 PM

Manajemen Risiko 7. Risiko Reputasi dan Risiko Strategis Risiko reputasi merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Perusahaan atau persepsi negatif terhadap Perusahaan. Sedangkan risiko strategis merupakan risiko akibat tidak tepatnya penetapan dan pelaksanaan strategi Perusahaan, termasuk kurang responsifnya Perusahaan terhadap perubahan eksternal. Mengingat pengelolaan risiko reputasi dan risiko strategis bersifat multidimensi dan mencakup keseluruhan tahapan aktivitas usaha, Manajemen Perusahaan membentuk suatu kelompok kerja khusus yang anggotanya terdiri dari jajaran Pejabat Senior Perusahaan untuk membantu Direksi dalam mengidentifikasi, mengukur, mengelola, termasuk memantau dan mengendalikan kedua jenis risiko tersebut dalam Perusahaan. Pengembangan Manajemen Risiko di Masa yang Akan Datang Pada saat Perusahaan terus membangun kapasitasnya dan mengembangkan bisnisnya di dalam berbagai aspek, hal ini secara otomatis juga akan menambah tantangan Perusahaan terhadap risiko, baik tantangan terhadap risikorisiko yang saat ini telah ada, maupun risikorisiko baru yang muncul. Namun Perusahaan tetap yakin, dengan tersedianya mekanisme pengelolaan risiko yang dinamis, yang dapat sejalan dengan perkembangan Perusahaan dan faktorfaktor eksternal akan membuat Perusahaan selalu tanggap dan siap dalam mengantisipasi dan mengelola setiap risiko yang ada. Mekanisme yang sudah berjalan ini tetap harus terus dikembangkan dan didukung agar penerapannya akan semakin efektif dan efisien, serta beberapa inisiatif strategis telah ditetapkan untuk keperluan tersebut, dengan rincian sebagai berikut Mengembangkan infrastruktur teknologi informasi secara berkesinambungan, yang mampu mengakomodasi aktivitas pengelolaan manajemen risiko; Pembangunan dan pemberdayaan sumber daya manusia di berbagai lapisan dalam aspek kompetensi untuk mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun langkah penanggulangan dan pencegahan risiko; Terus membangun sinergi dengan Perusahaan Induk, salah satunya dalam Pengelolaan Keberlangsungan Usaha yaitu dengan mengantisipasi dan meresponi kondisi tidak terduga, seperti bencana alam ataupun kondisi usaha yang tidak kondusif; Pengembangan dan perbaikan proses operasional internal yang berkesinambungan; dan Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam pengelolaan Perusahaan, dengan mengikuti ketentuanketentuan yang telah ditetapkan oleh instansi berwenang. Kondisi ekonomi di Indonesia memang diprediksi akan terus melanjutkan pertumbuhan pada tahun 2011, namun Perusahaan akan tetap mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi terutama yang terkait dengan risiko yang mempengaruhi kapasitas individu atau pelaku usaha dalam melakukan suatu transaksi atau pembayaran angsuran. Dalam mengantisipasinya, Adira Finance tetap akan melaksanakan dan melanjutkan langkahlangkah terkait manajemen risiko yang telah diimplementasikan, yang mana terbukti berhasil dalam menjaga tingkat risiko Perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut Mempertajam tingkat seleksi calon konsumen dengan penerapan kebijakan dan metodologi yang telah disesuaikan dengan kondisi yang akan dihadapi pada tahun 2011 dengan tujuan menjaga kualitas kredit Perusahaan; Meningkatkan kapasitas serta intensitas penanganan proses pembayaran konsumen dan penanganan kredit bermasalah; dan Mengembangkan instrumeninstrumen pengukuran risiko dengan tujuan agar nilai antisipasi Perusahaan terhadap kondisi usaha dan persaingan terkini selalu dapat dikendalikan secara optimal. 258 Laporan Tahunan Adira Finance Manajemen Risiko.indd 258 4/17/11 92954 PM

Laporan Berkelanjutan Laporan Berkelanjutan 260 Laporan Tahunan Adira Finance Laporan Berkelanjutan.indd 260 4/17/11 93938 PM

