MODUL SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT (KSM 241) MODUL 6 PENERAPAN SISTEM SURVEILANS PADA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DISUSUN OLEH

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

MAKALAH INDIV ADMINISTRASI PUSKESMAS

NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penanggulangan Penyakit Menular

Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah. Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 03 TAHUN 2018 TENTANG

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG WABAH TENTANG WABAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

22/11/2010. Public Health Approach. Implementation: How do you do it? Intervention Evaluation: What. works?

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

2010, No Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1501/MENKES/PER/X/2010 Tanggal : 12 Oktober 2010

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI DI KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2013

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 56

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

Transkripsi:

MODUL SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT (KSM 241) MODUL 6 PENERAPAN SISTEM SURVEILANS PADA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DISUSUN OLEH Rini Handayani, S.K.M., M. Epid UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2020 0 / 15

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan pengertian kejadian luar biasa. Adapun materi yang akan dibahas meliputi: 1. Pengertian wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB) 2. Jenis penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah/klb 3. Tata cara penemuan penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah/klb B. Uraian dan Contoh 1. Pengertian Wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 mengenai Wabah Penyakit Menular, Wabah didefinisikan sebagai kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlahnya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim dalam waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Jadi, KLB dan Wabah tidaklah sama. Selain perbedaan diatas, ada perbedaan lain yaitu wabah hanyak bisa ditetapkan oleh Menteri kesehatan 1 / 15

Republik Indonesia, sedangkan Kejadian Luar Biasa dapat ditetapkan oleh Kepada Dinas Kesehatan. 2. Jenis Penyakit Menular yang Dapat Menimbulkan Wabah/KLB Adapun jenis penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah/klb adalah sebagai berikut: a. Kolera b. Pes c. Demam Berdarah Dengue d. Campak e. Polio f. Difteri g. Pertusis h. Rabies i. Malaria j. Avian influenza H5N1 k. Antraks l. Leptospirosis m. Hepatitis n. Influenza A baru (H1N1) o. Meningitis p. Yellow fever q. Chikungunya 2 / 15

3. Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah/KLB Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah/klb dapat dilakukan secara: a. Pasif Penemuan secara pasif dilakukan melalui penerimaan laporan atau informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan meliputi diagnosis secara klinis dan konfirmasi laboratorium b. Aktif Penemuan secara aktif melalui kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis secara epidemiologi berdasarkan gambaran umum penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah/klb yang selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium 3 / 15

SURVEILANS KLB A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan surveilans kejadian luar biasa. Adapun materi yang akan dibahas meliputi: 1. Tujuan Surveilans KLB 2. Informasi dan Sumber data surveilans KLB 3. Langkah-langkah penyelidikan dan penetapan KLB 4. Penanggulangan dan pengendalian KLB B. Uraian dan Contoh 1. Tujuan Surveilans KLB Adapun tujuan umum dilakukannya surveilans kesehatan masyarakat pada saat KLB adalah: a. Mencegah meluasnya kasus b. Mencegah terulangnya kasus di masa yang akan dating Sedangkan tujuan khusus dilakukannya surveilans kesehatan masyarakat pada saat KLB adalah: a. Didapatkan Diagnosa kasus yang terjadi dan identifikasi penyebab penyakit b. Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB c. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB 4 / 15

e. Mengidentifikasi populasi yang rentan atau daerah yang berisiko tinggi akan terjadinya KLB 2. Informasi dan Sumber Data Surveilans KLB Informasi adalanya wabah atau KLB dapat didapatkan melalui: a. Data Rutin, baik itu yang berasal dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, Balai Kesehatan dan lain-lain b. Sumber data surveilans penyakit berpotensi KLB c. Laporan Rumah Sakit d. Laporan Petugas/Pamong/Masyarakat e. Media Massa Sumber Data Surveilans Penyakit Berpotensi KLB adalah berikut: a. Laporan KLB/Wabah dan hasil penyelidikan KLB b. Data Epidemiologi KLB dan Upaya Penanggulangannya c. Surveilans Terpadu Penyakit berbasis KLB d. Sistem peringatan dini KLB di RS Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi adalah: a. Data surveilans terpadu penyakit b. Data surveilans khusus penyakit berpotensi KLB c. Data cakupan program d. Data lingkungan pemukiman dan perilaku, pertanian, meteorologi geofisika. e. Informasi masyarakat sebagai laporan kewaspadaan KLB 5 / 15

Berikut ini adalah alur pelaporan wabah Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah dan puskesmas terdekat atau jejaring selambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita. Pimpinan puskesmas yang menerima laporan akan segera melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota selambatnya 24 jam sejak menerima informasi. Kepala Dinas Kesehatan Kota/kabupaten memberikan laporan adanya penderita atau tersangkan penderita secara berjenjang kepada bupati/walikota, gubernur dan menteri melalui direktur jenderal selambatnya 24 jam sejak menerima laporan. 3. Langkah-Langkah Penyelidikan dan Penetapan KLB Penyelidikan KLB dilakukan dengan tujuan: a. Memastikan diagnosis penyakit b. Menetapkan KLB 6 / 15

c. Menentukan sumber dan cara penularan penyakit d. Diadnosis kasus dan identifikasi penyebab penyakit e. Memastikan bahwa keadaan tersebut KLB f. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan g. Identifikasi penyebab KLB h. Identifikasi populasi rentan dan daerah berisiko Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang sedang terjadi dengan penyakit yang dalam keadaan biasa menurut orang, tempat, dan waktu. Pembandingan insidensi penyakit tersebut biasanya dilakukan dengan pola perbandingan maksimal 5 tahunan dan minimal 3 tahunan. Cara yang dapat dilakukan dengan membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama namun bulan berbeda atau bulan yang sama tapi pada tahun yang berbeda. Adapun petunjuk penetapan KLB sebagai berikut: a. Angka kesakitan atau kematian suatu penyakit menular menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga mingu berturut-turut atau lebih b. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya c. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di kecamatan yang 7 / 15

sama pula. d. Case Fatality Rate suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di sutu kecamatan menunjukkan kenaikan %0% atau lebih, bila dibandingkan dengan CFR penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut e. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih f. Khusus untuk penyakit Kolera, Cacar, Pes, dan DHF: 1. Setiap peningkatan jumlah penderita di suatu daerah endemis sesuai dengan ketentuan 2. Terdapat 1 atau lebih penderita atau kematian di suatu kecamatan yang telah bebas (minimal 4 minggu) g. Apabila kesakitan atau kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat h. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/dikenal Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB apabila suatu daerah memenuhi salah satu kriteria tersebut. 8 / 15

Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah apabila situasi KLB berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka. Adapun pertimbangan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Secara epidemiologi, data penyakit menunjukkan peningkatan angka kesakitan dan/atau angka kematian b. Tergangunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya, ekonomi, dan pertimbangan keamanan. 4. Penanggulangan dan Pengendalian KLB Tujuan utama penyelidiakan KLB adalah merumuskan tindakan untuk mengakhiri KLB pada situasi yang dihadapi (penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian). Tindakan penanggulangan KLB didasari atas diketahuinya etiologis, sumber, dan cara penularan dari suatu penyakit. Penanggulangan KLB/Wabah meliputi: a. Penyelidikan epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tatacara penyelidikan epidemiologi untuk mendukung upaya penanggulangan wabah, termasuk tatacara bagi petugas penyelidikan epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit wabah b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina 9 / 15

Secara umum, penatalaksanaan penderita setidaknya meliputi kegiatan sebagai berikut: 1. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan tempat tinggal penduduk di daerah wabah 2. Melengkapi sarana kesehatan dengan tenaga dan peralatan 3. Mengatur tata ruang dan mekanisme kegiatan di sarana kesehatan agar tidak terjadi penularan penyakit c. Pencegahan dan pengebalan Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap orang, masyarakat dan lingkungannya yang memiliki risiko terkena penyakit agar tidak terkena penyakit. d. Pemusnahan penyebab penyakit Tindakan pemusnahan penyebab penyakit dilakukan terhadap bibit penyakit/kuman penyebab penyakit, hewan, tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab penyakit tersebut e. Penanganan jenazah akibat wabah Penanganan jenazah akibat wabah dilakukan secara khusus menurut penyakitnya untuk menghindari penularan penyakit pada orang lain. f. Penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan oleh petugas kesehatan dengan mengikutsertakan instansi terkait lainnya, pemuka agama, dll. 10 / 15

g. Upaya penanggulangan lainnya. Upaya penanggulangan lainnya seperti: 1. Menutup fasilitas umum untuk sementara waktu 2. Melakukan pengamatan secara intensif/surveilans selama terjadi KLB 3. Melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara keseluruhan. 4. Meliburkan sekolah untuk sementara waktu Adapun cara dalam penanggulangan KLB dapat dilakukan sebagai berikut: a. Menghilangkan sumber penularan Untuk menghilangkan sumber penularan, kita dapat melakukan hal-hal berikut ini: 1. Menjauhkan sumber penularan dari orang 2. Membunuh bakteri pada sumber penularan 3. Melakukan isolasi atau pengobatan pada orang yang diduga sebagai sumber penularan b. Memutuskan rantai penularan Untuk memutuskan rantai penularan penyakit, kita dapat melakukan hal-hal berikut ini; 1. Sterilisasi sumber pencemaran 2. Mengendalikan vektor 3. Peningkatan hygiene perorangan 11 / 15

c. Merubah respon orang terhadap penyakit Untuk merubah respon orang terhadap suatu penyakit, kita dapat melakukan hal-hal berikut ini: 1. Melakukan imunisasi 2. Mengadakan pengobatan Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya KLB di populasi, tempat dan waktu yang berisiko (Bress, 1986) Untuk pengendalian KLB, selain perlu diketahuinya etiologi penyakit, sumber penyakit, dan cara penularan penyakit, masih diperlukan informasi lain yang penting seperti: a. Keadaan penyebab KLB b. Kecenderungan jangka panjang penyakit c. Daerah yang berisiko untuk terjadi KLB d. Populasi yang berisiko 12 / 15

C. Latihan 1. Apa perbedaan antara KLB dan Wabah? 2. Apa tujuan dari penyelidikan KLB D. Kunci Jawaban 1. Penetapan KLB dapat dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten/Provinsi, namun penetapan Wabah harus dilakukan oleh Menteri Kesehatan. 2. Tujuan dari penyelidikan KLB adalah a. Memastikan diagnosis penyakit b. Menetapkan KLB c. Menentukan sumber dan cara penularan penyakit d. Diadnosis kasus dan identifikasi penyebab penyakit e. Memastikan bahwa keadaan tersebut KLB f. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan g. Identifikasi penyebab KLB h. Identifikasi populasi rentan dan daerah berisiko 13 / 15

E. Daftar Pustaka 1. Depkes. 2010. PERATURAN MENRERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No: 1501/MENKES/PER/X/ 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya. http://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/pmk%20no.% 20150 1%20ttg%20Jenis%20Penyakit%20Menular%20Tertentu%20Yang%20 %20 Menimbulkan%20Wabah.pdf 2. Kemenkes. 2004. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 949/ Menkes/ SK/ VIII/ 2004. PMK-No.-949-ttg-Pedoman- Penyelenggaraan- Sistem-Kewaspadaan-Dini-KLB.pdf 3. 2013. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit Penyakit). Edisi Revisi Tahun 2013 4. Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta 5. Weraman, Pius. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Gramata Publish 14 / 15