View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KERING DAUN Ocimum americanum L. SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB III METODE PENELITIAN

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

Koloni bakteri endofit

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB III METODE PENELITIAN

UJI ANTIBAKTERI INFUSA KULIT BATANG KASTURI (Mangifera casturi Kosterm) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN DURIAN (Durio zybethinus) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN Roselina Wulandari*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti*

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperiment.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III. METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 246 Malang. Penelitian dilaksanakan selama 3 Februari Februari 2017.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

Uji Saponin Uji Triterpenoid dan Steroid Uji Tanin Analisis Statistik Uji Minyak Atsiri Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Transkripsi:

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by UMM Institutional Repository Prosiding Seminar Nasional V 2019 Peran Pendidikan dalam Konservasi dan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan ISBN 978-602-5699-83-2; PUBLIKASI ONLINE 5 MARET 2020 Ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Dewi Fatmawati, Nurul Mahmudati, Sri Wahyuni, Abdulkadir Rahardjanto, Diani Fatmawati Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang Penulis koresponden Dewi Fatmawati Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang Email: dewifatmawati213@gmail.com Kata kunci: Antibakteri, Staphylococcus aureus, Vitex trifolia Linn. ABSTRAK Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) sebagai antibakteri adalah konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dan jenis pelarut. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah The posttest-only control group design dengan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus serta interaksi keduanya terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil uji two way ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% telah menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Uji Duncan menunjukkan bahwa interaksi terbaik antara perbedaan konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dan jenis pelarut adalah pada ekstrak etanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dengan konsentrasi 50%. Copyright 2020 Universitas Muhammadiyah Malang PENDAHULUAN Staphylococcuss aureus merupakan salah satu bakteri jenis gram positif yang diperkirakan sebanyak 20-75% dapat ditemukan pada tangan, muka, rambut, vagina dan saluran permukaan atas. Yuliani, Indrayudha, dan Rahmi (2011) menyebutkan bahwa Staphylococcuss aureus adalah penyebab utama penyakit pada kulit, persendian, tulang, saluran pernafasan, endovaskuler, dan penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab kematian di dunia terutama di daerah tropis, seperti Indonesia (Salni, Marisa, dan Mukti, 2011). Menurut Triana (2014), penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang termasuk di Indonesia. Sebesar 13 juta orang diseluruh dunia setiap tahunnya mati karena penyakit infeksi ini (Salni et al., 2011). Santosaningsih et al (2011), menyebutkan bahwa kasus infeksi nosokomial di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah sebanyak 13% (260.000 dari 2 juta kasus). Selain itu di Perancis kasus infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah sebanyak 77%. Resistensi antimikroba telah menjadi suatu tantangan global bagi kesehatan masyarakat. Perkembangan resistensi mikroba semakin meningkat karena penggunaan dan penyalahgunaan antimikroba pada manusia dan hewan sehingga beberapa cara pencegahan dan pengobatan berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur 140