Laporan Berkelanjutan Adira Finance sebagai perusahaan pembiayaan nasional menyadari bahwa kelangsungan usaha Perusahaan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar lokasi usaha Perusahaan. Dalam rangka menciptakan kondisi yang kondusif di lingkungan usaha Perusahaan, Adira Finance secara konsisten telah melaksanakan berbagai kegiatan sehubungan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai kegiatankegiatan Tanggung Jawab Sosial yang telah dilaksanakan oleh Perusahaan, maka sebagaimana pada tahun sebelumnya, Laporan Berkelanjutan tahun ini juga kami sajikan secara terpisah. Laporan Berkelanjutan merupakan ringkasan laporan Perusahaan mengenai upayaupaya yang dilakukan oleh Adira Finance dalam rangka mempertahankan kelangsungan usaha Perusahaan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi kepada lingkungan di sekitarnya dan seluruh pemangku kepentingan Perusahaan. Laporan Tahunan Adira Finance 261 Laporan Berkelanjutan.indd 261 4/17/11 93939 PM

Analisis dan Pembahasan Manajemen 262 Laporan Tahunan Adira Finance Analisis Pembahasan Manajemen.indd 262 4/18/11 65137 PM

Tinjauan Umum Kinerja perekonomian Indonesia selama tahun yang lalu memang patut dibanggakan. Produk Domestik Bruto (PDB) triwulanan yang sempat bergerak di bawah 5% pada tahun 2009, akhirnya mampu kembali meningkat pada level di atas 5% pasca krisis ekonomi global. Walaupun PDB tidak setinggi tahuntahun sebelum tahun 2009, yang berada pada level sebesar 6,1% pada tahun. Bank Indonesia terus mempertahankan BI Rate pada level 6,5% hingga penghujung tahun dan hal ini terbukti mampu meningkatkan frekuensi perputaran uang. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terbilang stabil dengan kurs tengah selama tahun berkisar antara Rp 8.924Rp 9.365. Namun demikian, inflasi tahunan ditutup pada level 6,96% atau melebihi target Pemerintah yang sebesar 5%±1%. Walaupun melebihi target, inflasi tahunan tersebut masih dianggap wajar dan masih berada pada tingkat yang kondusif seiring dengan pertumbuhan perekonomian nasional. Beberapa faktor diatas mampu menggerakkan roda perekonomian nasional. Salah satunya adalah industri otomotif yang terlihat telah memperoleh kembali momentum pertumbuhannya, bahkan melebihi kinerja pada tahun. Pulihnya daya beli masyarakat ditanggapi oleh para produsen otomotif untuk meningkatkan investasi di pabrikannya guna meningkatkan kapasitas produksi serta produsen otomotif baru yang melihat Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Akhirnya, pertumbuhan ini menjadi generator yang memacu industri otomotif Tanah Air sehingga berhasil memecahkan rekor penjualan tertinggi yang sempat dicatat pada tahun. Pada penutupan tahun, tercatat jumlah penjualan nasional sepeda motor baru mencapai 7,4 juta unit dan jumlah penjualan nasional mobil baru mencapai 764 ribu unit. Penjualan Nasional Sepeda Motor Baru Pada Tahun (Dalam Unit) 502.944 538.172 608.151 655.513 639.994 652.488 698.863 731.832 479.240 694.885 653.732 542.830 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Sumber Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Penjualan nasional sepeda motor baru terus menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Semula AISI menetapkan target penjualan sepeda motor baru pada tahun sebanyak 6,4 juta unit. Namun pada bulan April, target ini direvisi menjadi sebanyak 6,6 juta unit. Pada pertengahan tahun setelah melihat volume penjualan yang terus meningkat, AISI kembali melakukan revisi menjadi sebanyak 6,8 juta unit dan terakhir menjadi sebanyak 7 juta unit. Selama tahun ini, para produsen pun berlombalomba dalam melepaskan varianvarian baru untuk berbagai tipe demi merebut pangsa pasar Tanah Air dan pada saat yang sama juga memacu kapasitas produksi pabrikan. Penjualan bulanan pun mulai mendekati angka 700 ribu unit pada bulan Juli, salah satu penyebabnya adalah penyelenggaraan acara Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan kembali menembus rekor angka tersebut ketika Lebaran menjelang pada bulan Agustus, yang mana semakin banyak masyarakat yang memilih sepeda motor sebagai kendaraan alternatif untuk mudik. Walaupun sempat turun hingga hampir 35% pada bulan September, namun hal itu merupakan sesuatu yang wajar karena sedikitnya hari kerja efektif. Terlihat penjualan nasional sepeda motor baru kembali stabil pada bulan Oktober dan seterusnya, yang mendekati angka 700 ribu unit. Laporan Tahunan Adira Finance 263 Analisis Pembahasan Manajemen.indd 263 4/18/11 65148 PM

