BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangng nya zaman digenerasi 4.0 banyak sekali penyanyi dan pengisi konten kreatif membuat video menggunakan lagu yang sedang hits dikalangan masyarakat. Berkembangnya kemajuan teknologi akan sarana untuk menikmati lagu dan musik dapat memberikan dampak yang positif dan negatif. Sisi positif ialah publik makin mudahnya langkah mengakses lagu, juga mempermudah pencipta untuk mempublikasikan ciptaan lagunya. Sisi negatidnya, akan terjadi banyak penyalahgunaan teknologi demi keperluan yang sifatnya pribadi sepertui membajak, dan yang paling baru ialah mendapat keuntungan materiil dari pembuatan video cover yang kemudian diunggah ke Youtube. Youtube merupakan salah satu platform media sosial yang bisa menghasilkan keuntungan dengan mengunggah video konten. Cover version atas lagu ialah kegiatan menyanyikan ulang suatu lagu yang sudah ada sebelumnya dengan melakukan beberapa aransemen baik dari segi lirik maupun musik yang kemudian diumumkan melalui platform digital, salah satunya Youtube. Dengan segala kemudahan yang diberikan kepada pengguna terdaftar di Youtube membuat masyarakat menggunggah video-video yang mereka buat dan salah satunya merupakan video musik, entah musik video buatan sendiri ataupun dibuat oleh produser tertentu, lagu-lagu yang mereka buat, dan kegiatan cover musik. 1
Hal ini pun disadari bagi para pengguna Youtube untuk membuat video kreatif ataupun cover lagu atau karya musik yang sedang naik daun di kalangan masyarakat. Tidak hanya cover lagu yang mereka buat, ada juga beberapa yang membuat parodi video dari musik yang mereka sukai. Namun, masalah mengenai hak cipta pun ditemukan dengan oknum beberapa pihak yang menggunakan lagu yang sedang guna keperluan cover lagu pada platform Youtube tersebut tanpa izin dari pemilik hak cipta atau pemegang hak terkait atas lagu-lagu yang mereka gunakan. Di samping kemudahan dan penawaran pihak Youtube yang cukup menggiurkan, era globalisasi ini memang memberikan bagi media internet agar dapat diupayakan sebagai salah satu tempat yang sangat menjanjikan untuk menjadi ladang bisnis. Salah satu contohnya di sini adalah monetasi dengan menggunakan AdSense. AdSense merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh seseorang demi memaksimalkan pendapatan yang ia peroleh melewati berbagai konten yang ia uggah. Metode AdSense pun memiliki beragam pilihan agar iklan yang ditampilkan mengenai konten yang dimaksud tetap segar dan tetap menarik bagi mata yang melihat konten tersebut. Apabila kita melihat dari segi bisnis, monetasi dengan menggunakan AdSense merupakan sebuah tawaran yang menggiurkan. Hanya dengan membuat konten video dan memonetisasi video tersebut masyarakat bisa mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar. Akan tetapi hal tersebut dapat memicu pada pelanggaran hak cipta dan dinilai sebagai perbuatan yang melanggar hukum dalam dunia hukum kekayaan intelektual 1 Apabila kita membahas pada karya cipta dan karya seni musik, maka kita harus membahas tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI). 1 Panji Asoka Rahmat Wiguna, Analisis Kerjasama antara Publisher dan Google Adsense dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah, Skripsi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga, 2017, h. 39 2
Hak Kekayaan Intelektual sendiri telah diatur dan dilindungi oleh hukum yang ada di Indonesia, terkhusus pembahasan ini hanya menerangkan mengenai hak cipta maka peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah UndangUndang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa: Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Dari uraian pasal di atas dapat diartikan bahwa, setiap karya seni termasuk karya musik dan juga video merupakan sebuah hasil ciptaan si pencipta yang kemudian juga tidak luput pada hak-hak yang timbul secara otomatis atas ciptaan tersebut, yakni hak moral serta hak ekonomi yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta dan/atau hak terkait. Hak ekonomi adalah salah satu dari hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta guna memperoleh suatu keuntungan ekonomis tertentu atas karya cipta tersebut. Apabila kita melihat dari uraian di atas, maka setiap pegiat konten tidak boleh menggunakan karya cipta milik orang lain dengan tidak memiliki izin dari si pemegang hak cipta karena akan mencederai hak moral dan hak ekonomi dari si pemegang hak cipta. Kegiatan monetisasi apabila merujuk pada peraturan perundang-undangan mengenai hak cipta maka diartikan sebagai kegiatan legal yang dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan monetisasi hanyalah seperti media pengiklanan dengan menyelipkan konten-konten ke dalam video yang diunggah ke Youtube. Akan tetapi menjadi berbeda ketika isi dari konten yang kita buat merupakan karya 3
