EFEKTIVITAS SANKSI PENGEMBALIAN KEPADA ORANG TUA BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

PEMIDANAAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DITINJAU DARI RESTORATIVE JUSTICE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

Perbandingan Penghukuman Terhadap Anak dengan Minimal yang Disebut sebagai Anak

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

OLEH ANAK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PELAKSANAAN PERADILAN ANAK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) Oleh WINDU ADININGSIH

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

KETIKA ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM STUDI TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI PENGADILAN NEGERI MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PROSES PERADILAN ANAK DI KOTA JAYAPURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOmor 11 TAHUN 2012

TINNERHA SISPAYERTY SITOMPUL

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. oleh

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

KEBIJAKAN FORMULASI FUNGSI KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

KUALIFIKASI PENGEMBALIAN ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM KEPADA ORANG TUA/WALI (STUDI PUTUSAN PERKARA NO: 9/PID.SUS.ANAK/2016/PN.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG)

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Al Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016 ISSN ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

PELAKSANAAN KEBIJAKAN SANKSI TINDAKAN TERHADAP ANAK BERKONFLIK HUKUM DI WILAYAH KOTA SEMARANG

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA

KEHARUSAN PENDAMPINGAN PENASEHAT HUKUM DALAM PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

JURNAL ILMIAH. PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Praya)

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

BAB III PENUTUP. Lembaga Perlindungan Anak Pada Perkara Anak Korban Tindak Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

Al Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. proses evolusi kapasitas selaku insan manusia, tidak semestinya tumbuh sendiri

Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana (Studi di Kota Pematangsiantar)

JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI DIVERSI DALAM PENYELESAIAN KASUS TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK SEBELUM BERLAKUNYA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE. Oleh : Dheny Wahyudhi 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

Transkripsi:

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA Vol. 2(1) Februari 2018, pp.112-121 ISSN : 2597-6893 (online) EFEKTIVITAS SANKSI PENGEMBALIAN KEPADA ORANG TUA BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh) Reza Rukmana Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh 23111 Nursiti Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111 Abstrak - Menurut Pasal 82 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menjelaskan bahwa sanksi tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi pengembalian kepada orang tua/wali. Di Pengadilan Negeri Banda Aceh pada tahun 2015 sampai dengan Agustus 2016 terdapat 12 perkara yang pelakunya adalah anak, namun hanya 6 perkara yang dijatuhi putusan tindakan pengembalian kepada orang tua. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua, indicator efektivitas penerapan sanksi pengembalian kepada orang tua terhadap anak yang melakukan tindak pidana dan untuk menjelaskan mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan sanksi pengembalian kepada orang tua. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian empiris dengan pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku teks, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan penelitian lapangan dilakukan dengan cara mewawancarai responden dan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua adalah berdasarkan berat ringannya tindak pidana yang dilakukan dan apakah yang bersangkutan sudah pernah melakukan tindak pidana atau belum. Penerapan sanksi pengembalian kepada orang tua terhadap anak yang melakukan tindak pidana dinilai lebih baik daripada penjatuhan sanksi yang lain, karena anak akan langsung mendapatkan pengawasan dan pendidikan dari orang tua, anak juga akan terhindar dari labelisasi dan atau cap sebagai pelaku tindak pidana dari masyarakat. Mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan sanksi pengembalian kepada orang tua dilakukan oleh pihak Balai Pemasyarakatan (Bapas) selama 3 (tiga) bulan dan hasil pengawasan dari pihak Bapas terhadap anak yang dikembalikan kepada orang tua yakni anak tersebut telah berkelakuan baik seperti mengikuti kegiatan masyarakat di tempat tinggalnya seperti mengikuti pengajian dan melakukan kegiatan sosial seperti gotong royong. Disarankan kepada hakim agar lebih mengutamakan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua bagi anak yang berkonflik dengan hukum dengan mempertimbangkan hasil penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan serta memberikan pengarahan kepada orang tua atau wali anak supaya bisa lebih mendidik anak tersebut agar anak tersebut tidak kembali mengulangi kesalahannya. disarankan kepada Bapas untuk lebih menginstensifkan pengawasan terhadap anak yang dikenakan sanksi pengembalian kepada orang tua agar anak tersebut tidak mengulangi lagi perbuatannya dan benar-benar sudah berkelakuan baik. Kata Kunci : Tindak Pidana Anak, Pengembalian Kepada. Abstract - According to the Article 82 paragraph (1) point of Act No. 11 2012 about the Child criminal justice system stated that the actual sanction for children is returning them to they parent. In Banda Aceh regional court on 2015 to August 2016 there are 12 (twelve) child perpetrators but only 6 (six) got the actual sanction which returning them to their parent. The purpose of research thesis is to explain the consideration of the judges in which punish the actual sanction of returning them to they to parent, the effectiveness indicator of the implementation of the actual sanction of returning the child to they parents of child perpetrator and the monitoring mechanism of the implementation of that actual sanction. This research thesis qualitative approach using field data and library research data. The field data obtained by interviewing respondents and informants, Library research data obtained by studying the legislation, law textbooks, articles, law journals and scientific writings related to the issues discussed in this research. The results of this research thesis is showed that the consideration of the judges by imposing of the actual sanction of returning the children to they parent is based on the seriousness of the criminal acts that commits by the child and also the child verdict has done it before or not. The implementation of the actual sanction of the child perpetrator that commit a crime was considered more better than punished them with other sanction, because children will be monitoring directly and educationally by they parents, and also children perpetrator will stereotyping as a verdict that committing a crime. Monitoring mechanism of the implementation of the actual sanction which done by the Government 112

