ANALISIS KOMPARATIF PENENTUAN TINGGI DENGAN GPS DAN SIPAT DATAR



dokumen-dokumen yang mirip
Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

PEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

Studi Penurunan Tanah Kota Surabaya Menggunakan Global Positioning System

BAB IV PENGOLAHAN DATA

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

ANALISA PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN KOORDINAT DAN ELEVASI DENGAN ALAT TOTAL STATION DAN GPS GEODETIC DI FOLDER SANGATTA KAB. KUTAI TIMUR ABSTRACT

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

STUDI PENERAPAN MODEL KOREKSI BEDA TINGGI METODE TRIGONOMETRI PADA TITIK-TITIK JARING PEMANTAU VERTIKAL CANDI BOROBUDUR DENGAN TOTAL STATION

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Kinerja Perangkat Lunak Starpoint untuk Pengolahan Baseline GPS Irwan Gumilar, Brian Bramanto, dan Teguh P. Sidiq

BAB I PENDAHULUAN I-1

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI

PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT

ANALISIS TINGGI VERTIKAL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN FASILITAS VITAL DAN PENANGGULANGAN BANJIR

PENENTUAN KOORDINAT GEODETIK TITIK BM PASUT JAWA DARI DATA PENGAMATAN GPS

OPTIMASI JARING PADA PENGUKURAN ORDE-3 MENGGUNAKAN PERATAAN PARAMETER

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN I-1

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

BAB III PENGAMATAN GPS EPISODIK DAN PENGOLAHAN DATA

DAFTAR PUSTAKA. Djunarsjah, E Aspek Teknik Hukum Laut. Diktat Kuliah. Penerbit ITB. Bandung.

Processed: Sabtu, Feb 23, :06:49 08/01/19, 13:10: /01/19, 13:30:55.000

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Jaring kontrol gayaberat

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN DATA CHECKING

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

Kuswondo ( )

PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

DAFTAR PUSTAKA. 2. Google Earth, (2007), Explore, Search and Discover, google.com.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

BAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Permasalahan Jaringan CORS IPGSN dan BPN

APLIKASI PENENTUAN PARAMETER TRANSFORMASI LOKAL BATU HIJAU UNTUK SURVEI DAN PEMETAAN AREA TAMBANG PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

ANALISA PERBANDINGAN ORBIT SATELIT GPS YANG DIPENGARUHI OLEH SPHERICALLY SYMMETRIC ELEMENT KEPLERIAN

STUDI KINERJA PERANGKAT LUNAK LEICA GEO OFFICE 8.1 UNTUK PENGOLAHAN DATA GPS BASELINE PANJANG TUGAS AKHIR. Oleh: SIDIQ PURNAMA AGUNG

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL ORDE-4 MENGGUNAKAN GPS GEODETIK METODE RAPID STATIC DENGAN TOTAL STATION

ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

Pengaruh Waktu Pengamatan Terhadap Ketelitian Posisi dalam Survei GPS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

METODE KALIBRASI RADAR TRANSPONDER ROKET MENGGUNAKAN DATA GPS (CALIBRATION METHOD OF RADAR TRANSPONDER FOR ROCKET USING GPS DATA)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI DAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN DALAM USAHA TRANSPORTASI HASIL PERTAMBANGAN BATUBARA

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana. pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret Surakarta

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

ANALISIS PENYIMPANGAN PADA PENGUKURAN KEMIRINGAN LERENG PENAMBANGAN PT. ANTAM (Persero).Tbk UBPN SULTRA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Gambar 1.1b Area Delta Mahakam

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan

CURRICULUM VITAE. : Joenil Kahar : Padang, 1 Juni, 1938 : Laki-Laki : Kawin : Islam

DAFTAR PUSTAKA Abdurachim, A., 2002, Abidin, H. Z., 1995,

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

Datum dan Ellipsoida Referensi

PENGGUNAAN TITIK IKAT GPS REGIONAL DALAM PENDEFINISIAN STASIUN AKTIF GMU1 YANG DIIKATKAN PADA ITRF Sri Rezki Artini ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Grafik MRE NASA Project.