menjadi tidak efektif lagi (WHO, 2014). Organisme resisten seperti bakteri, virus dan beberapa parasit dapat hidup meski dengan adanya obat antimikroba seperti antibiotik, antivirus, dan antimalaria sehingga pengobatan standar tidak lagi menjadi begitu efektif lagi sehingga membutuhkan alternatif obat baru (Alamsyah, Widowati, dan Sabdono, 2014; Ghannadi et al., 1994; Siregar, Sabdono, dan Pringgenies, 2012). Salah satu sumber alternatif antibakteri baru dapat diproleh dengan memanfaatkan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri adalah buah Legundi (Vitex trifolia Linn.). Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas antibakteri buah legundi (Vitex trifolia Linn.). adalah konsentrasi ekstrak dan jenis pelarut. Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, konsentrasi yang digunakan adalah 40 mg/ml, 50 mg/ml, 60 mg/ml, 70 mg/ml dan 80 mg/ml. Namun karena kecilnya diameter zona hambat yang terbentuk sehingga konsentrasi ekstrak dinaikkan menjadi 25%, 50%, 75% dan 100%. Jenis pelarut pengekstraksi juga mempengaruhi jumlah senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak, sesuai konsep like dissolve like, dimana senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar (Arifianti et al., 2014). Penelitian yang dilakukan Phani dan Kumar (2014) menyebutkan bahwa ekstrak etanol buah legundi (Vitex trifolia Linn) sebesar 75 mg/ml menghasilkan diameter zona hambat sebesar 7 mm pada bakteri Bacilus subtilis. Penelitian tentang jenis pelarut yang mempengaruhi efektivitas ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) masih minim, sehingga penting untuk melakukan penelitian ini. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak di Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang No. 246 pada bulan Agustus 2019. Rancangan penelitian yang digunakan dalam adalah The Posttest-only control group design dengan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Sterilisasi Alat Mencuci semua peralatan yang dibutuhkan dengan sabun hingga bersih dengan air mengalir. Alat-alat yang akan disterilisasikan dengan menggunakan autoklaf dibungkus menggunakan kertas dan dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121 o C selama selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Sedangkan alat-alat yang tidak dapat disterilisasi dengan menggunakan autoklaf, disterilisasi dengan cara menyemprotkan alkohol 70%. Ekstraksi Buah Legundi (Vitex trifolia Linn.) Pembuatan ekstrak buah Legundi (Vitex trifolia Linn.) dilakukan degan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan metanol 70%. Buah legundi (Vitex trifolia Linn.) sebanyak 1000 gram yang telah diambil kemudian dicuci bersih dengan menggunakan air yang mengalir lalu di keringkan hingga tidak mengandung air atau di oven pada suhu 37 40 0 C. Buah legundi (Vitex trifolia Linn.) yang telah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender hingga halus. Setelah itu memasukkan serbuk buah legundi yang telah halus (Vitex trifolia Linn.) ke dalam dua erlenmeyer yang berbeda dan menuangkan larutan etanol 70% dan metanol 705 pada masing-masing erlenmeyer sampai semua simplisia terendam penuh. Menutup erlenmeyer yang telah berisi rendaman simplisia dengan menggunakan alumunium foil dan menyimpannya selama 3 x 24 jam di ruang tertutup dan gelap untuk kemudian dilakukan proses maserasi. Setelah 3 x 24 jam, saring rendaman simplisia dengan menggunakan kain saring untuk diambil filtratnya. Filtrat atau hasil penyaringan kemudian dievaporasi pada suhu 45 50 0 C dengan menggunakan rotary evaporator. Waktu evaporasi untuk pelarut etanol 141

adalah 30 menit dan untuk pelarut metanol membutuhkan waktu satu jam. Pembuatan Larutan Kontrol Positif Kontrol positif dibuat dengan menggunakan obat ampicilin. Ampicilin sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1 ml aquades. Metode Pengujian Metode pengujian yang digunakan adalah metod Kirby-Bauer dengan menggunakan cakram disk. Paper disk diambil dengan menggunakan pinset steril dan diteteskan ekstrak etanol dan metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) yang telah diencerkan dengan berbagai konsentrasi dengan menggunakan mikropipet sebanyak 40 µl. Cawan petri yang telah berisi media NA dipanaskan dengan cara memutar-mutar pada api bunsen. Paper disk yang telah ditetesi dengan ekstrak etanol dan metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) diletakkan pada media NA. Kemudian menutup cawan petri dan memanaskan dengan cara memutar mutar pada api bunsen serta melapisi cawan petri dengan menggunakan plastic wrap dan memberi label. Setelah semua perlakuan selesai kemudian semua cawan petri hasil perlakuan diletakkan ke dalam inkubator dengan suhu 37 o C selama 24 jam. Pengamatan dan Pengukuran Pengamatan dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi. Zona bening yang terbentuk di sekitar paper disk merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap bahan antibakteri yang diujikan. Zona hambat yang terbentuk kemudian diukur diameter vertikal dan diameter horizontal dengan satuan mm menggunakan jangka sorong dengan rumus: (DV DC) + (DH DC) 2 Keterangan: DV: Diameter vertikal DH: Diameter Horizontal DC: Diameter paper disk Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian dua jalan (two-way ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus diperoleh data sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat Staphylococcus aureus (E= etanol, M = methanol, A = ampicillin) Konsentrasi (%) Ekstrak (mm) E M A Aquades 25% 5,39 6,02 50% 8,33 13,23 75% 9,26 18,57 100% 13,73 15,34 Ampicilin 4,2 4 Aquades 3,51 Data hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa rerata diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus yang paling besar adalah pada perlakuan ekstrak metanol 75% yang menghasilkan rerata diameter zona hambat sebesar 18,57 mm, sedangkan hasil rerata diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus yang paling kecil terdapat pada perlakuan kontrol (aquades) dengan rerata diameter zona hambat sebesar 3,51 mm. Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan kemudian di uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan SPSS. Nilai signifikansi uji normalitas adalah 0,20 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Kemudian uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,951 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki varian yang sama (homogen). Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan uji two - way ANOVA. Hasilnya adalah disajikan di Tabel 2. 142

