PEMBUATAN BIODIESEL DARI PALM KERNEL OIL (PKO) MELALUI METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS ENZIM NOVOZYM 435 TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml Pyrex. Kondensor kolom hempel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PRODUKSI METIL ESTER FEBNITA EKA WIJAYANTI

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

4 Pembahasan Degumming

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

Laporan Praktikum Teknologi Proses PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI VARIASI PERBANDINGAN BERAT CAMPURAN LEMAK AYAM (Gallus sp) DENGAN RBDPO SKRIPSI YUDHA SETIAWAN PROGRAM STUDI KIMIA EKSTENSI

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

Bab III Metode Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI HCl

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

SINTESIS BIODISEL MELALUI REAKSI TRANSESTERIFIKASI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KATALIS CaO CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 800 o C

VARIASI BERAT KATALIS DAN SUHU REAKSI TRANSESTERIFIKASI CRUDE PALM OIL MENGGUNAKAN KATALIS CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 800 O C

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab III Metodologi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

Transkripsi:

PEMBUATAN BIODIESEL DARI PALM KERNEL OIL (PKO) MELALUI METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS ENZIM NOVOZYM 435 TUGAS AKHIR YUSNI CHANIA BR TARIGAN 142401077 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MEDAN 2017

PEMBUATAN BIODIESEL DARI PALM KERNEL OIL (PKO) MELALUI METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS ENZIM NOVOZYM 435 TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya YUSNI CHANIA BR TARIGAN 142401077 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MEDAN 2017

PERSETUJUAN Judul : Pembuatan Biodiesel dari Palm Kernel Oil (PKO) Melalui Metode transesterifikasi menggunakan katalis Enzim Novozym 435 Kategori : Karya Ilmiah Nama : Yusni Chania Br Tarigan Nomor Induk Mahasiswa : 142401077 Program Studi : Diploma III (D3) Kimia Departemen Fakultas : Kimia : Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara Disetujui di Medan, Juni 2017 Diketahui Program Studi D III Kimia FMIPA USU Ketua, Dosen Pembimbing Dr. Minto Supeno, MS NIP.196105091987031002 Dr. Mimpin Ginting,MS NIP.195510131986011001 Departemen Kimia FMIPA USU Ketua, Dr. Cut Fatimah Zuhra M,Si NIP. 197404051999032001

iv PERNYATAAN PEMBUATAN BIODIESEL DARI PALM KERNEL OIL (PKO) MELALUI METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS ENZIM NOVOZYM 435 TUGAS AKHIR Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Juni 2017 YUSNI CHANIA BR TARIGAN 142401077 PENGHARGAAN

v Penulis mengungkapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kuasanya yang tetap mencurahkan berkat, rahmat, kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan akan lebih bermakna lagi. Karya Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi Kimia Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara. Penulisan Karya Ilmiah ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman Penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)dari tanggal 24 Februari sampai dengan 24 Maret 2017. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa KARYA ILMIAH ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan penulis, baik dari segi pengetahuan, waktu, maupun pengalaman penulis. Meski demikian Penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pun dari semua pihak yang membaca karya ilmiah ini. Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis menghantarkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan Karya Ilmiah ini, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra M,Si selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Uiversitas Sumatera Utara. 4. Bapak Dr. Mimpin Ginting, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan teliti memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis agar dapat menyelesaikan Tugas akhir ini. 5. Kepada Ibunda M.Br Sitepu dan Ayahanda C. Tarigan yang sangat saya cintai dan kepada abang dan kakak tercinta saya Trio anosta tarigan & Trisna levia Br tarigan. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas doa, perhatian, kasih sayang, dukungan,

vi semangat dan bimbingan moral kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. 6. Buat sahabat dan Seseorang yang selalu memotivasi saya dalam menyelesaiakan Tugas Akhir ini. 7. Kepada rekan-rekan di PKL Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan ketidakmampuan. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik untuk penulis dan juga pembaca. Medan, Juni 2017 Penulis Yusni Chania Br Tarigan PEMBUATAN BIODIESEL DARI PALM KERNEL OIL (PKO) MELALUI METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS ENZIM NOVOZYM 435