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 113 Social Worker (Balai pemasyarakatan or Bapas) for 3 (three) months, and the results of monitoring by the Government Social Worker for the child perpetrator whose return to they parents is they has to well behave and doing the social activity with for communities such as working together (Gotong Royong) with the community. The recommended to Judges is they have to prefer the actual sanction of returning them to they parent more than other sanction to the child perpetrator by considering the future of the child perpetrator from being stereotype by the communities when they return to them by considering the government social worker (Bapas) suggestion, and the recommendation to government social worker is they must intensively monitoring the child perpetrator which returned to they parent so they will not committing another criminal action in the future and they will fully well behave after they back to the community. Keywords: Criminal Child Perpetrator, Sanction which returning child to their parent. PENDAHULUAN Tindak pidana yang dilakukan anak merupakan masalah serius yang dihadapi setiap Negara. Di Indonesia masalah tersebut banyak diangkat dalam bentuk seminar dan diskusi yang diadakan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga terkait lainnya. Kecenderungan meningkatnya pelanggaran yang dilakukan anak atau pelaku usia muda yang mengarah pada tindak kriminal, mendorong upaya melakukan penanggulangan dan penanganannya, khusus dalam bidang hukum pidana (anak) beserta acaranya. Hal ini erat hubungannya dengan perlakuan khusus terhadap pelaku tindak pidana usia muda. 1 Menurut Retno Wulan Sutianto, perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan Nasional. Melindungi anak adalah melindungi manusia, dan membangun manusia seutuh mungkin. Hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berbudi luhur. Mengabaikan masalah perlindungan anak berarti tidak akan memantapkan pembangunan nasional. Akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang dapat mengganggu penegakan hukum, ketertiban, keamanan, dan pembangunan nasional. Maka, ini berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang memuaskan. Pemberian perlindungan terhadap anak tidak hanya diberikan kepada anak yang menjadi korban tindak pidana, namun juga kepada anak yang menjadi pelaku tindak pidana, sehingga dalam proses hukum apalagi dalam memberikan putusan pidana seharusnya juga mempertimbangkan masa depan si anak karena bagi suatu negara, anak merupakan harapan masa depan negara. 2 Perlindungan anak dapat dilakukan dari segala aspek, mulai pada pembinaan dalam lingkungan keluarga, kontrol sosial terhadap pergaulan anak, dan penanganan yang tepat melalui peraturan-peraturan yang baik yang dibuat oleh sebuah negara. Dalam hal ini 1 Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan Peradilan Anak di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1983, hlm.2. 2 Romli Atmasasmita, Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1997, hlm.166.

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 114 negara telah menetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Pada dasarnya undang-undang ini bertujuan untuk menciptakan perlindungan khusus terhadap anak yang terlibat dalam suatu tindak pidana serta mewajibkan agar dilakukannya upaya diversi terhadap anak yang terlibat dalam suatu tindak pidana sebelum melalui proses peradilan pidana anak. Diversi merupakan pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Dalam kaitan perlindungan terhadap hak-hak anak maka tidak seorang anak pun dapat dirampas kemerdekaannya secara tidak sah atau sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan, dan pemenjaraan seorang anak haruslah sesuai dengan hukum dan hanya diterapkan sebagai upaya terakhir untuk jangka waktu sesingkat-singkatnya (Konvensi Hak Anak Pasal 37 b). Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat hukum sehingga diperlukan adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak. Kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak. 3 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 82 ayat (1) huruf a tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi pengembalian kepada orang tua/wali. Sanksi pidana merupakan jenis sanksi umum yang paling banyak digunakan dalam menjatuhkan hukuman terhadap seorang yang dinyatakan bersalah telah melakukan suatu perbuatan pidana. menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, maka pidana dapat dibedakan dalam pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok adalah pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan dan denda. Sedangkan pidana tambahan adalah dicabutnya beberapa hak-hak tertentu, disitanya barang-barang tertentu dan diumumkannya putusan hakim. Urutan-urutan daripada pidana ini dibikin menurut beratnya pidana dan yang terberatlah yang disebut lebih di depan. 4 Sistem Peradilan di Indonesia, seperti peradilan pidana pada umumnya di negaranegara lain bersifat retributive yaitu lebih menitikberatkan pada penghukuman pelaku. Orientasi penghukuman ini bertujuan untuk melakukan pembalasan dan pemenuhan tuntutan kemarahan publik akibat perbuatan pelaku. Dalam konteks hukum acara pidana, Sudarto 3 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Pressindo, 1989, hlm 18. 4 Roeslan Saleh, Stesel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1978, hlm.5-6.