Penjualan Nasional Mobil Baru Pada Tahun (Dalam Unit) 52.831 55.688 65.532 65.232 60.512 70.386 72.090 64.762 49.167 69.129 69.226 69.196 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Sumber Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAKINDO) Sama halnya dengan penjualan sepeda motor baru, penjualan mobil baru pada tahun juga berhasil memecahkan rekornya sendiri, dengan mencatat penjualan nasional mencapai 764 ribu unit pada akhir tahun. Tren penjualan hanya sedikit berbeda dari sepeda motor baru. Penjualan mobil baru mulai menembus angka 70 ribu unit pada bulan Juni, dilanjutkan pada bulan Juli dan mulai menurun pada bulan Agustus. Hal ini disebabkan karena menjelang Lebaran, produsen mulai mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan sehingga terjadi inden hingga 12 bulan. Dengan alasan yang sama dengan penjualan sepeda motor baru, yang mana penjualan mobil baru harus turun dari bulan Agustus hingga bulan September karena kurangnya hari kerja efektif selama bulan tersebut. Namun demikian, penjualan kembali meningkat cukup tajam mendekati angka 70 ribu unit pada bulan Oktober hingga akhir tahun. Tinjauan Operasi per Segmen Usaha Adira Finance didirikan pada tahun 1990 dan memperoleh izin usaha dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 253/KMK.013/1991 tanggal 4 Maret 1991. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah dalam bidang perusahaan pembiayaan meliputi sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan usaha kartu kredit. Pada saat ini, Perusahaan terutama bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen yaitu pembiayaan konsumen sepeda motor dan mobil. Adira Finance memulai tahun dengan sangat baik, yang mana Perusahaan secara konsisten mencatat pertumbuhan penjualan sepeda motor bulanan, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2009 ratarata meningkat pada kisaran 30% hingga melebihi 70%. Pembiayaan baru sepeda motor triwulanan pada tahun 2009 menunjukkan tren meningkat dari triwulan ke triwulan selanjutnya (triwulan I 206.490 unit, triwulan II 235.366 unit, triwulan III 303.216 unit dan triwulan IV 318.099 unit), hal yang sama pun terjadi pada tahun (triwulan I 314.006 unit, triwulan II 404.702 unit, triwulan III 480.353 unit dan triwulan IV 438.550 unit). Pembiayaan Baru Sepeda Motor Adira Finance Pada Tahun (Dalam Unit) 101.479 97.406 115.121 123.667 131.438 149.597 158.364 175.373 146.616 149.127 139.872 149.551 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 264 Laporan Tahunan Adira Finance Analisis Pembahasan Manajemen.indd 264 4/18/11 65209 PM

Pembiayaan Baru Mobil Adira Finance Pada Tahun (Dalam Unit) 4.350 4.644 5.714 5.609 5.587 6.592 7.089 7.671 6.050 7.241 7.456 7.923 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Tren peningkatan juga terjadi dalam pembiayaan mobil pada tahun 2009 (triwulan I 8.767 unit, triwulan II 8.896 unit, triwulan III 10.710 unit, triwulan IV 12.466 unit). Begitu juga dengan pembiayaan mobil secara triwulanan yang mengalami tren peningkatan selama tahun (triwulan I 14.708 unit, triwulan II 17.788 unit, triwulan III 20.810 unit, triwulan IV 22.620 unit). Laba Sebelum Pajak Penghasilan dan Laba Bersih (Dalam Jutaan Rupiah) 1.658.347 1.931.723 2009 1.419.322 1.467.906 1.212.400 1.020.233 660.580 800.819 463.939 559.710 Laba Sebelum Pajak Penghasilan Laba Bersih Perusahaan mencatat laba bersih masingmasing pada tahun, 2007,, 2009 dan sebesar Rp 463.939 juta, Rp 559.710 juta, Rp 1.020.233 juta, Rp 1.212.400 juta dan Rp 1.467.906 juta atau meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya masingmasing sebesar 20,6%; 82,3%; 18,8% dan 21,1% pada tahun 2007,, 2009 dan. Pembahasan Umum Perusahaan melakukan pembiayaan atas kepemilikan sepeda motor dan mobil, baik baru maupun bekas. Sampai dengan saat ini, Perusahaan memiliki 121 kantor cabang, 142 kantor perwakilan, 164 titik pelayanan, 103 kios dan 20 dealer outlet, antara lain di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Jabodetabekser, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sejak berdirinya, Perusahaan menetapkan konsentrasi usahanya pada jasa pembiayaan konsumen khususnya produk kendaraan bermotor. Berbeda dengan perusahaan pembiayaan konsumen lainnya yang hanya mengkhususkan kepada suatu merek atau kendaraan bermotor tertentu, Perusahaan menyediakan pembiayaan atas berbagai jenis merek kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, baik baru maupun bekas dengan tujuan diversifikasi produk. Laporan Tahunan Adira Finance 265 Analisis Pembahasan Manajemen.indd 265 4/18/11 65220 PM