vii ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan biodiesel dari Palm Kernel Oil (PKO) melalui metode transesterifikasi. Transesterifikasi menggunakan katalis enzim Novozym 435 dari reaksi antara PKO dengan metanol pada perbandingan volume 1:3 ; 1:6 dan 1:9 v / v selama selang waktu ± 24 jam. Hasil analisis dengan Gas kromatografi terhadap kadar biodiesel dari hasil transesterifikasi diperoleh kadar terbanyak pada perbandingan 1 : 6 yaitu sebesar 35,68% dengan kandungan monodigliserida 1,48%, digliserida 6,76%, dan trigliserida 2,51%, perbandingan 1 : 3 diperoleh kadar biodiesel 21,12% dengam kandungan monogliserida 2,20%, digliserida 11,97%, trigliserida 11,97 % dan untuk perbandingan 1 : 9 diperoleh kadar biodiesel 18,50% dengan kandungan monogliserida 2,66%, digliserida 11,97%, trigliserida 17,48%. Kata kunci : Minyak Inti sawit, Novozym 435, Transesterifikasi, Biodiesel MAKING OF BIODIESEL FROM PALM KERNEL OIL (PKO) TRANSESTERIFICATION METHOD USING CATALYST ENZYME NOVOZYM 435

viii ABSTRACT Has done research About the making of biodiesel from Palm Kernel Oil (PKO) through transesterification method. Transesterification using Novozym 435 enzyme catalyst from of the reaction between PKO with methanol at a volume ratio of 1: 3; 1: 6 and 1: 9 v / v over an interval of ± 24 hours. Results of analysts biodiesel content on transesterification results in the highest of 1 : 6 gained of 35.68%, monodigliserida 1.48%, digliserida 6.76% and triglyceride2,51%, A ratio of 1: 3 obtained by biodiesel content of 21.12% with monoglyceride content of 2.20%, digliseride 11.97%, triglyceride 11.97% and for comparison 1: 9 obtained biodiesel 18,50% with monoglyceride content 2,66%, digliseride 11,97%, triglyceride 17,48%. Keywords : Palm Kernel Oil, Novozym 435, Transesterification, Biodiesel

ix DAFTAR ISI PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iii v vi vii ix x xi Bab 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 3 1.3. Tujuan 3 1.4. Manfaat 3 Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Biodiesel 4 2.2. Palm Biodiesel 5 2.3. Metanol 6 2.4. Kelebihan dan Kekurangan Biodiesel 7 2.5. Esterifikasi dan Transesterifikasi 8 2.6. Novozym 435 10 2.7. Minyak kelapa sawit 11 2.8. Gas Chromatography 12 Bab 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat 15 3.2. Bahan 15 3.3. Prosedur Penelitian 16

x 3.4 Analisis Digliserida, Monogliserida dan Trigliserida dan 16 Kemurnian Biodiesel yang dihasilkan Bab 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 18 4.2. Pembahasan 21 Bab 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 23 5.2. Saran 23 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xi DAFTAR TABEL Nomor Tabel Judul Halaman 2.1. Perbandingan sifat biodiesel dan petrodiesel 6 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit 12 Dan minyak inti kelapa sawit 4.1. Data Hasil Analisa 21 4.2. Data setelah Analisa menggunakan GC 21

xii DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Judul Halaman 2.1. Reaksi Transesterifikasi 9 2.2. Reaksi pembentukan biodiesel dari trigliserida 10 2.3. Skema cara kerja GC 13 4.1. Kromatogram biodiesel hasil transesterifikasi 18 PKO : metanol 1:3 4.2. Kromatogram biodiesel hasil transesterifikasi 19 PKO : metanol 1:6 4.3. Kromatogram biodiesel hasil transesterifikasi 20 PKO : metanol 1:9

xiii DAFTAR LAMPIRAN

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini harga biodiesel masih belum dapat bersaing dengan minyak solar didalam negeri. Sedangkan untuk harga di luar negeri harga biodiesel sudah bersaing dengan harga bahan bakar petrodiesel. Bahkan harga biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan harga petrodiesel karena di Negara-negara tersebut biodiesel mendapat keringanan atau pembebasan pajak. Pengembangan biodiesel banyak mendapat perhatian dari para ahli karena beberapa kelebihannya dibandingkan dengan bahan bakar petroleum (Fauzi dkk,2004). Kelebihan yang dimaksud diantaranya adalah (i) dapat diproduksi secara lokal dengan memanfaatkan sumber minyak/lemak alami yang tersedia, sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor bahan bakar petroleum. (ii) proses produksi dan penggunaannya yang bersifat lebih ramah lingkungan dengan tingkat emisi CO 2, NO dan senyawa hasil pembakaran lainnya yang lebih rendah, dan (iii) lebih mudah terdegradasi dengan alam (biodegradable). Biodiesel didefinisikan sebagai mono-alkil ester dari rantai panjang asam lemak yang berasal dari sumber yang terbarukan, khususnya minyak tumbuhan dan lemak hewan. Minyak inti sawit yang kaya akan asam laurat (C12 : 0) merupakan bahan dasar pembuatan alkohol asam lemak. Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel (Haigh dkk,2012).

