MAKALAH SEJARAH SEJARAH KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA DISUSUN O L E H RATNA SISKA KELAS : X IPS 1 SMA NEGERI 1 LEDO TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Sejarah yang berjudul Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata pelajaran Sejarah. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada guru mata pelajaran Sejarah kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang Bengkayang, Juni 2017 Penyusun i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG... 1 B. RUMUSAN MASALAH... 1 C. TUJUAN... 1 BAB II PEMBAHASAN... 2 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 15 B. Saran... 15 DAFTAR PUSTAKA... 16 ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk dipelajari. Termasuk dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana masuk dan berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu dan siapa yang menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat ditarik suatu persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini kami susun dalam memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah Indonesia dan agar pembaca lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia? 1.2.2. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia? 1.2.3. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia? 1.3. Tujuan 1.3.1. Agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang proses masuknya Islam ke Indonesia 1.3.2. Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia 1.3.3. Agar pembaca dapat lebih memahami perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia 1
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia 2.1.1. Teori Gujarat Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah : 1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia 2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-Cambay- Timur Tengah-Eropa. 3. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. 2.1.2. Teori Makkah Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah : 1. Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab) 2. Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi i, dimana pengaruh mazhab Syafi I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah. 3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir 2.1.3. Teori Persia Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah : 1. Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. 2. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu Al- Hallaj. 3. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat. 4. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik. 5. Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah satu pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. 2
2.2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia 2.2.1. Kerajaan Samudra Pasai Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas wilayahnya dan menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik ai Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina (kembali tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu: Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang menetap di Samudera Pasai. Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini dibuktikan dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut yang menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai Tempat merambah perbekalan. Tempat mengurus masalah perkapalan. Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar.tempat menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain. Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut. (1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka. (2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai. (3) Sultan Malik al Tahir II (1326 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan 3
Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan perdagangan terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis. 2.2.2. Kerajaan Aceh Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku. Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam. Corak pemerintahannya terdiri atas, Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku). Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku). Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk memperkuat kerajaan Aceh. Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur Sumatera dikuasainya sampai ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam ke Minaangkabau. Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja sama dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang mereka, yaitu VOC dan EIC untuk membuka kantor cabangnya di Aceh. Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau Bintan pada tahun 1614.Mendirikan Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh. 4
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636-1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641-1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jama ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904. Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam. Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-sumtrani, Nuruddin ar-raniri, dan Abdurrauf dari Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa. Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah. 2.2.3. Kerajaan Demak Awal Perkembangan Kerajaan Demak Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir. Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan 5
usaha besar membendung masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak. Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M. Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang. Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Hasil kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam. Aspek Kehidupan Ekonomi Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin. Keruntuhan Kerajaan Demak Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak karena Aria Penansang telah membunuh suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah Aria Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak. 2.2.4. Kerajaan Pajang Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia 6
kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak. Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan. Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya. Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang. 2.2.5. Kerajaan Mataram Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana 7