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 115 menegaskan bahwa aktivitas pemeriksaan tindak pidana yang dilakukan oleh polisi, jaksa, hakim dan pejabat lainnya haruslah mengutamakan kepentingan anak atau melihat kriteria apa yang paling baik untuk kesejahteraan anak yang bersangkutan tanpa mengurangi perhatian kepada kepentingan masyarakat. 5 Sementara itu dari perspektif ilmu pemidanaan, Paulus Hadisuprapto meyakini bahwa penjatuhan pidana terhadap anak nakal cenderung merugikan perkembangan jiwa anak di masa mendatang. Kecenderungan merugikan ini akibat dari efek penjatuhan pidana terutama pidana penjara, yang berupa stigma (cap jahat). Pidana penjara dapat memberikan stigma yang akan terbawa terus walaupun yang bersangkutan tidak melakukan kejahatan lagi. Akibat penerapan stigma bagi anak akan membuat mereka sulit untuk kembali menjadi anak baik. 6 Terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh anak, maka pada tahun 2015 terdapat 10 kasus tindak pidana anak di Pengadilan Negeri Banda Aceh, namun jumlah perkara yang berhasil diversi dan mendapatkan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua sebanyak 5 kasus, yang terdiri dari 4 kasus Narkotika dan 1 kasus Pengeroyokan. Sedangkan pada tahun 2016, sampai dengan tanggal 4 Agustus 2016 terdapat 2 kasus anak yang melakukan tindak pidana yang terdiri dari kasus pencurian dan kasus narkotika. Pada kasus narkotika sanksi yang dijatuhkan adalah sanksi tindakan, yaitu pengembalian kepada orang tua. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua? 2. Bagaimana indikator efektivitas penerapan sanksi pengembalian kepada orang tua terhadap anak yang melakukan tindak pidana? 3. Bagaimana mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan sanksi pengembalian kepada orang tua? METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini biasa diartikan sebagai suatu proses 5 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni Bandung, 1980, hlm. 7. 6 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 25

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 116 pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. 7 Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan artikel ini adalah melalui Penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer. data diperoleh dengan melakukan wawancara dengan responden dan informan dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran terhadap permasalahan yang akan diteliti. Kemudian Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan mempelajari buku-buku teks, peraturan perundang-undangan, atikel serta tulisan ilmiah dengan tujuan untuk memperoleh teori-teori dan konsep terkait permasalahan yang akan diteliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Tindakan Pengembalian Kepada Berdasarkan hasil penelitian lapangan tentang anak pelaku tindak pidana yang mendapatkan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua di Pengadilan Negeri Banda Aceh terdapat data yang mencakup jumlah anak pelaku tindak pidana yang dikenakan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua pada tahun 2015 sampai Agustus 2016 yaitu sebagai berikut : Tabel 1 Putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh Yang Menjatuhkan Sanksi Tindakan Pengembalian Kepada Pada Tahun 2015 s/d Agustus 2016 No Nomor Perkara Jenis Perkara Sanksi Tindakan 1 1/pidsus.anak/2015/PN-BNA Narkotika Pengembalian kepada 2 3/pidsus.anak/2015/PN-BNA Narkotika Pengembalian kepada 3 4/pidsus.anak/2015/PN-BNA Narkotika Pengembalian kepada 4 6/pidsus.anak/2015/PN-BNA Pengeroyokan Pengembalian kepada 5 7/pidsus.anak/2015/PN-BNA Narkotika Pengembalian kepada 6 1/Pid.Sus-anak/2016/PN-BNA Pencurian Pengembalian kepada Sumber : Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus 2016 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 85.