Berdasarkan Tabel 2 hasil uji two way ANOVA didapatkan hasil bahwa nilai signifikansi 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus berdasarkan jenis pelarut ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.). Begitu pula dengan hasil signifikansi konsentrasi (0,00 < 0,05). Sedangkan untuk jenis pelarut*konsentrasi memiliki nilai signifikansi 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara jenis pelarut dan konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) Tabel 2. Hasil uji two- way ANOVA Nama Sig Jenis pelarut 0,00 Konsentrasi 0,00 Jenis pelarut * konsentrasi 0,00 Setelah dilakukan uji two way ANOVA kemudian dilanjtkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan signifikan antar setiap perlakuan dalam setiap kelompok. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji Duncan untuk konsentrasi perlakuan Perlakuan Rerata terkoreksi 25% 5,70 a 50% 10,81 b 75% 14,30 c 100% 14,54 c Keterangan: - Perlakuan dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata - Perlakuan dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memiliki notasi berbeda (a, b, c) adalah pada konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi terbaik untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn) sebanyak 75%. Pengaruh konsentrasi terbaik terdapat pada perlakuan ekstrak metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) dengan konsentrasi 75% yang menghasilkan rerata diameter zona hambat paling besar yaitu 18,57 mm. Namun pada konsentrasi 100% ekstrak metanol rerata diameter yang dihasilkan menurun menjadi 15,34 mm. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemberian antibakteri dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan sel bakteri menjadi kebal dan resisten sehingga diameter zona hambat yang dihasilkan menurun (Salni et al., 2011). Terbentuknya diameter zona hambat disekitar paper disk karena adanya senyawa metabolit sekunder yang terkandungalam ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.). Senyawa metabolit sekunder tersebut adalah flavonoid, terpenoid dan alkaloid (Geetha et al., 2004; Lubis dan Hariaji, 2017). Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstra seluler sehingga menyebabkan terdenaturasinya protein sel bakteri dan membuat membran sel mengalami kerusakan (Arlofa, 2015). Selain itu juga dengan menghambat metabolisme energi pada bakteri (Cushnie dan Lamb, 2005). Selain flavonoid, kandungan lainnya yang berperan sebagai antibakteri adalah terpenoid yang mampu merusak membran sel bakteri (Yuharmen, 2002 dalam Sitepu et al., 2012). Senyawa selanjutnya yang berperan sebagai antibakteri adalah alkoloid yang memiliki mekanisme kerja dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri dan merubah struktur dan susunan asam amino pada bakteri (Arlofa, 2015; González-lamothe et al., 2009). Pada perlakuan kontrol negatif berupa aquades diketahui bahwa rerata diameter zona hambat yang dihasilkan adalah 3,51 mm. Seharusnya pada perlakuan tersebut tidak ditemukan adanya zona hambat. Namun zona hambat yang terbentuk bisa saja kemungkinan disebabkan karena adanya kontaminasi antara aquades dengan zat lainnya. 143