Pengaruh Sudut Vertikal Terhadap Hasil Ukuran Jarak dan Beda Tinggi Metode Trigonometris Menggunakan Total Station Nikon DTM 352

PEMANTAUAN TITIK KERANGKA DASAR VERTIKAL PEMETAAN UNTUK PEKERJAAN KONSTRUKSI JEMBATAN CABLE STAYED, SUKABUMI, JAWA BARAT

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK )

BLUNDER PENGOLAHAN DATA GPS

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

Drinkwater, M.R., Haagmans, R., Muzi, D. dan Popescu, A "The GOCE gravity mission: ESA's first core earth explorer". 3 rd International

2. Tahapan Penelitian

MODUL 3 GEODESI SATELIT

STRATEGI PENGOLAHAN DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN PENURUNAN TANAH : STUDI PEREDUKSIAN BIAS ATMOSFIR

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No 1 Agustus 2006 ANALISIS KOMPARATIF PENENTUAN TINGGI DENGAN GPS DAN SIPAT DATAR Oleh : Amin Widada Lestariya, ST., M. Sc. dan Dadan Ramdani, ST 1 ABSTRAK GPS heighting merupakan isu yang tetap menarik untuk dikaji. Tinggi (elipsoid) yang dihasilkan dari pengukuran GPS diharapkan bisa menggantikan atau setidaknya memberikan alternatif metode pengukuran tinggi konvensional sipat datar (levelling) yang mahal, timeconsuming, dan tergantung pada ketersediaan infrastruktur jalan. Paper ini mencoba memberikan gambaran perbandingan teknis dan non-teknis kedua metode penentuan tinggi tersebut, baik pada jaringan yang bersifat lokal maupun regional. Mengingat data geoid di Indonesia masih sangat terbatas kualitasnya, maka metode perbandingan yang dipakai dalam studi ini tidak menggunakan data tersebut. ABSTRACT GPS heighting remains an interesting issue to explore. The height derived from GPS measurement (ellipsoidal height) is expected to be able to replace the high cost, time consuming, and highway-dependency of conventional method of leveling. These two height data acquisition methods are compared in this study, both on technical and non-technical aspects, in local network as well as in wider regional network. Since the Indonesian geoid data quality is still limited, those data will not be used in this comparative study. Keywords : GPS heighting, Leveling/sipat datar, Tinggi ellipsoid, Tinggi ortometrik PENDAHULUAN Data tinggi ellipsoid (h) yang dihasilkan dari pengukuran GPS (Global Positioning System) telah lama menarik perhatian para peneliti dan praktisi survei pemetaan, untuk bisa dimanfaatkan secara praktis dengan menurunkannya menjadi tinggi ortometris (H) yang mengacu ke bidang geoid. Pada umumnya para peneliti menggunakan metoda mengkonversi kedua sistem tinggi tersebut dengan memanfaatkan data undulasi geoid (N) melalui persamaan: H = h - N (untuk tinggi absolut), atau dh = dh dn (untuk tinggi relatif) Beberapa studi tentang pemanfaatan tinggi GPS yang telah dilakukan dengan menggunakan strategi di atas antara lain: Angelakis (1999), Dennis, M.L. and W.E. Featherstone (2002), Featherstone, W.E. and K. Alexander (1996), Featherstone, W.E, 1 Amin Widada Lestariya dan Dadan Ramdani ádalah Staf pada Balai Penelitian Geomatika BAKOSURTANAL) 1

Analisis Komparatif Penentuan Tinggi dengan GPS Amin Widada L dan D. Ramdani M.C. Dentith, J.F. Kirby (1998), Fotopoulos G. (2003), Hatjidakis, N. and D. Rossikopoulos (2002), Jäger R. (1999), Jäger R. and J. Kaminski (2003), Poutanen, M. (1999), Poutanen, M. (2000), dan Zilkoski D. B., J. D. D'Onofrio, S. J. Frakes (1997). Khusus untuk kondisi di Indonesia, studi geoid teliti (berskala nasional) sampai saat ini belum bisa optimal karena adanya keterbatasan ketersediaan dan distribusi data gayaberat secara menyeluruh. Oleh sebab itu maka ketelitian geoid yang ada masih terlalu rendah dibandingkan ketelitian tinggi elipsoid yang bisa diperoleh, sehingga dua komponen ini belum bisa diaplikasikan untuk menghasilkan tinggi ortometrik dengan ketelitian yang diharapkan. Strategi lain pemanfaatan tinggi elipsoid dari GPS yang memungkinkan tanpa melibatkan kebutuhan data undulasi geoid adalah dengan memfokuskan pada aspek tinggi relatif (beda tinggi) pada pengamatan GPS. Beberapa peneliti telah membahas strategi ini baik di tingkat teoretis maupun aplikasi praktis, misalnya: Abidin, H.A. (1999), King M., P. Clarke and C. Allinson (2003, Moore T., G. W. Roberts (2001), Phillips H. A., G. Hyland, P. Morgan, R. Coleman, N. Young (1997), serta Schöne, T., M. Pohl, H.W. Schenke (2000). Penelitian tinggi GPS teliti yang dilaksanakan di BAKOSURTANAL tahun 2005 ini diharapkan adalah sebagai langkah awal aplikasi strategi pemanfaatan tinggi GPS tanpa pelibatan data geoid teliti. Penelitian ini menitikberatkan pada perbandingan antara selisih/beda tinggi elipsoid ( h) terhadap nilai tinggi yang dianggap benar yaitu beda tinggi ortometrik ( H) yang diperoleh dari pengukuran sipat datar. Semakin kecil penyimpangan atau deviasi h terhadap H pada titik/pilar TTG (Tanda Tinggi Geodesi) yang diamati oleh kedua metode pengukuran sipat datar dan GPS maka bisa dikatakan bahwa penentuan tinggi secara teliti dengan GPS semakin baik. DATA Studi ini mengambil sampel di dua jaringan GPS-TTG dengan rentang baseline yang berbeda, yaitu (1) jaringan GPS-TTG yang rentangnya mencapai ratusan kilometer di 10 titik yang tersebar di Lampung, Banten, dan Jawa Barat, serta (2) jaringan GPS- TTG yang bersifat lokal dengan rentang hanya beberapa kilometer di 16 titik yang berada di Prigi Jawa Timur. Data tinggi GPS diperoleh dari pengamatan GPS tipe geodetik (Leica SR520-530, Trimble 4000SSE dan Ashtech UZ-12). Untuk jaringan yang bersifat lokal (Prigi, Jawa Timur), pengamatan berlangsung antara 3-6 jam, dilaksanakan pada tahun 2004. Sedangkan jaringan regional yang lebih besar pengamatan berlangsung minimal 24 jam, dilaksanakan pada tahun 2002. Data tinggi ortometrik diperoleh dari pengukuran sipat datar teliti yang dilakukan pada waktu yang bervariasi, yaitu pada tahun 1982 (Banten), tahun 1988 (Lampung), dan 2004 (Prigi, Jawa Timur). Data GPS dihitung dengan perangkat lunak scientific Bernese Version 4.2 dari University of Berne, Swiss. Pada pengolahan data GPS ini digunakan informasi orbit precise ephemeris (berupa IGS Final Orbit) yang disediakan oleh IGS (International GPS Service) dan data penting lainnya yang harus disertakan dalam pengolahan menggunakan 2

Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No 1 Agustus 2006 bernese 4.2. Data tinggi (absolute) GPS yang diperoleh memiliki standar deviasi bervariasi antara 3-8 mm untuk jaringan regional, dan 15-60 mm untuk jaringan lokal. Sebagai pembanding, data GPS jaringan lokal juga diproses dengan perangkat lunak commercial TGO (Trimble Geomatics Office) Version 1.3. Namun demikian, data tinggi (absolute) GPS yang diperoleh dari proses ini memiliki standar deviasi yang jauh lebih kasar, yakni bervariasi antara 66-225 mm. Data sipat datar dihitung secara manual dengan memperhitungkan koreksikoreksi yang diperlukan untuk mendapatkan tinggi dalam sistem ortometrik. Standar deviasi untuk nilai tinggi (absolut) ortometrik ini bervariasi dari 20-30 mm. Data tersebut selengkapnya tersebut bisa di lihat di Gambar 1 dan 2, serta Tabel 1 dan 2 sebagai berikut : Gambar 1. Distribusi stasiun sampel GPS-TTG Lampung-Banten-Jawa Barat 3

Analisis Komparatif Penentuan Tinggi dengan GPS Amin Widada L dan D. Ramdani Tabel 1. Deskripsi data sampel GPS-TTG Lampung-Banten -Jawa Barat No. No Pilar Tinggi Ortometrik/H Std Dev Tinggi Elipsoid/h Std Dev Lokasi 1 TTG-0001 138,4100 0,0000 158,1641 0,0000 Cibinong 2 TTG-0292 24,3300-42,1849 0,0046 Serang 3 TTG-0307 6,2480 0,0221 23,7555 0,0036 Serang 4 TTG-0317 2,0050 0,0230 18,2866 0,0083 Anyer 5 TTG-0349 214,8550 0,0218 267,6332 0,0070 Pandeglang 6 TTG-0372 99,9330-117,0699 0.0038 Rangkasbitung 7 TTG-2369 119,4990 0,0289 133,2682 0,0056 Blambangan Umpu 8 TTG-2384 41,4840 0,0308 57,4644 0,0047 Terbanggi Agung 9 TTG-2413 291,5290 0,0323 304,4060 0,0047 Sukabanjar 10 TTG-2464 4,2530 0,0302 10,2699 0,0055 Marang 4

Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No 1 Agustus 2006 Gambar 2. Distribusi stasiun sampel GPS-TTG Prigi, Jawa Timur Tabel 2. Deskripsi data sampel GPS-TTG Prigi, Jawa Timur No. No Pilar Tinggi Ortometrik/H Tinggi Elipsoid/h Std Deviasi h Lokasi 1 TTG-2001 87,5010 142,3552 0,0354 Prigi-Jatim 2 TTG-2002 85,8230 140,9336 0,0601 3 TTG-2003 84,6220 139,6460 0,0530 4 TTG-2004 84,6480 139,6728 0,0440 5 TTG-2005 85,6640 140,6444 0,0378 6 TTG-2006 89,2810 143,8777 0,0000 7 TTG-2007 90,6590 145,3603 0,0000 8 TTG-2008 94,5170 149,1825 0,0257 9 TTG-2009 102,6340 157,0755 0,0379 10 TTG-2010 282,6930 337,1766 0,0157 11 TTG-2011 319,4780 373,8418 0,0153 12 TTG-2012 298,2960 352,6418 0,0214 13 TTG-2013 144,5220 198,7603 0,0337 14 TTG-2014 32,8830 87,0888 0,0299 15 TTG-2015 7,7400 61,9323 0,0316 16 BPRG 2,2580 56,1109 0,0192 HASIL PERHITUNGAN Dari data tinggi absolut masing-masing stasiun yang tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2 di atas, dihitung beda tinggi (tinggi relatif) antar stasiun. Untuk jaringan I (Lampung-Banten-Jawa Barat), tinggi relatif antar stasiun mengacu ke stasiun TTG- 0001, sedangkan pada jaringan II (Prigi, Jawa Timur) beda tinggi antar-stasiun mengacu ke stasiun sebelumnya, misalnya stasiun TTG-2002 ke TTG-2001, TTG-2003 ke TTG- 2002, dan seterusnya. Perhitungan ini menghasilkan beda tinggi antar stasiun baik dalam nilai ortome maupun geodetiknya. Perbandingan ini tersaji pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut : 5

Analisis Komparatif Penentuan Tinggi dengan GPS Amin Widada L dan D. Ramdani Tabel 3. Tinggi Relatif/Beda Tinggi GPS-TTG Lampung-Banten-Jawa Barat No. No Pilar Beda Tinggi Elipsoid/dh Beda Tinggi Ortometrik/dH Selisih dh - dh 1 TTG-0001 0,0000 0,0000 0,0000 2 TTG-0292-115,9792-114,0800 1,8992 3 TTG-0307-134,4090-132,1620-2,2466 4 TTG-0317-139,8780-136,4050-3,4725 5 TTG-0349 109,4691 76,4450 33,0241 6 TTG-0372-41,0942-38,4770 2,6172 7 TTG-2369-24,8959-18,9110-5,9849 8 TTG-2384-100,7000-96,9260-3,7737 9 TTG-2413 146,2419 153,1190-6,8771 10 TTG-2464-147,8940-134,1570-13,7372 Tabel 4. Tinggi Relatif/Beda Tinggi GPS-TTG Prigi, Jawa Timur No No Pilar Beda Tinggi Elipsoid/dh Beda Tinggi Ortometrik/dH Selisih dh dh 1 TTG-2001 - - - 2 TTG-2002-1,4216-1,678 0,2564 3 TTG-2003-1,2876-1,201-0,0866 4 TTG-2004 0,0268 0,026 0,0008 5 TTG-2005 0,9716 1,016-0,0444 6 TTG-2006 3,2333 3,617-0,3837 7 TTG-2007 1,4826 1,378 0,1046 8 TTG-2008 3,8222 3,858-0,0358 9 TTG-2009 7,8930 8,117-0,2240 10 TTG-2010 180,1011 180,059 0,0421 11 TTG-2011 36,6652 36,785-0,1198 12 TTG-2012-21,2000-21,182-0,0180 13 TTG-2013-153,8815-153,774-0,1075 14 TTG-2014-111,6715-111,639-0,0325 15 TTG-2015-25,1565-25,143-0,0135 16 BPRG -5,8214-5,482-0,3394 6

Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No 1 Agustus 2006 ANALISIS KOMPARATIF Tabel 3 memperlihatkan adanya penyimpangan/deviasi antara nilai beda tinggi elipsoid dengan pembandingnya yaitu nilai beda tinggi ortometrik. Untuk jaringan regional (Lampung-Banten-Jawa Barat), deviasi mencapai 1,9 hingga 33 meter. Deviasi ini masih terlalu besar apabila dibandingkan dengan salah penutup jarak yang diperbolehkan/disyaratkan dalam sebuah jaringan sipat datar orde paling kasar sekalipun (misalnya untuk jarak maksimal 300 km, salah penutup jarak berada dalam kisaran beberapa puluh cm). Dengan kata lain, beda tinggi antar-stasiun yang dihasilkan dari pengamatan tinggi GPS masih berbeda jauh dari beda tinggi yang dihasilkan dari pengukuran sipat datar/levelling. Meskipun demikian beberapa faktor di luar kualitas pengukuran dan pemrosesan data (tinggi) GPS perlu dipertimbangkan juga sebagai kontributor besarnya deviasi, antara lain: lamanya rentang/selisih waktu antara pengamatan GPS (tahun 2003) dan pengukuran sipat datar (tahun 1982/1988) dimana memungkinkan terjadinya perubahan tinggi permukaan pilar, serta adanya fluktuasi undulasi geoid antara stasiun-stasiun yang jaraknya mencapai ratusan kilometer. Sedangkan Tabel 4 memperlihatkan untuk jaringan lokal deviasi bervariasi dari 0.8 mm hingga 38 cm. Deviasi ini relatif lebih mendekati realitas syarat maksimal salah penutup jarak yang diperbolehkan dalam pengukuran sipat datar teliti dengan jarak antar-stasiun berkisar 2-3 km. Dengan kata lain beda tinggi antar-stasiun yang dihasilkan dari pengamatan tinggi GPS walaupun berbeda dari beda tinggi yang dihasilkan dari pengukuran sipat datar/levelling namun masih dalam besaran yang bisa diterima. Sebagai catatan adalah bahwa dari hasil pemrosesan data GPS-nya sendiri menghasilkan standar deviasi tinggi GPS dalam fraksi beberapa cm (lihat Tabel 2), yang mana sebetulnya hasil ini masih bisa ditingkatkan dengan menggunakan metoda pengamatan GPS yang lebih baik dan/atau tambahan lama pengamatan. Seperti disinggung di awal, bahwa data GPS juga diproses dengan perangkat lunak tipe komersial. Walaupun ketelitian yang diperoleh tidak memuaskan (dengan standar deviasi komponen tinggi elipsoid berkisar 66-225 mm), tapi nilai beda tinggi/tinggi relatif antar-titiknya justru lebih baik dibandingkan dengan hasil prosesing data GPS menggunakan perangkat lunak scientific, yaitu berada dalam rentang 8 mm - 27 cm (lihat Tabel 5 di bawah). 7

Analisis Komparatif Penentuan Tinggi dengan GPS Amin Widada L dan D. Ramdani Tabel 5. Perbandingan Tinggi Relatif/Beda Tinggi GPS-TTG Prigi, Jawa Timur, yang diperoleh dari pengolahan data GPS dengan perangkat lunak scientific dan commercial No. No Pilar Selisih dh dh (scientific software) Selisih dh dh (commercial software) 1 TTG-2001 - - 2 TTG-2002 0,2564 0,212 3 TTG-2003-0,0866-0,076 4 TTG-2004 0,0008-0,232 5 TTG-2005-0,0444 0,008 6 TTG-2006-0,3837-0,099 7 TTG-2007 0,1046 0,047 8 TTG-2008-0,0358-0,114 9 TTG-2009-0,2240-0,112 10 TTG-2010 0,0421 0,024 11 TTG-2011-0,1198-0,191 12 TTG-2012-0,0180-0,131 13 TTG-2013-0,1075 0,031 14 TTG-2014-0,0325 0,033 15 TTG-2015-0,0135-0,148 16 BPRG -0,3394-0,268 ANALISIS COST Dari segi biaya operasional, walaupun tidak bisa dideskripsikan secara detil, namun jelas terlihat bahwa pengukuran dengan GPS jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan pengukuran tinggi menggunakan metode/alat sipat datar. Apabila faktor cost untuk tenaga/juru ukur dan peralatan dianggap relatif sama, maka penghematan bisa dilakukan pada faktor waktu survei lapangan yang dibutuhkan. Pada jaringan lokal Prigi, Jatim misalnya, pengukuran GPS hanya membutuhkan waktu 2 (dua) hari, sedangkan pengukuran sipat datar membutuhkan waktu 10-14 hari kerja. PENUTUP Dari hasil penelitian ini bisa disimpulkan sementara bahwa pada jaringan berskala lokal pengukuran tinggi (relatif) GPS bisa diaplikasikan untuk menggantikan metoda sipat datar/levelling dengan beberapa persyaratan, antara lain: - Pengukuran memakai receiver GPS type geodetik - Pengukuran menggunakan prosedur dan lama pengamatan yang optimal - Pengolahan data dengan perangkat lunak teliti (scientific software) Sedangkan untuk jaringan berskala regional berjarak ratusan kilometer, metoda GPS-heighting belum memberikan ketelitian yang diharapkan. 8

Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No 1 Agustus 2006 Pada penelitian ini jaringan berskala puluhan kilometer (10-100 km) tidak bisa dilaporkan karena tidak tersedianya data yang memadai. DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.A. (1999): Monitoring Sea Level using GPS, Proceeding International Seminar on Application of Seawatch Indonesia Information System for Indonesian Marine Resources Development, March 10-11, 1999, BPPT, Jakarta. Angelakis, N. (1999): Mt. Kilimanjaro Expedition 1999 GPS Data Processing and Evaluation of the ITRF-Position and Height of Mt. Kilimanjaro, Paper presented at the First Workshop on GPS and Mathematical Geodesy in Tanzania (Kilimanjaro Expedition 1999), October 4, 1999. Brondeel, M., Experiences with Atmospheric Pressure Loading and GPS Vertical Estimates, Ghent University, Ghent, Belgium. Dennis, M.L. and W.E. Featherstone (2002): Evaluation of Orthometric and Related Height Systems Using a Simulated Mountain Gravity Field, Proceedings of Third Meeting of the International Gravity and Geoid Commission, Thessaloniki, Greece, August 26-30, 2002. Featherstone, W.E., K. Alexander (1996): An Analysis of GPS Height Determination in Western Australia, the Australian Surveyor. Featherstone, W.E, M.C. Dentith, J.F. Kirby (1998): Strategies for the Accurate Determination of Orthometric Height from GPS, Survey Review, 34, 267. Featherstone, W.E. (2002): Toward the Unification of the Australian Height Datum between the Mainland and Tasmania Using GPS and AUSGeoid98, Geomatics Research Australasia (in press). Fotopoulos G. and M.G. Sideris, On the Estimation of Variance Components Using GPS, Geoid and Levelling Data, Department of Geomatics Engineering, University of Calgary, Calgary, Alberta, Canada Fotopoulos G. (2003): An Analysis on the Optimal Combination of Geoid, Orthometric and Ellipsoidal Height Data, PhD thesis, Department of Geomatics Engineering Calgary, Alberta, Hatjidakis, N. and D. Rossikopoulos (2002): Orthometric Heights from GPS: The Integrated Approach, Proceedings of Third Meeting of the International Gravity and Geoid Commission, Thessaloniki, Greece, August 26-30, 2002. Inter-governmental Committee on Surveying and Mapping/ICSM (2002): Standards and Practices for Control Surveys (SP1) Version 1.5, ICSM Publication No. 1, May 2002. Jäger R. (1999): State of The Art and Present Developments of a General Concept for GPS-Based Height Determination, Paper presented at the First Workshop on GPS and Mathematical Geodesy in Tanzania (Kilimanjaro Expedition 1999). 9

Analisis Komparatif Penentuan Tinggi dengan GPS Amin Widada L dan D. Ramdani Jäger R. and J. Kaminski (2003): GPS-Heighting Based on the Concept of a Digital Height Reference Surface (DFHRS) and Related Topics, 2nd Common Baltic Symposium, GPS Heighting and National-wide Permanent GPS Reference Systems, Riga, June 12 13, 2003. King M., P. Clarke and C. Allinson (2003): The Ups and Downs of GPS Heighting in Britain part 1: Ocean Tide Loading, School of Civil Engineering and Geosciences, University of Newcastle upon Tyne, Engineering Surveying Showcase October 2003, pp. 20-21. Moore T., G. W. Roberts (2001): River Level Monitoring Using GPS Heighting - Phase 2, BNSC Space Foresight Programme, Science Systems (Space) Ltd., the Centre for Ecology and Hydrology, London. Mulcare D.M, Introduction to Geodesy with an emphasis on GPS for Height Determinations, document of National Geodetic Survey State Advisor to Maryland. Prikryl M., Comparing Trigonometric Determining of Height Differences (TDHD) and GPS (Global Positioning System) in Local Networks, Phillips H. A., G. Hyland, P. Morgan, R. Coleman, N. Young (1997): Comparison of ERS altimeter and GPS heights on the Amery Ice Shelf, East Antarctica, Proceedings of the 3rd ERS Scientific Symposium, Florence, Italy, ESA Publication ESA SP-414, 3 Volumes, May 1997. Poutanen, M. (1999): Use of GPS in Unification of Vertical Datums and Detection of Levelling Errors, In: Geodesy and Surveying in the Future - the Importance of Heights, Proceedings of the Seminar, March 15-17, 1999. (Ed. M. Lilje) Reports in Geodesy and Geographical Information Systems, 1999:3. Lantmäteriverket, Gävle. 301-312. Poutanen, M. (2000): Sea Surface Topography and Vvertical Datums Using Space Geodetic Techniques, Dissertation and Report No.128, Publications of the Finnish Geodetic Institute, Helsinki. Schöne, T., M. Pohl, H.W. Schenke (2000): GPS and Tide Gauge Measurements: A Contribution for the Vertical Datum Determination in Antarctica, Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research, Bremerhaven, Germany. Zilkoski D. B., J. D. D'Onofrio, S. J. Frakes (1997): Guidelines for Establishing GPS- Derived Ellipsoid Heights (Standards: 2 cm and 5 cm) Version 4.3, NOAA Technical Memorandum NOS NGS-58, Silver Spring, MD. 10