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 117 Menurut Roni Susanta, Hakim Anak Pengadilan Negeri Banda Aceh dalam menjatuhkan putusan hakim memiliki pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum memutus perkara. Dalam praktik sebelum pertimbangan yuridis ini dibuktikan, maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan konklusi komulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti. 8 Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua secara umumnya seperti berikut ini : 9 1. Tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut tidak tergolong tindak pidana yang berat. Dalam hal ini Hakim memiliki pertimbangan bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut bukan tindak pidana yang tergolong berat seperti tindak pidana kejahatan yang menimbulkan korban. 2. Anak mendapatkan pendidikan, pembinaan, dan pengawasan dari orang tua secara langsung. Hakim mempertimbangkan apabila anak tersebut diberikan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua maka anak tersebut akan secara langsung dididik oleh orang tua nya yang dianggap lebih mengerti mengenai kepribadian anak tersebut. Anak juga dapat melanjutkan pendidikan serta mendapatkan pembinaan, pengawasan dan perhatian langsung dari lingkungan tempat anak tinggal. 3. Umur anak pada saat anak melakukan tindak pidana. Hakim juga mempertimbangkan umur anak tersebut pada saat menjatuhkan putusan terhadap anak, apabila umur anak pada saat melakukan tindak pidana belum berumur 12 tahun maka hakim akan sangat mempertimbangkan agar anak dibina didalam keluarganya karena pada saat itu anak dianggap masih terlalu labil, mudah dipengaruhi untuk berbuat jahat dan tidak mengerti apakah konsekuensi yang terjadi apabila dilakukannya suatu perbuatan. 4. Anak belum pernah melakukan tindak pidana sebelumnya. Hakim juga mempertimbangkan dalam memberikan sanksi pengembalian kepada orang tua terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dengan melihat kembali rekam jejak anak tersebut apakah sudah pernah melakukan tindak pidana atau belum pernah melakukan tindak pidana. Apabila anak baru pertama sekali melakukan tindak pidana, 8 Roni Susanta, Hakim Anak, Wawancara,19 Agustus 2016. 9 Roni Susanta, Hakim Anak, Wawancara,19 Agustus 2016.

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 118 hakim akan mempertimbangkan bahwa anak tersebut belum pernah berhadapan dengan hukum. Sehingga pertimbangan hakim ini juga sangat menentukan apakah anak akan dijatuhi tindakan pengembalian kepada orang tua atau tidak. 5. Mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan perkara. Dalam hal ini Hakim akan mempertimbangkan semua laporan penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan mulai dari penelitian sebelum proses diversi, penelitian selama proses diversi dan penelitian setelah proses diversi. Hakim harus mempertimbangkan hal tersebut sebelum menjatuhkan putusan perkara terhadap anak yang bermasalah dengan hukum apakah anak tersebut diberikan sanksi pidana atau sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua. 6. Anak akan mendapatkan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan. Dalam hal ini anak tersebut akan mendapatkan pembimbingan, pembimbingan dan pengawasan dari Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan selama proses dimulai nya perkara sampai seluruh proses perkaranya selesai. Setelah Pembimbing Kemasyarakatan dari Balai Pemasyarakatan selesai melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan, maka setelah itu Pembimbing Kemasyarakatan akan membuatkan surat pengakhiran pengawasan atau pembimbingan bahwa telah selesainya dilakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan. 2. Indikator Efektivitas Penerapan Sanksi Pengembalian Kepada Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Menurut Jumadi, Kepala Balai Pemasyarakatan Klas II Banda Aceh, Penerapan sanksi tindakan pengembalian anak yang melakukan tindak pidana kepada orang tuanya dinilai sudah efektif. Dikarenakan secara psikologis dan sosiologis anak sangat dekat hubungannya secara emosional dengan orang tua. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa orang tua bukan bagian dari sistem hukum sehingga tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kegiatan pengawasan anak sehingga perlu upaya-upaya secara normatif untuk menjamin kepastian keberadaan si anak selama pelaksanakan tindakannya. Sanksi tindakan pengembalian anak kepada orang tua bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat anak tersebut sehingga perlu