Rerata diameter zona hambat (mm) Perbandingan perlakuan dengan ekstrak etanol dan ekstrak metanol buah legundi (Vitex trifolia Linn.) ditunjukkan oleh Gambar 1. 20 15 10 5 0 25% 50% 75% 100% Konsentrasi ekstrak buah legundi Ekstrak etanol Gambar 1. Diagram garis perbandingan rerata diameter zona hambat Staphylococcus aureus dengan ekstrak etanol dan metanol buah legundi Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa rerata diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus pada perlakuan ekstrak metanol lebih besar dibandingkan pada perlakuan ekstrak etanol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan paling baik untuk menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah dengan menggunakan ekstrak metanol. Pelarut metanol memiliki tingkat polaritas yang tinggi sehingga bisa melarutkan komponen polar dan non polar (Natheer, Sekar, Amutharaj, Rahman, & Khan, 2012). Pelarut metanol merupakan jenis pelarut yang sifatnya dapat mengisolasi lebih banyak metabolit sekunder dari tanaman seperti tanin, polifenol, terpenoid, saponin, lakton, flavon dan fenon (Kannathasan, Senthilkumar, & Venkatesalu, 2011). Selain itu pelarut metanol dapat menarik alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman (Thompson, 1985 dalam Astarina et al., 2013). Dibandingkan dengan pelarut etanol, metanol memiliki tingkat polaritas yang lebih tinggi karena konstanta dielektrik pelarut metanol adalah 33,60 sedangkan konstanta dielektrik etanol adalah 24,3 (Ariyani et al., 2008; Septiana dan Asnani, 2012). Semakin besar konstanta dielektrik yang dimiliki suatu pelarut, maka pelarut tersebut bersifat semakin polar. Daya larut yang tinggi berkaitan erat dengan kepolaran yang dimiliki oleh suatu pelarut dan kepolaran senyawa yang akan diekstraksi. Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar (Ariyani et al., 2008). Adapun interaksi terbaik antara perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ditentukan dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil uji Duncan interaksi terbaik antara pengaruh perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ekstrak Vitex trifolia Linn. terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Perlakuan Rerata terkoreksi Aquades 3,51 a Ampicilin 4,24 b Ekstrak etanol 25% 7,83c Ekstrak etanol 50% 9,39 d Ekstrak etanol 75% 9,63 d Ekstrak etanol 100% 10,59 d 25% 11,54 d 50% 12,39 d 75% 12,80 d 100% 16,47 d Keterangan: - Perlakuan dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata - Perlakuan dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa interaksi terbaik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah ekstrak etanol dengan konsentrasi 50%. Pada konsentrasi tersebut rerata diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus yang dihasilkan adalah sebesar 8,33 mm. Meskipun rerata tertinggi diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus terdapat pada perlakuan ekstrak metanol 75% yang menghasilkan rerata luas 18,57 mm tapi dengan konsentrasi ekstrak etanol 50% rerata diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus sudah berbeda secara signifikan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 144

KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Perbedaan konsentrasi ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. (2) Perbedaan jenis pelarut ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. (3) Terdapat pengaruh interaksi perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut ekstrak buah legundi (Vitex trifolia Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, H. K., Widowati, I., & Sabdono, A. (2014). Aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut Sargassum cinereum (J. G Agardh) dari perairan Pulau Panjang Jepara terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus epidermidis. Journal of Marine Research, 3(2), 69 78. Arifianti, L., Oktarina, R. D., & Kusumawati, I. (2014). Pengaruh jenis pelarut pengektraksi terhadap kadar sinensetin dalam ekstrak daun Ortosiphon stamineus Benth. E- Journal Planta Husada, 2(1), 3 6. Retrieved http://www.journal.unair.ac.id/down load-fullpapersph44bbad3916full.pdf Ariyani, F., Setiawan, L. E., & Soetaredjo, F. E. (2008). Ekstraksi minyak atsiri dari tanaman sereh dengan menggunakan pelarut metanol, aseton, dan N-Heksan. Widya Teknik, 7(2), 124 133. Retrieved https://media.neliti.com/media/publ ications/231949-ekstraksi-minyak- atsiri-dari-tanaman-ser- 029adfb0.pdf Arlofa, N. (2015). Uji kandungan senyawa fitokimia kulit durian sebagai bahan aktif pembuatan sabun. Jurnal Chemtech, 1(1), 18 22. Retrieved https://journal.uii.ac.id/jkki/article /view/543/467 Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. (2013). Skrining fitokimia ekstrak metanol rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb). Jurnal Frmasi Udayana, 2(4), 2 7. Retrieved https://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu /article/view/7399/5649 Cushnie, T., & Lamb, A. J. (2005). Antimicrobial activity of flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents, (26), 343 356. https://doi.org/10.1016/j.ijantimicag.2005.09.002 Geetha, G., Doss, A., & Doss, P. A. (2004). Antimicrobial potential of Vitex trifolia Linn. Ancient Science of Life, 23(4), 30 32. Retrieved https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/pmc3330983/pdf/asl-23-30.pdf Ghannadi, A., Bagherinejad, M. R., Abedi, D., Jalali, M., Absalan, B., & Sadeghi, N. (1994). Antibacterial activity and composition of essential oils Pelargonium graveolens L Her and Vitex agnus-castus L Ghannadi. Iranian Journal of Microbiology, 4(4), 171 176. Retrieved https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/pmc3507305/pdf/ijm-4-171.pdf González-lamothe, R., Mitchell, G., Gattuso, M., Diarra, M. S., Malaouin, F., & Bouarab, K. (2009). Plant antimicrobial agents and their effects on plant and human pathogens. International Journal of Molecular Sciences, 10(8), 3400 3419. https://doi.org/10.3390/ijms100834 00 Kannathasan, K., Senthilkumar, A., & Venkatesalu, V. (2011). In vitro antibacterial potential of some Vitex species against human pathogenic bacteria. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 4(8), 645 648. https://doi.org/10.1016/s1995-7645(11)60164-8 Lubis, H. M. L., & Hariaji, I. (2017). Ekstrak buah legundi (Vitex trifolia) mampu menghambat pembelahan dan pertumbuhan sel tumor kulit tikus, 17(1), 1 6. Retrieved http://journal.umy.ac.id/index.php/ mm/article/view/3676/pdf_17 145