15 Biodiesel dilakukan melalui transesterifikasi lemak pangan dan nabati. Pada proses transesterifikasi digunakan dengan kimia maupun secara enzimatis. Pada percobaan di lakukan secara enzimatis karena menggunakan katalis enzim novozym. Reaksi transesterifikasi secara enzimatis mencegah terbentuknya sabun, reaksi terjadi pada ph netral, suhu reaksi yang lebih rendah. Beberapa metode secara enzimatis bertujuan untuk memecah ikatan kovalen, ikatan silang. Lipase merupakan enzim yang paling banyak digunakan pada reaksi transesterifikasi, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan enzim Novozym 435 dan mampu mengkatalisis baik reaksi hidrolisis maupun transesterifikasi trigliserida dalam kondisi biasa untuk menghasilkan biodiesel. Penggunaan katalis enzim dalam pembuatan biodiesel tidak hanya dapat menghidrolisis tetapi berperan penting dalam proses esterifikasi dan transesterifikasi sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Selain itu, katalis enzim akan menghasilkan konversi yang tinggi meskipun digunakan dalam transesterifikasi trigliserida yang memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi. Penggunaan katalis enzim dalam reaksi transesterifikasi memiliki permasalahan yaitu selain harga enzim yang mahal juga adanya asam lemak bebas pada bahan baku yang bereaksi dengan alkohol rantai pendek (seperti metanol dan etanol) menyebabkan enzim terdenaturasi. Gliserol sebagai salah satu produk reaksi, memberi efek negatif pada enzim yang digunakan. Enzim merupakan molekul organik yang kompleks dan terdapat dalam sel-sel hidup, yang di dalamnya enzim bekerja sebagai katalisator untuk menimbulkan perubahan kimiawi pada berbagai substansi. Dengan berkembangnya ilmu biokimia, pemahaman terhadap berbagai enzim yang ada dalam sel sel hidup dan cara kerja nya semakin meningkat. Tanpa adanya enzim, tidak mungkin terdapat kehidupan. Meskipun enzim hanya terbentuk sel-sel hidup, banyak di antaranya dapat dipisahkan dari sel dan bisa terus bekerja (Hartono,1995).

16 Keanekaragaman dan besarnya tingkat reaksi, khusunya yang merupakan ciri suatu enzim akan mewarnai pula kegiatan reaksinya dalam bahan pangan. Peran enzim dalam pengolahan bahan pangan dari tahun ke tahun berkembang pesat, Penggunaan enzim dalam dalam pengolahan pangan misalnya pada proses pembuatan sayur asin, kecap,glukosadan fruktosa dari pati, proses pengempukan daging, produksi jenis keju tertentu dan lain-lain (Purnomo,1995). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Pembuatan Biodiesel dari Palm Kernel Oil (PKO) MelaluiMetode transesterifikasi menggunakan katalis Enzim Novozym 435. 1.2. Permasalahan Apakah Biodiesel dari PKO dapat dihasilkan melalui metode transesterifikasi menggunakan enzim Novozym 435? 1.3. Tujuan Untuk menghasilkan biodiesel dari (PKO) melalui metode transesterifikasi menggunakan enzim Novozym 435. 1.4. Manfaat Dapat memberikan informasi pembuatan biodiesel dari Palm Kernel Oil (PKO) melalui metode transesterifikasi menggunakan enzim Novozym 435 serta mengetahui berapa kadar ester yang didapat selama 24 jam.