ciptaan orang lain, dengan menggunakan ciptaan orang lain dan belum memperoleh izin dari pihak yang bersangkutan maka kegiatan monetisasi dapat berujung pada pelanggaran hak cipta. Dalam industri musik, yang berhak dalam memproduksi dan memasarkan serta mendistribusikan sebuah lagu baik dalam bentuk single maupun album adalah si pencipta lagu itu sendiri ataupun pihak produser dari label rekaman tempat si pencipta tersebut bernaung. Seperti yang kita ketahui bahwa biasanya pencipta lagu bekerja di bawah naungan produser label rekaman, mungkin dapat juga ditemukan beberapa pencipta lagu yang independen atau biasa disebut dengan penyanyi indie yang tidak bekerja di bawah label rekaman, akan tetapi menggunakan label rekaman merupakan hal lumrah dalam dunia industri musik guna mempermudah dalam hal perizinan dan periklanan karya musik. Hasil dari hak ekonomi yang timbul pada suatu karya cipta, baik dalam bidang seni maupun sastra disebut dengan istilah royalti. Royalti mengandung definisi sebagai suatu pembayaran yang wajib dikenakan terhadap pengguna hak cipta atas ciptaan seorang pemegang hak cipta yang ia gunakan. Tarif royalti yang harus dibayar dihitung dengan berdasar pada presentase dari perolehan ekonomis yang didapatkan oleh pengguna hak cipta dengan pula sebelumnya merundingkan suatu kesepakatan bersama dengan pemegang hak cipta. 2 Jumlah presentase atas pembagian royalti merupakan kesepakatan antara pencipta dan/atau pemegang hak cipta dengan pengguna hak cipta. Pencipta karya musik atau lagu sudah seharusnya mempunyai hak ekslusif atas karya 2 Copyright Royalties for Music and Sound Recordings, Chapter 5. US. Congress, Office of Technology Assesment, Copyright and Home Copying: Technology Challenges the Law, OTACTT-422, Government Printing Office, Washington DC, October 1989 4
ciptanya atas dasar apresiasi telah menciptakan karya cipta, sebab pencipta melalui karya ciptanya telah memperkaya serta memudahkan banyak orang bisa meng-cover lagu di youtube dengan kreatifitasnya. Namun, Apabila dalam penggunaan serta pendistribusian sebuah karya seni musik yang digunakan oleh orang lain, yang selain daripada pemegang hak cipta maupun dari pihak label rekaman, maka perbuatan tersebut merupakan sebuah pelanggaran. Dan peraturan perundang-undangan telah memberikan perlindungan karya cipta termasuk seni musik di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pengaturan mengenai hak cipta pun turut mengakomodir bentuk pelanggaran dan sanksinya. Bentuk pelanggaran dalam lapangan hak kekayaan intelektual dapat terjadi apabila para pegiat konten Youtube menggunakan karya ciptaan orang lain dengan tanpa memiliki izin dari para pemilik karya tersebut. Hal ini lazim disamakan dengan tindakan pencurian sebab ia dapat meraup keuntungan yang sebenarnya merupakan hak ekonomi para pemilik karya cipta. Sebagai contoh, kerap terjadi di dunia kanal Youtube, cover musik yang tidak memiliki izin dari penulis asli musik tersebut dan cover tersebut jauh lebih menarik penonton Terkait dengan cover lagu, ada sebuah kasus keluarga Halilintar atau yang dikenal dengan Gen Halilintar Asal mula keluarga Gen Halilintar aktif membuat vlog di akun YouTube bernama Gen Halilintar. Semua anggota keluarga ini pun memiliki channel YouTube sendiri-sendiri dengan total subscriber yang banyak, yakni mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Awal mula ada kontroversi dari keluarga Gen Halilintar tak lain dan tak bukan adalah terkait cover lagu. Gen 5
Halilintar tersandung kasus hak cipta yang membuat label musik Nagaswara merugi hingga miliaran rupiah bermula di tahun 2018,diangggap telah mengcover lagu Lagi Syantik yang dinyanyikan oleh pedangdut Siti Badriah tanpa izin Label Nagaswara selaku Pemegang Hak Cipta. Hal tersebut telah diketahui pihak Label Nagaswara sejak akhir 2018. 3 Dimana pada tahun tersebut Gen Halilintar membawakan ulang lagu Lagi Syantik lengkap dengan video klipnya yang mereka unggah di Youtube. Hak cipta lagu pertama kali di nyanyikan oleh Siti Badriah tersebut diketahui dipegang oleh Nagaswara selain, Lagu Lagi Syantik versi Gen Halilintar juga diubah aransemen musik dan liriknya karena menyesuaikan dengan usia anak anak Gen Halilintar yang rata-rata masih dibawah umur. Pihak dari Gen Halilintar tersebut bukan hanya mengcover dan mengubah liriknya tetapi juga menjual lagu covernya di Youtube. Pihak Nagaswara merasa dirugikan sebanyak 9,5 Milyar dengan itu Nagaswara menggugat Gen Halilintar. PT Nagaswara sebagai Label lagu LAGI SYANTIK merasa dirugikan atas cover lagu tersebut dan melakukan Gugatan ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Nagaswara menuntut ganti kerugian yang disebabkan oleh cover version lagu Lagi Syantik yang dilakukan oleh manajemen Gen halillintar. Pada tingkat pertama ini dengan Nomor putusan 82/Pdt.Sus-Hak Cipta/2019/Pn.Niaga.Jkt.Pst hakim memutuskan untuk menolak gugatan dari Nagaswara. Hal ini membuat pihak Nagaswara merasa tidak puas dengan keputusan yang dibuat hakim karna dirasa tidak memberikan keadilan bagi hak-hak pencipta, yakni pihak Nagaswara. Sehingga 3 https://www.nusabali.com/berita/67939/gen-halilintar-diduga-langgar-hak-cipta. Diakses 6 Maret 2020. 6
kemudian pihak Ngaswaea pun melakukan upaya hukum dengan mengajukan kasasi untuk kasus pelanggaran hak cipta ini, dan dengan putusan 910 K/Pdt.Sus- HKI/2020, dan pada tingkat kasasi ini, hakim kembali memutuskan untuk menolak gugatan dari Nagaswara. Atas Penolakan Gugatan tersebut, Majelis Hakim dalam pertimbangan hukumnya menyatakan, sebagai berikut: Hal demikian dapat berakibat pada perkembangan lagu yang saat ini menjadi sarana hiburan. Harus diakui, terjadinya pelanggaran aransemen lagu yang tanpa izin Pencipta semakin banyak dilakukan oleh para Arranger-Arranger yang ingin menunjukkan kemampuannya untuk bersaing di industri musik. secara langsung atas suatu peristiwa (kejadian) hukum yang terjadi, sehingga keterangan dari saksi tersebut dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk memutus suatu perkara hukum yang sedang terjadi. Sangat diperlukannya perlindungan terhadap pencipta atau pemegang hak cipta dan hak terkait tidak lagi sebatas oleh keinginan dari pencipta tersebut, tetapi perlindungan tersebut sudah merupakan suatu kepentingan Negara Indonesia. Karena HKI ternyata berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang pada akhirnya berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut merupakan efek dari tidak konsistennya peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan keterangan pihak Gen Halilintar, mereka mengcover lagu LAGI SYANTIK atas permintaan subscriber dan fans nya karena saat itu lagu tersebut sedang booming di media sosial, karena yang menyanyikan cover tersebut ada anak 7
kecil/dibawah umur, maka gen halilintar memutusan untuk mengubah lirik tersebut agar dapat dinyanyikan oleh fans nya yang kebanyakan anak-anak dibawah umur. Gen Halilintar mengakui benar adanya mereka mengcover lagu LAGI SYANTIK dengan mengubah lirik lagu dan aransemen tanpa mencantumkan pencipta lagunya dikarenakan keluarga mereka awam dengan masalah hukum. Saat gen halilintar mengcover lagu tersebut kemudian menjadi booming dan mendapatkan viewers mencapai hingga belasan juta. Tetapi pihak gen halilintar mengaku tidak mendapatkan keuntungan sama sekali, keuntungan cover lagu tersebut langsung diberikan kepada pemegang copy right lagu tersebut yaitu pihak Wahana Musik Indonesia dan PT. Nagaswara. Pihak gen halilintar sudah mendatangi kantor PT.Nagaswara beberapa kali, tetapi tetap tidak menemukan titik temu hingga akhirnya pihak nagaswara menggugat gen halilintar sampai pada tahap persidangan Adapun penelitian terdahulu terkait dengan kasus PT. Nagaswara melawan PT.Nagaswara : 1. Skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Lagu yang Diaransemen Ulang Berdasarkan Undang-undang Hak cipta Dalam Skripsi ini bahswa Aransement lagu terhadap suatu karyacipta merupakan tindakan pembaruan yang termasuk pada pemanfaatan sebuah karya cipta. Ditinjau dari Pasal 95 ayat (1) Undangundang Hak Cipta, sengketa yang timbul dapat diselesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase atau pengadilan. Pemegang hak cipta dapat mengajukan upaya hukum kasasi apabila merasa belum puas terhadap putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan niaga. 8
2. Skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Dan Pemegang Hak Cipta Lagu Lagi Syantik (Studi Putusan No.182/PDT.SUS- HKI/CIPTA/2019/PN NIAGA JKT.PST) Dalam penelitian penulis menjelaskan bagaimana Pertimbangan hakim terkait monetisasi youtube dalam kasus cover lagu Lagi Syantik oleh Gen Halilintar Putusan Nomor 82/Pdt.Sus-hki/Cipta/2019/Pn Niaga Jkt.Pst dilihat dari Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengkaji kasus PT.Nagaswara melawan Gen Halilintar dalam sebuah skripsi berjudul Analisis Yuridis Putusan Nomor No.82/Pdt.Sus-hki/Cipta/2019/Pn Niaga Jkt.Pst Terkait Pelanggaran Hak Cipta Terhadap Kasus Cover Lagu Yang Berjudul Lagi Syantik Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta B. Rumusan Masalah Bagaimana Pertimbangan hakim terkait monetisasi youtube dalam kasus cover lagu Lagi Syantik oleh Gen Halilintar Putusan Nomor 82/Pdt.Sushki/Cipta/2019/Pn Niaga Jkt.Pst di Tinjau dari Undang-undang Pasal 87 Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta? C. Tujuan Penulisan Tujuan dari dibuatnya penelitian ini untuk memberikan gambaran yang jelas suatu hal yang penting keberadaan nya dalam menentukan awal penelitian yang ingin dicapai dari permasalahan yang ada. 9
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengkaji pertimbangan hakim terkait monetisasi youtube dalam kasus cover lagu Lagi Syantik oleh Gen Halilintar Putusan No. 82/Pdt.Sushki/Cipta/2019/Pn Niaga Jkt.Pst di Tinjau dari Undang-Undang Pasal 87 Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi lebih lanjut untuk melahirkan berbagi konsep keilmuan serta wawasan baru guna kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan hukum. 2. Manfaat praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan wawasan kepada masyarakat khususnya musisi yang berkaitan dengan mencover lagu seseorang. E. Kegunaan Penulisan Kegunaan penelitian dimaksudnya untuk menjelaskan atau menerangkan kepada pembaca tentang Hak Kekayaan terkait Hak Cipta. 10
F. Metode Penelitian Metode penelitian yang di gunakan dalam penulisan ini adalah metode Yuridis Normatif yang dimana Yuridis Normatif sebagai bentuk penelitian hukum yang memandang hukum sebagai norma khususnya yang berkaitan dengan pemaknaan ketertiban umum dalam hukum positif Indonesia sebagai dasar untuk mematuhi aturan terkait penggunaan sebuah karya cipta yang akan diterapkan di Indonesia. 1. Jenis Bahan Hukum a. Bahan Hukum Primer 1. Putusan Nomor 82/Pdt.Sus-hki/Cipta/2019/Pn Niaga Jkt.Pst 2. Undang-undang Pasal 87 No 28 Tahun 2014 3. Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 4. PP 56 tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik b. Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum penunjang dari bahan hukum primer. Dalam hal ini berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi publikasi tersebut meliputi buku-buku teks, jurnal-jurnal hukum, artikel ilmiah internet, pendapat para sarjana dan musisi baik dalam bentuk tulisan maupun lisan yang di rekam di dalam video, kasus-kasus hukum dan penulisan-penulisan lainnya yang berkaitan dengan hak cipta. 11
G. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik yang dipergunakan untuk menelusuri dan mengumpulkan bahan yang diperlukan melalui teknik Analisis, library research (studi kepustakaan) dan internet research (studi internet). Proses penelusuran dan pengumpulan data tersebut dengan melakukan pencarian ke perpustakaan antara lain di Universitas Muhammadiyah Malang dan juga melakukan pencarian data di media sosial Youtube. H. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, Pada latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, Pada latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka merupakan variabel untuk memfokuskan permasalahan yang akan di bahas. Dalam tujuan pustaka ini terdiri dari batasan yang di buat oleh Penulis dengan menggunakan beberapa variabelyang dijabarkan sesuai dengan kasian pustaka yang ada beserta pendapat ahli yang didapatkan oleh Penulis dalam penelitian kepustakaan 12
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dikaji dan dianalisa secara sistematis berdasarkan pada kajian pustaka sebagaimana dalam Bab II untuk menjawab rumusan masalah BAB V : PENUTUP Penulis menguraikan kesimpulan yang didapat dari hasil analisa berupa jawaban dari rumusan masalah, dan juga saran-saran yang terkait fakta-fakta yang muncul pada hasil penelitian. 13