Natheer, S. E., Sekar, C., Amutharaj, P., Rahman, M. S. A., & Khan, K. F. (2012). Evaluation of antibacterial activity of Morinda citrifolia, Vitex trifolia and Chromolaena odorata. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 6(11), 783 788. https://doi.org/10.5897/ajpp11.435 Phani, K., & Kumar, A. R. (2014). Antimicrobial activity of Vitex leucoxylon, Vitex negundo and Vitex trifolia. Indian Journal of Research in Pharmacy and Biotechnology, 5674(April), 2320 2321. Retrieved https://www.ijrpb.com/issues/volu me 2_Issue 2/ijrpb 2(2) 5 phani2 1104-1105.pdf Pranoto, E. N., Ma ruf, W. F., & Pringgenies, D. (2012). Kajian aktivitas bioaktif ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap jamur Candida albicans. Jurnal Perikanan, 1(2), 1 8. Retrieved https://ejournal3.undip.ac.id/index. php/jpbhp/article/view/651/651 Salni, S., Marisa, H., & Mukti, R. W. (2011). Isolasi senyawa antibakteri dari daun jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) dan penentuan nilai KHMnya. Jurnal Penelitian Sains, 14(D), 38 41. Retrieved http://ejurnal.mipa.unsri.ac.id/index.php/jps/article/view/125/119 Santosaningsih, D., Zuhriyah, L., & Nurani, M. (2011). Staphylococcus aureus pada komunitas lebih resisten terhadap ampisilin dibandingkan isolat rumah sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 26(4), 204 207. Retrieved https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/a rticle/view/385/360 Septiana, A. T., & Asnani, A. (2012). Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput laut coklat (Sargassum duplicatum) menggunakan berbagai pelarut dan metode ekstraksi. Agrointek, 6(1), 22 28. https://doi.org/http://dx.doi.org/10. 21107/agrointek.v6i1.1950 Siregar, A. F., Sabdono, A., & Pringgenies, D. (2012). Potensi antibakteri ekstrak rumput laut terhadap bakteri penyakit kulit Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, dan Micrococcus luteus. Journal of Marine Research, 1(2), 152 160. Retrieved http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jmr Sitepu, I. S., Suada, I. K., & Susrama, I. G. K. (2012). Uji aktivitas antimikroba beberapa ekstrak bumbu dapur terhadap pertumbuhan jamur Curvularia lunata (Wakk.) Boed. dan Aspergillus flavus L. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 1(2), 107 114. Retrieved https://ojs.unud.ac.id/index.php/ja T/article/view/2179/1378 Triana, D. (2014). Frekuensi β -Lactamase hasil Staphylococcus aureus secara iodometri di laboratorium mikrobiologi fakultas kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Gradien, 10(2), 992 995. Retrieved https://ejournal.unib.ac.id/index.ph p/gradien/article/view/298/258 WHO. (2014). Antimicrobial resistance: global report on surveillance. France: WHO Library. Yuliani, R., Indrayudha, P., & Rahmi, S. S. (2011). Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap Staphyococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Farmasi Indonesia, 12(2), 50 54. Retrieved https://publikasiilmiah.ums.ac.id/x mlui/bitstream/handle/11617/3380/ 2011-12-2-50.pdf?sequence=1&isAllowed=y 146