17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Biodiesel Pembuatan bahan bakar dari minyak nabati dan lemak hewan bukanlah sebuah proses baru. Pada awal tahun 1853, jauh sebelum mesin diesel digunakan, E. Duffy dan J. Patrick adalah ilmuwan yang melakukan proses transesterifikasi pada minyak nabati pertama kali dengan tujuan untuk menghasilkan sabun. Kemunculan mesin diesel dimulai pada tahun 1893, saat Rudolf Diesel (1858-1913) mengeluarkan tulisan yang bejudul The Theory and Construction of A Rational Heat Engines. Tulisan tersebut membahas mesin yang dapat mengompresi udara sampai pada tekanan yang sangat tinggi disebabkan oleh gerakan piston. Selain tekanan tinggi juga dihasilkan suhu tinggi. Mesin keluaran pertama yang digunakan sebagai model berupa sebuah besi silinder berukuran 10 sebagai dasarnya. Mesin yang kemudian diberi nama mesin diesel tersebut diujicobakan di Ausburg, Jerman pada 10 Agustus 1893 dengan bahan bakar minyak kacang. Sebagai apresiasi terhadap peristiwa penting ini, setiap tanggal 10 Agustus diperingati sebagai Hari Biodiesel Intrnasinal. Mesin ini didemonstrasikan di World s Fair di paris, prancis pada tahun 1900 dan mendapatkan Grand Prix yang merupakan penghargaan tertinggi. Meskipun demikian, sekitar tahun 1920-an, pembuat mesin diesel mengganti penggunaan bahan bakar mesin dengan bahan bakar yang viskositasnya lebih rendah, yaitu petrodiesel atau bahan bakar fosil. Hampir semua industri petroleum memilih produksinya yang jauh lebih murah dari pada bahan bakar. Biodiesel umumnya diproduksi dari refined vegetable oil menggunakan proses transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya bertujuan

18 mengubah [tri, di, mono] gliserida berberat molekul dan berviskositas tinggi yang mendominasi komposisi refined fatty oil menjadi asam lemak metil ester (Budiman dkk, 2014 ). 2.2. Palm Biodiesel Biodiesel adalah monoalkil ester dari minyak nabati atau hewan. Keuntungan paling baik dari biodiesel bila dibandingkan dengan petrodiesel ialah biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Biodiesel dapat diproduksi dari minyak hasil pertanian, limbah minyak, maupun lemak hewan yang banyak terdapat di berbagai belahan dunia dan bersifat terbarukan (Budiman dkk, 2014) Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga tidak mudah terbakar. Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun produk turunan nya atau minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol. Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Fauzi dkk, 2004) Kelebihan biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel antara lain: (1) Biodiesel berasal dari sumber daya alam yang dapatdiperbaharui; (2) Biodiesel memiliki kandungan aromatik dan sulfur yang rendah (3) Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi (Zhang dkk, 2003).

19 berikut ini : Beberapa perbandingan sifat biodiesel dan petrodiesel dapat dilihat pada tabel 2.1..Tabel 2.1 Perbandingan sifat biodiesel dan petrodiesel Aspek Biodiesel Petrodiesel Sifat pembakaran Lebih bersih Menimbulkan polusi dan masalah kesehatan Emisi CO 2 78% lebih rendah di Emisinya sangat besar bandingkan petrodiesel sehingga berkontribusi Sifat pelumasan Memiliki sifat pelumasan sehingga turut membersihkan bagian dalam mesin terhadap pemanasan global Tidak memiliki sifat pelumasan Emisi padat dan gas buang Menghasilkan lebih sedikit jelaga, CO, hidrokarbon tidak terbakar dan SO 2 Mengemisikan kandungan sulfur yang tinggi dalam gas buang 2.3. Metanol Metanol adalah suku pertama dari alkohol dengan rumusan C 11 H 2n+1 OH. Metanol atau metil alkohol saat ini dibuat dari gas bumi, di masa mendatang dapat pula diupayakan pembuatannya dari biomassa. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut : 2 CH 3 OH + 3 0 2 2 CO 2 + 4 H 2 O Metanol (metil alkohol atau alkohol kayu), (komponen utama dalam spritus) digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut. Dalam laboratorium dan industri, semua senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Kebanyakan alkohol alifatik digunakan di laboratorium klinik, dan industri (Antony C, 1992).

20 2.4. Kelebihan dan kekurangan Biodiesel Kelebihan dari biodiesel adalah : 1. Tidak perlu memodifikasi mesin, Pada dasarnya perlu ada modifikasi mesin diesel apabila bahan bakarnya menggunakan biodiesel. Biodiesel bahkan mempunyai efek pembersihan terhadap tangki bahan bakar, injektor dan selang. 2. Emisi lebih rendah, Biodiesel dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur. Penambahan 20% biodiesel pada petroleum diesel dapat mengurangi emisi partikel sebeasar 14%. 3. Non toksik, Biodiesel lebih aman dan tingkat toksitasnya 10 kali lebih rendah dengan garam dapur. 4. Konsumsi bahan bakar sama.konsumsi bahan bakar serupa dengan petroleum diesel. 5. Renewable, Biodiesel yang dibuat dari bahan terbarukan (renewable) sehingga dapat mengurangi impor dan penggunaan bahan bakar minyak bumi. Adapun beberapa kekurangan penggunaan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar diesel yaitu : 1. Konsumsi bahan bakar sedikit lebih tinggi karena nilai kalori yang lebih rendah. 2. Titik beku lebih rendah daripada bahan bakar diesel dimana akan menjdi kendala dan menyulitkan dalam cuaca dingin. 3. Kurang stabil dibandingkan bahan bakar diesel sehingga penyimpanan jangka panjang (lebih dari enam bulan) dari biodiesel tidak dianjurkan. 4. Dapat mendegradasi plastik, karet alam gasket, dan selang bila digunakan dalam bentuk murni (Budiman, 2014).

21 2.5. Esterifikasi dan Transesterifikasi Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air. Dengan esterifikasi, kandungan asam lemak bebas dapat dihilangkan dan diperoleh tambahan ester. Reaksi ini dilaksanakan dengan menggunakan katalis padat atau katalis cair. Reaksi Esteifikasi dapat dilihat di bawah ini : RCOOH + CH 3 OH RCOOCH 3 + H 2 O Asam lemak metanol Metil ester Air Reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang berjalan lambat, sehingga untuk waktu reaksiyang relatif pendek reaksi ke kiri (arah reaktan) dapat diabaikan terhadap reaksi ke kanan (arah produk ). Transesterifikasi merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mengubah minyak menjadi biodiesel. Transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida yang terkandung dalam minyak dan penerima gugus asil. Penerima gugus asil dapat berupa asam karboksilat (asidolisis), alkohol (alkoholisis) atau ester lain (interesterifikasi) (Robles dkk,2009). Metode konvensional untuk memproduksi biodiesel melibatkan katalis asam dan basa untuk membentuk asam lemak alkil ester. Biaya pengolahan dan masalah lingkungan yang terkait dengan produksi biodiesel dan pemulihan produk sampingb telah menyebabkan dibutuhkannya metode produksi alternatif. Reaksi enzimatik yang melibatkan lipase dapat menjadi alternatif yang sangat baik untuk menghsilkan bioiesel melalui proses yang biasa disebut alkoholisis, yaitu suatu bentuk reaksi transesterifikasi (Akoh dkk,2007). Panjang rantai hidrokarbon dari asam lemak, keberadaan cabang senyawa dan konfigurasi dari ikatan ganda dapat mempengaruhi produksi biodiesel. Novozym 435 digunakan karena konversi simultan yang lebih tinggi untuk biodiesel. Novozym 435 sering dipilih sebagai lipase yang efektif untuk produksi biodiesel (Seong dkk,2011).

22 Reaksi transesterifikasi didefinisikan sebagai reaksi antara alkohol dan trigliserida membentuk alkil ester dan gliserol. Alkil ester inilah yang disebut sebagai biodiesel. Sementara itu, trigliserida adalah komponen utama penyusun minyak dan lemak yang merupakan trimester dari gliserol dengan asam-asam lemak. Karena menggunakan alkohol sebagai salah satu reaktannya, reaksi ini sering kali disebut juga sebagai reaksi alkohlisis. Reaksi transesterifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini : Gambar 2.1, Reaksi alkoholisis trigliserida

23 Reaksi pembentukan biodiesel dari trigliserida secara metanolisis meliputi tiga tahapan proses yaitu tahap pertama digliserida, tahap kedua monogliserida dan tahap ke tiga gliserol. Reaksinya dapat di lihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2, Tahap Reaksi pembentukan Biodiesel Dalam reaksi transesterifikasi dapat menyulitkan proses pemisahan produk (alkil ester) dengan katalis karena sabun akan mengemulsi campuran saat pencucian. Sementara itu, air yang dibentuk dapat bereaksi dengan alkil ester melalui reaksi hidrolisis membentuk asam lemak. Reaksi ini justru mengurangi produk biodiesel dan lebih lanjut dapat memicu terjadinya reaksi penyabunan (Budiman,2014). 2.6. Novozyme 435 Katalis yang sering digunakan dalam produksi biodiesel adalah katalis homogen (KOH dan NaOH). Namun, penggunaan katalis homogen memiliki kelemahan yaitu pemisahan dari produknya cukup rumit (Mutreja dkk,2011).

24 Sintesis biodiesel biasanya dilakukan dengan transesterifikasi dikatalisis alkali kimia atau asam, yang memungkinkan waktu reaksi singkat dan konversi yang tinggi. Namun, metode ini memerlukan pretreatment terhadap substrat yang berair dan menyebabkan kesulitan dalam memulihkan katalis dan gliserol. Hal ini juga membutuhkan banyak energi dan pengolahan produk limbah. Transesterifikasi enzimatik dapat menghindari masalah transesterifikasi kimia dengan beroperasi di bawah kondisi moderat an enzim dapat digunakan kembali. Selain itu, tidak menghasilkan limbah (Seong dkk,2011). Salah satu jenis enzim lipase terimmobilisasi yang telah banyak digunakan dalam produksi biodiesel yaitu Novozym 435. Novozym 435 dapat digunakan untuk mengkatalisasi transesterifikasi dan reaksi hidrolisis untuk produksi biodiesel. Novozym 435 memiliki struktur berpori dan lebih sensitif terhadap perubahan rasio mol serta dapat mencapai konversi yang tinggi dengan rasio mol, temperatur dan jumlah katalis yang lebih rendah (Haigh dkk, 2013). 2.7. Minyak kelapa sawit Minyak yang dihasilkan dari buah kelapa sawit ternyata kini tidak hanya merupakan minyak goreng yang penting bagi penduduk di Afrika Selatan saja. Melainkan telah merupakan komoditi ekspor yang penting di pasaran dunia, guna mencukupi kebutuhan para industriawan bagi pembuatan margarin, sabun dan produk-produk lainnya. Minyaknya dapat dihasilkan dari seluruh buah tanaman ini, tetapi kualitasnya yang paling baik yaitu yang dihasilkan dari biji-bijian (kernels) buah kelapa sawit (Kartasapoetra,1988). Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut ini (Ketaren,1986).

25 Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit Asam lemak Minyak kelapa sawit Minyak inti sawit (persen) (persen) Asam kaprilat - 3 4 Asam kaproat - 3 7 Asam laurat - 46 52 Asam miristat 1,1 2,5 14 17 Asam palmitat 40 46 6,5 9 Asam stearat 3,6 4,7 1 2,5 Asam oleat 39 45 13 19 Asam linoleat 11-Jul 0,5 2 2.8. Gas Chromatography (GC) Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya. Cara kerja kromatografi gas Sampel diinjeksikan melalui suatu sampel injection port yang temperaturnya dapat diatur, senyawa-senyawa dalam sampel akan menguap dan akan dibawa oleh gas pengemban menuju kolom. Zat terlarut terdsorpsi pada bagian atas kolom oleh fase diam, kemudianakan merambat dengan laju rambatan masing-masing komponen yang sesuai dengan masing-masing komponen tersebut. Komponen-komponen tersebut terelusi sesuai dengan urut-urutan makin membesarnya nilai koefisien partisi menuju detektor. Detektor mencatat sederetan sinyal yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan laju elusi. Pada alat pencatat sinyal ini akan tampak sebagai kurva antara waktu terhadap komposisi aliran gas pembawa. Ada beberapa kelebihan kromatografi gas, di antaranya kita dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menhsilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap

26 mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan sensitivitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap. Skema cara kerja kromatografi gas dapat dilihat pada gambar 2.3. dibawah ini (khopkar, 2010). Gambar 2.3. Skema cara kerja Kromatografi Gas Bagian-Bagian Kromatografi Gas adalah 1. Tangki gas pembawa : adalah untuk membawa solut ke kolom 2. Alat pengatur tekanan (regulator), regulator digunakan unutk mengatur tekanan gas-gas yang dipakai. 3. Injection port (tempat memasukkan cuplikan) adalah cabang unutk memasukkan cuplikan dengan cara penyuntikkan. 4. Kolom adalah tempat terjadinya proses pemisahan komponen-komponen cuplikan.

27 5. Oven untuk memanaskan kolom pada suatu termostat. Suhu optimum yang digunakan tergantung pada : - Titik didih - Tingakt pemisahan yang diinginkan, suhu kolom yang terlalu tinggi kurang baik karena jarak antara kurva elusi komponen yang satu dengan yang lainnya terlalu dekat sebaliknya bila suhu terlalu rendah jaraknya terlalu jauh. 6. Detektor adalah bagian unutk mendeteksi komponen-komponen yang keluar dari kolom. Detektor ini akan mengirimkan isyarat listrik ke alat pencatat (rekorder). 7. Rekorder adalah alat pencatat yang berfungsi untuk mencatat isyarat-isyarat.

28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Alat- alat - Gelas Erlenmeyer bertutup 1000 ml pyrex - Hotplate stuart - Corong pisah 1000 ml pyrex - Statif dan klem - Beaker glass 250 ml Pyrex - Buret Pyrex - Pipet tetes - Kertas saring - Gelas ukur 100 ml Pyrex - Botol aquades - Pipet volume Pyrex - Botol vial - Neraca analitik Metter Toledo - Kromatografi Gas Shimadzu 3.2.Bahan - Minyak Inti sawit - Metanol Teknis - Enzim Novozym 435 Lipase - n-heksan Teknis

29 - KOH 0,1 N Teknis - MSTFA N-Methyl-N-(trimethylsily1) trifluoroacetamide - Tricaprin - THF (Tetrahydrofuran) - N-Heptane 3.3. Prosedur Percobaan Pertama diukur minyak sebanyak 100 ml dimasukkan kedalam 3 buah gelas Erlenmeyer masing-masing sebanyak 100 ml selanjutnya diukur metanol sebanyak 300 ml, 600ml, 900 ml dimasukkan ke dalam masing-masing gelas Erlenmeyer yang sudah berisi minyak. Diukur 0,5 gram enzim novozym 435 kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing campuran tersebut. Campuran kemudian diaduk dengan menggunakan stirrer selama 24 jam. Kemudian dimasukkan kedalam corong pisah, ditambahakan n-heksana secukupnya lalu di kocok, buka tutup corong pisah lalu siram dengan air hangat sampai minyak inti sawit jernih dan enzim nya naik ke atas dan terbentuk menjadi 3 lapisan. Diambil lapisan bawah dan dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer. Dimasukkan 3 tetes sampel ke dalam botol vial 10ml, ditambahkan 50 µ MsTFA (N-Methyl-N-(trimethylsily1)trifluoroacetamide, ditambahkan 100 µ Tricaprin, ditambahkan 100 µ THF, dibiarkan selama 10 menit sambil kocok tanpa mengenai tutup botol vial, ditambahakan 2,5 ml n-heptane. 3.4 Analisis Digliserida, Monogliserida dan Trigliserida dan Kemurnian Biodiesel yang Dihasilkan Kemurnian biodiesel yang dihasilkan akan dianalisis menggunakan instrumen Gas Chromatography pada Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) untuk

30 mengetahui komponen metil ester, gliserol karbonat, maupun trigliserida, digliserida, dan monogliserida yang tidak terkonvensi.

31 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil transesterifikasi PKO dengan metanol menggunakan katalis enzim novozym 435 menghasilkan kromatogram a. PKO : metanol 1 : 3 (gambar 4.1) dengan komponen biodiesel dapat dilihat pada tabel 4.2. b. PKO : metanol 1 : 6 (gambar 4.2) dengan komponen biodiesel dapat dilihat pada tabel 4.2. c. PKO : metanol 1 : 9 (gambar 4.3) dengan komponen biodiesel dapat dilihat pada tabel 4.2. Gambar 4.1. Kromatogram biodiesel hasil transesterifikasi PKO : metanol 1 : 3

32 Gambar 4.2. Kromatogram biodiesel hasil transesterifikasi PKO : metanol 1 : 6

33 Gambar 4.3. Kromatogram biodiesel hasil transesterifikasi PKO : metanol 1 : 9

34 Dari pembuatan biodiesel secara enzimatis di dapat data hasil analisis dengan variasi waktu seperti pada tabel 4.1. dan 4.2. sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Hasil Analisis No. Waktu Berat botol vial kosong (g) Berat botol vial yang berisi (g) Berat sampel (g) 1 9,63 6,70 50,06 2 24 jam 11,67 19,48 50,06 3 12,04 22,16 50,06 Tabel 4.2 Data setelah Analisis menggunakan GC No. Waktu Kadar Biodiesel (metil ester) (%) Kadar Monodigliserida (%) Kadar Digliserida (%) Kadar Trigliserida (%) 1 21,12% 2,20% 11,97% 14,33% 2 24 jam 35,68% 1,48% 6,76 % 2,51% 3 18,50% 2,66% 20,53% 17,48% Keterangan : No 1 - Perbandingan minyak : metanol 1 : 3 {v/v} No 2 - Perbandingan minyak : metanol 1 : 6 No 3 - Perbandingan minyak : metanol 1 : 9 4.2. Pembahasan Berdasarkan dari data penelitian pada tanggal 10 maret-24 maret 2017 dilakukan percobaan dari bahan baku Palm Kernel Oil (PKO), dengan menggunakan metode transesterifikasi selama 24 jam untuk mendapatkan biodiesel dari bahan baku menggunakan minyak inti sawit. Setelah dilakukan percoban dilakukan analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) untuk mengetahui berapa kadar maksimum biodiesel yang di dapat sebesar 35,6777%. Pada perbandingan 1 : 3 ke perbandingan 1 : 6 terjadi peningkatan kadar biodiesel

35 sedangakan dari perbandingan 1 : 6 ke 1 : 9 terjadi penurunan kadar biodiesel. Hal ini menunjukkan semakin banyak jumlah metanol maka semikin sedikit kadar biodiesel yang dihasilkan. Sampel yang akan dianalisis dengan menggunakan GC harus memiliki titik didih yang rendah dan mudah menguap. Penggunaan methanol pada proses transesterifikasi secara enzimatis dapat manurunkan kadar biodiesel yang diperoleh, karena metanol dapat menghambat kerja enzim, sehingga jika menggunakan katalis enzim novozym 435 kinerja enzim tersebut akan semakin menurun disebabkan inhibitor pada sisi aktif pori-pori novozym 435 yaitu kurangnya daya kerja enzim yang membentuk minyak sawit menjadi biodiesel. Dibawah ini dapat dilihat pembentukan biodiesel : Gambar 4.1. Pembentukan Biodiesel

36 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pembuatan biodiesel dapat dihasilkan dari PKO melalui metode transesterifikasi menggunakan katalis enzim novozym 435 dimana dari berbagai variasi perlakuan perbandingan PKO : metanol yakni 1 : 3, 1 : 6 dan 1 : 9 v / v, diperoleh kadar biodiesel terbanyak pada perbandingan 1 : 6 sebanyak 35,68% dengan kandungan monogliserida 1,48 %, digiliserida 6,76%, trigliserida 2,51% sedangkan untuk perbandingan 1 : 3 diperoleh kadar biodiesel 21,12% dengam kandungan monogliserida 2,20%, digliserida 11,97%, trigliserida 11,97 % dan untuk perbandingan 1 : 9 diperoleh kadar biodiesel 18,50% dengam kandungan monogliserida 2,66%, digliserida 11,97%, trigliserida 17,48%. 5.2. Saran 1. Perlu dilakukan variasi parameter yang lain seperti suhu, lama waktu reaksi dan kecepatan pengadukan untuk mendapatkan kadar yang lain. 2. Perlu dilakukan cara pemisahan dari komponen lain untuk mendapatkan biodiesel yang lebih murni.

37 DAFTAR PUSTAKA Akoh, C.C., Shu-Wei C, Guan-Chiun L, Jei-Fu S, 2007. Enzymatic approach to Biodiesel Production : Journal of agricultural and food Chemistry.55(22) : 8995-9005 Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Penerbit ITB Budiman, A., Kusumaningtyas, D.R., Pradana,S.Y., Lestari, A.N. 2014. Biodiesel. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Fauzi, Y., Yustina, E.W., Iman, S., dan Rudi, H. 2004. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Haigh,K.F., Abidin, S.Z., Vladisavljevic, G.T.. and Saha,B.2013. Comparison of Novozyme 435 and Purolite D5081 as Heterogeneous Catalyst for the Pretreatment of for Biodiesel Production. Fuel, vol.111:186-193 Hartono,A. 1995. Bioteknologi. Jakarta : EGC, Hal 26-28 Kartasapoetra.A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Di daerah Tropik. Jakarta : Bina Aksara Ketaren,S. 1986. Minyak dan Lemak pangan. Jakarta : UI-Press Purnomo,H. 1995. Aktivitas Air dan peranannya dalam pengawetan pangan. Jakarta: Penerbit UI-Press Riswanto, S. 2002. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal : 298 Robles-Medina, A., Gonzalez-Moreno, P., A, Esteban-Cerdan, L, and Molina Grima, E. 2009 Biocatalysis: Towards Ever Greener Biodiesel Production. Biotechnology Advances Vol. 27,doi:10.1016/j.biotechadv.2008.10.008, pp.398-408 Seong,P.J., Enzymatic Coproduction of Biodiesel and Glycerol Carbonte from Soybean oil and Dimethyl Carbonte, Enzyme and Microbial Technology, Vol. 48, Hal: 505-509,2011 Zhang, Y., Dubé, M.A., McLean, D.D., & Kates, M., 2003, Biodiesel Production from Waste Cooking Oil: 1. Process Design and Technological Assessment, Bioresource Technology, 89, 1-16. http://sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/f1c111025_sitedi_nur%20maliana%20%28f1c1 % 2011%20025%29.pdf