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 119 diadakannya formalisasi sistem pengawasan terhadap anak pelaku tindak pidana yang dijatuhkan tindakan dikembalikan kepada orang tua. 10 Menurut Rizanizarli, Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Bagian Hukum Pidana sanksi tindakan pengembalian kepada orangtua sangat bagus diterapkan bagi anak pelaku tindak pidana untuk menghindari anak dari lembaga pemasyarakatan dengan syarat orang tua harus mampu untuk melakukan pembimbingan kepada anak. Pidana penjara merupakan upaya terakhir yang dapat diberikan kepada anak dengan mempertimbangkan banyak hal seperti, kejahatan yang dilakukan oleh anak tergolong tindak pidana yang berat dan telah melakukan pengulangan tindak pidana. 11 Roni Susanta, Hakim Anak Pengadilan Negeri Banda Aceh menjelaskan dengan berlakunya Undang-Undang SPPA, terlihat bahwa ada peningkatan efektivitas penerapan sanksi pengembalian anak kepada orang tua yaitu : 12 1. Dengan undang-undang ini semakin membatasi tindak pidana yang akan dapat diproses secara langsung dalam sistem peradilan pidana anak 2. Bahwa proses menuju peradilan pidana seluruhnya tergantung kepada kesepakatan yang terjadi antara pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait, bukan lagi tergantung kepada aparat penagak hukum (polisi, jaksa, dan atau hakim) saja. 3. Mekanisme Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Sanksi Pengembalian Kepada Orang Tua Kesepakatan diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban dapat dilakukan oleh penyidik bersama pelaku dan/atau keluarganya, Pembimbing Kemasyarakatan, serta dapat melibatkan tokoh masyarakat. Kesepakatan diversi dilakukan oleh Penyidik atas rekomendasi Pembimbing Kemasyarakatan dapat berbentuk : 1. Pengembalian kerugian dalam hal ada korban 2. Rehabilitasi medis dan psikososial 3. Penyerahan kembali kepada orang tua/wali 10 Jumadi, Kepala Balai Pemasyarakatan Klas II Banda Aceh, Wawancara,11 Agustus 2016. 11 Rizanizarli, Akademisi Hukum Bagian Pidana, Wawancara, 23 Agustus 2016. 12 Roni Susanta, Hakim Anak, Wawancara,19 Agustus 2016.

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 120 4. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS (Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial) paling lama 3 (tiga) bulan 5. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) bulan. Rully A Lubis Kasubsi PKA Balai Pemasyarakatan Klas II Banda Aceh menjelaskan Pengawasan, pembimbingan serta pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana yang dijatuhi sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua dilakukan selama jangka waktu yang telah ditetapkan dalam amar putusan. Pada umumnya jangka waktu Pembimbing Kemasyarakatan untuk melakukan pengawasan, pembimbingan dan pembinaan dilakukan selama kurun waktu 3 (tiga) bulan. Namun ada juga pembinaan yang dilakukan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun, hal tersebut tercantum dalam putusan hakim. Setelah Pembimbing Kemasyarakatan selesai melakukan pengawasan, pembimbingan dan pengawasan terhadap anak, maka selanjutnya Pembimbing Kemasyarakatan akan mengeluarkan surat yang menyatakan anak tersebut telah mendapatkan pengawasan, pembimbingan dan pembinaan oleh Pembimbing Kemasyarakatan yaitu surat pengakhiran pengawasan, pembimbingan dan pembinaan. 13 KESIMPULAN Bahwa Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi tindakan pengembalian kepada orang tua didasarkan pada tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut tidak tergolong tindak pidana yang berat, anak bisa mendapatkan pendidikan, pembinaan, dan pengawasan dari orang tua secara langsung, anak belum pernah melakukan tindak pidana sebelumnya dan mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan perkara. Indikator Efektivitas penerapan sanksi pengembalian kepada orang tua terhadap anak yang melakukan tindak pidana dinilai lebih baik daripada penjatuhan sanksi yang lain, karena anak dapat langsung mendapatkan pengawasan dan pendidikan dari orang tua. Kemudian anak juga akan terhindar dari labelisasi dan atau cap sebagai pelaku tindak pidana dari masyarakat. Mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan sanksi pengembalian kepada orang tua yang dilakukan adalah dengan pengawasan kepada anak yang dikembalikan kepada orang tua yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan secara rutin selama jangka waktu 3 (tiga) bulan. Dalam 2016. 13 Rully A Lubis, Kasubsi PKA Balai Pemasyarakatan Klas II Banda Aceh, Wawancara,12 Agustus

JIM Bidang Hukum Pidana : Vol.2, No.1 Februari 2018 121 jangka waktu tersebut petugas Pembimbing Kemasyarakatan mengunjungi anak selama kurang lebih tiga kali atau petugas mengunjungi anak sekali dalam sebulan. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku-Buku Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan Peradilan Anak di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1983. Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana: Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana sebagai Syarat Pemidanaan, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP- Indonesia, Yogyakarta, 2012. Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Pressindo, 1989. Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994. Roeslan Saleh, Stesel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1978. Romli Atmasasmita, Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1997. Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni Bandung, 1980. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2008. 2. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak