PESAN MORAL DALAM VIDEO KLIP FEEL SPECIAL TWICE (ANALISIS PESAN MORAL UTILITARIANISME MENGGUNAKAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) PROPOSAL SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mudah diterima oleh masyarakat tanpa ada batasan ruang dan waktu. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

BAB I PENDAHULUAN. tiap individu di dunia. Musik menemani kegiatan sehari-hari dan menjadi


PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Musik adalah sarana bagi para musisi, seperti kata-kata yang merupakan sarana

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

Bab 1. Pendahuluan. Dewasa ini musik telah menjadi budaya pop Jepang yang tak tergantikan. Industri

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Media massa (media cetak, media elektronik dan media bentuk baru)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evita Puspita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pasti akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan

Bab 1. Pendahuluan. Salah satu dari budaya pop Jepang yang terkenal ke mancanegara adalah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. verbal. Komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari hari ialah. yang melibatkan banyak orang adalah komunikasi massa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan makna, untuk itu manusia disebut sebagai homo signifikan yaitu

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. Isu-isu konflik kemanusiaan yang berujung kepada perang atau tindak

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk proses pembentukan makna antara dua orang atau lebih (Mulyana, mewakili sesuatu yang lain (Wibowo, 2013: 7)

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hati, sikap, perasaan pikiran, ide, gagasan maupun informasi kepada orang lain

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

TALENTED ARTIST 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya, kemudian hanya sekadar mendengarkannya saja atau meminta ke. stasiun radio untuk memutarkan lagu tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam pesan. Jika di lihat dari segi komunikasi, musik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses dimana komunikasi tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh. audiens, pusat dari komunikasi massa adalah media.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian moral mengacu kepada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial,

BAB II PREFERED READING DAN IDENTITAS INFORMAN

PROPOSAL PENELITIAN RISET MEDIA DAN KHALAYAK TINGKAT KETERTARIKAN MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP SUATU GENRE MUSIK (BEAT TV)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal pokok bagi kehidupan setiap manusia, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kotak yang bernama televisi, seseorang dapat melihat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan kepada para remaja yang ingin mempelajari bahasa Korea/Hangeul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas, seperti mencari informasi, berkomunikasi, serta sarana berbelanja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Obyek Studi Profil PT. MelOn Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bintang film, olahragawan, atau bahkan pelawak. Fenomena yang paling sering

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung

Transkripsi:

PESAN MORAL DALAM VIDEO KLIP FEEL SPECIAL TWICE (ANALISIS PESAN MORAL UTILITARIANISME MENGGUNAKAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) PROPOSAL SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Bradcasting PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG 2022

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 16 1.3 Pertanyaan Penelitian... 16 1.4 Manfaat Penelitian... 17 1.5 Waktu dan Periode Penelitian... 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 19 2.1 Kajian Pustaka... 19 2.1.1 Pesan Moral dalam Video Klip... 19 2.1.2 Filsafat Moral Utilitarianisme... 26 2.1.3 Semiotika Roland Barthes... 37 2.2 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu... 43 2.3 Kerangka Pemikiran... 49 BAB III METODE PENELITIAN... 51 3.1 Metode Penelitian... 51 3.1.1 Paradigma Kritis... 53 3.1.2 Subjek dan Objek Penelitian... 54 3.1.3 Unit Analisis Data... 56 3.2 Metode Pengumpulan Data... 65 3.2.1 Data Primer... 67 3.2.2 Data Sekunder... 67 i

3.3 Metode Analisis dan Penjagaan Keabsahan Data... 67 3.3.1 Metode Analisis Data... 67 3.3.2 Metode Penjagaan Keabsahan Data... 70 DAFTAR PUSTAKA... 73 LAMPIRAN... 81 ii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Distribusi Vokal Feel Special... 7 Gambar 2. 1 Peta Tanda Semiotika Roland Barthes... 39 Gambar 2. 2 Two Order of Signification Roland Barthes... 40 Gambar 3. 1 Two Order of Signification Roland Barthes... 52 iii

DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 Waktu dan Periode Penelitian... 18 Tabel 2. 1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu... 44 Tabel 3. 1 Profil Video Klip Feel Special... 55 Tabel 3. 2 Unit Analisis Data Representasi Pesan Moral Utilitarianisme... 56 iv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Potongan Adegan Video Klip Feel Special TWICE... 81 v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalani hari, mendengarkan musik dapat menemani kita dalam melakukan aktivitas ataupun kegiatan yang menstimulus semangat dan motivasi. Terdapat sebuah penelitian di dalam jurnal Scientific Reports yang mengungkapkan bahwa musik bertema heroik atau memiliki kesan kepahlawanan memiliki kecenderungan meningkatkan dan memberi energi pada diri yang mendengarkannya. Peneliti jurnal tersebut, Tobias Bashevkin dari University of Bergen menyatakan bahwa musik memberi pengaruh sedikit demi sedikit terhadap mental dan emosional, efek tersebut yaitu menimbulkan rasa semangat dan motivasi yang tinggi (Koelsch et al., 2019). Selain itu, musik dapat mengekpresikan emosi pada diri pendengarnya. Pernyataan tersebut didukung oleh hipotesis Gabrielson dan Juslin dalam buku Handbook of Affective Sciences yang mengatakan bahwa pendengar menganggap musik sebagai ekpresi emosi (Gabrielson & Juslin, 2003). Juslin pada beberapa tahun sebelumnya memaparkan bahwa ekspresi emosional dapat menjadi panduan untuk bertindak bila diterjemahkan dalam beberapa kategori emosi yang memiliki kaitan dengan masalah hidup krusial seperti bahaya (takut), persaingan (kemarahan), kehilangan (sedih), kerja sama sosial (kebahagiaan), atau kepedulian (cinta) (Juslin, 2001). Musik sebagai sebuah karya seni memiliki beberapa aliran biasa disebut genre, seperti klasik, rock, jazz, country, pop, dst. Setiap genre tersebut, dapat mewakili sebuah suasana/situasi tertentu yang mampu memberikan efek yang mempengaruhi mood (kondisi emosional yang timbul secara temporer). Mood sendiri terbagi menjadi dua, yakni suasana hati baik dan suasana hati buruk. Dilansir dari situs hellosehat, genre lagu pop yang memiliki ciri tempo yang menenangkan, dipercayai memberikan efek positif seperti menciptakan suasana hati baik dan mampu mengurangi rasa khawatir dan tegang terhadap pendengarnya (Katyusha, 2022). Dengan kemampuannya mengurangi rasa khawatir dan tegang, genre musik Pop mencakupi emosi cinta yang berbentuk kepedulian, maka tak heran jika genre ini 1

begitu banyak peminatnya. Mendapati dari situs statista.com, Pop menduduki posisi tertinggi sebagai genre musik terpopuler dengan perolehan 64% menurut hasil survey IFPI s latest Music Consumer Insight Report di tahun 2018 (Richter, 2018). K-Pop sebagai turunan aliran musik Pop, merupakan bagian dari Hallyu yang kini menjadi aliran musik populer. Kekuatan K-Pop adalah memadukan pengaruh musik barat dengan budaya Korea Selatan, yang dikuatkan dengan pernyataan bahwa musik sebagai proyeksi kebudayaan (Gabrielson & Juslin, 2003). Mengutip Hae-Joang (dalam Kumalaningrum, 2021), Korean Wave atau yang akrab dengan nama Hallyu, merupakan istilah pemberian jurnalis Beijing, untuk segala sesuatu aspek yang mengacu pada kebudayaan Korea Selatan, sebagai bentuk globalisasi. Tujuan Hallyu untuk menyebar ke seluruh dunia, mengacu pada deklarasi Presiden Korea Selatan Kim Young-sam di tahun 1944, yang menyatakan Hallyu sebagai strategi guna pembangunan dan visi nasional, untuk menarik minat global di sektor pariwisata. Dalam diplomasi publik, salah satu pilihan pendekatan yang akhir-akhir ini berkembang dengan pesat adalah melalui pendekatan budaya. Merujuk kepada pernyataan Menteri Budaya Korea, Shin Nak-yun, menetapkan abad 21 sebagai century of culture atau era budaya (Nastiti dalam Kumalaningrum, 2021). Sebagai sebuah gelombang, fase pertama penyebaran Hallyu dimulai dengan maraknya K- Drama di tahun 1990an. Dan kini, dunia sudah memasuki fase kedua globalisasi budaya Korea Selatan melalui K-Pop. K-Pop benar-benar menjadi global saat Gangnam Style oleh Psy begitu fenomenal. Pada 21 Desember 2012, menjadi video YouTube pertama yang mencapai 1 miliar views (History, 2019). Sejak saat itu, dunia mulai menaruh atensi nya pada Korea Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena K-Pop yang besar karena kontribusi media sosial. Mengutip dari Social Media Today, Twitter telah membagikan data tahun 2021 terkait tagar #KpopTwitter yang mencapai 7,8 miliar tweet, mengalahkan rekor sebelumnya yaitu 6,7 miliar tweet (Hutchinson, 2022). Melansir situs A Side, K-Pop merupakan singkatan dari Korean Pop, merupakan genre musik yang terpengaruh dari beberapa genre, seperti pop, R&B, elektronik, dsb. Karir K-Pop di awali oleh Kim Sisters di era 50an saat Perang Korea, yang mencapai ketenarannya di Amerika Serikat. Memasuki tahun 90an, Seo Taiji and 2

Boys, menjadi tokoh revolusioner karena memberikan inspirasi perkembangan K-Pop terutama grup musik. H.O.T, S.E.S, dan Fin.K.L, merupakan sebagian bintang generasi pertama yang sukses dan menjadi generasi yang mengawali identitas genre K-Pop. Generasi kedua dimulai pada awal 2000-an hingga 2010-an. Big Bang, Girls Generation, dan Super Junior merupakan grup musik K-Pop pada generasi tersebut. Grup K-Pop yang saat ini mendominasi tangga lagu global termasuk ke dalam generasi ketiga, seperti BTS, BLACKPINK, dan TWICE (Merserau, 2017). Sumbangsih K-pop yang semakin mengglobal, didorong oleh pemerintah Korea Selatan dengan memberikan subsidi dana kepada industri kreatifnya. Dilansir dari situs The Finery Report, Pada tahun 2014, dialokasikan 1% dana tersebut dari anggar tahunan dan mengumpulkan dana $1 Miliar untuk pengembangan budayanya (Dianrama et al., 2021). Label Agensi K-pop pun telah menemukan formula untuk strategi promosi konten secara global, melalui perilisan video klip pada platform YouTube. Video Klip yang diunggah ke YouTube, bertujuan untuk menarik penggemar baru secara global, dengan konsisten memberikan visual yang ikonik, tarian yang harmonis, dan musik yang adiktif. Mr Son selaku koreografer grup K-Pop BTS, mengungkapkan bahwa Video klip merupakan salah satu faktor terpenting, pesan yang ingin disampaikan oleh sang musisi pun akan lebih efektif (BBC, 2020). Pada situs kworldnow, diberikan pemaparan terhadap video klip K-Pop, bahwasannya video klip dibuat dengan kualitas yang sama seperti lagunya. Dibuat dengan integrasi tarian, musik, visual, dan cerita yang menarik dengan menaruh banyak detail, untuk menarik penggemar baru semakin banyak penggemar, semakin banyak pendapatan perusahaan (Kworldnow, 2020). Video klip merupakan media komunikasi, juga merupakan salah satu bentuk karya seni film. Sarana yang mampu menyampaikan pesan secara cepat dan seksama, serta terkandung nilai dan makna dari setiap detailnya. Astuti (2013), mengungkapkan bahwa seni adalah media efektif untuk menyampaikan pesan. Melalui seni, seluruh bagian otak dilibatkan dalam proses pengolahan pesan, sehingga mudah dipahami oleh penerimanya. Melalui seni juga, pesan moral dapat tersampaikan secara efektif, ini dikarenakan manusia membutuhkan sentuhan estetik dalam kehidupannya. Pesanpesan tersebut dapat disampaikan melalui suara, visual, gerakan, dan kombinasinya. 3

Pada industri K-Pop, tak sedikit banyak artis K-Pop merilis lagu yang memiliki tema diluar cinta masa muda. BTS era Love Yourself bercerita tentang cinta kepada diri sendiri, kemudian Breath oleh Lee Hi yang menyampaikan pesan bahwa kesalahan bukan akhir dari segalanya, dan Feel Special oleh TWICE yang mengisahkan pentingnya kehadiran seseorang saat masa sulit dalam mengubah pandangan diri sendiri yang sebelumnya bukan siapa-siapa, menjadi seseorang yang istimewa. Lagu-lagu TWICE sejak debut mengusung tema romansa, ceria, masa muda, dan imut. Namun, di tahun 2019 TWICE mengubah konsep grup nya menjadi lebih dewasa, seksi, dan energik. Jihyo selaku leader TWICE saat Fancy Showcase Comeback, mengatakan bahwa mereka ingin merubah konsep mereka menjadi lebih dewasa, ini didasari pemikiran mereka karena konsep tersebut sudah menempel lama dan kemungkinan para penggemar akan merasa bosan (VLIVE, 2019). Feel Special merupakan salah satu lagu terbaik TWICE yang dirilis pada 23 September 2019 bersamaan dengan album mini yang berjudul sama dengan lagu utamanya dan video klipnya yang diunggah di kanal YouTube resmi milik JYP Entertainment, yang saat ini mencapai 430 juta penonton dengan like sebanyak 4,8 juta (JYP Entertainment, 2019). Dengan beraliran musik K-Pop, Feel Special adalah lagu dance glam-pop yang memadukan unsur EDM, Hip Hop, dan alunan nada bergaya 90 an, memberikan atmosfer yang bersemangat diiringi dengan synth yang unik dan beat bass yang groovy, ditambah dengan lirik yang mellow dan penuh perasaan mendalam menjadi lagu yang sangat berkesan bagi para anggota dan juga penggemar (Gillett, 2019; Herman, 2019; P. S. Jin, 2019). Dalam wawancara dengan BuzzFeed, TWICE menceritakan tentang lagu "Feel Special" mereka yang begitu pribadi. Jeongyeon mengungkapkan bahwa Lagu tersebut ditulis oleh produser mereka, JYP (Park Jin-young). Mereka membicarakan pengalaman empat tahun menjadi figur publik, yang menjadikan lagu tersebut begitu tulus karena dialami oleh semua orang. Rapper TWICE Chaeyoung pun berpendapat bahwa mereka ingin mendorong pendengar untuk memperhatikan dan mengapresiasi orang-orang berharga dalam hidup ketika sedang menghadapi masa sulit. Tzuyu sebagai anggota termuda menerangkan bahwa pesan utama dalam lirik lagu ini adalah bahwa kamu tidak sendirian, dan kamu luar biasa dan sempurna apa adanya (Han, 2019). 4

TWICE Feel Special (2019) merupakan lagu utama dalam album mini kedelapan mereka, yang penjualannya memecahkan rekor penjualan album sebelumnya yaitu Fancy You dengan menjual 154.028 eksemplar di minggu pertama perilisan. Dengan masuknya Feel Special, TWICE mendominasi daftar sepuluh besar penjualan tertinggi album girl group K-Pop minggu pertama menurut Hanteo Chart dengan menduduki 8 dari 10 tempat dalam daftar (Koreaboo, 2019). Dilansir dari situs Herald Pop, pada tahun tersebut pula, album mini Feel Special berhasil terjual sebanyak 400.528 eksemplar, membuat TWICE menduduki peringkat teratas di chart Gaon Girlgroup Album Sales (L. H. Jin, 2019). Melansir Naver, album mini TWICE bertajuk Feel Special berhasil menjadi nomor 1 dalam Worldwide itunes Album Chart di 26 negara, di antaranya Amerika Serikat, Brasil, Jepang, Kanada, Meksiko, Selandia Baru, Rusia, dan masih banyak lagi. Pada hari perilisannya, semua lagu dalam album mini Feel Special berhasil menduduki posisi 1 hingga 7 di Japanese Line Music Real-time Top 100 Chart. Selain itu, bersamaan dengan comeback album mini kedelapan mereka, TWICE berda di puncak peringkat trending Twitter di 15 wilayah, termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Kanada, serta No. 1 dunia (Young, 2019). Penghargaan yang telah diraih oleh lagu Feel Special setelah promosi di berbagai program musik Korea Selatan dari akhir September hingga pertengahan Oktober, berhasil mengumpulkan total tujuh kemenangan. Lagu Feel Special pun berhasil berada dalam 10 besar bahkan menjadi nomor 1 dalam puncak tangga lagu Billboard, yaitu World Digital Song Sales dan Kpop Hot 100 (Billboard, 2019). Pada Mei 2020, Feel Special berhasil mendapatkan sertifikasi Silver Streaming atas pencapaiannya melampaui 30 Juta streaming di Oricon Streaming Singles Chart dari Recording Industry Associaton of Japan (RIAJ). Kemudian pada batch sertifikasi pada Maret 2021, RIAJ secara resmi memberikan penghargaan platinum pada Feel Special dalam kategori streaming setelah lagu tersebut menembus 100 Juta streaming, dan merupakan pencapaian pertama kali salah satu lagunya mendapatkan sertifikasi platinum untuk streaming. Selain itu, Feel Special berhasil menjadi lagu pertama artis wanita asing dalam sejarah RIAJ yang menerima sertifikasi platinum untuk streaming, dan menjadi artis K-Pop kedua menyusul lagu BTS Dynamite ( RIAJ, 2020). 5

Kesuksesan Feel Special selain didukung dari lirik yang berbasis pengalaman TWICE, distribusi vokal yang adil menjadi salah satu faktor penting untuk sebuah lagu mendapat suatu perhatian lebih. Distribusi vokal singkatnya sebuah pembagian lirik yang dinyanyikan oleh anggota grup musik. Dalam industri K-Pop, distribusi vokal merupakan pembahasan hangat oleh penggemar K-Pop, karena sebagai penggemar tidak rela bila salah satu idola nya mendapatkan bagian lirik yang lebih sedikit dibandingkan dengan anggota grup lainnya. Melansir koreaboo.com, Penulis lagu K-Pop Cosmic Sound (Kim Kihyun) dan Cosmic Girl (Yoo Jooyi) menjelaskan bahwa pembagian jumlah baris yang didapat setiap anggota grup tergantung pada penulis lagunya. Ketika menulis sebuah lagu K-Pop, penulis membuat sketsa besar, kemudian dialokasikan tergantung pada siapa yang paling sesuai. Sehingga dibandingkan setiap anggota mendapat jumlah baris yang sama, penulis berfokus untuk memastikan setiap baris diberikan kepada penyanyi yang paling cocok dengannya. Banyak penggemar K-Pop percaya bahwa distribusi vokal yang adil adalah setiap anggota mendapat proporsi yang memadai berdasarkan posisi dan kemampuan mereka. Sedangkan di mata penulis lagu, distribusi vokal yang adil adalah setiap anggota mendapatkan baris yang sesuai dengan suara mereka. Namun kembali lagi, setiap penulis lagu memiliki preferensi masing-masing dalam distribusi vokal, semua tergantung pada musik itu sendiri (Valley, 2020a). Pemahaman terhadap distribusi vokal memandu pertanyaan terhadap lagu Feel Special mengapa menjadi lagu yang istimewa di benak penggemar dan juga TWICE. Dengan penulis lirik JYP yang terinspirasi dari pengalaman pribadi TWICE, membuat lirik tersebut dapat dialokasikan secara adil kepada para anggota dan pantas untuk dinyanyikan olehnya. 6

Gambar 1. 1 Distribusi Vokal Feel Special (Sumber: Koreaboo, 2021) Melihat gambar diatas, distribusi vokal Nayeon dan Jihyo lebih banyak dibandingkan dari yang lainnya, ini dikarenakan peran mereka dalam grup sebagai lead vocalist. Secara garis besar, distribusi vokal Feel Special sudah mencakup adil dibandingkan lagu yang lainnya. Walau single mereka yang berjudul Signal lebih merata, namun baris paling sedikit di dalam lagu tersebut dinyanyikan oleh Dahyun (8,1%) sedangkan dalam lagu Feel Special baris paling sedikit dinyanyikan oleh Momo, Sana, dan Mina (8,4%). Chaeyoung yang berperan sebagai rapper, kali ini membuka lagu dengan bernyanyi di verse pertama. Sehingga bagian rap hanya dinyanyikan oleh Dahyun, membuat lagu ini membagi porsi peran vokal berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya (Koreaboo, 2021). Merujuk kembali kepada pernyataan Cosmic Sound dan Cosmic Girl, bahwa pembagian vokal ditentukan dari anggota grup yang sesuai untuk menyanyikannya. Salah satunya adalah penggalan lirik yang dinyanyikan Mina, Aku hanya ingin bersembunyi, tidak ingin menghadapi dunia, seolah-olah semuanya telah kehilangan makna. Penggalan lirik ini sesuai untuk dinyanyikan oleh Mina, karena saat itu dirinya sedang dalam masa pemulihan terkait kesehatan mental. Dilansir dari situs Time, pernyataan tersebut diumukan langsung oleh JYP Entertainment dalam situs pribadinya pada 11 Juli 2019, yaitu beberapa bulan sebelum Feel Special dirilis. Di dalamnya, terdapat pernyataan bahwa Mina tidak akan berpartisipasi dalam tur dunia TWICE karena sedang berjuang dengan kecemasan dan rasa tidak aman yang tiba-tiba untuk tampil di atas panggung. Perusahaan label musik JYP Entertainment pun 7

memutuskan untuk mengistirahatkan Mina dari kegiatan promosi Feel Special dan tidak berpartisipasi pada tur dunia mereka. Pernyataan tersebut merupakan salah satu dan pertama kalinya label K-Pop membagikan diagnosis spesifik terkait kesehatan musisi labelnya terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental (Moon, 2019). Terkait masalah kesehatan mental, anggota TWICE lainnya yaitu Jeongyeon juga mengalami hal yang sama. Melansir Koreaboo, Pada Oktober 2020, JYP Entertainment mengumumkan bahwa Jeongyeon tidak akan berpartisipasi dalam promosi untuk album kedua TWICE bertajuk Eyes Wide Open. Alasan hiatus Jeongyeon sendiri dikonfirmasi karena gangguan kecemasan. Setelah tiga bulan, Jeongyeon kembali bersama anggotanya di Seoul Music Awards ke-30 pada Januari 2021 (Valley, 2020b). Tujuh bulan kemudian, terdapat pengumuman berisi berita terkait kondisi kesehatan terkini Jeongyeon pada 18 Agustus 2021 yang diposting ke laman penggemar resmi dan akun Twitter resmi TWICE. Dalam postingan tersebut, Jeongyeon saat ini mengalami kepanikan dan kecemasan psikologis. Dengan mengutamakan kesehatan artis, Jeongyeon ditetapkan hiatus untuk fokus pada pemulihan dan istirahat disertai dengan tindakan medis profesional (JYP Entertainment, 2021). Melihat kedua anggota TWICE yang menghadapi masalah kesehatan mental, anggota TWICE lainnya berbicara tentang kesehatan mental dan betapa pentingnya hal tersebut pada kesejahteraan mereka. Dalam wawancara dengan TeenVogue, TWICE Jihyo selaku leader mengungkapkan bahwa dirinya menyadari bahwa kesehatan bukan hanya tentang kesehatan fisik saja, tapi juga kesehatan mental yang mempengaruhi kesehatan fisik. Berbicara dengan Time pada tahun 2019, Naeyon merupakan anggota tertua mengakui bahwa semua anggota menghadapi kecemasan serupa dari waktu ke waktu. Dahyun salah satu rapper TWICE pun angkat bicara dengan menyatakan bahwa kesehatan fisik dan kesehatan mental adalah hal yang terpenting untuk dijaga oleh anggota (Delgado, 2021). Untuk memperluas wawasan masyarakat dalam menghadapi masa sulit dan kesehatan mental, TWICE menggunakan musik untuk menyampaikan pesan tersebut. Ditemukan dalam beberapa penelitan, musik selain hiburan, juga digunakan sebagai media untuk memproses emosi, trauma dan kesedihan juga dapat digunakan sebagai agen pengatur atau penenang kecemasan. Penelitian pun menunjukkan bahwa musik dapat memiliki efek menguntungkan pada bahan kimia otak seperti dopamin yang 8

terkait dengan perasaan senang, dan oktitosin. Terdapat bukti moderat bahwa musik dapat membantu menurunkan kadar hormon stres kortisol. Penelitian lainnya menemukan bahwa otak memicu emosi, ingatan, dan pikitan tertentu, yang seringkali mengarah pada efek yang lebih positif terhadap kesehatan mental (Open Minds, 2020; Adler, 2020; Warren, 2016). Musik pun merupakan media yang mampu menyampaikan pesan secara universal, sehingga tanpa mengerti bahasa yang digunakan musisi tersebut, lagu tersebut dapat dipahami oleh pendengarnya dan relevan dengan situasi dan kondisi pada lirik lagunya. Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa bagi banyak orang, musik yang berhubungan dengan mereka adalah refleksi dari diri mereka sendiri. Musik yang dikaitkan dengan pelepasana dopamin, nampaknya mampu memprediksi kemampuan musik untuk memberi kesenangan. Dengan ditambah efek endorfin, musik membuat seseorang merasa nyaman dan terhubung dengan orang lain, mungkin terutama ketika membuat musik sendiri (Beentjes, 2019; Suttie, 2016). Diharapkan dengan kekuatan musik, pesan TWICE dalam lagunya Feel Special dapat tersampaikan. Terkait isu kesehatan mental, akhir-akhir ini menjadi pembahasan hangat oleh seluruh orang di dunia terutama topik pembicaraan di media sosial. Menurut situs PsychGuides.com, Twitter menjadi salah satu media dengan jaringan yang efisien menghubungkan individu yang menderita penyakit mental melalui penggunaan tagar tertentu. Tagar #MentalHealth adalah tag yang paling banyak digunakan dalam konteks kesehatan mental dan tagar #MentalHealthMatters sebagai pembuka percakapan di platform media sosial tersebut (Psychguides, 2015). Hal ini menjadi sesuatu yang perlu disadari, karena dilansir dari situs We Are Social, jumlah pengguna media sosial di dunia mencapai 4,65 miliar pada April 2022. Sebagai konteks, populasi dunia mencapai 7,93 miliar pada April 2022, sehingga pengguna media sosial setara dengan 58,7 persen dari total populasi global. Berdasarkan penelitian terbaru dari GWI, mengungkapkan bahwa pengguna internet dunia sekarang menghabiskan ratarata 6 jam dan 53 menit online setiap hari. Untuk konteksnya, pengguna internet biasa sekarang menghabiskan lebih dari 40 persen kehidupan nyata mereka secara online (We Are Social, 2022). Melansir Forbes, banyak penelitian telah menemukan korelasi antara penggunaan media sosial yang lebih tinggi menyebabkan kesehatan mental yang lebih buruk, termasuk depresi, kecemasan, perasaan kesepian dan isolasi, harga diri yang 9

lebih rendah, dan bahkan bunuh diri. Lebih lanjut, terdapat dua studi baru yang mengungkapkan bahwa tidak hanya korelasi, tetapi juga sebab-akibat pada penggunaan media sosial secara rutin yang berefek pada kesehatan mental. Melihat salah satu studi, Melissa G. Hunt sebagai penulis studi tersebut mengatakan bahwa menggunakan lebih sedikit media sosial daripada biasanya akan menyebabkan penurunan depresi dan kesepian yang signifikan. Hunt menambahkan bahwa beberapa literatur yang ada di media sosial menunjukkan ada banyak sekali perbandingan sosial yang terjadi, seperti melihat kehidupan orang lain sehingga kita mudah untuk menyimpulkan bahwa kehidupan orang lain lebih keren atau lebih baik (Walton, 2018). Merujuk pada Jurnal Epidemilogia Social Media Use and Mental Health: Global Analysis oleh Ulvi dan rekannya, menunjukkan bahwa individu yang menderita masalah kesehatan mental menggunakan media sosial sebagai jalan keluar terapi. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa Facebook dan Twitter umumnya digunakan untuk saling menguntungkan kesehatan mental dengan membawa orangorang dengan situasi kesehatan yang sama dan menciptakan lingkungan yang saling mendukung (Ulvi et al., 2022). Melihat dua studi yang bertolak belakang, media sosial menjadi baik atau buruk untuk seseorang kembali dari kebijaksanaan penggunanya. TWICE sebagai grup K-Pop, menggunakan media sosialnya untuk mempromosikan lagu mereka, agar pesan dalam musik mereka dapat tersampaikan kepada masyarakat. Perilaku masyarakat sangat mempengaruhi kesehatan mental para figur publik terutama Bintang K-Pop. Seringkali masyarakat kita melabeli seseorang sebelum mengetahui latar belakang dan mengenalnya lebih dalam. Tuntutan publik dan media yang mewajibkan mereka untuk selalu tampil sempurna, tidak berbuat kesalahan, selalu kuat dalam menghadapi apapun, dan memenuhi standar sosial lainnya, tidak memberikan ruang kepada mereka untuk menjalani hidup dan menjadi manusia seutuhnya. Melansir situs Creatrip, etimologi dari kata idola adalah gambaran dewa dan khususnya di Korea Selatan merujuk pada penyanyi idola K-Pop. Disebut gambaran dewa karena publik dan media menilai mereka menurut standar yang hanya dapat dipenuhi oleh dewa sejati. Idola diharapakan tidak bersalah, tidak pernah marah, tulus dan bekerja keras. Dengan begitu, maka Idola tersebut dapat memenuhi standar dan akan memenuhi syarat untuk menjadi bintang di Korea Selatan. Media dan publik sering kali mengungkit gambar kesalahan idola sehingga idola tersebut diklaim memiliki masalah sikap. Akibatnya, para idola terbiasa untuk mengisolasi perasaan 10

mereka, dan menyebabkan mereka mengalami kecemasan emosional (Kim, 2021). Dampak dari tuntutan tersebut membuat beberapa idola K-Pop terpengaruhi kesehatan mentalnya bahkan depresi hingga memilih untuk kabur dari kehidupan selebritinya dengan bunuh diri. Kematian Kim Jonghyun SHINee, Sulli F(X), Goo Hara KARA, memberikan peringatan bahwa industri hiburan K-Pop begitu kelam. Dilansir dari situs Republicworld.com, Jonghyun SHINee (Kim Jong-hyun) ditemukan tak sadarkan diri di sebuah hotel pribadi di Seoul pada 18 Desember 2017. Penyanyi tersebut bunuh diri dengan keracunan karbon monoksida, dan meninggalkan pesan perpisahan dalam bentuk catatan. Catatan tersebut berisi ungkapan terhadap tekanan besar sebagai bintang K-Pop, dirinya hancur dari dalam dan depresi yang perlahan memakan dirinya (Sanchala, 2021). Kematian bintang K-Pop lainnya, Sulli (Choi Jin-Ri), dikonfirmasi bunuh diri pada 14 Oktober 2019 di apartemennya. Manajer Sulli menemukannya di lantai dua saat memerika tempat tinggalnya. Sehari sebelum kematiannya yang tiba-tiba, Sulli sedang dalam pengambilan gambar untuk iklan, tidak ada perilaku yang menunjukkan dirinya sedang depresi ataupun stress. Sulli telah mengumumkan hubungannya dengan seorang rapper, namun respon masyarakat tidak begitu baik melihat pasangannya tersebut tidak sesuai terhadap persepsi bintang K-Pop. Penyanyi tersebut kemudian mengungkapkan dalam video Instagram Stories, bahwa setelah mengumumkan hubungannya tersebut, teman-teman terdekatnya mulai meninggalkannya, masa sulit tersebut yang menyebabkan mentalnya jatuh (Khollam, 2020). Melansir Soompi, kematian Sulli membuat anggota parlemen Korea Selatan mengusulkan RUU yang dikenal sebagai Sulli Law yang bertujuan untuk melawan komentar jahat dan cyberbullying. Undang-undang ini berfokus meminimalisir jumlah komentar jahat di internet, dan berkat RUU tersebut, beberapa portal berita Korea Selatan seperti Naver membuat keputusan untuk menangguhkan fitur komentar dan menghapus emoji reaksi marah pada artikel hiburan. Namun, wacana Undang-Undang Sulli Law atau Sulli Act ini tidak mendapatkan titik terang, disebabkan oleh perubahan kabinet Majelis Nasional yang menyatakan bahwa itu sudah di luar tanggung jawab mereka, sehingga perlu diusulkan kembali ke Majelis Nasional periode selanjutnya. Kemudian minat masyarakat yang sudah menurun terhadap wacana tersebut, membuat Sulli Law menjadi Undang-Undang yang tidak terwujud (Soompi, 2020). 11

Dilansir dari situs Billboard, kurang dari dua bulan setelah kematian Sulli, Goo Hara KARA ditemukan tewas di rumahnya oleh kenalannya pada 24 November 2019. Polisi mengungkapkan bahwa Goo dikonfirmasi bunuh diri dengan dikuatkan dengan temuan barang bukti berupa catatan pesimistis di rumahnya. Goo pada tahun lalu menjadi berita utama karena mengalami konflik dengan mantan pacarnya, Choi Jongbum. Choi mengaku diserang oleh Goo, sedangkan Goo menuduh mantan pacarnya tersebut mengancam akan merilis video seks dirinya. Pengadilan memvonis Choi dengan 1 tahun penjara atas tuduhan pemaksaan dan penyerangan serta pemerasan terhadap Goo. Namun, hukuman penjara Choi ditangguhkan, dengan hasil Choi keluar dari penjara dan mengajukan banding ke pengadilan (Billboard, 2019). Berita kematian Goo membuat jumlah tanda tangan untuk petisi daring yang menyerukan hukuman lebih berat untuk pelaku pelecehan seksual meningkat sebanyak dua kali lipat, yaitu lebih dari 217.000. Petisi ini ditujukan untuk kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dan petisi yang melewati 200.000 tanda tangan harus mendapatkan tanggapan. Petisi tersebut pun ditanggapi dan standar hukuman untuk kejahatan seksual yang berpusat pada pelaku berakhir direvisi (Sun, 2019). Kematian Goo Hara mendapati pengaruh lainnya terhadap regulasi di Korea Selatan yaitu terkait warisan keluarga. Setelah empat bulan dari kematiannya, kakak laki-lakinya, Goo Ho In, berjuang di pengadilan dengan ibunya yang menuntut mendapat setengah dari aset Goo Hara untuk dirinya. Perjuangan ini dilakukan karena menurut Ho In, ibu mereka telah meninggalkan mereka sejak usia kanak-kanak. Diketahui bahwa ibunya secara tiba-tiba muncul di pemakaman Goo Hara dan mencoba mengambil gambar dengan ponselnya, kemudian dihentikan oleh anggota keluarga lainnya. Dua hari kemudian, Ho In mendatangi kantor pengacara dan terdapat dua orang memperkenalkan diri sebagai pengacara dari ibunya. Situasi tersebut menyadarakan Ho In dan bertekad untuk memperjuangkan bagian dari aset adiknya. Hal ini menjadi persoalan, karena dalam hukum Korea Selatan, orang tua dapat menerima aset dari mendiang anak mereka walaupun mereka tidak membesarkan serta mengurusi mereka dan satu-satunya pengecualian adalah dalam kasus pembunuhan atau kasus tidak biasa lainnya. Ho In dan pengacaranya sedang menetapkan Goo Hara Act yang akan memperluas alasan diskualifikasi terhadap warisan terhadap anggota keluarga yang lalai dalam kewajibannya dalam mengurus orang tua atau anak-anak mereka. Dengan keputusan pengadilan pada 21 Desember 2020 bahwa warisan Goo 12

Hara akan dibagi 60 persen kepada pihak ayah dan 40 persen untuk ibu, memberikan harapan terhadap keadilan pada hukum warisan negara di Korea Selatan. Dan Undang- Undang Goo Hara atau Goo Hara Act disetujui oleh Kabinet Korea Selatan yang disahkan pada 1 Desember 2021, sebagai hadiah terakhir yang diberikan Goo Ho In untuk mendiang adiknya, Goo Hara (Chan, 2021; Soompi, 2020). Ketiga berita tersebut memberi peneliti pandangan bahwa dunia idola K-Pop memang tidak sebaik yang ditampilkan oleh media. Para idola K-Pop yang mengalami depresi, kesehatan mental lainnya, dan masa sulit mereka tidak ditampilkan oleh media karena merupakan suatu aib bagi citra mereka. Di sisi lain, bintang K-Pop memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat. Hal yang dirasa rugi oleh masyarakat diwakilkan oleh suara dari bintang K-Pop, seperti kekerasan seksual dan perundungan secara fisik maupun daring. Kematian para idola K-Pop menyadarkan masyarakat untuk memperhatikan tindakan dan membuka pandangan mereka terhadap sisi gelap industri K-Pop. Kebahagiaan yang dicapai menjadi sebuah bintang K-Pop, tidak sebanding dengan kerja keras dan penilaian terhadap perilaku atau karakter yang dinilai tidak sewajarnya (stigma). Dengan pesan moral menjadi bahagia, yaitu merasa istimewa, adalah pesan kepada masyarakat untuk mengusahakan segala tindakannya bertolak pada kebahagiaan bagi semua orang yang terpengaruh oleh tindakan mereka, terdapat dalam lagu Feel Special. Setiap karya seni yang lahir tidak akan lepas dari referensi realita masyarakat lingkungan si pencipta. Seringkali sebuah dongeng maupun film memiliki unsur intrinsik berupa amanat (pesan moral), yang ingin disampaikan oleh penciptanya kepada masyarakat untuk bersikap serta berperilaku baik dan menjunjung tinggi kebenaran. Dengan harapan tersebut, moral masyarakat akan meningkat, dan kebahagiaan akan tercapai. Prinsip bahwa manusia hidup untuk mencapai kebahagiaan, merupakan salah satu bagian dari etika normatif. Menurut Franz Magnis- Suseno (2019), norma-norma moral adalah tolak ukur dalam menilai benar atau salah sikap dan perilaku manusia dilihat dari segi baik atau buruknya sebagai manusia, bukan sebagai pelaku pada peran tertentu dan terbatas. Merujuk pada pernyataan tersebut, paham utilitarianisme menilai sesuatu baik bila berguna, befungsi, dan menguntungkan. Dan sebaliknya, sesuatu dinilai buruk bila tidak memiliki guna, tak berfungsi, dan merugikan. Nilai kelayakan suatu tindakan menurut paham ini adalah 13

sebanyak-banyaknya tindakan yang menghadirkan kebahagiaan dan tindakan yang sekurang-kurangnya memunculkan rasa sakit. Utilitarianisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin utilis yaitu berguna yang dimaksudkan, adalah peran makhluk hidup manusia sebagai makhluk sosial, untuk turut serta berpartisipasi secara maksimal dalam masyarakat. Maksud sebenarnya dalam paham ini adalah agar manusia selalu bertindak sedemikian rupa hingga semaksimal mungkin menciptakan kebahagiaan dan menghindarkan semaksimal mungkin dampak buruk kepada banyak orang. Menurut pemahaman Magnis-Suseno (2019), utilitarianisme melihat dampak baik tidak hanya dari kepentingan si pelaku, melainkan dari segi kepentingan banyak orang yang terkena pengaruh dari dampak tindakan si pelaku. Dengan kata lain, utilitarianisme bersifat universalis yaitu mengakui keberadaan kewajiban terhadap semua orang. Utilitarianisme menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan harus selalu memperhatikan dampak bagi semua orang yang secara langsung atau tidak tepengaruh olehnya. Berbeda dengan kedua teori lainnya yang berkaitan dengan kebahagiaan, teori hedonisme dan etika pengembangan diri berfokus pada usaha kebahagiaan bagi diri sendiri, sehingga kedua teori tersebut termasuk ke dalam kelompok egoisme etis. Menjadi perbandingan, prinsip hedonisme bertolak pada kebahagiaan yang diterima dari jumlah kenikmatan yang didapat dan menghindari perasaan yang tidak enak menurut si pelaku, sehingga peran manusia sebagai makhluk sosial tidak menjadi panduan bagi penganut hedonisme. Keterkaitan dengan realita, mengambil pemikiran Magnis-Suseno (2019), masyararakat zaman sekarang banyak mencari kebahagiaan dengan mengejar segala kenikmatan yang tersedia dan menghindar dari pengorbanan. Dibandingkan menghabiskan waktu untuk mempelajari serta memahami para kesulitan idola K-Pop, masyarakat lebih cekatan mengomentari, menuntut. dan menghakimi yang bahkan tanpa basis kuat, dilontarkan begitu saja. Untuk mengubah pola pikir masyarakat tersebut, Feel Special lahir dari pengalaman berharga yang diperoleh melalui pengorbanan dan perjuangan TWICE, dengan ungkapan lagu tersebut yaitu saling mengerti satu sama lain lebih lanjut bahwa manusia bertanggung jawab terhadap sesamanya, merupakan prinsip utilitarianisme. Terdapat banyak penelitian yang meneliti tentang representasi pesan moral dalam seni massal seperti film, video klip, serial televisi, diantaranya REPRESENTASI PESAN MORAL DALAM FILM TILIK (ANALISIS SEMIOTIK 14

ROLAND BARTHES) (Leliana et al., 2021). Dalam penelitian ini, pesan moral dihasilkan dari alur cerita yang dibangun oleh tanda-tanda yang ditampilkan melalui beberapa aspek-aspek sinematografi dianalisis menggunakan denotasi, konotasi, dan mitos. Ditemukan tiga pesan moral utama; yaitu kepercayaan pada berita hoax/berita bohong, kebebasan perempuan dalam memilih hak hidupnya, aparat negara yang masih menerima suap. Pesan moral yang terbentuk dalam seni massal, dijelaskan dalam penelitian THE MORAL POSSIBILITIES OF MASS ART (D Olimpio, 2008). Dari penelitian tersebut ditemukan dalam karya seni massal, aksesibilitas bahasa gambar yang digunakan oleh film, berguna sebagai salah satu cara penyampaian pesan akan langsung dipahami oleh khalayak. Dengan demikian, film memiliki potensi untuk mendidik secara moral penontonnya dengan menyampaikan perspektif tertentu tentang masalah moral tertentu yang dapat membuat penonton berempati. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis tentang bagaimana pesan moral ditunjukkan pada adegan di dalam video klip Feel Special oleh TWICE, karena menurut peneliti, pesan moral terhadap masa sulit yang dialami oleh seseorang sehingga dirinya merasa sendirian, dan ketika kehadiran seseorang membuat dirinya istimewa tersampaikan secara implisit melalui beberapa adegan dalam video klip ini. Masa sulit dalam pekerjaan, sekolah, tuntutan masyarakat, diharapkan dapat dihadapi karena semua orang mengalami masa sulit tersebut. Pesan yang ingin disampaikan sangatlah tulus dari hati, sebagai sesama manusia, sebuah kehadiran diiringi saling pengertian dan memahami adalah hal yang sangat indah dalam berkehidupan di masyarakat. Hasil akhir dari bertindak dalam kebaikan bersama, adalah kebahagiaan. Lagu ini mengharapkan sebuah kesadaran masyarakat akan tindakannya mampu mempengaruhi seseorang dalam arti positif maupun negatif, maka setiap tindakan perlu difikirkan terlebih dahulu. Dengan banyak makna yang terkandung dalam video klip Feel Special, menjadi suatu hal yang menarik untuk disaksikan. Penyampaian sebuah pesan melalui visual, perlu dikaji dengan ilmu tanda yang mampu mengungkap makna. Semiotika, dapat membantu peneliti dalam membawa penelitian dan menemukan makna dari penggunaan simbol yang terdapat dalam video klip Feel Special. Konsep semiotika Roland Barthes, memiliki sistem pemaknaan denotasi, konotasi, dan mitos, menelaah simbol dan tanda pada setiap adegan yang 15

peneliti pilih. Peneliti memilih semiotika milik Barthes, karena peneliti memahami video klip sebagai produksi tanda dan pembangunan mitos. Sobur (2018) dalam bukunya, menjelaskan sistem penandaan milik Barthes. Denotatif merupakan sistem pemaknaan tataran pertama yang terdiri atas penanda dan petanda. Istilah denotasi adalah sebuah tanda yang memiliki makna sebenarnya. Menurut Barthes, denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sistem pemaknaan tataran kedua yaitu konotatif, merupakan tanda yang mengandung kedua bagian tanda denotatif. Konotatif dijelaskan sebagai sistem pemaknaan yang dipengaruhi oleh asosiasi perasaan peran pembaca (the reader). Bila konotasi menguasai masyarakat, makan makna tersebut berubah menjadi mitos. Keunggulan semiotika Roland Barthes adalah mitos, yaitu makna berulang dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Dalam mitos, sebuah ideologi merupakan bentuk kebudayaan, dan kebudayaan sendiri merupakan bentuk berulang dari masyarakat. Sehingga, semiotika Roland Barthes mampu untuk merepresentasikan realita masyarakat, yang menjadi pemicu Feel Special terlahir, sebagai obat bagi seseorang yang sedang berada di masa sulit dalam kehidupannya. Makna denotasi, konotasi, dan Mitos yang terdapat dalam video klip Feel Special, menjadi alat analisis untuk membedah simbol-simbol yang digunakan sebagai representasi makna berisi pesan moral. Demikian, peneliti merumuskan judul penelitian yaitu, Pesan Moral dalam Video Klip Feel Special TWICE (Analisis Pesan Moral Utilitarianisme menggunakan Semiotika Roland Barthes. 1.2 Tujuan Penelitian Merujuk pada latar belakang penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pesan moral ditunjukkan pada adegan di dalam video klip dan makna denotasi, makna konotasi, serta makna mitos yang terdapat dalam video klip Feel Special oleh TWICE dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dengan melihat tujuan penelitian, maka dapat ditemukan fokus penelitian dalam satu pertanyaan yaitu bagaimana pesan moral yang ditunjukkan pada adegan di dalam 16

video klip Feel Special oleh TWICE melalui analisis makna denotasi, konotasi, dan makna mitos semiotika Roland Barthes? 1.4 Manfaat Penelitian Adapun harapan peneliti dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai rujukan dalam bidang akademis dan bidang praktis. Manfaat penelitian ini berkaitan dengan judul penelitian yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada bidang kelimuan khususnya dalam kajian Ilmu Komunikasi bagi penelitian selanjutnya yang menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Isu yang diangkat oleh peneliti diharapkan mampu menjadi sumbangsih wawasan bagi penelitian selanjutnya. Industri K-Pop saat penelitian ini berlangsung sedang dalam sorotan dunia, terlebih banyak hal yang dapat diteliti dari isu yang terdapat dalam industri K-Pop ini. Idola K-Pop mampu mempengaruhi masyarakat, begitu pun sebaliknya. Kesehatan mental yang dekat dengan idola K-Pop, terpengaruh dari stigma dan dipercepat dengan kehadiran media sosial. Sebuah tindakan mampu mempengaruhi orang lain yang terlibat, maka moral utilitarianisme berperan dalam penelitian ini. Dengan perilaku masyarakat yang sering berkomentar negatif, acuan dalam bertindak menggunakan moral utilititarian dapat menjadi rujukan terhadap penelitian selanjutnya. Peneliti pun mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mahasiswa atau para peneliti dalam menganalisis tanda pesan moral yang terkandung di dalam video klip. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memenuhi syarat kelulusan peneliti dalam studi Ilmu Komunikasi. Peneliti berharap isu yang peneliti angkat mampu membuka mata masyarakat terhadap realita yang perlu disadari dan menjadi bahan renungan. Wawasan terhadap isu kesehatan mental mampu dipahami dan disadari oleh masyarakat. Penggunaan media sosial dengan bijak menjadi poin penting dalam membantu mengurangi kerugian terhadap mental 17

penggunanya, terutama figur publik. Peneliti berharap agar masyarakat berfikir kembali sebelum bertindak yang berdampak terhadap suatu individu. Kepentingan bersama seperti gotong royong, peneliti harap dapat muncul dalam diri masyarakat yang melihat penelitian ini. Peneliti pun mengharapkan penelitian ini mampu menjadi sumbangsih dalam wawasan dan anjuran tentang tanda, makna, serta pentingnya sebuah pesan moral, sebagai tuntunan dalam berperilaku kepada diri sendiri, juga orang lain. 1.5 Waktu dan Periode Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada Maret 2022 dengan periode yang dibutuhkan selama kurang lebih 5 bulan. Adapun tabel waktu dan periode penelitian sebagai berikut: Tabel 1. 1 Waktu dan Periode Penelitian No Tahapan Penelitian Bulan (Tahun 2022) Maret April Mei Juni Juli 1. Penelitian Pendahuluan 2. Seminar Judul 3. Penyusunan Desk Evalution 4. Seminar Desk Evalution 5. Pengolahan dan Analisis data 6. Menyusun Hasil Penelitian berbentuk Skripsi 7. Sidang Skripsi 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pesan Moral dalam Video Klip a. Perkembangan Video Klip Video Klip mulai disiarkan secara luas melalui televisi pada tahun 1980-an, melalui saluran MTV (Music Television) pada tahun 1981. Video klip diciptakan sebagai sebuah sarana promosi untuk memasarkan lagu, namun video klip mampu menjadi sarana ekspresif yang bernilai estetik untuk membangun dan/atau menciptakan makna penting sebuah lagu (Carson, 2010). Menurut situs Britannica (Carson, 2010), The Beatles sebagai band pertama mengganti penampilan langsung dengan klip yang difilmkan pada akhir 1960- an. Mulainya video klip sebagai promosi penjualan digunakan oleh band-band punk yang tidak mampu untuk menampilkan penampilan mereka di gerai komersial konvensional. Pada tahun 1975 video klip menjadi gempar dengan Queen Bohemian Rapsody, membuktikan bagaimana video mampu meningkatkan secara tidak langsung mendefinisikan kualitas sebuah lagu (baik atau buruk kembali kepada audiens). Kemudian MTV (Music Television) muncul pada tahun 1981 menjadi medium untuk menampilkan video klip yang diperlukan untuk memasarkan sebuah lagu. Video Killed the Radio Star dari The Buggles menjadi video klip pertama yang diputar di MTV. MTV secara konsisten menjadi stasiun yang menayangkan program musik, dengan konsep sederhana, yaitu memutar video klip selama 24 Jam tanpa henti (Yucki, 2021). Era MTV menggantikan video klip pertunjukan dengan pendekatan yang lebih konseptual dan memiliki karakterisitik dengan sentuhan pengeditan asosiatif, atmosfer yang didramatisi, dan penggunaan referensi pengambilan gambar/citra milik 20th Century dari film, fotografi berita, TV, lukisan, dan sebagainya. Secara estetis, video klip sangat berkembang semenjak kemunculannya sehingga video klip dibuat menjadi lebih kreatif. Pada 1980-an, Michael Jackson dengan Beat It dan Billie Jean yang inovatif, menampilkan 19

koreografi yang sangat berpengaruh dan suasana paranoia seperti Thriller. Madonna Like Prayer pada tahun 1989 dan Justify My Love pada tahun 1990 juga memberikan pengaruh besar pada pembuatan video klip yang konseptual, fenomenal, dan juga kreatif. Salah satu video klip yang terpengaruh dan menjadi sarana ekspresif yang membangun seperti Nirvana Smells Like Teen Spirit di tahun 1991, REM Losing My Religion di tahun 1991, atau David Bowie dengan Let s Dance di tahun 1983, yang ketiga video klip tersebut menghadirkan makna penting dalam sebuah lagu (Carson, 2010). Konsep full band performance merupakan konsep yang digunakan pada era musik rock alternatif dan punk rock 2000-an. Band-band seperti Coldplay, Linkin Park, hingga My Chemical Romance mendominasi tangga lagu di radio. Penampilan dengan formasi full band merupakan identitas bagi band tersebut, sehingga video klip tidak hanya sekadar video rekaman mentah saat sesi latihan di studi atau penampilan saat konser, melainkan dikembangkan menjadi skneario yang lebih sinematik seperti The Kill oleh 30 Seconds to Mars yang terinspirasi dari film The Shining (Yucki, 2021). Pada abad ke-21, ketika pentingnya pemutaran video klip di MTV berkurang dan semakin banyak orang menonton video klip melalui Internet menggunakan perangkat elektronik dan perangkat seluler, pendekatan yang diambil oleh produser dan sutradara video klip mulai berubah. Citra melalui visual yang awal begitu rumit kemudian lebih fleksibel dan kurang padat, seperti penggunaan konsep unik dan pintar dengan pengambilan gambar di depan dan di tengah, sehingga penempatan gambar di tengah layar menjadi hal yang biasa (Carson, 2010). Kehadiran internet pada abad ke-21, membuat kepopuleran televisi menurun. Menurut penelitian Magna Global, pada tahun 1999, pengeluaran iklan TV berada di angka 94,5 (dalam juta dolar) dan pengeluaran iklan digital hanya sebesar 4,8. Namun pada tahun 2017 ditetapkan bahwa pengeluaran iklan TV mencapai 178 dan untuk pengeluaran iklan digital berada diangka yang lebih tinggi yaitu 209 (Loesche, 2017). Melansir dari situs databoks (Dihni, 2022), hasil survei menyatakan bahwa internet menjadi media yang paling sering dipakai oleh masyarakat sebanyak 55,3%, sedangkan responden yang memilih televisi sebagai media yang sering digunakan sebanyak 36,1%. 20

Perubahan media ini kemudian digunakan para label musik untuk memasarkan video klip musisi mereka di platform internet, seperti YouTube. YouTube sebagai platform video yang membawa perubahan besar terhadap distribusi video klip musik. Dengan musisi atau label musik yang memiliki saluran official sendiri, semakin bebas dalam mengontrol hak cipta hingga keuntungan akan hasil karyanya. YouTube pun memberikan kebebasan untuk mengeksekusi konsep apapun tanpa regulasi yang terdapat dalam televisi. Musik EDM dan Pop yang menguasai genre musik pada era 2010-an, memberikan karya seni visual yang identik dengan kehidupan hedonisme dan rave party yang secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup masyarakat luas. Nama-nama DJ dan Diva Pop pun semakin dikenali eksistensi nya, dengan merajai trend musik, memperlihatkan video klip yang kreatif dan memiliki karakteristik sehingga selalu dinantikan oleh para pendengarnya (Yucki, 2021). Semenjak trend musik video klip, secara perlahan jumlah penonton dalam setiap video YouTube menjadi tolak ukur bagi seorang musisi. Gangnam Style dari PSY yang dirilis pada 2012 menjadi video klip pertama di YouTube yang mampu meraih 1 miliar penonton. Dengan menampilkan tarian ikonik ala menunggangi kuda, terdapat sketsa komedi, memenuhi kriteria video klip yang memiliki berbagai hal yang dibutuhkan untuk populer; It s festive, it s funny, it s catchy. PSY menjadi musisi yang membuka jalan para idola K-Pop sehingga seperti saat ini yang menghadirkan demam K-Pop atau Korean Wave atau Hallyu (Yucki, 2021). Industri musik K-Pop yang paling maksimal dalam menggunakan platform YouTube untuk mengunggah video klip sebagai alat promosi, hiburan, dan seni. Para fandom saling beradu jumlah penonton video klip idol K-Pop mereka hingga rela memutar ulang dan menghabiskan waktu seharian penuh. Sama seperti video klip budaya barat yang mengusung konsep penampilan langsung, video klip K-Pop dahulu lebih didominasi dengan tarian. Berbeda dengan saati ini, yang memiliki elemen yang lebih variatif, dengan menyajikan tarian, gambar-gambar artistik, hingga pemilihan warna cerah dan mencolok namun nyaman dilihat (Yucki, 2021). 21

Perkembangan video klip yang berawal di MTV yang selalu ditunggu, hingga kini yang mampu ditonton kapan pun melalui platform YouTube, trend video klip menjadi salah satu media seni berpengaruh dalam budaya pop. Video klip mulai beradaptasi mengikuti media yang baru, lebih fleksibel dan tidak kaku. Seperti visual yang disuguhkan lebih bebas dan tidak terpaku pada pengambilan gambar yang ideal. Namun tetap video klip tidak mengganti fungsinya sebagai sarana promosi dan representasi estetik dari lagu, bahkan semakin luas dengan globalisasi. b. Tinjauan Video Klip Relasi film dan video klip tidak dapat dipisahkan, karena video klip merupakan bagian dari film. Menurut Moller (2011), menjelaskan bahwa definisi video klip dalam The Cambridge Dictionary adalah sebuah film pendek yang diciptakan untuk memasarkan lagu populer. Dalam akhir esai nya, Moller menyimpulkan bahwa video klip adalah film pendek yang mengintegrasikan lagu dan gambar, diproduksi untuk promosi atau tujuan artistik. Untuk memahami apa itu video klip, perlu penjelasan sebuah film karena dari pernyataan sebelumnya bahwa video klip merupakan film pendek. Penjelasan terhadap video klip pun kedepannya akan mengambil rujukan seputar pemahaman film, hal ini dilakukan peneliti karena kurangnya sumber literasi mengenai video klip yang berasal dari Indonesia. Kajian seputar video klip yang sedikit membuat peneliti memutuskan untuk menggunakan pengertian film. Film sederhananya merupakan sebuah kumpulan gambar bergerak yang bercerita. Dengan mengambil pengertian film dari Ardiyanto (2007) bahwa gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari sebuah komunikasi massa secara visual. McQuail (1987) memahami film sebagai sarana yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang didalamnya terdapat cerita, lawak, peristiwa, drama, musik kepada khalayak umum. Pengertian film lainnya menurut Irawanto (dalam Sobur, 2018) adalah realitas yang berkembang dan hadir dalam masyarakat yang kemudian diproyeksikan ke dalam layar. 22

Film dan televisi sebenarnya tidak jauh berbeda, keduanya memiliki sistem bahasa sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda (Sardar & Loon dalam Sobur, 2018). Terminologi tersebut menggunakan istilah yang berdasarkan unsur yang dekat, seperti pemotongan (cut), pengambilan gambar jarak dekat (close-up), pengambilan gambar jarak jauh (long shot), pembesaran gambar (zoom out), pengecilan gambar (zoom in). Sistem bahasa atau pengkodean ini merupakan cara bagi sutradara/pengarah acara untuk berkomunikasi lebih mudah dengan penata kamera dan kru produksi lainnya yang bertugas ketika sedang pengambilan gambar. Komando penyutradaraan tersebut perlu disadari oleh kru produksi dan kenyataan bahwa setiap sutradara memahami berbeda komando penyutradaraan, maka perlu sebuah technical meeting untuk menyamakan persepsi komando-komando kepada kru produksi (Naratama, 2013). Peneliti menyantumkan film dan televisi karena keduanya merupakan media massa konvensional berbasis audio-visual, sama halnya dengan video klip, namun perbedaan terbesar yang dapat dilihat adalah pada kategori video klip yang saat ini berada dalam media baru dan menjadikan media baru sebagai media utama dalam promosi. Suatu pernyataan menarik didapat oleh peneliti dalam artikel Investopedia bertajuk Movie vs. TV Industry: Which is More Profitable?, didalamnya membahas terkait sektor hiburan mana yang lebih menguntungkan. Konklusi yang dipahami oleh peneliti yaitu studi besar Hollywood dapat menghasilkan keuntungan jutaan dolar dari satu film, sementara televisi kabel seperti HBO dapat menghasilkan uang dari serial tv besar, salah satunya Game of Thrones yang menghabiskan biaya jutaan dalam produksinya. Kerugian yang didapat oleh film maupun televisi tidak berbeda jauh, sehingga tidak ada jaminan bahwa salah satu media lebih unggul dibanding lainnya. Melihat dari suatu keuntungan, sulit untuk bersaing dengan media baru streaming seperti Disney+ yang mampu menghasilkan puluhan miliar dengan menggabungkan film dan televisi (Zipin, 2022). Konklusi tersebut, justru menyebutkan sektor hiburan lain yang berada diluar perbandingan, antara film dan televisi. Video klip yang kini dipercaya dipublikasikan di media baru oleh musisi dan label musik untuk memasarkan lagunya, membuktikan popularitasnya yang lebih cepat menggapai audiens 23

baru dibandingkan melalui acara televisi. Media baru yang sebuah fenomena, mengalahkan kepopuleran media konvensional dalam menarik perhatian masyarakat dari segi kecepatan dan akses fleksibel terhadap penggunanya (pembahasan tersebut telah dibahas di sub-bab sebelumnya). Sebagai media baru, media berbasis digital menjadi pilihan terbaik para perushaan yang bekerja di sektor hiburan untuk menghadirkan film-film dan serial yang kini berada dalam platform layanan streaming berlangganan seperti Netflix, Diseny+, Amazon Prime, HBO GO, dan sebagainya. YouTube sebagai platform penyedia video daring gratis, dipilih oleh pelaku industri musik untuk mengunggah video klip mereka di platform tersebut karena tidak memperlukan biaya untuk mengunggah video, juga terdapat iklan berupa adsense didalamnya yang menguntungkan para pengunggah didalam platform tersebut. Tidak seperti platform digital berlangganan, yang perlu membayar jasa untuk menempatkan hasil produksi film ataupun serial (sama halnya seperti bioskop dan stasiun televisi). Melansir dari situs Rolling Stone, perusahaan Google yang menaungi YouTube telah membuat setiap indikasi bahwa mereka ingin tetap menjadi platform penyedia video daring unggulan industri, terutama dalam industri hiburan. Untuk mempertahankannya, diperlukan adaptasi dari platform, format, tetapi juga seniman yang bekerja sama dan menghidupkan upaya visual mereka dalam platform YouTube (Shaffer, 2020). Pernyataan ini mampu menjelaskan mengapa pelaku indsutri hiburan musik mengunggah video klip mereka di YouTube. Video klip sendiri mampu dipahami sebagai penyutradaraan kreatif menurut Naratama dalam bukunya Menjadi Sutradara Televisi: dengan Single dan Multi-camera. Naratama (2013) memaparkan bahwa video klip mempunyai lima bahasa yang universal, yaitu bahasa ritme, bahasa nada, bahasa musikalisasi, bahasa lirik, dan bahasa penampilan. Bahasa tersebut merupakan faktor penting dalam video klip, sehingga sutradara ataupun musisi perlu memahami kelima bahasa tersebut sebelum melakukan tahap praproduksi, dari pembuatan ide kreatif, story board, dan penataan artistik. Sutradara video klip wajib memiliki wawasan musik yang cukup, dari pengetahuan akan jenis musik, alat musik, sejarah musik hingga karakteristik 24

pemain band. Wawasan tersebut penting untuk menghindari kesalahan persepsi antara audio dan visual, kesalahan tersebut mempengaruhi emosi yang akan dibangun dalam video klip, sehingga hanya akan ada penjelmaan visual semu. Dalam pembuatan video klip terdapat story board yang dipengaruhi oleh dua konsep dasar kreatif visual, yaitu video klip bernuansa verbal dan video klip berbasis simbol. Video klip bernuansa verbal mengambil desain penggambaran yang disesuaikan dengan isi lirik lirik, sedangkan video klip berbahasa simbol tidak mengutamakan keselarasan gambar dan lirik, bahkan tidak ada hubungan akan keduanya (Naratama, 2013). Video Klip dan Film memiliki relasi dalam sistem pengambilan gambar, menggunakan basis audio-visual, dan merupakan media massa. Video Klip yang merupakan film pendek, menjadi bagian dari film sehingga pemahaman film dapat digunakan dalam video klip. Yang membedakan secara besar adalah fleksibilitas video klip yang tidak perlu terpaku terhadap sistem pengambilan gambar namun menggunakan komposisi dasar pengambilan gambar film. c. Pesan Moral dalam Video Klip Sebuah video klip dan film dalam konteks relasional telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Untuk memahami video klip lebih dalam, maka pengertian film pun dapat digunakan. Film menurut Wibowo (2006) adalah suatu alat yang befungsi untuk menyampaikan bermacam pesan kepada khalayak umum dengan menggunakan media cerita, dan dapat diartikan sebagai media ekspresif yang artistik bagi para seniman dan insan perfilman untuk mengungkapkan ide dan gagasan cerita yang dimilikinya. Film merupakan sebuah media komunikasi massa, maka terdapat pesan yang ingin disampaikan didalamnya. Komunikasi massa dipahami sebagai komunikasi yang menggunakan media massa dan dikelola oleh suatu lembaga, yang ditujukan kepada komunikan dalam skala besar diberbagai tempat, heterogen, dan anonim. Pesan yang disampaikan bersifat umum dan cepat, serentak, serta selintas (Mulyana, 2021). Menurut Pace dan Faules (dalam Mulyana, 2021), tindakan peserta yang terlibat dalam komunikasi didapati dua bentuk umum, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Inti dari 25

komunikasi menurut mereka adalah penafsiran (interpretasi) atas pesan tersebut, yang baik disengaja maupun tidak. Mengambil rujukan tersebut, pemahaman akan sebuah pesan dalam komunikasi ialah penting, sehingga tidak heran jika film selalu terdapat pesan moral didalamnya. Sebagai media yang penyebarannya ditujukan kepada khalayak, mempercepat penyampaian pesan yang ingin disampaikan oleh pelaku film. Seperti apa yang dikemukakan Laura dalam tesisnya yang berjudul The Moral Possibilities of Mass Art, melihat Aksesibilitas bahasa gambar yang digunakan oleh film berguna sebagai salah satu cara penyampaian pesan yang akan langsung dipahami oleh khalayak. Dengan demikian, film memiliki potensi untuk mendidik secara moral penontonnya dengan menyampaikan perspektif tertentu tentang masalah moral tertentu yang dapat membuat penonton berempati. Dalam terlibat secara imajinatif dengan perspektif etis dengan cara ini, sementara pada saat yang sama mengkritiknya, pemirsa dapat belajar dari skenario yang digambarkan (D Olimpio, 2008). Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pesan moral adalah pesan yang mengandung nilai-nilai moral, yaitu nilai-nilai dalam berperilaku baik. Pesan yang disampaikan merupakan sebuah contoh tentang bagaimana seseorang bersikap/berperilaku/bertindak. Dalam video klip, pesan tersebut diterima oleh orang yang menontonnya dan memungkinkan moral dalam diri orang tersebut terpengaruh hingga mendapat sudut pandang baru. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pesan moral utilitarianisme sebagai aspek yang akan diteliti. 2.1.2 Filsafat Moral Utilitarianisme a. Etika dan Moral Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti cara berpikir, akhlak, kebiasaan, perasaan, dan tempat yang baik. Etika secara terminologis adalah melihat dari sudut baik atau buruk suatu perbuatan manusia (Blackburn, 2021). Dalam istilah filsafat, etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau dapat disebut ilmu tentang adat kebiasaan. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), etika adalah ilmu pengetahuan menganai asas-asas akhlak (Mufid, 2009). Etika dalam 26

pandangan Magnis-Suseno sebagai sarana orientasi bagi upaya manusia untuk mampu menjawab suatu pertanyaan yang begitu fundamental Etika bertujuan untuk membantu manusia dalam menentukan tindakan dalam hidup, agar manusia dapat mempertanggungjawabkan kehidupannya, dan mengerti sendiri mengapa manusia harus bersikap seperti ini maupun seperti itu (Magnis- Suseno, 2019). Etika merupakan pemikiran sistematis tentang moralitas, yang dihasilkan secara langsung terhadap suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Secara historis, etika sebagai upaya filsafat lahir karena keruntuhan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani pada 2500 tahun yang lalu. Karena suatu pandangan baik dan buruk saat itu mulai tidak dipercayai, filsuffilsuf kala itu mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi perilaku manusia, untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai sebuah kewajiban (Magnis-Suseno, 2019). Etika dibagi kedalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang kebaikan dan kewajiban moral, kumpulan asas yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu masyarakat ataupun golongan (Mufid, 2009). Untuk mencapai suatu pendirian dalam pandanganpandangan moral, refleksi kritis etika dibutuhkan, karena etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika berusaha menjernihkan permasalahan moral dengan menuntut ungkapan pendapat-pendapat moral dipertanggungjawaban (Magnis-Suseno, 2019). Etika sering disebut sebagai filsafat moral, merupakan cabang yang membicarakan tindakan manusia dalam hubungannya dengan tujuan utama kehidupannya. Etika membahas baik-buruk atau benar-salah tingkah laku dan tindakan manusia sekaligus menyoroti kewajiban sebagai makhluk hidup yang berakal, yaitu sebagai manusia (Mufid, 2009). Etika menyelidiki dasar semua norma moral, sehingga etika mampu dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Dalam etika deskriptif, etika memberi gambaran dari indikasi kesadaran moral, dari norma dan konsepkonsep yang etis. Sedangkan etika normatif berbicara apa yang sebenarnya harus atau wajib merupakan tindakan manusia, dengan menilai norma-norma setiap manusia ditentukan (Mufid, 2009). Untuk memahami moral, perlu membedakan etika dan moral terlebih dahulu, sehingga pemaparan etika diatas adalah cara peneliti dalam memahami 27

moral. Magnis-Suseno (2019) menjelaskan etika sebagai sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Konsep yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bersikap, dan berperilaku, adalah moral. Lanjutnya, moral dapat diibaratkan seperti buku panduan bagaimana pengendara harus memperlakukan sepeda motor dengan baik, sedangkan etika memberikan pengendara sebuah pengertian mengenai sebuah struktur dan teknologi pada sepeda motor itu sendiri. Sehingga pemahaman singkat moral adalah sebuah ajaran yang menentukan manusia dalam berperilaku/bersikap. Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia, dan moral merupakan bidang kehidupan manusia ditinjau dari segi kebaikannya sebagai manusia (Magnis-Suseno, 2019). Mufid (2009) memaparkan dua kaidah dasar moral, kaidah sikap baik dan kaidah keadilan. Kaidah sikap baik pada dasarnya menuntun manusia dalam bersikap baik terhadap apapun dengan bagaimana sikap baik tersebut dinyatakan dalam bentuk yang konkret. Dalam kaidah keadilan, adalah kesamaan yang masih mempertimbangkan kebutuhan orang lain, yaitu kesamaan beban yang dipikul harus sama dan disesuaikan dengan kadar masing-masing. Kata moralitas dan moral sering disandingkan bersamaan. Secara sederhana, moralitas adalah sifat moral atau nilai yang berkenaan dengan baikburuk (Mufid, 2009). Magnis-Suseno (2019) membagi moralitas (sifat moral) menjadi empat, yaitu kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsipprinsip moral dasar. Kebebasan adalah kemampuan manusia dalam menentukan dirinya sendiri. Moralitas, hanya ada dalam diri manusia karena manusia itu bebas. Manusia mempergunakan kebebasan di bawah bobot kewajiban yang besar, sehingga manusia semakin bebas apabila semakin bertanggung jawab. Louis (dalam Mufid, 2009) memaparkan batasan untuk implementasi kebebasan dan tanggung jawab sosial melalui pencarian prinsip, salah satunya adalah prinsip moral. Prinsip ini mengukur baik-buruk ditentukan oleh masyarakat, bukan oleh individu. Karena kebaikan individu tidak akan berarti bila masyarakat menyatakan hal tersebut sebagai keburukan, begitu pun sebaliknya. Dalam mengukur kebaikan manusia, tolak ukur/penilaian yang dipakai oleh masyarakat disebut sebagai norma moral. Penilaian moral selalu berbobot, karena nilai dilihat bukan dari salah satu segi, melainkan sebagai manusia (Magnis-Suseno, 2019). Magnis-Suseno (2019) 28

menambahkan bahwa penilaian moral bukan hanya masalah perasaan, tetapi masalah kebenaran objektif. Dalam Mufid (2009), penilaian tersebut dipahami sebagai prinsip kesadaran moral. Kesadaran moral identik dengan universalitas, yaitu berlaku umum. Kesadaran moral yang dewasa, meninjau dari sensor perasaan bersalah (Superego) yang sehat dengan berpedoman pada kesadaran nilai dari kemampuan menyesuaikan diri dengan apa yang dinilainya sebagai tepat (Magnis-Suseno, 2019). Setidaknya ada tiga prinsip dasar dalam prinsip kesadaran moral, yakni sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap diri sendiri. Prinsip keadilan dan hormat pada diri sendiri adalah bentuk syarat pelaksanaan sikap baik, sedangkan prinsip sikap baik merupakan dasar mengapa individu bersikap adil dan hormat (Mufid, 2009). Melalui kaidah sikap baik yang dipaparkan Mufid (2009), selaras dengan moralitas hati nurani. Hati nurani merupakan kesadaran moral manusia dalam situasi konkret. Pusat kepribadian manusia yang disebut hati, menyadari apa yang sebenrnya dituntut dari diri manusia. Secara moral, akhirnya manusia pun harus menentukan sendiri apa yang wajib untuk dilakukan sebagai kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalani hidup tanpa dipengaruhi secara buta tuntutan ideologi orang lain ataupun masyarakat (Magnis-Suseno, 2019). Moralitas menjadi jelas artinya setelah menjabarkan bagiannya, sehingga dapat ditarik garis besar bahwa moralitas ialah sikap hati di diri manusia yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terdapat dalam sikap yang baik, karena manusia sadar akan kebebasan dan tanggung jawabnya. Maka, moralitas merupakan sikap dan perbuatan baik yang sebenarbenarnya tanpa pamrih, hanya moralitas yang bernilai secara moral (Magnis- Suseno, 2019). Namun untuk mencapai kesatuan paham moral, seorang individu harus bersedia untuk menempati titik pangkal moral atau the moral point of view. Dimaksudkan, bahwa individu tersebut harus bersedia untuk mengambil sikap moral, sehingga tercapailah dasar untuk bersama-sama dalam mencari penilaian yang tepat. Mengambil titik pangkal moral hanya mungkin jika individu memiliki kepribadian yang kuat dan matang (Magnis-Suseno, 2019). Untuk mencapai tahap itu, Magnis-Suseno (2019) memberikan opsi untuk memiliki kepribadian yang kuat dan matang (disebut sebagai tekad moral), yaitu kemurnian hati dan rasa. Melalui kemurnian hati, manusia 29

melatih sikap-sikap yang membebaskan diri dari penguasaan emosi dan dorongan irrasional, sehingga memiliki kepribadian yang lebih kuat, otonom, dan mampu menjalankan tanggung jawabnya. Mengenai rasa, membantu manusia untuk mengerti ke tujuan seperti apa manusia harus berusaha jika ingin menjadi seseorang. Mencapai rasa yang mendalam berarti individu tersebut sudah mantap dalam tekadnya untuk selalu memilih sesuatu yang baik dan benar (Magnis-Suseno, 2019). Melihat pengertian etika normatif, yakni berbicara apa yang sebenarnya harus atau wajib merupakan tindakan manusia, dengan menilai norma-norma setiap manusia ditentukan (Mufid, 2009). Dalam Magnis-Suseno (2019), etika normatif diartikan sebagai nilai moral tindakan ditentukan dari tujuan yang mau dicapai. Etika normatif yang terkemuka, memiliki cara pendekatan dan bobot yang berbeda satu sama lain, namun setuju dalam satu anggapan yaitu tujuan kehidupan manusia adalah kebahagiaan. Maka menurut ketiga teori tersebut, prinsip dasar bagi segala tindakan manusia adalah kebahagiaan tercapai. Ketiga tersebut, adalah hedonisme, eudaimonisme (pengembangan diri), dan utilitarianisme (Magnis-Suseno, 2019). Perbedaan antara tiga teori tersebut adalah dua teori pertama mengusahakan kebahagiaan bagi manusia yang bertindak karena untuk dirinya, dalam buku-buku etika memasukkan teori tersebut ke dalam kelompok egoisme etis. Sedangkan teori ketiga, utilitarianisme menuntut kebahagiaan diusahakan bagi semua orang yang terdampak oleh tindakan kita. Melalui pengertian tersebut, utilitarianisme termasuk ke dalam kelompok universalisme etis (Magnis-Suseno, 2019). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan moral utilitarianisme sebagai titik pangkal moral terkait pada pesan moral. Peneliti memahami pesan moral yang disampaikan perlu ditujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama, maka tepat untuk menggunakan moral utilitarianisme. b. Utilitarianisme dalam Pemikiran John Stuart Mill Mufid (2009) memahami utilitarianisme sebagai pemikiran etika yang melihat kaidah moral dan baik-buruk tindakan diukur dari akibat yang ditimbulkan. Tujuan tindakan adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat perbuatan yang dikerjakan. Menurut Magnis-Suseno (2019), utilitarianisme 30

menuntut manusia harus bertindak sedemikian rupa sehingga menghasilkan dampak positif (akibat baik) sebanyak mungkin dan menghindari dampak negatif (akibat buruk) sebanyak mungkin. Menurut pandangan utilitarian, tujuan dari tindakan manusia merupakan standar moral sehingga tindakannya dapat didefinisikan dengan membuat sebuah aturan-aturan yang harus ditaati sekaligus menjamin tidak hanya kepada manusia, namun juga semua makhluk hidup. Utilitarianisme dalam pandangan peneliti, bahwa seluruh tindakan yang dilakukan dituntut untuk mengutamakan kebaikan dan menghindari keburukan, hal ini merupakan cara pandang peneliti dalam melihat kehidupan, dengan maksud membentuk lingkungan masyarakat yang damai dan makmur. Utilitarianisme dalam maksud sebenarnya, ingin agar manusia selalu bertindak sedemikian rupa hingga sebanyak mungkin orang dapat sebahagia mungkin, maka utilitarianisme dapat disebut sebagai etika tingkat tinggi, selaras dengan utilitarianisme yang membenarkan bahwa sebuah pengorbanan akan kepentingan sendiri demi orang lain merupakan tindakan yang secara moral bernilai tinggi (Magnis-Suseno, 2019). Teori ini menuntut agar kebahagiaan diusahakan bagi semua orang yang terkena oleh akibat tindakan kita. Dalam keseharian, terkadang peneliti tidak memikirkan apa akibat dari tindakan yang dilakukan dapat mempengaruhi orang lain. Demikian teori ini mengingatkan peneliti pada suatu pepatah Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai, yang menyadarkan peneliti bahwa setiap tindakan perlu dipikirkan dan juga dirasakan akan setiap akibat yang timbul nantinya. Terkait perasaan, perasaan yang mengikat moral utilitarian pada orang yang memahami pandangan ini tidak diperlukan apabila tujuan dirinya adalah memberi suatu pengaruh sosial untuk kemudian membuat sebagian besar manusia menyadari akan kewajibannya (Mill, 2020). Yang menjadi khas bagi utilitarianisme, bahwa dampak-dampak positif tersebut tidak hanya dilihat dari kepentingan si pelaku, melainkan dari segi kepentingan semua orang yang terkena oleh akibat tindakan si pelaku. Melihat hal tersebut, maka semua tindakan yang benar adalah tindakan yang memperhitungkan sesuatu dari potensi paling memajukan kepentingan semua orang yang terdampak (Magnis-Suseno, 2019). Utilitarianisme memberikan alasan yang jelas mengapa di antara dua kemungkinan akan suatu tindakan, individu harus memilih yang satu dan 31

menolak yang kedua. Karena utilitarianisme menuntut agar diberikan alasanalasan rasional dengan membuka pemilihan keputusan moral pada dialog dan argumentasi. Magnis-Suseno (2019) melihat hal tersebut dan meletakan jasa utilitarianisme dalam rasionalitas dan universalitasnya. Yang menjadi penting dalam jasa utilitarianisme, adalah manusia dituntut harus memperhatikan dampak-dampak dari tindakan yang mengungkapkan suatu prinsip moral yang fundamental, yakni manusia bertanggung jawab atas akibat-akibat dari apa yang dilakukannya. Prinsip utilitarianisme adalah kesimpulan dari kewajiban manusia untuk bertanggung jawab terhadap sesama, kewajiban yang berdasarkan prinsip moral yang paling fundametnal, yaitu bahwa terhadap siapa saja kita hendaknya untuk selalu mengambil sebuah sikap yang baik. Prinsip tersebut, mengungkapkan sesuatu yang hakiki bagi suatu penilaian moral, dengan catatan diimbangi oleh prinsip keadilan (Magnis-Suseno, 2019). Utilitarianisme disebut universal, yaitu mengaku adanya kewajiban terhadap semua orang. Hal tersebut dikarenakan yang menjadi norma moral bukanlah dampak positif bagi si pelaku, melainkan dampak positif di seluruh dunia. Dengan demikian, utilitarianisme memuat prinsip moral lebih lanjut bahwa manusia bertanggung jawab terhadap sesamanya. Sehingga manusia tidak boleh untuk hidup seolah-olah sendirian di dunia, namun dengan sesama, manusia dalam segala tindakannya harus sedemikian rupa hingga manusia tidak merugikan manusia lainnya. Sesama merupakan setiap orang yang memiliki potensi terkena akibat dari tindakan kita (Magnis-Suseno, 2019). Utilitarianisme dalam kaitannya dengan masyarakat, dilihat Mill (2020) ialah masyarakat yang setara hanya mampu hidup dengan sebuah pemahaman bahwa kepentingan semua pihak dianggap sama. Orang-orang yang tumbuh dewasa tentu tidak bisa mengabaikan kepentingan orang lain, mereka berada di bawah kewajiban untuk menganggap diri mereka untuk setidaknya meminimalisasi semua risiko. Dengan demikian, pandangan Mill terhadap utilitarianisme dengan masyarakat yang setara dan pandangan peneliti pada utilitarianisme yang mampu membentuk masyarakat yang damai dan makmur adalah dua hal yang sama. 32

Mill (2020) memahami utilitarianisme sebagai prinsip kebahagian terbesar, sehingga selaras dengan seperti apa yang dikatakan Magnis-Suseno (2019), bahwa untuk mencapai sebuah kebahagiaan, etika normatif melihat dalam tiga teori; yaitu hedonisme, eudaimonisme (pengembangan diri), dan utilitarianisme. Untuk mencapai kebahagiaan, dalam Magnis-Suseno (2019) dinyatakan bahwa utilitarianisme menjadi teori seperti ini dengan diawali pemahaman dua teori sebelumnya, yaitu hedonimse dan pengembangan diri. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani hedone yang berarti nikmat. Secara ringkas, hedonisme dipahami sebagai mencapai kebahagiaan apabila manusia merasakan kenikmatan. Peneliti melihat hedonisme sebagai sesuatu yang terlalu egois sehingga tidak sesuai dengan cara pandang peneliti. Dalam kajian pengembangan diri, Aristoteles menyatakan bahwa untuk menjadi bahagia, salah satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh manusia adalah kebajikan (Aristoteles, 2012). Etika kebajikan adalah teori yang baik digunakan untuk menjelaskan dan memahami bahwa perilaku yang baik mengandung hal positif. Berdasarkan teori Aristotelian ini, perilaku tersebut memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan melihat agen-agen bajik dalam berperilaku baik dan penuh kasih sayang (D Olimpio, 2008). Sedangkan pada teori pengembangan diri, peneliti melihat merupakan cara pandang yang mantap untuk menjadi seorang manusia yang berkualitas. Namun, peneliti melihat sebuah manusia sebagai makhluk yang mampu bertanggung jawab atas dirinya dan diluar dirinya. Apa yang ada dalam teori pengembangan diri, faktor eksternal belum menjadi sebuah prioritas. Dari pemaparan diatas, utilitarianisme dibandingkan dengan dua etika normatif dalam memandang sebuah kebahagiaan ialah berbeda. Magnis-Suseno (2019) memaparkan, kedua teori pertama termasuk ke kelompok egoisme etis, sedangkan teori ketiga termasuk univeralisme etis. Dengan kebersamaan ketiga teori tersebut ialah nilai moral tindakan ditentukan oleh tujuannya, tindakan baik yang berusaha mencapai kebahagiaan dan tindakan buruk yang berusaha menghalangi pencapaian kebahagiaan. Kebahagiaan dapat berlipat ganda menurut utilitarianisme menjadi objek sebuah kebajikan, dan orang-orang dengan kekuatan yang dimilikinya menyebarkan kebaikannya secara luas, atau dapat disebut sebagai dermawan 33

publik. Dalam Mill (2020), menyatakan mereka yang merujuk pada sesama makhluk, entah dasar kewajiban moralnya adalah kebahagiaan umum atau tidak, manusia hakikatnya menginginkan kebahagiaan, meski tidak sempurna dalam praktiknya, mereka berhadap orang lain juga menunjukkan penghargaan melalui tindaknnya terhadap diri mereka. Jika utilitas (kegunaan) merupakan sumber utama kewajiban moral, maka utilitas dapat digunakan untuk memutuskan tuntutan mana saja yang tidak sesuai, meski penerapan standar sulit untuk dilakukan, setidaknya lebih baik daripada tidak menerapkannya sama sekali. Sebagian besar moralitas sebenarnya dipertimbangkan berdasarkan kepentingan sesama manusia (Mill, 2020). Dengan pemahaman bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka jelas jika tindakan perlu selalu dipertimbangkan demi kepentingan umum. Sebagai prinsip kebahagiaan terbesar, maka utilitarianisme dapat disebut sebagai kebahagiaan umum. Ketika kebahagiaan umum diakui sebagai standar etika, maka akan menjadi kekuatan moralitas utilitarianisme. Kekuatan yang mendasari moralitas, adalah perasaan sosial manusia. Seperti dalam sosialisasi, merupakan kebutuhan alami manusia yang sudah menjadi prinsip kuat dalam sifat manusia (Mill, 2020). Dalam prinsip utilitarianisme, konsekuensi suatu tindakan merupakan sebuah sanksi utama bagi penganut utilitarian. Sanksi tersebut, ialah sanksi sosial. Sanksi sosial merupakan keyakinan akhir dari moralitas kebahagiaan terbesar, dengan membuat pikiran dan perasaan seorang manusia berkembang dengan baik dan tidak bertentangan dalam merawat sesamanya (Mill, 2020). Peneliti memberikan analogi sanksi sosial, dengan kita yakin ketika kita salah dalam suatu tindakan, kita akan memikiran kesalahan serta merasakan rasa salah tersebut. Maka dalam teori utilitarianisme, konsekuensi menganut teori ini adalah mendapatkan rasa kebahagiaan dan rasa sakit, secara bersamaan ataupun terpisah. Dalam penerapannya, apabila manusia tidak memiliki kehendak untuk berbuat kebajikan (sebagai upaya menuju kebahagaiaan), maka dapat dengan membuat manusia memikiran hal tersebut dalam situasi yang menyenangkan atau tanpa adanya rasa sakit, yaitu merelasikan perbuatan benar dengan kebahagiaan dan perbuatan salah dengan rasa sakit, sehingga tindakan yang dilakukannya menjadi kebajikan secara alamiah (Mill, 2020). Sebuah tindakan yang alamiah, dipercaya Mill (2020) sebagai kebiasaan. 34

Kebiasaan ditinjau melalui perasaan maupun perilaku, adalah satu-satunya hal yang memberikan kepastian dan keinginan untuk melakukan hal yang benar harus dikoleksi dengan kemandirian kebiasaan. Maka, kehendak merupakan sarana untuk kebaikan, melihat manusia mendapatkan dampak baik jika tindakan itu menjadi sarana mendapatkan kebahagiaan dan menghindari rasa sakit. Peneliti memahami sesuatu yang biasa, dilakukan secara kontinu, maka akan menjadi sebuah kebiasaan. Dengan harapan utilitarianisme ini menjadi tolak ukur dalam bertindak, maka sebuah tindakan yang mulia (kebajikan) dengan konsekuensi mendapat kebahagiaan dan rasa sakit, menjadi sebuah kebiasaan. Sehingga hasil akhir yang didapat adalah masyarakat yang adil. Banyak dari filsuf mengungkapkan bahwa utilitarianisme merupakan teori yang kurang pantas untuk dianut, karena prinsip kegunaan dalam keadilan menjadi subjektif (Mill, 2020). Keterkaitan utilitarianisme dengan keadilan, dijelaskan Mill (2020), bahwa keadilan sudah seharusnya menjadikan sebuah pemahaman utilitarianisme sebagai bagian utama, paling suci, sekaligus mengikat semua moralitas. Aturan moral yang melarang manusia untuk saling menyakiti lebih penting bagi kesejahteraan manusia daripada prinsip apa pun. Seorang individu berpotensi untuk tidak selalu membutuhkan orang lain, namun dirinya selalu butuh untuk orang lain tidak menyakitinya. Maka, prinsip memberikan setiap orang apa yang pantas untuk mereka dapatkan diartikan menjadi orang yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan melakukan kejahatan akan mendapatakan keburukuan (Mill, 2020). Dalam konteks pengadilan, maka pelaku tindakan kejahatan pantas untuk dihukum. Kant (dalam Mill, 2020) mengemukakan prinsip moral melalui tindakan, sebuah aturan dalam berperilaku yang bisa diadopsi sebagai hukum oleh semua makhluk yang rasional. Prinsip tersebut adalah tindakan manusia harus membentuk perilaku manusia dengan aturan yang dapat diadopsi oleh semua makhluk rasional dengan menguntungkan kepentingan kolektif mereka. Secara sederhana, tindakan yang menguntungkan kepentingan umum dapat diimplementasikan dalam hukum, sehingga setiap tindakan kita akan teratur secara alamiah (kebiasaan). Dengan keteraturan, manusia akan merasa aman. Maka gagasan yang mengakui bahwa sesama makhluk sebaiknya bersatu untuk menciptakan keamanan lantas menjadi dasar dari eksistensi kita (Mill, 2020). 35

Dengan keamanan, eksistensi manusia terjaga hingga hari ini dan dengan keadilan, manusia dapat hidup secara teratur. Secara garis besar, moral utilitarianisme adalah bagian etika normatif sebagai ajaran moral yang menuntut suatu tindakan baik-buruk dari akibat yang ditimbulkan dengan menghasilkan akibat baik sebanyak-banyaknya dan menghindari akibat buruk sebanyak-banyaknya terhadap orang lain yang terpengaruh oleh tindakan kita. Dengan moral sebagai upaya untuk menuntun manusia menuju kebaikan, maka kebahagiaan akan mengikuti. Melihat utilitarianisme bersifat rasional dan universalis, maka setiap orang yang terdampak oleh tindakan kita sebanyak-banyaknya mendapatkan kesenangan dan sebanyak-banyaknya menjauhi rasa sakit. Sebagai pemahaman bahwa kesenangan dan rasa sakit tidak bisa dipisahkan, maka utilitarianisme dalam mencapai kebahagiaan perlu sebuah pengorbanan dalam upayanya, dan pengorbanan tersebut, ditolak oleh hedonisme. Karena menurut teori tersebut, kenikmatan tidak bisa dirasakan secara lengkap bila terdapat rasa sakit di dalamnya (Magnis-Suseno, 2019). Jika disandingkan dengan teori utilitarianisme, teori pengembangan diri tidak menolak akan sebuah pengorbanan demi mencapai kualitas terbaik dalam diri sebagai seorang manusia. Namun Magnis-Suseno (2019), membandingkan utilitarianisme dengan teori pengembangan diri (eudaimonisme), bahwa tidak cukup jika seorang manusia hanya berfungsi jika berkualitas hanya untuk dirinya, tanpa berpartisipasi lebih sebagai makhluk sosial, memahami bahwa hal tersebut merupakan kodrat manusia. Maka dalam penelitian ini, untuk melihat sebuah pesan moral utilitarianisme dalam video klip Feel Special TWICE dan tujuan pesan moral utilitarianisme melihat dari kegunaan nya untuk mencapai kebahagiaan bersama (umum), maka pesan moral yang titik pangkal moral nya utilitarianisme adalah tolak ukur yang tepat. Seperti dalam video klip Feel Special terdapat adegan yang merepresentasikan pesan moral utilitariansime yaitu sebuah kehadiran seseorang merupakan bentuk dari kepedulian, sehingga penting untuk masyarakat pahami bahwa kehadiran sebagai simbol kepedulian akan sesama. Jika diwakilkan dalam satu kata, maka tindakan tersebut adalah sebuah empati. Penelitian ini, merupakan cara peneliti untuk mengungkapkan 36

dan menyadarkan kepada masyarakat bahwa empati merupakan sebuah tindakan yang mulia bagi orang yang melakukan maupun orang yang menerimanya dan pastinya menciptakan kebahagiaan. 2.1.3 Semiotika Roland Barthes a. Sejarah Semiotika dan Perkembangannya Secara etimologis, Sudjiman dan van Zoest (dalam Sobur, 2018) menyatakan bahwa semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang memiliki arti tanda. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu atas dasar konvensi sosial yang dibangun sebelumnya dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Wibowo, 2018). Dalam Sobur (2018), semiotika adalah suatu metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda merupakan perangkat yang dipakai secara umum dalam usaha memaknai sesuatu di dunia ini, diantara manusia dan bersama-sama manusia. Sobur menambahkan bahwa semiotika berusaha menjelaskan hubungan tanda atau ilmu tanda, secara sistemik menjelaskan isi, ciri-ciri, dan bentuk tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya (Sobur, 2018). Segres (dalam Sobur, 2018) mendefinisikan semiotika adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda dan berdasarkan pada sistem tanda.. Semiotika berasal dari studi klasik dan skolastik mengenai seni logika, retorika, dan poetika (Kurniawan dalam Sobur, 2018). Semiotika sebagai studi memiliki pengaruh besar. Menurut Cobley dan Jansz (Sobur, 2018), semiotika sebagai ilmu analisis tanda atau studi yang membahas bagaimana sistem penandaan berfungsi. Tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna adalah relasi antara objek atau gagasan pokok dan suatu tanda (Littlejohn dalam Sobur, 2018). Semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari objek yang luas, berbagai peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda (Wibowo, 2018). Maka dengan semiotika, orang berusaha memahami lebih dalam suatu tanda, mencari suatu makna di dalam tanda tersebut, dan menemukan hal-hal yang tidak terlihat dari tanda tersebut. Pada dasarnya, semiotika sebagai alat analisis berusaha untuk merasakan sesuatu yang janggal, mengenai sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika membaca teks atau narasi/wacana. Semiotika dalam studi 37

media massa, menganalisis dengan berupaya menemukan makna (Wibowo, 2018). Menurut Umberto Eco (dalam Wibowo, 2018) menyatakan bahwa kajian semiotika hingga saat ini dapat dibedakan menjadi dua jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi berfokus pada teori mengenai produksi tanda, di antaranya terdapat asumsi terhadap enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, sistem tanda, pesan, saluran komunikasi, dan acuan yang menjadi bahan perbincangan. Sedangkan semiotika signifikansi tidak membahas adanya tujuan untuk berkomunikasi. Semiotika signifikansi mengutamakan segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisi lebih berfokus pada penerima tanda dibanding prosesnya (Wibowo, 2018). Semiotika terpengaruh oleh peran Charles Sander Peirce dan Ferdinand De Saussure. Keduanya meletakkan dasar-dasar semiotika. Teori Peirce dalam semiotika disebut sebagai teori utama. Gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskriptif berstruktur dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda kemudian menggambungkan kembali semua partikel dasar tersebut menjadi komponen dalam struktur tunggal (Wibowo, 2018). Pendekatan semiotika menurut Saussure, lebih terfokus pada semiotika linguistik. Saussure melihat bahasa sebagai karya musik (simfoni) dan memahaminya dengan memperhatikan keutuhan karya musik secara keseluruhan dan bukan kepada permainan musik individual setiap pemain musik. Pandangan Saussure yang terkenal yaitu terhadap penanda dan petanda (signifier and signified), bentuk dan isi (form and content), bahasa dan tuturan (langue and parole), sinkronik dan diakronik (synchronic and diachronic), serta sintagmatik dan paradigmatik (syntagmatic and paradigmatic) (Wibowo, 2018). b. Semiotika dan Pemikiran Roland Barthes Penelitian ini menggunakan semiotika melalui pemikiran Roland Barthes, yang mengadaptasi dan terpengaruh oleh gagasan Saussure. Roland Barthes sebagai murid atau pengikut dari Saussure, banyak menyerap ilmu sekaligus mendedikasikan pemikirannya dalam ilmu semiotik. Barthes yang berkebangsaan Perancis, memiliki pemikiran Barat yang kental dengan nuansa kritis Eropa (Prasetya, 2019). Barthes mengembangkan gagasan Saussure 38

tentang semiotika dan mengimplementasikannya dalam konsep budaya. Roland Barthes banyak menggunakan terminologi Saussurean, seperti penanda (signifier) dan petanda (signified). Bagi Saussure, relasi penanda dan petanda bersifat arbitrer (bebas), baik secara tidak sengaja maupun disengaja (Berger, 2015). Penanda dan petanda merupakan komponen tanda, penanda membentuk taraf ekspreksi dan penanda membentuk taraf isi (Barthes, 2017). Barthes (2017) dalam bukunya Elemen-Elemen Semiologi menyebutkan tanda-tanda semiotika yang asalnya utilitarian dan fungsional, sebagai fungsi-fungsi tanda. Tanda yang dibuat, dapat masyarakat fungsionalisasikan kembali dengan sangat baik, dam membahasnnya seolah-olah tanda tersebut dibuat hanya untuk dapat digunakan. Barthes memaparkan model semiotika miliknya yang merupakan hasil pengembangan dari model semiotika Saussure (Fiske, 2017). Gambar 2. 1 Peta Tanda Semiotika Roland Barthes (Sumber: Barthes, 2011) Model di atas menjelaskan tentang bagaimana makna diamati dari sebuah objek. Konsep narasi dalam pemikiran Roland Barthes lebih menekankan terhadap pembentukan makna. Konsep pemaknaan tanda ini, mengadopsi gagasan Saussure dengan melanjutkan dengan memasukkan konsep denotasi dan konotasi (Fiske, 2017). Dua konsep tersebut merupakan kajian utama dalam meneliti mengenai semiotika. Barthes juga menyertakan konsep mitos, yang berada dalam tataran konotasi (sistem kedua). Konsep- 39

konsep tersebut merupakan sebuah penemuan dan revolusioner dalam studi semiotika, membuat pemikirannya dianggap paling operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian (Fiske, 2017). Konsep pemikiran Barthes yang operasional ini disebut sebagai Dua Tatanan Pertandaan (Two Order of Signification). Gambar 2. 2 Two Order of Signification Roland Barthes (Sumber: Fiske, 2018) Dalam Two Order of Signification atau Dua Tatanan Pertandaan, sebuah makna mampu dinarasikan secara tegas, jelas, dan lugas. Model di atas merupakan model yang digunakan dalam penelitian (Prasetya, 2019). Lewat model ini, Barthes sebagai pemilik model menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama/tatanan pertama merupakan relasi antara signifier/penanda (ekspresi) dan signified/petanda (isi) di dalam sebuah tanda terhadap realitas external, Barthes menyebutnya sebagai denotasi yakni makna paling nyata dari tanda (Barthes, 2017). Tatanan Pertama ini merupakan landasan kerja Saussure (Fiske, 2017). Denotasi merupakan makna sesungguhnya atau sebuah fenomena yang mampu diterima oleh panca indera, atau dapat disebut sebagai deskripsi dasar (Prasetya, 2019). Makna denotasi bersifat langsung dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda (Berger, 2015). Dalam pemikiran Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi 40

tahap pertama. Dalam hal ini, denotasi justru lebih dihubungkan dengan ketertutupan makna (Sobur, 2018). Tataran denotasi disebut sebagai signifikasi tahap pertama, yaitu tanda yang dimaknai secara harfiah (Prasetya, 2019). Tanda denotatif, terdiri atas penanda dan petanda, yang disaat bersamaan adalah penanda konotatif dan penanda mitos, sehingga tanda dentoasi merupakan unsur material (Sobur, 2018). Tahap selanjutnya dalam pemaknaan tanda Roland Barthes adalah signifikasi tahap kedua atau tatanan kedua, yang dikenal sebagai konotasi. Konotasi adalah makna-makna kultural yang muncul karena adanya konstruksi budaya sehingga terdapat sebuah pergeseran, namun tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut (Prasetya, 2019). Konotasi merupakan istilah yang digunakan oleh Roland Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua, menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan emsoi dari pembaca serta nilai-niali dari kebudayaan (Wibowo, 2018). Dalam pemikiran Barthes, tahap kedua dalam model ini adalah bentuk, konotasi, mitos, dan simbol. Signifikasi tahap kedua ini mampu menjelaskan bagaimana mitosmitos dan ideologi beroperasi dalam teks melalui tanda-tanda (Barthes, 2017). Dalam signifikasi tahap kedua, makna konotasi dipahami sebagai makna setelah melewati tataran penanda dan petanda (signifikasi tahap pertama). Tataran konotasi merupakan konsep yang paling sering digunakan dalam penelitian tentang semiotika. Dalam tataran ini, suatu pemahaman perlu lebih mendalam dalam penelitian (Prasetya, 2019). Menurut Wibowo (2018), makna konotasi memiliki makna intersubjektif, yaitu bagaimana cara menggambarkan makna. Konotasi merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes dalam studinya menambah satu area penting tentang tanda adalah peran pembaca (Sobur, 2018). Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif, sehingga eksistensinya tidak disadari. Seorang pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai fakta denotatif (Wibowo, 2018). Maka dari itu, salah satu tujuan analisis semiotika adalah untuk menyediakan sebuah metode/teknik analisis dan kerangka berpikir serta mengatasi terjadinya salah dalam menerjemahkan makna suatu tanda (Fiske, 2017). 41

Dalam tatanan kedua, mitos. Fiske (2017) menjelaskan bahwa Barthes menggunakan mitos sebagai seorang yang percaya, artinya yaitu yang orisinal. Mitos merupakan cerita yang digunakan pada suatu kebudayaan untuk menjelaskan serta memahami beberapa aspek dari alam atau realitas. Mitos adalah sistem komunikasi, bahwa mitos merupakan sebuah pesan (Barthes, 2011). Mitos adalah suatu pesan yang di dalamnya terkandung ideologi. Mitos secara semiotika adalah sistem yang khas serta dikonstruksi dari sistem semiotika tatanan pertama (Barthes, 2017). Makna konotatif dari beberapa tanda akan menjadi mitos sehingga makna-makna konotasi menjadi perwujudan mitos yang sangat berpengaruh (Berger, 2015). Mitos tidak bisa menjadi sebuah objek, konsep, maupun ide. Karena Barthes memahami mitos sebagai cara penandaan (signifikasi) suatu bentuk. Mitos perlu diingat bahwa nerupakan sistem ganda bersifat ubikuitas (ada di mana-mana) yang titik berangkatnya ditentukan dari titik kedatangan maknanya (Barthes, 2011). Bagi Barthes, mitos adalah cara berpikir dari suatu kebudayaan akan sesuatu, cara untuk memahami sesuatu. Barthes memikirkan mitos sebagai mata rantai dari konsep-konsep yang berkaitan (Fiske, 2017). Barthes (2011) menyatakan bahwa untuk menguraikan mitos, maka harus mengidentifikasikan konsepnya. Barthes mengatakan bahwa mitos merupakan bagian dari sebuah pembicaraan. Pembicaraan merupakan ranah bagi munculnya mitos, segalanya dapat menjadi mitos asal hal tersebut disampaikan melalui wacana (Prasetya, 2019). Pernyataan tersebut menjadikan mitos sebagai topik pembicaraan yang menunjuk pada ketidakpastian serta menjadikannya sebagai suatu wacana. Mitos mengandung ideologi yang mengatarkan pola pikir masyarakat untuk membicarakannya sehingga membentuk suatu konteks pemaknaan yang didasari oleh budaya (Prasetya, 2019). Wibowo (2018) menjelaskan mitos sebagai suatu wahana ideologi berwujud. Budiman (dalam Sobur, 2018) menyatakan, Barthes memaparkan ideologi dengan mitos karena ideologi maupun mitos terdapat relasi antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi. Barthes menegaskan bahwa cara bekerja pokok mitos ialah untuk menaturalisasikam sejarah, yaitu membuat nilai-nilai kultural, historis dan kepercayaan menjadi tampak alami/wajar dan dianggap benar (Barthes, 2017). Mitos merupakan produk kelas sosial yang 42

mendominasi sejarah tertentu, melihat mitos mendistorsi asal-usulnya sehingga memiliki dimensi sosial. Barthes menjelaskan bahwa bila konotasi adalah pemaknaan tatanan kedua dari penanda, maka mitos adalah pemaknaan tatanan kedua dari petanda. Konotasi dan mitos adalah cara kerja pokok tanda-tanda yang berfungsi dalam tatanan kedua pertandaan, yaitu tatanan sebagai tempat berlangsungnya interaksi antara tanda dan budaya/penggunanya yang sangat aktif (Fiske, 2017). Akhirnya peneliti menggunakan semiotika Roland Barthes karena mampu mengungkap dan mengkritisi mitos/ideologi dalam masyarakat, yang mendasari terciptanya lagu Feel Special, lagu dari JYP sebagai bentuk dukungan untuk TWICE yang sedang menghadapi masa sulit. Representasi pesan moral sebagai isi pesan pada video klip tersebut kemudian dapat ditemukan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes melalui tataran denotasi, tataran konotasi, dan tataran mitos. 2.2 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Berikut dibawah ini merupakan analisis peneliti terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan isu yang diangkat oleh peneliti. Penelitian-penelitian tersebut berupa skripsi, jurnal nasional, dan jurnal internasional. Peneliti memilih penelitian-penelitian terdahulu untuk dianalisis sebagai acuan dan perbandingan serta bahan referensi penelitian. Berikut tabel perbandingan dengan penlitian terdahulu dipaparkan pada halaman selanjutnya. 43

Tabel 2. 1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Nama Penulis & Tahun Judul Artikel Jenis Literatur dan Nama Penerbit Link DOI Masalah Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Keterbatasan dan Perbedsaan Penelitian Dina Annisa R. O (2020) Analisis Semiotik Video Klip BTS Blood, Sweat and Tears sebagai Representasi Masa Muda Jurnal Nasional (Estetika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) https://doi.org/10.36379/estetika.v2i1.106 Dalam proses pencarian diri, anak muda sering menggunakan cara yang berbeda dalam menyampaikan pesan, salah satunya yang digemari adalah melalui video klip K-Pop. Video Klip tidak hanya digunakan sebagai penggambaran sebuah lagu, namun juga sebagai media penyampai pesan yang dimunculkan dalam verbal maupun non verbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi masa muda dalam video klip BTS Blood, Sweat and Tears. Pendekatan Kualitatif Interpretatif dengan Teknik Analisis Semiotika Roland Barthes Video Klip BTS Blood, Sweat and Tears menggambarkan masa muda adalah proses bertumbuh, penuh gejolak dan keinginan. Disimbolkan dengan sayap, semakin besar angin (godaan) maka semakin terombang-ambing. Masa muda direpresentasikan sebagai masa menemukan jati diri, penuh kebebasan dan keberanian dalam melakukan hal-hal yang disukai. Video Klip yang digunakan berbeda dan tujuan penelitian untuk mengetahui representasi masa muda, sedangkan peneliti ingin mengetahui representasi pesan moral. 44

Antonio C. A. Amaral (2019) Budaya Indonesia dalam Video Klip Coldplay Amazing Day (Analisis Semiotika Roland Barthes) Jurnal Nasional (JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) https://doi.org/10.33366/jisip.v8i1.1599 Peranan seni dalam ilmu komunikasi sebagai isi pesan dalam bentuk visual, audio, dan audiovisual. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui budaya indonesia yang ditampilkan dalam video klip Coldplay Amazing Day. Pendekatan Kualitatif dengan Teknik Analisis Semiotika Roland Barthes Dalam adegan terpilih video klip Amazing Day adalah makna denotasi memberikan gambaran kepada kita agar tidak lupa akan budaya. Makna konotasi pesan bahwa cara mengucap syukur kepada tuhan tidak saja melalui doa. Mitos cara berbusana dalam setiap adegan budaya menunjukkan ciri khas daerah tertentu. Video Klip yang digunakan berbeda dan di luar fenomena K- Pop. Perbedaan lainnya ada pada tujuan penelitian, bahwa penelitian tersebut ingin mengetahui bagaimana budaya Indonesia ditampilkan sedangkan tujuan peneliti untuk mengetahui representasi pesan moral. Orcid Salma Hanin Zayyana (2021) Analisis Semiotika Ketimpangan Gender dalam Film Uang Panai Maha(R)L Jurnal Nasional (Jurnal Komunikasi dan Kajian Media) http://dx.doi.org/10.31002/jkkm.v5i2.3980 Film Uang Panai (Uang Maha(R)L) merupakan filim genre komedi-romantis yang berani mengangkat kebudayaan siri yang telah menjadi suatu masalah sosial yang berkembang di masyarakat suku Bugis terpengaruh dari budaya uang panai. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan juga menganalisis ketimpangan gender dalam Film Uang Panai Maha(r)l. Pendekatan Kualitatif dengan Teknik Analisis Semiotika Roland Barthes Berdasarkan gugus teori keadilan libertarianisme, terdapat representasi ketimpangan gender. Namun, dari perspektif gugus teori utilitarianisme, tidak terdapat representasi praktik ketimpangan gender. Jika diambil perspektif gugus teori keadilan libertarianisme, maka Film Uang Panai Maha(R)L telah menampilkan gerakan perlawanan terhadap ketimpangan gender. Penelitian ini tidak berkaitan dengan fenomena K-Pop. Tolak ukur moral dalam penelitian ini menggunakan dua perspektif, libertarianisme dan utilitarianisme. Namun, utilitarianisme disini tidak dibahas terlalu merinci dan hasil akhir penelitian memilih perspektif libertarianisme. 45

Intan Leliana, Mirza Ronda, & Hayu Lusianawati (2021) Representasi Pesan Moral dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes) Jurnal Nasional (Cakrawala: Jurnal Humaniora Universitas Bina Sarana Informatika) https://doi.org/10.31294/jc.v21i2.11302 Film-film terbaru telah menarik perhatian audiens, karena film-film tersebut menghadirkan sebuah pesan moral. Terbukti degnan terhtiung banyak film memasukkkan nilai positif di dalamnya. Seperti banyak film yang berada di layar lebar, dengan menyuguhkan film dengan penyampaian yang unik, mengadopsi dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Di antara berbagai film yang muncul di layar lebar, banyak pesan moral yang dikonstruksikan dan memang terjadi di masyarakat, salah satu nya film pendek Tilik. Pendekatan Kualitatif dengan Teknik Analisis Semiotika Roland Barthes Ada banyak tanda dalam film Tilik yang mengandung makna tersirat. Tanda-tanda tersebut ditampilkan melalui beberapa aspek seperti latar film, teknik pengambilan gambar, karakter dan dialog antar karakter, adegan yang dibuat pemain, hingga pemilihan pakaian para karakter dalma film Tilik. Aspekaspek tersebut kemudian membantu membangun jalan cerita film yang menghasilkan pesan moral. Objek penelitian berbeda peneliti memilih video klip sedangkan penelitian tersebut memilih film. Moral yang digunakan berbeda peneliti memilih moral utilitarianisme sedangkan penelitian tersebut menggunakan moral dalam pengertian umum. Tri Cahyo K. (2021) Representasi Perundungan pada Video Musik Babymetal Ijime, Dame, Zettai: Analisis Semiotika Roland Barthes Jurnal Nasional (Visualita: Jurnal Online Desain Komunikasi Visual) https://doi.org/10.34010/visualita.v10i1.5279 Perundungan adalah tindakan negatif yang dilakukan oleh pelaku secara individu atau kelompok dengan sengaja menimbulkan ketidaknyamanan terhadap korban yang dilakukan berulang kali. Peristiwa tersebut menjadi semakin meningkat melalui media elektronik dengan pandemi Covid- 19. Babymetal melalui single Ijime, Dame, Zettai membahas perundungan dalam lagunya tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk memahami pesan dan makna terdapat pada video musik tersebut. Pendekatan Deskriptif Kualitatif dengan Teknik Analisis Semiotika Roland Barthes Makna dari lagu tersebut adalah Babymetal begitu menentang dan ingin mengajak penggemarnya untuk memberantas perundungan yang ada di dunia. Mengingatkan kepada para pelaku bullying untuk mengerti bagaimana perasaan dan penderitaan korban yang begitu putus asa untuk tetap melanjutkan hidupnya, dan hanya mampu untuk memohon kepada Tuhan agar menolongnya terlepas dari penderitaan, Video klip yang digunakan berbeda dan di luar fenomena K- Pop karena video klip tersebut berasal dari Jepang. Penelitan tersebut merepresentasikan perundungan sedangkan peneliti melakukan penelitian untuk merepresentasikan pesan moral. 46

Abdulrasheed Abdulyakeen (2021) An Assesment of Dividends of Democracy in Kankara Local Government Area of Katsina State (1999-2020): A Discourse Using Utilitarianism of John Stuart Mill Junral Internasioanl (Fudma Jounral of Management Science) https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3797735 Mengadopsi perspektif utilitarian membantu mengevaluasi konsekuensi baik atau buruk dari tata kelola dan manajemen publk di Nigeria. Peneliti ingin mengetahui apa cara yang mungkin terhdap dividen demokrasi dapat didistribusikan secara adil sehingga khalayak menikmatinya? Pendekatan Kuantitatif dengan Teknik Analisis Utilitarianisme Mill Keterbelakanagan keadaan Pemerintahan Daerah Kankara adalah akibat dari kurangnya kepemimpinan yang kredibel dan berkomitmen, korupsi, ketimpangan, keegoisan, dan kurangnya agenda pembangunan yang terpadu dan partisipatif. Kelompok masyarakat yang dinamis seperti pemuda dan peremuan seringkali terpinggirkan atau kurang terwakili dalam pengambilan keputusan. Jenis penelitian menggunakan kuantitatif. Teknik analisis tidak menggunakan semiotika. Fenomena K-Pop tidak terdapat dalam penelitian ini. Loreta Ulvydiene H. & Viktorija Lideikyte (2021) Audiovisual Communication and Subtitling from the Perspective of Semiotic Cohesion: A Case Study of Garden of Eden Jurnal Internasional (Respectus Philologicus) https://doi.org/10.15388/respectus.2020.39.44.83 Film sebagai produk multimodal memiliki nilai hiburan yang semakin meningkat, sehingga muncul kebutuhan untuk mentransfernya ke budaya lain. Audiovisual translation menjadi satu-satunya praktik untuk menerjemahkan wacana multimodal ke berbagai khalayak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kasus-kasus kohesi emiotik dalam takarir bahasa Inggris dari film Garden of Eden (2015). Pendekatan Kualitatif dan Teknik Analisis Semiotika Mona Baker Kohesi Semiotik adalah titik fokus yang membahas kualitas takarir. Beberapa bentuk dari itu harus dicapai: kohesi semiotik antrara kata dan gambar, ucapan dan gerakan tubuh, dan takarir dan pengambilan gambar. Oleh karena itu, penerjemah perlu memeilhata kerkaitan antar saluran semiotik dari film serta mempertahankan kohesi semiotik antara takarir dengan elemen-elemen film. Penelitian ini memilih objek film. Semiotika yang digunakan menggunakan pemikitan Mona Baker, dan terhadap teks. Tidak ada fenomena K-Pop dalam penelitian tersebut. 47

Crispin Thurlow, Giorgio Aiello, Lara Portmann (2019) Visualizing Teens and Techonology: A Social Semiotic Analysis of Stock Photography and News Media Imagery Jurnal Internasional (Sage Journals) https://doi.org/10.1177%2f1461444819867318 Representasi Verbal menunjukan bagaimana media berita secara konsisten menggambarkan penggunaan media digital oleh kaum muda secara sempit dan negatif. Dengan fokus pada fotografi yang diproduksi oleh bank gambar komersial yang menjadi sumber media berita dengan sebagian besar citranya. Penelitian ini ingin menunjukkan bagaimana kaum muda dalam praktik digital digambarkan secara visual. Pendekatan Deskriptif Kualitatif dan Teknik Analisis Semiotika Roland Barthes Dari kumpulan data 600 foto, dengan menunjukkan makna representasional, komposisisonal, dan interpersonal yang dominan menunjukkan bagaimana citra bnak dan pembingkaian media berita yang pesimistis terhadap remaja dan teknologi. Visualisasi yang berpengaruh ini seringkali bersifar reduksionistik secara konsisten memusatkan teknologi pada hubungan, seperti asumnsi gender dan kelas. Foto dipilih sebagai media yang diteliti sedangkan peneliti menggunakan video klip. Representasi yang dituju adalah remaja dan teknologi sedangkan peneliti ingin merepresentasi pesan moral. Jamal Mohamadi, Sedige Piri, & Bakhtiar Gharibi (2022) Semiotic Analysis of Family Representation in Television Serires (Case Study: Lahzaye Gorgo Mish) Jurnal Internasional (Quarterly Scientific Journal of Audio- Visual Media) https://doi.org/10.22085/javm.2022.321562.1889 Keluarga merupakan salah satu tema utama dalam serial televisi. Serial ini, sama seperti produk media lainnya, berusaha untuk mengkodekan makna dan pesan yang mereka sukai dalam tingkat teknis, sosial, dan ideologis yang berbeda. Penelitian ini adalah untuk melakukan studi semiotik tentang transformasi keluarga dalam beberapa dekade terakhit. Pendekatan Kualitatif dan Teknik Analisis Semioitika John Fiske Keluarga ideal adalah jawaban atas semua kebutuhan dan tuntutan anggota keluarga yang merupakan satu-satunya tempat yang aman bagi individu untuk mencari kesempurnaan. Diantaranya tema yang penting dalam seri ini adalah nostalgia, ideologi patriarki, pembernararn otoritas tradisional, kenjangan antargenerasi dan menyoroti pernana individu dalam mengurangi kepercayaan sosial. Serial TV sebagai objek penelitian. Penggunaan Semiotika John Fiske berbeda dengan peneliti yang menggunakan Roland Barthes. Isu yang diteliti berbeda dan tidak adak fenomena K-Pop. 48

Emmanuella P., Georgia S., & Vasiliki T. (2022) The Artist and The Photograph: A Semiotic Analysis of Consumers Experiences with Photographs Jurnal Internasional (Qualitative Market Research) https://doi.org/10.1108/qmr-09-2021-0119 Penelitian ini bertujuan untuk menjawab panggilan penelitian untuk menyelidiki bagaimana pengalaman visual membawa makna kepada individu. Dengan menerapkan model transfer makna miliki McCracken terhadap pameran fotografi, mampu memperluas model ini ke dalam ranah pengalaman estetis untuk mengeksplorasi bagaimana makna dari pengalaman visual muncul dan mengalir ke konsumen. Pendekatan Interpretatif Kualitatif dan Teknik Analisis Semiotika Bukti menyoroti sifat makna yang dapat dipindahkan dalam konteks estetika dan menggambarkan peran penting semiotika dan perilaku ritual yang berbeda dialkukan oleh pengunjung pemula dan ahli sebagai saran untuk membuka dan menciptakan makna dari pengalaman visual. Pameran foto dan pengunjung menjadi objek pentlitian. Tidak ada fenomena K-Pop. Tidak memiliki keterkaitan dengan moral. 2.3 Kerangka Pemikiran Peneliti memulai penelitian dengna menonton video klip yang tersedia di platform YouTube sebagai subjek penelitian. Setelah itu, peneliti menemukan objek penelitian berupa adegan-adegan yang menunjukan sebuah representasi pesan moral. Untuk menganalisis adegan-adegan tersebut, peneliti menggunakan semiotika Roland Barthes dalam menganalisis tanda-tanda yang ditunjukkan dalam video klip. Semiotika Roland Barthes membagi sistem signifikasi kedalam 3 tahap, yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Denotasi digunakan dalam analisis pada video klip untuk menerjemahkan dalam arti sesungguhnya. Konotasi digunakan untuk menganalisis tanda yang diterjemahkan melalui kondisi lingkungan sosial budaya peneliti. Mitos sebagai tahap terakhir menerjamahkan tanda yang terdapat didalam video klip dalam tataran ideologi. Setelah menganalisis video klip selaras dengan sistem signifikasi semiotika Roland Barthes, maka peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai bagaimana semiotika digunakan untuk merepresentasi pesan moral dalam video klip Feel Special oleh TWICE. Kerangka pemikiran pada penilitan ini dipaparkan di halaman selanjutnya. 49

50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian menurut Sugiyono (2014) memaparkan bahwa metode penelitian tercipta karena perubahan pandangan fenomena. Dalam metode penelitian kualitatif, Dukeshire & Thurlow (dalam Sugiyono, 2021) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif identik dengan data yang tidak melibatkan angka, mengumpulkan dan menganalisis data yang bersifat naratif. Metode penelitian kualitatif biasa digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang isu atau fenomena yang ingin dipecahkan. Metode ini bisa digunakan dalam berbagai cara, seperti focus group, wawancara, dan observasi. Auerbach dan Silverstein (dalam Sugiyono, 2021) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang melakukan analisis dan interpretasi teks dan hasil wawancara dalam tujuan menemukan makna dari sebuah fenomena. Dari pengertian di atas, peneliti menarik garis besar bahwa metode penelitian kualitatif ialah suatu cara dalam penelitian yang menganalisis sebuah data yang tidak bersifat numerik, bisa didapat melalui wawancara, observasi, dan focus group dalam tujuan memecahkan makna dari suatu fenomena. Objek dalam penelitian ini merupakan audio-visual yang diambil dari potongan adegan video klip Feel Special oleh TWICE, maka penelitian dapat dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes. Peneliti memilih semiotika Roland Barthes karena semiotika mengkaji tanda yang mampu menginterpretasikan representasi pesan moral yang terdapat dalam video klip, sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh TWICE dapat diketahui. Roland Barthes dalam bukunya yang berjudul Elemen- Elemen Semiologi menyatakan bahwa tujuan penelitian semiotika berfungi untuk menggambarkan fakta-fakta yang dikumpulkan melalui satu perspektif dan hanya bertugas untuk menemukan tanda dari kumpulan fakta yang heterogen (Barthes, 2017). Untuk mengetahui representasi tanda pesan moral pada video klip Feel Special oleh TWICE, peneliti melakukan analisis berdasarkan model semiotika 51

Roland Barthes. Berikut merupakan model semiotika Roland Barthes yang digunakan peneliti. Gambar 3. 1 Two Order of Signification Roland Barthes (Sumber: Fiske, 2018) Model ini disebut dengan Two Order of Signification (Dua Tatanan Pertandaan). Dalam model tersebut, sebuah makna dinarasikan lebih jelas dan merinci, tetapi tetap membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam, terkhusus dalam tataran signifikasi konotasi. Melalui penjabaran model ini, dapat dilihat dengan jelas bahwa perjalanan makna yang berawal dari arti yang mendasar hingga arti yang terkonstruk oleh sebuah budaya. Pemaknaan first order atau tatanan pertama, yaitu tataran denotasi, dipahami sebagai makna yang dimaknai secara harfiah. Melalui denotasi, peneliti menganalisis tanda yang ada di video klip sesuai akan yang ditangkap oleh panca indera, sehingga tanda dimaknai secara mendasar. Tatanan kedua kedua atau second order, disebut juga tataran konotasi, peneliti memahami sebagai makna-makna yang muncul disebabkan oleh konstruksi budaya sehingga mengakibatkan sebuah pergeseran, yang melekat pada tanda tersebut. Melalui konotasi, peneliti menganalisis tanda yang ada di video klip sesuai dengan tataran budaya yang meliputi tanda tersebut. Setelah konotasi, Barthes menyertakan tataran mitos dalam second order, ialah tanda konotasi yang terbentuk dari pembicaraan atau wacana masyarakat menjadi ideologi karena terjadinya pemaknaan secara turun-temurun dan disepakati oleh masyarakat. Melalui mitos, peneliti menganalisis tanda yang ada di video klip secara historis sesuai ideologi, kepercayaan, 52

maupun budaya adat istiadat yang dianut oleh masyarakat. Dengan menggunakan tataran denotasi, konotasi, dan mitos, peneliti dapat mengetahui pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh TWICE sehingga memunculkan representasi pesan moral. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dengan menonton video klip Feel Special oleh TWICE, lalu adegan-adegan yang merepresentasikan pesan moral dikumpulkan. Kemudian, peneliti akan menganalisis tanda-tanda yang merepresentasikan pesan moral menggunakan tataran semiotika denotasi, konotasi, dan mitos milik Roland Barthes. Terakhir, peneliti akan membuat kesimpulan bagaimana pesan moral direpresentasikan dalam video klip Feel Special oleh TWICE. 3.1.1 Paradigma Kritis Dalam sebuah penelitian, dibutuhkan sebuah paradigma. Paradigma adalah budaya dalam penelitian yang memproyeksikan keyakinan, nilai-nilai, asumsi-asumsi dalam diri peneliti pada penelitian yang dilakukannya (Khun dalam Rakhmat & Ibrahim, 2016). Patton (Sugiyono, 2014a) menyatakan bahwa paradigma penelitian merupakan suatu sudut pandang, suatu perspektif umum atau tahap untuk membagi-bagikan realita yang kompleks, kemudian menetapkan makna atau arti dan penafsiran-penafsiran. Mengambil dari dua pendapat, maka paradigma adalah cara pandang/suatu perspektif dalam penelitian yang mempresentasikan pemahaman, keyakinan, nilai-nilai berdasarkan diri peneliti dalam penelitiannya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma ini diambil dari pemikiran Plato, Hegel, dan Marx yang menilai sebuah realitas sosial sebagai sesuatu yang tidak lahir oleh alam, namun diciptakan oleh manusia. Dalam paradigma ini, individu mampu membedakan antara yang tampak dipermukaan dengan realitas yang ada. (Sarantakos dalam Manzilati, 2017). Paradigma ilmu sosial kritis mencoba melawan pemikiran teori pembangunan dengan memandang bahwa ilmu sosial perlu dipahami sebagai proses untuk mempercepat pembebasan manusia dari ketidakadilan (Soyomukti, 2014). Menurut Poerwandari (dalam Haryono, 2020) menyatakan paradigma kritis mempercayai bahwa dalam berkehidupan manusia berhadapan dengan berbagai kondisi sosial ekonomi yang memberi pengaruh 53

kepada kehidupan manusia. Paradigma ini, meyakini bahwa manusia mampu untuk menciptakan arti kehidupan ataupun mengubah arti tersebut. Paradigma kritis mengusahakan dalam mengungkap struktur asli dari realitas semu yang menunjukkan kebutuhan palsu dari dunia materi, dengan tujuan untuk membangun suatu kesadaran sosial agar mengubah dan memperbaiki kondisi kehidupan manusia (Haryono, 2020). Sebuah pesan moral, hadir untuk menyampaikan pesan berupa nilai kebaikan kepada masyarakat terhadap realita dalam masyarakat atau fenomena yang terjadi di masyarakat yang berdampak buruk sehingga mampu mengubah pola pikir seseorang hingga skala yang lebih besar. Karena peneliti ingin menganalisis pesan moral utilitarianisme dalam pemikiran John Stuart Mill dalam video klip Feel Special oleh TWICE, maka paradigma kritis selaras dengan penelitian ini yang ingin mengungkap pesan moral yang ingin disampaikan TWICE berdasarkan pengalaman mereka terhadap kondisi kehidupan yang sulit disebabkan oleh sikap buruk dari masyarakat yang dituangkan dalam video klip Feel Special. Bersamaan dengan penggunaan semiotika Roland Barthes, maka analisis video klip melalui tanda-tanda yang merepresentasikan pesan moral dengan sudut pandang yang kritis dapat terlihat. Peneliti sekaligus ingin mengkritisi sikap masyarakat yang mempengaruhi mental seseorang yang menjadi inspirasi lagu Feel Special tercipta. 3.1.2 Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah video klip Feel Special oleh TWICE. Video klip ini merupakan visualisasi dari lagu Feel Special sebagai media promosi untuk album mini ke-8 TWICE dengan judul yang sama dengan lagu utama mereka. Video klip ini menggambarkan situasi fiksi di mana 9 anggota TWICE berada di lokasi yang berbeda-beda dan tampak tidak ada emosi, merasa sendirian seperti dunia tak acuh pada mereka. Namun mereka bertemu satu sama lain dan mulai merasa istimewa karena kehadiran satu sama lain yang mengubah hidup mereka. 54

Tabel 3. 1 Profil Video Klip Feel Special Profil Poster Video Klip Keterangan Durasi 3 menit 40 detik Tanggal Rilis 23 September 2019 Genre K-Pop Sutradara Lee Gi-Baek Pemain TWICE, Im Na-Yeon, Yoo Jeong-Yeon, Hirai Momo, Minatozaki Sana, Park Ji-Hyo, Sharon Myoui Mina, Kim Da-Hyeon, Son Chae-Young, Chou Tzuyu Rumah Produksi JYP Entertainment Penata Musik Hayley Aitken, J.Y.Park The Asiansoul, Min Lee Collapsedone, Ollipop Jumlah Tayangan 430.345.584 tayangan Jumlah Likes 4.8 juta Tautan https://youtu.be/3ymwovzhwhs (Sumber: Filmaffinity, 2019) 55

b. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah potongan adegan-adegan yang menampilkan pesan moral pada video klip Feel Special oleh TWICE. Bagian yang diteliti pada video klip Feel Special oleh TWICE ini adalah semua bentuk tanda yang merepresentasikan pesan moral dalam adeganadegan di dalam video klip yang diperankan oleh anggota TWICE. 3.1.3 Unit Analisis Data Unit analisis data merupakan objek yang menjadi fokus dalam penelitian beserta informasi yang ingin didapatkan dari objek tersebut. Unit analisis penelitian merupakan penjelasan rinci mengenai hal-hal yang ingin diteliti. Unit analisis pada penelitian ini adalah video klip Feel Special oleh TWICE yang diunggah di platform YouTube resmi JYP Entertainment. Peneliti dalam penelitian ini berfokus untuk mencari tanda-tanda pada video klip tersebut yang merepresentasikan pesan moral utilitarianisme. Peneliti memilih adegan yang akan diteliti sesuai dengan topik dalam penelitian, yakni representasi pesan moral utilitarianisme. Unit analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memotong adegan pada video klip tersebut melalui tangkapan layar. Peneliti akan menonton video klip secara keseluruhan, kemudian memotong video klip tersebut ke adegan-adegan yang akan peneliti jelaskan berikut ini. Tabel 3. 2 Unit Analisis Data Representasi Pesan Moral Utilitarianisme No Timeline Adegan 1 00:20 00:35 Deskripsi Pada adegan ini, diperlihatkan Son Chaeyoung dengan mamakai busana berwarna hologram sedang bersandar di dalam ruangan kosong berwarna putih. Wajah Chaeyoung 56

ditunjukkan datar dan tampak tanpa emosi. Kata Kunci : Isolasi 2 00:35 00:52 Dalam adegan ini, diperlihatkan Chou Tzuyu sedang duduk dengan memakai busana gaun dengan warna yang bersaturasi tinggi dan selaras dengan ruangan. Hirai Momo dengan busana gaun korset berwarna gelap kemudian masuk ke dalam ruangan yang tampak dipeuhi dengan rumah boneka. Gestur Momo menunjukkan seperti sedang mencari sesuatu di dalam ruangan tersebut. Kata Kunci : Dollification 57

3 00:56 01:08 Pada adegan ini diperlihatkan Minatozaki Sana memakai busana jaket kulit hitam dan sepatu boots selutut berwarna merah sedang duduk di depan pintu Café. Sana terlihat kehujanan dari rambutnya yang tampak basah, dan tampak tidak dipedulikan di mana diperlihatkan orangorang yang sedang berlalu-lalang menggunakan payung tidak menghampiri dirinya. 4 01:10 01:19 Kata Kunci : Hujan simbol ujaran negatif Adegan ini memperlihatkan Im Nayeon memakai busana gaun pendek berwarna dasar hitam dihiasi berlian dan sarung tangan panjang serta rok transparan dengan background ruangan berlian. 58

Perhiasan yang dipakai pun terdapat unsur berlian. 5 01:25-01:41 Kata Kunci: Berlian simbol citra diri Adegan ini memperlihatkan Sharon Myoui Mina seperti sedang berada di dalam hutan, dirinya tampak sedang berjalan dan menunjukkan gestur bahwa dirinya sedang tersesat. Kemudian Mina berjalan perlahan menuju kubah berwarna putih, yang seiring dirinya mendekati kubah tersebut, dinding kubah semakin transparan. Dengan dinding yang menjadi transparan, terlihat Chaeyoung berada di dalam kubah. Mina dan Chaeyoung saling menatap satu sama lain. 59

6 01:41 01:56 Kata Kunci : Tersesat dalam pencarian diri Adegan ini menunjukkan bahwa Tzuyu berukuran kecil, dengan perbandingan keseluruhan tubuh Tzuyu dan kepala Momo. Adegan tersebut juga menunjukkan Tzuyu berada di dalam rumah boneka. Keduanya diperlihatkan saling menatap satu sama lain hingga adegan berganti. 7 02:10 02:28 Kata Kunci : Dollification Dalam adegan ini, diperlihatkan Yoo Jeongyeon menari bersama TWICE, kemudian anggota selain Jeongyeon ditunjukkan menghilang secara perlahan hingga menyisakan dirinya sendiri, yang sedang duduk di singgasana 60

dengan busana gaun merah. Kemudian dirinya melihat ke arah tangga di mana seluruh anggota TWICE dan dirinya terlihat bahagia. 8 02:33 02:43 Kata Kunci : Kemewahan dan Makna kebersamaan Pada adegan ini, ditunjukkan payung berwarna cerah berada di tengah-tengah kumpulan payung hitam. Diperlihatkan payung berwarna cerah tersebut digunakan oleh Kim Dahyun. Terlihat Dahyun dan Sana berada di lokasi yang sama. Mereka berdua saling bertatapan hingga adegan selanjutnya. Kata Kunci : ONCE (Fans TWICE) 61

9 02:43 02:51 Dalam adegan ini menunjukkan Park Jihyo sedang dalam ruangan luas yang dipenuhi oleh televisi dan ruangan tersebut diperlihatkan minim akan cahaya. Jihyo tampak khawatir yang ditunjukkan dari gestur dan mimik muka. Seluruh televisi di dalam ruangan secara tiba-tiba dan bersamaan menampilkan wajah Nayeon. Kemudian, Jihyo melihat ke arah kumpulan televisi yang menampilkan wajah Nayeon. 10 02:56 03:28 Kata Kunci : Televisi simbol Eksploitasi Adegan ini menunjukkan masingmasing anggota TWICE secara bergantian tersenyum. Diperlihatkan Nayeon dan Jihyo, Chaeyoung dan Mina, Sana dan Dahyun, Jeongyeon 62

yang sendirian dan Jeongyeon yang bersama anggota TWICE, Momo dan Tzuyu saling tersenyum satu sama lain. Kata Kunci : Kehadiran dan Empati 63

11 03:28 03:40 Adegan yang terakhir ini menunjukkan Sana menghadap ke arah kamera selagi tersenyum, kemudian adegan berganti menjadi grafis teks TWICE yang berwarna emas dan tampak berkilau dengan background berwarna hitam. Teks kemudian berubah menjadi grafis teks dan logo dengan urutan dari atas ke bawah dan kiri ke 64

kanan yaitu teks TWICE, teks Feel Special, teks THE 8TH MINI ALBUM, Logo TWICE, dan Logo JYP Entertainment. Kata Kunci : Hubungan TWICE dan ONCE dengan simbol emas 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan tahapan paling strategis dalam suatu penelitian, karena target utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2021). Menurut Marshall dan Rossman (dalam Sugiyono, 2021) menyebutkan bahwa pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data observasi lebih banyak berperan, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Metode pengumpulan data yang peneliti guanakan dalam penelitian adalah : 1. Observasi Observasi (pengamatan) sebagai metode pengumpulan data yang identik, karena tidak terbatas pada orang, namun juga obyek-obyek alam selain manusia, berbeda jika dibandingkan dengan wawancara dan kuesioner (Sugiyono, 2014b). Pemaparan observasi menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2014b) merupakan suatu proses kompleks dan tersusun dari berbagai proses psikologis dan biologis, dengan proses-proses ingatan dan pengamatan ialah dua di antara yang terpenting. Melalui observasi, peneliti mempelajari tentang perilaku, dan makna yang meliputi perilaku tersebut 65

(Marshall dalam Sugiyono, 2021). Metode pengumpulan data melalui observasi digunakan jika, penelitian berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang akan diamati dalam penelitian tidak terlalu besar (Sugiyono, 2014b). Observasi dapat dipahami sebagai pengamatan realita menggunakan seluruh panca indera. Dengan observasi yang berulang, peneliti mampu mencatat informasiinformasi yang memiliki kaitan dengan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti langsung mengobservasi video klip Feel Special oleh TWICE yang dapat ditonton melalui platform YouTube di akun resmi JYP Entertainment secara berulang-ulang dan menyeluruh dari satu adegan ke adegan lainnya, kemudian mencatat informasi-informasi yang berkaitan dengan tanda yang ditampilkan. Tanda yang ditampilkan akan peneliti saring dan berfokus kepada tanda yang berindikasi menampilkan representasi pesan moral. 2. Dokumentasi Merujuk dalam pengertian Sugiyono (2021), dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya seni monumental dari seseorang. Dokumen merupakan data pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Namun perlu dipahami bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga data berupa dokumentasi yang telah dikumpulkan perlu dicermati. Dalam penelitian ini, dokumentasi tersebut berupa video klip yang diteliti dan riset terdahulu mengenai pesan moral, fenomena Hallyu/K-Pop, dan studi semiotika. Peneliti pun mengumpulkan sumber data dari berbagai kajian literatur yang berkaitan untuk dijadikan dan memperkuat argumentasi seperti buku, jurnal, serta karya ilmiah. Mengetahui dan memahami metode pengumpulan data dalam penelitian membuat peneliti mampu menentukan dan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang sudah ditetapkan. Berdasarkan Sugiyono (2021), pengumpulan data yang dilihat dari sumber datanya dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. 66

3.2.1 Data Primer Sumber data primer merupakan sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2021). Data primer merupakan data yang menjadi aspek utama berpengaruh terhadap penelitian. Dalam penelitian ini, data primer yang peneliti gunakan adalah video klip Feel Special oleh TWICE yang didalamnya terdapat adegan-adegan yang merepresentasikan pesan moral. Kemudian, data primer tersebut diobservasi oleh peneliti. 3.2.2 Data Sekunder Sugiyono (2021) mengemukakan bahwa sumber data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan data kepada mengumpul data, seperti melalui orang selain peneliti atau dokumentasi. Data sekunder merupakan data yang bertugas mendukung data primer. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari sumber literatur yang beragam dan berkaitan dengan jalannya penelitian. Literatur yang digunakan dalam penelitian yakni buku, skripsi, jurnal, dan artikel pada situs yang didapatkan secara daring maupun luring. 3.3 Metode Analisis dan Penjagaan Keabsahan Data 3.3.1 Metode Analisis Data Stainback (dalam Sugiyono, 2021) memaparkan analisis data merupakan proses di dalam penelitian kualitatif yang kritis. Analisis digunakan dalam penelitian untuk memahami sebuah hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat berkembang dan dievaluasi. Sedangkan menurut pemahaman Spradley (dalam Sugiyono, 2021) menyatakan bahwa analisis data dalam jenis penelitian apapun, merupakan cara berfikir yang berhubungan dengan pengujian secara sistemik terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, keterkaitan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan, sehingga analisis bertujuan untuk mencari pola. Dengan menarik garis besar kedua pemikiran diatas, maka metode analisis data adalah prosedur dalam penelitian yang kritis dengan tujuan untuk mencari pola, memahami sebuah relasi dan konsep dengan pengujian secara 67

sistematis sehingga praduga dasar (hipotesis) dapat dikembangkan dan dievaluasi. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes. Konsep pemikiran Roland Barthes ini disebut dengan Dua Tatanan Pertandaan (Two Order of Signification). Dalam model tersebut, terdapat tiga tataran yang digunakan dalam menganalisis tanda semiotika. Tataran tersebut adalah sebagai berikut (Fiske, 2017). a. Tataran denotasi adalah tataran dasar, lebih pada penglihatan fisik dan sesuatu yang dapat diterima oleh indrawi. Seluruh tanda dianalisis kemudian dipaparkan sesuai dengan bobot realita. b. Tataran konotasi sebagai tataran pada bentuk lanjut sebuah pemaknaan, lebih mengarah pada maskud dibalik suatu tanda yang dilandasi oleh peran serta dari pemikiran pembuat tanda. c. Tataran mitos berada pada signifikasi tahap kedua, diuraikan dengan mengidentifikasi konsepnya. Mitos menunjukkan dan memberitahu konsep-konsep berdasarkan wacana historis, dan mitos adalah konotasi yang telah/menjadi berbudaya. Dari menjabarkan Two Order of Signification untuk menganalisis tanda, peneliti menguraikan metode tersebut ke dalam analisis data yang dilakukan untuk meneliti video klip adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dan mendukung penelitian, yaitu video klip Feel Special oleh TWICE, literatur, dan kajian yang mendukung penelitian. b. Data-data disusun dan akan dianalisis oleh peneliti. Video klip Feel Special oleh TWICE akan peneliti tonton secara keseluruhan dan berulang, dan membaginya menjadi beberapa adegan yang merepresentasikan pesan moral. Peneliti juga akan membaca literatur dan kajian yang mendukung penelitian. c. Beberapa adegan yang merepresentasikan pesan moral, selanjutnya peneliti analisis menggunakan analisis semiotika Roland Barthes sesuai 68

dengan two order of signification, yaitu melalui tataran denotasi, tataran konotasi, dan tataran mitos. d. Menganalisis menggunakan tataran denotasi, maka adegan akan dianalisis kemudian dipaparkan sesuai dengan makna dan bentuk literalnya atau sesuai dengan apa yang terucap (bahasa) (Sobur, 2018). Seperti dalam video klip yang menunjukkan busana, konteks lingkungan, atau aspek lainnya tanpa diidentifikasi berdasarkan pemaknaan peneliti. e. Menganalisis dengan menggunakan tataran konotasi, maka adegan akan peneliti analisis kemudian paparkan melalui keaktifan pembaca (peneliti) (Sobur, 2018). Karena dalam tataran ini, peran dan pengaruh dalam pemaknaan didasarkan oleh perasaan dan persepsi pembaca (peneliti) (Beasley & Danesi, 2010). Peneliti akan memaknai tanda dan simbol yang muncul pada beberapa adegan dalam video klip, seperti hujan yang identik dengan kesedihan. f. Menganalisis pemaknaan berdasarkan tataran mitos, maka adegan akan dianalisis kemudian peneliti memaparkan berdasarkan wacana historis yang universal dalam wawasan dan temuan pada literatur yang peneliti dapat. Tentunya mitos yang peneliti paparkan memiliki keterkaitan dengan tanda atau simbolisasi pada adegan video klip. Seperti busana dan pengambilan gambar Chou Tzuyu yang ditunjukkan seolah sebuah boneka, mitos makna cantik di Korea Selatan disebut Dollification atau menyerupai boneka. g. Peneliti mengaitkan hasil analisis tersebut dengan representasi pesan moral. Setiap tanda dalam adegan yang merepresentasikan pesan moral akan dianalisis oleh peneliti terhadap kaitannya dengan realita di masyarakat. h. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan semiotika Roland Barthes mengenai representasi pesan moral dalam video klip, kemudian berkontribusi memberikan saran baik secara akademik maupun praktis. 69

3.3.2 Metode Penjagaan Keabsahan Data Uji keabsahan data atau penjagaan keabsahan data dalam penelitian, ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitatif, data yang didapat dinyatakan valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian kualitatif, validitas dan reliabilitas menguji datanya. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, dan paradigmanya itu sendiri (Moleong, 2021). Penerapannya pada jenis penelitian, Stainback (dalam Sugiyono, 2021) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih mengutamakan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih mengutamakan pada aspek validitas. Moleong (2021), menyatakan sebuah keabsahan data dimaksudkan bahwa setiap keadaan wajib memenuhi; 1) mendemonstrasikan suatu kebenaran nilai, 2) menyediakan dasar agar hal tersebut dapat diterapkan, 3) memperbolehkan keputusan luar, yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. Metode atau teknik dalam keabsahan data didasarkan empat kriteria; kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Dari keempat kriteria tersebut, peneliti memilih menggunakan kriteria kepercayaan. Karena melalui pemaparan Moleong (2021), dijelaskan bahwa derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Fungsi uji kredibilitas data adalah melaksanakan inkuiri (proses penemuan) sedemikian rupa hingga tingkat kepercayaan penemuannya tercapai, dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi, sehingga data-data tersebut untuk diuji validitas nya perlu dengan proses pencarian berulang hingga mencapai penemuan, dan adanya suatu perspektif lain sebagai pembanding yang relevan sehingga tercapai pembuktian data yang valid. Dengan peneliti memahami pemaparan tersebut, maka metode untuk menguji/menjaga keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data, khususnya dengan 70

meningkatkan ketekunan pengamatan dan disuksi dengan teman sejawat (peer debriefing). Menurut Sugiyono (2021), meningkatkan ketekunan dalam menguji data berarti melakukan pengamatan dengan lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti meningkatkan ketekunan pengamatan untuk dapat melakukan pengecekan kembali terhadap data yang ditemukan itu salah atau tidak dan dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistemik tentang apa yang telah diamati (Sugiyono, 2021). Maksud ketekunan pengamatan menurut Moleong (2021), adalah untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur relevan dengan isu yang sedang dicari dan kemudian memfokuskan diri pada hal-hal tersebut secara mendetail, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Hal tersebut, menuntut peneliti untuk mengadakan pengamatan dengan teliti serta rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol, kemudian ditelaah secara mendetail sampai pada suatu titik sehingga faktor-fakotr tersebut dipahami. Pada penelitian ini, peneliti akan menonton dan mengamati adegan video klip Feel Special secara berulang, mengumpulkan dan membaca referensi buku, riset penelitian, dan dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dan mendukung penelitian (untuk menambah wawasan peneliti menjadi lebih luas dan tajam), hingga melakukan pengecekan kembali penelitian ini secara menyeluruh dan mendalam. Selain meningkatkan ketekunan pengamatan, peneliti akan berdiskusi dengan teman sejawat. Menurut Moleong (2021), pemeriksaan sejawat melalui diskusi merupakan salah satu teknik keabsahan data dengan cara mengumbar hasil sementara atau hasil akhir yang didapatkan dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud: 1) Pertama, untuk mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik ini, kemelencengan peneliti diungkap dan pengertian mendalam dikaji yang menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran. Bahan diskusi perlu untuk disusun sehingga dapat diklasifikasikan menurut topik yang berkaitan dan relevan. 2) Kedua, diskusi dengan sejawat memberikan suatu kesempatan awal untuk mulai menelaah dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari 71

kognitif peneliti. Terdapat kemungkinan hipotesis yang muncul dari diri peneliti telah dikonfirmasi oleh dirinya, tetapi dalam diskusi analitik ini memungkinkan dapat terungkap aspek tersembunyi yang justru mencurahkan kognitif peneliti sehingga mendukung penelitian. 3) Ketiga, diskusi dapat berefek terhadap peneliti dalam memahami para peserta diskusi, sehingga emosi dan perasaan yang mempengaruhi jalannya penelitian menghilang dan peneliti mampu membuat sesuatu yang tepat. Bertolak pada maksud diatas, maka peneliti akan menentukan kriteria rekan-rekan sejawat agar diskusi dengan peserta akan sejalan dengan peneliitan dan berada di dalam konteks penelitian. Kriteria tersebut diantaranya; 1) Para peserta lahir di tahun 2000 dan berumur 22 tahun, 2) Para peserta merupakan mahasiswa prodi ilmu komunikasi, 3) Para peserta menggunakan penelitian dengan analisis semiotika. Setelah menentukan kriteria, peneliti kemudian melakukan pemeriksaan sejawat melalui diskusi dengan mengulas persepsi, pandangan, dan analisis yang sedang dilakukan secara kritis, menguji hipotesis kerja, mengembangkan langkah berikutnya, dan peserta diskusi melayani sebagai pembanding. Diskusi akan membahas ruang lingkup semiotika yang digunakan oleh peneliti, yaitu semiotika Roland Barthes dari konsep hingga teknik analisis. Kemudian peneliti akan bertukar pikiran seputar fenomena K- Pop dan pemahaman pesan moral dalam karya seni massal dengan peserta diskusi. Dengan demikian, temuan-temuan peneliti akan teruji krediblitasnnya sehingga sah untuk digunakan dalam penelitian. 72

DAFTAR PUSTAKA #MentalIllness: A Look at Mental Illnes Mentions on Twitter. (2015). PsychGuides.Com. https://www.psychguides.com/interact/mental-illness/ 5 positive effects music has on your mental health. (2020). Open Minds. https://www.openminds.org.au/news/5-positive-effects-music-mental-health Adler, S. E. (2020). Music Can Be a Great Mood Booster. AARP. https://www.aarp.org/health/brain-health/info-2020/music-mental-health.html Ardiyanto, E. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media. Aristoteles. (2012). Nicomachean Ethics. Dover Publications. Astuti, K. S. (2013). Shaping Moral through Art and Cultures. Barthes, R. (2011). Mitologi. Kreasi Wacana. Barthes, R. (2017). Elemen-Elemen Semiologi (E. A. Iyubenu (Ed.)). BASABASI. Beasley, R., & Danesi, M. (2010). Persuasive Signs: The Semiotics of Advertising. De Gruyter Mouton. https://doi.org/https://doi.org/10.1515/9783110888003 Beentjes, D. (2019). Emotion in Music, Giving You The Chills. Abbey Road Institute. https://abbeyroadinstitute.nl/blog/emotion-in-music-giving-you-the-chills/ Berger, A. A. (2015). Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Penerbit Tiara Wacana. Blackburn, S. (2021). Ethics: a Very Short Introduction. Oxford University. BTS: Who are they and how did they become so successful? (2020). BBC. https://www.bbc.co.uk/newsround/45721656 Carson, T. (2010). Music Video. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/art/music-video Chan, I. (2021). Goo Hara Act Passed By South Korea s Cabinet, Will Prevent Parents Who Neglected Their Kids From Claiming Inheritance. Today. https://www.todayonline.com/8days/sceneandheard/entertainment/goo-hara-act- 73

passed-south-koreas-cabinet-will-prevent-parents-who#:~:text=advertisement-, Goo Hara Act Passed By South Korea s Cabinet%2C Will,inheritance was made last year. D Olimpio, L. (2008). The Moral Possibilities of Mass Art. The University of Western Australia. Delgado, S. (2021). TWICE Member Jeongyeon Is Going on Second Mental Health Hiatus. Teen Vogue. https://www.teenvogue.com/story/twice-memberjeongyeon-second-mental-health-hiatus#:~:text=music-,twice Member Jeongyeon Is Going on Second Mental Health Hiatus,support with the %23WeLoveYouJeongyeon hashtag.&text=twice member Jeongyeon is halting,reasons Dianrama, L., Rauf, D. B., & Fany. (2021). Di balik pengaruh besar K-pop. The Finery Report. https://www.thefineryreport.com/articles/2021/12/9/di-balik-pengaruhbesar-k-pop Dihni, V. A. (2022). Survei Indikator: Masyarakat Lebih Sering Mengakses Internet Ketimbang TV. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/22/survei-indikatormasyarakat-lebih-sering-mengakses-internet-ketimbang-tv Fiske, J. (2017). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Jalasutra. Gabrielson, A., & Juslin, P. (2003). Emotional Expression in Music. In Handbook of Affective Sciences. Oxford University. Gangnam Style becomes the first YouTube video to reach one billion views. (2019). History. https://www.history.com/this-day-in-history/gangnam-style-firstyoutube-video-to-hit-one-billion-views Gillett, C. (2019). TWICE s Feel Special EP review: K-pop girl group mix EDM, hip hop and 90s vibes and make it work. Young Post. https://www.scmp.com/yp/discover/entertainment/music/article/3067177/twices -feel-special-ep-review-k-pop-girl-group-mix Goo Hara s Death Shines Light on Dark Side of K-Pop. (2019). Billboard. 74

https://www.billboard.com/music/music-news/goo-hara-death-shines-lightdark-side-k-pop-8544939/ Han, S. (2019). Interview: K-Pop Group Twice Talks About Their Bond With Once, Managing Stress, And The Impact Of Feel Special. BuzzFeed. https://www.buzzfeed.com/sarahhan/k-pop-group-twice-interview-once-mentalhealth-feel-special Haryono, C. G. (2020). Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi. CV Jejak. Herman, T. (2019). TWICE Feel Special On Inspiring New Single and EP: Listen. Billboard. https://www.billboard.com/music/music-news/twice-feel-special-ep- 8530735/ Hutchinson, A. (2022). Twitter Shares New Insights into the Rising K-Pop Discussion in the App [Infographic]. Social Media Today. https://www.socialmediatoday.com/news/twitter-shares-new-insights-into-therising-k-pop-discussion-in-the-app-in/617901/ Jin, L. H. (2019). TWICE, 400.000 Albums + 100 Million Views of MV with Feel Special... 12 Consecutive Hits. Herald POP. http://www.heraldpop.com/view.php?ud=201910291302424292652_1 Jin, P. S. (2019). TWICE renews S. Korea s biggest K-pop girl band albums sales record with Feel Special. Aju Business Daily. https://www.ajudaily.com/view/20190930143721008 Juslin, P. (2001). Music and Emotion: Theory and Research. Oxford University. JYP Entertainment. (2019). TWICE Feel Special M/V. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=3ymwovzhwhs&ab_channel=jypentertai nment K, J. (2020a). Court Rules 60 Percent Of Goo Hara s Inheritance To Go To Father s Side And 40 Percent To Mother. Soompi. https://www.soompi.com/article/1444686wpp/court-rules-60-percent-of-gooharas-inheritance-to-go-to-fathers-side-and-40-percent-to-mother K, J. (2020b). Insiders Question The Effectiveness Of Disabling Comments On Entertainment News; Sulli Act Reportedly No Longer In Talks. Soompi. 75

https://www.soompi.com/article/1411495wpp/insiders-question-theeffectiveness-of-disabling-comments-on-entertainment-news-sulli-actreportedly-no-longer-in-talks Katyusha, W. (2022). Efek Berbagai Genre Musik Terhadap Mood Kita. Hellosehat. https://hellosehat.com/mental/stres/ini-dia-efek-genre-musik-terhadap-moodkita/ Khollam, A. (2020). What Happened To Sulli? Death Of The K-Pop Celebrity Explained. Republic. https://www.republicworld.com/entertainmentnews/others/what-happened-to-sulli.html Kim, Y. (2021). Behind The Glamour: K-Pop Stars & Mental Health Issues. Creatrip. https://www.creatrip.com/en/blog/9459 Koelsch, S., Bashevkin, T., Kristensen, J., Tvedt, J., & Jentschke, S. (2019). Heroic music stimulates empowering thoughts during mind-wandering. Scientific Reports, 9(1), 1 10. https://doi.org/10.1038/s41598-019-46266-w Koreaboo. (2019). TWICE s Feel Special Surpassed 200,000 Copies Sold, Helping them Achieve An Impressive Milestone. Koreaboo. https://www.koreaboo.com/news/twices-feel-special-surpassed-200000-copiessold-helping-achieve-incredible-milestone/ Koreaboo. (2021). Here s A Deep Dive Into How The Lines Are Distributed For All 27 of TWICE s Music Videos. Koreaboo. https://www.koreaboo.com/lists/twiceline-distribution-music-videos-deep-dive/ Kumalaningrum, W. S. (2021). Strategi diplomasi publik Pemerintah Korea Selatan terhadap Indonesia melalui Hallyu. Indonesia Berdaya, 2(2), 141 148. https://doi.org/10.47679/ib.2021128 Kworldnow. (2020). Why K-pop Music Videos are Better. Kworld Now. https://www.kworldnow.com/music-videos/ Leliana, I., Ronda, M., & Lusianawati, H. (2021). Representasi Pesan Moral dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes). Cakrawala: Jurnal Humaniora Universitas Bina Sarana Informatika. https://doi.org/https://doi.org/10.31294/jc.v21i2.11302 76

Loesche, D. (2017). Digital (Finally) Killed the TV Star. Statista. https://www.statista.com/chart/12136/worldwide-digital-and-tv-ad-spending/ Magnis-Suseno, F. (2019). Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Kanisius. Manzilati, A. (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan Aplikasi. Universitas Brawijaya Press. McQuail, D. (1987). Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (2nd ed.). Erlangga. Merserau, J. (2017). A Brief History of K-Pop. A Side. https://ontheaside.com/music/abrief-history-of-k-pop/ Mill, J. S. (2020). Utilitarianisme: Prinsip Kebahagiaan Terbesar. BASABASI. Moleong, L. J. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Moller, D. (2011). Redefining Music Video. Callaghan. https://danmoller.com/ Moon, K. (2019). K-Pop Powerhouse TWICE Opens Up About How Their New Album Is More Personal Than Ever. TIME. https://time.com/5696384/twice-interviewfeel-special/ MORE THAN 5 BILLION PEOPLE NOW USE THE INTERNET. (2022). We Are Social. https://wearesocial.com/us/blog/2022/04/more-than-5-billion-peoplenow-use-the-internet/ Mufid, M. (2009). Etika dan Filsafat Komunikasi. In Pernamedia Group. Kencana. Mulyana, D. (2021). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (23rd ed.). PT Remaja Rosdakarya. Naratama. (2013). Menjadi Sutradara Televisi: dengan Single dan Multi-camera. Gramedia. Prasetya, A. B. (2019). Analisis Semiotika Film dan Komunikasi. Intrans Publishing. Rakhmat, J., & Ibrahim, I. S. (2016). Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik dan Penafisrannya Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media. Regarding Jeongyeon s health situation. (2021). JYP Entertainment. 77

https://fans.jype.com/boardview?boardname=twice_notice&num=1568&divi sionid=&searchfield=&searchquery= RIAJ Streaming Sertification. (2020). RIAJ. https://www.riaj.or.jp/f/data/cert/st.html Richter, F. (2018). The World s Favorite Music Genres. Statista. https://www.statista.com/chart/15763/most-popular-music-genres-worldwide/ Sanchala, V. (2021). SHINee s Jonghyun Death Explained; Here s Details About The K-Pop Star s Sudden Demise. Republic. https://www.republicworld.com/entertainment-news/music/shinees-jonghyundeath-explained-heres-details-about-the-k-pop-stars-sudden-demise.html Shaffer, C. (2020). Music Videos Were Facing Extinction - Then YouTube Happened. Rolling Stone. https://www.rollingstone.com/culture/culture-features/musicvideos-youtube-951945/ Sobur, A. (2018). Semiotika Komunikasi (7th ed.). PT Remaja Rosdakarya. Soyomukti, N. (2014). Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis. AR-RUZZ MEDIA. Sugiyono. (2014a). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Sugiyono. (2014b). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Sun, S. M. (2019). 檢, 구하라협박에쓰인 불법촬영 웬만하면구속수사. News1 Korea. https://www.news1.kr/articles/?3778834 Suttie, J. (2016). How Music Bonds Us Together. Greater Good Magazine. https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_music_bonds_us_together Twice: Feel Special (Music Video). (2019). Filmaffiinity. https://www.filmaffinity.com/us/film441046.html Ulvi, O., Karamehic-Muratovic, A., Baghbanzadeh, M., Bashir, A., Smith, J., & Haque, U. (2022). Social Media Use and Mental Health: A Global Analysis. 78

Epidemiologia, 3(1), 11 25. https://doi.org/10.3390/epidemiologia3010002 Valley, A. (2020a). K-Pop Songwriters Explain The Truth About Unfair Line Distributions. Koreaboo. https://www.koreaboo.com/news/kpop-songwritersexplain-truth-unfair-line-distributions/ Valley, A. (2020b). TWICE s Jeongyeon Will Take A Hiatus From Eyes Wide Open Promotions Due To Anxiety. Koreaboo. https://www.koreaboo.com/news/twicejeongyeon-will-take-hiatus-eyes-wide-open-promotions-due-anxiety/ VLIVE. (2019). TWICE SHOWCASE (FANCY). V LIVE. https://www.vlive.tv/post/0-18228254 Walton, A. G. (2018). New Studies Show Just How Bad Social Media is For Mental Health. Forbes. https://www.forbes.com/sites/alicegwalton/2018/11/16/newresearch-shows-just-how-bad-social-media-can-be-for-mentalhealth/?sh=3c5ad1707af4 Warren, M. (2016). The Impact of Music Therapy on Mental Health. National Alliance on Mental Illness. https://www.nami.org/blogs/nami-blog/december- 2016/The-Impact-of-Music-Therapy-on-Mental-Health#:~:text=Research shows the benefits of,for anxiety or for dysregulation. Wibowo. (2018). Semiotika Komunikasi : Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (3rd ed.). Mitra Wacana Media. Wibowo, F. (2006). Teknik Produksi Program Televisi. Pinus Book Publisher. World Digital Song Sales Week of October 5, 2019. (2019). Billboard. https://www.billboard.com/charts/world-digital-song-sales/2019-10-05/ Young, K. S. (2019). 12 consecutive hits were also successful... Twice s Feel Special dominates domestic and international music charts. Naver. https://entertain.naver.com/now/read?oid=015&aid=0004213700 Yucki, B. (2021). Perkembangan Trend Video Klip Musik dari Masa ke Masa. Cultura. https://www.cultura.id/perkembangan-trend-video-klip-musik-dari-masa-kemasa Zipin, D. (2022). Movie vs. TV Industry: Which Is More Profitable? Investopedia. 79

https://www.investopedia.com/articles/investing/091615/movie-vs-tv-industrywhich-most-profitable.asp 80

LAMPIRAN Lampiran 1 Potongan Adegan Video Klip Feel Special TWICE Adegan 1, Potongan 1 Adegan 1, Potongan 2 Adegan 1, Potongan 3 Adegan 2, Potongan 1 81

Adegan 2, Potongan 2 Adegan 2, Potongan 3 Adegan 3, Potongan 1 Adegan 3, Potongan 2 82

Adegan 3, Potongan 3 Adegan 4, Potongan 1 Adegan 4, Potongan 2 Adegan 5, Potongan 1 83

Adegan 5, Potongan 2 Adegan 5, Potongan 3 Adegan 6, Potongan 1 Adegan 6, Potongan 2 84

Adegan 6, Potongan 3 Adegan 7, Potongan 1 Adegan 7, Potongan 2 Adegan 7, Potongan 3 85

Adegan 7, Potongan 4 Adegan 8, Potongan 1 Adegan 8, Potongan 2 Adegan 8, Potongan 3 86

Adegan 9, Potongan 1 Adegan 9, Potongan 2 Adegan 10, Potongan 1 Adegan 10, Potongan 2 87

Adegan 10, Potongan 3 Adegan 10, Potongan 4 Adegan 10, Potongan 5 Adegan 10, Potongan 6 88

Adegan 10, Potongan 7 Adegan 10, Potongan 8 Adegan 10, Potongan 9 Adegan 10, Potongan 10 89

Adegan 11, Potongan 1 Adegan 11, Potongan 2 Adegan 11, Potongan 3 90