Analisis Laporan Keuangan Analisis dan pembahasan oleh manajemen dibawah ini, khususnya untuk bagianbagian yang menyangkut informasi keuangan Perusahaan, dijabarkan berdasarkan laporan keuangan Perusahaan pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember, 2009, dan 2007 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Widjaja, sebelumnya bernama Kantor Akuntan Publik Siddharta Siddharta & Widjaja (a member firm of KPMG International), dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dalam laporannya masingmasing tertanggal 11 April 2011, 1 Pebruari, 22 April 2009 dan 4 Pebruari. Laporan auditor independen tertanggal 11 April 2011 memuat paragraf penjelasan bahwa sejak tanggal 1 Januari, Perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 (Revisi ), Instrumen Keuangan Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK No. 55 (Revisi ), Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran secara prospektif dan penerbitan kembali laporan auditor independen tertanggal 1 Pebruari 2011 sehubungan dengan penerbitan kembali laporan keuangan perusahaan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember untuk menyesuaikan penyajiannya dengan peraturan pasar modal, dalam rangka Penawaran Umum Obligasi Adira Dinamika Multi Finance V Tahun 2011 dengan Tingkat Bunga Tetap. Laporan auditor independen tertanggal 22 April 2009 memuat paragraf penjelasan tentang penerbitan kembali laporan keuangan Perusahaan pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember untuk menyesuaikan penyajiannya dengan peraturan pasar modal, sehubungan dengan rencana Perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum Obligasi Adira Finance III. Laporan keuangan Perusahaan pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Haryanto Sahari & Rekan (a member firm of PriceWaterhouseCoopers) dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dalam laporannya tertanggal 29 Januari 2007. Beberapa akun dalam laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009,, 2007 dan telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember. (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali %) Keterangan 2007 % 2009 % Jumlah Pendapatan 1.973.909 25,9% 2.484.546 36,0% 3.379.303 16,7% 3.944.766 1,2% 3.897.185 Jumlah Beban 1.313.329 28,2% 1.683.727 16,4% 1.959.981 16,7% 2.286.419 14,0% 1.965.462 Laba Sebelum Pajak Penghasilan 660.580 21,2% 800.819 77,2% 1.419.322 16,8% 1.658.347 16,5% 1.931.723 Beban Pajak Penghasilan 196.641 22,6% 241.109 65,5% 399.089 11,7% 445.947 4,0% 463.817 Laba Bersih 463.939 20,6% 559.710 82,3% 1.020.233 18,8% 1.212.400 21,1% 1.467.906 a. Pendapatan Pendapatan Perusahaan berasal dari pendapatan pembiayaan konsumen, administrasi, denda keterlambatan, pemulihan dari piutang yang dihapusbukukan, pinalti, jasa giro, bunga deposito berjangka dan lainlain. Rincian dari pendapatan Perusahaan untuk tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali %) Keterangan 2007 % 2009 Pembiayaan Konsumen 1.410.771 22,4% 1.726.531 35,0% 2.330.757 19,2% 2.777.866 23,7% 2.118.888 Administrasi 381.815 37,6% 525.530 43,5% 754.357 6,3% 802.093 67,7% 1.345.211 Denda Keterlambatan Pemulihan dari Piutang yang Dihapusbukukan 107.707 45.035 32,2% 44,7% 142.430 65.188 26,8% 16,8% 180.657 76.141 15,2% 2,8% 208.053 78.276 24,3% 17,4% 258.671 91.886 Pinalti 11.903 48,2% 17.636 46,5% 25.829 35,8% 35.080 67,5% 58.745 Jasa Giro 11.022 77,2% 2.518 24,5% 3.136 20,1% 2.505 231,7% 8.310 Bunga Deposito Berjangka 1.724 98,9% 19 12.426,3% 2.380 818,9% 21.871 99,8% 45 Lainlain 3.932 19,4% 4.694 28,8% 6.046 214,6% 19.022 18,9% 15.429 Jumlah 1.973.909 25,9% 2.484.546 36,0% 3.379.303 16,7% 3.944.766 1,2% 3.897.185 266 Laporan Tahunan Adira Finance Analisis Pembahasan Manajemen.indd 266 4/18/11 65220 PM

Jumlah Pendapatan (Dalam Jutaan Rupiah) 3.379.303 3.944.766 3.897.185 2.484.546 1.973.909 2007 2009 5,5% 0,6% 2,3% 0,8% Komposisi Pendapatan 5,7% 2,6% 0,7% 0,3% 19,3% 71,5% 21,2% 69,5% 2007 5,3% 2,3% 0,8% 0,3% 5,3% 2,0% 0,9% 1,1% 22,3% 20,3% 69,0% 70,4% 6,6% 2,4% 1,5% 0,6% 2009 34,5% 54,4% Pemulihan dari Piutang yang dihapusbukukan Jasa Giro, Bunga Deposito Berjangka dan Lainlain Administrasi Pembiayaan Konsumen Pinalti Denda Keterlambatan Laporan Tahunan Adira Finance 267 Analisis Pembahasan Manajemen.indd 267 4/18/11 65233 PM

Pembiayaan Konsumen Pada awal kegiatan usahanya, sebagian besar dari pembiayaan konsumen Perusahaan adalah untuk pembiayaan mobil. Namun demikian setelah krisis yang menimpa ekonomi Indonesia pada tahun 1997, yang mana penjualan nasional mobil baru di Indonesia mencapai titik terendahnya yang hanya sebanyak 58 ribu unit, maka portofolio Perusahaan mulai mengalami penyesuaian dengan lebih terkonsentrasi pada pembiayaan sepeda motor. Hal ini sejalan dengan kondisi masyarakat yang sebagian besar beranggapan bahwa sepeda motor adalah alat transportasi yang praktis dan lebih dapat diupayakan kepemilikannya. 10.3% Komposisi Piutang Pembiayaan Perusahaan 0,0% 9,8% 17.0% 8,8% 13,8% 11,7% 64,7% 63,9% 9,5% 10,4% 2007 14,7% 16,0% 12,4% 63,4% 13,2% 60,4% 10,8% 2009 21,5% Sepeda Motor Baru Sepeda Motor Bekas 54,7% Mobil Baru Mobil Bekas Elektronik 13,0% Seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi setelah krisis tahun 1997, Perusahaan mulai meningkatkan kembali komposisi pembiayaan mobilnya, yang mana sejak tahun 2000, penjualan mobil baru di Indonesia juga mulai meningkat dari 285 ribu unit dan sempat mencatat penjualan tertinggi pada tahun 2005 sebanyak 534 ribu unit. Penjualan mobil baru melambat pada tahun menjadi hanya sebanyak 319 ribu unit akibat kenaikan harga bahan bakar minyak di Indonesia, namun kembali meningkat menjadi 433 ribu unit pada tahun 2007, yang kemudian mencatat penjualan tertingginya sebesar 608 ribu unit pada tahun. Sedangkan pada tahun 2009, penjualan nasional mobil baru kembali menurun menjadi 486 unit atau turun sebesar 20,0% dibandingkan dengan tahun 268 Laporan Tahunan Adira Finance Analisis Pembahasan Manajemen.indd 268 4/18/11 65246 PM

. Penurunan ini disebabkan oleh dampak dari krisis ekonomi global yang telah melemahkan daya beli masyarakat dan juga karena kenaikan harga kendaraan bermotor yang cukup signifikan. Namun demikian, Perusahaan yakin bahwa penjualan nasional mobil baru akan tetap menjanjikan pada tahuntahun yang akan datang. Hal ini yang mendorong Perusahaan untuk meningkatkan kembali komposisi pembiayaan mobil pada. Terbukti penjualan nasional mobil baru pada tahun kembali memecahkan rekor penjualan yaitu sebesar 764 ribu unit atau meningkat signifikan sebesar 57,1% jika dibandingkan dengan tahun 2009. Lebih lanjut, kenaikan kembali komposisi pembiayaan mobil Perusahaan ditunjukkan dengan terjadinya pergeseran proporsi piutang pembiayaan mobil dari tahun ke tahun. Dalam tiga tahun terakhir, proporsi piutang pembiayaan mobil terus meningkat dari sebesar 24,2% pada tahun, menjadi sebesar 26,4% pada tahun 2009 dan kembali meningkat menjadi sebesar 32,3% pada tahun. Dampak Perubahan Harga terhadap Perusahaan dan Laba Usaha Perusahaan Dalam industri pembiayaan (khususnya industri pembiayaan kendaraan bermotor), dampak dari terjadinya perubahan harga merupakan suatu hal yang akan sangat mempengaruhi kinerja dari industri pembiayaan secara langsung maupun tidak langsung. Dampak perubahan harga secara langsung misalnya kenaikan harga yang signifikan atas sepeda motor dan mobil yang terjadi pada tahun 2009, sedangkan dampak perubahan harga secara tidak langsung misalnya kenaikan harga bahan pokok, lonjakan harga bahan bakar minyak dan lainnya. Pada akhir tahun 2005, Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak yang mencapai lebih dari 2 (dua) kali harga sebelumnya untuk mengimbangi kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga bahan bakar minyak ini telah memukul industri otomotif serta menyebabkan penjualan nasional sepeda motor dan mobil pada tahun mengalami penurunan yang signifikan. Dampak dari penurunan penjualan nasional sepeda motor dan mobil ini juga dirasakan oleh industri pembiayaan kendaraan bermotor, yang mana banyak Perusahaan pembiayaan yang mengalami penurunan pada kinerjanya dan tentu saja diikuti dengan penurunan pada laba usaha mereka. Penjualan nasional sepeda motor baru dan mobil baru di Indonesia dalam unit untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut Keterangan 2005 2007 % 2009 % Sepeda Motor 5.074.204 12,8% 4.424.049 6,0% 4.688.263 32,7% 6.219.379 5,9% 5.851.541 26,4% 7.398.644 Mobil 533.922 40,3% 318.573 35,8% 432.583 40,5% 607.660 20,0% 486.056 57,1% 763.751 Sumber AISI dan GAKINDO Adira Finance sebagai salah satu perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor terbesar di Indonesia tentu saja tidak luput dari dampak tersebut. Namun demikian, Perusahaan mampu mengambil langkahlangkah strategis yang dapat meminimalisasi dampak dari perubahan harga terhadap Perusahaan. Perusahaan melakukan analisa dan estimasi setiap kejadian yang mungkin dapat terjadi, terutama yang dapat merugikan atau memperlambat kinerja Perusahaan. Dengan penerapan manajemen risiko Perusahaan yang sudah berjalan dengan baik, Perusahaan dapat melakukan antisipasi bilamana dampak dari perubahan harga tersebut akan terjadi pada masa yang akan datang. Pembiayaan baru untuk sepeda motor dan mobil Adira Finance dalam unit untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut Keterangan Sepeda Motor Baru Sepeda Motor Bekas Mobil Baru Mobil Bekas 2005 534.356 104.414 19.578 19.346 0,9% 38,4% 36,4% 0,2% 539.274 144.470 12.457 19.300 27,5% 55,0% 7,3% 3,7% 2007 687.525 223.887 11.546 20.010 22,8% 16,0% 56,9% 9,5% 844.207 259.619 18.121 21.914 % 8,4% 11,6% 8,1% 10,4% 2009 % 773.395 50,0% 289.776 64,8% 16.651 139,5% 24.188 49,0% 1.160.132 477.479 39.887 36.039 Laporan Tahunan Adira Finance 269 Analisis Pembahasan Manajemen.indd 269 4/18/11 65246 PM