PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta, 12 Juni 2014
RUANG LINGKUP 1. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) DI INDONESIA 2. PENGARUH EL NINO TERHADAP KARHUTLA 3. DAMPAK KARHUTLA 4. LANGKAH ANTISIPASI 5. PENUTUP
I. KARHUTLA DI INDONESIA 1. Kejadian Karhutla besar di Indonesia a. 1994/1995 : 5 juta hektar terbakar (Bappenas 1999) dan asap mencapai Singapura dan Malaysia. b. 1997/1998 : kerugian pencemaran asap USD 674 799 juta dan terjadi pencemaran asap lintas batas ke negara tetangga. 2. Kebakaran 99% sengaja dibakar dan beberapa karena adanya bara api yang sudah lama di gambut. 3. Pembakaran lahan karena praktek slash & burn untuk pembukaan lahan (mudah, murah dan cepat). 4. Kondisi cuaca musim kemarau kering mengakibatkan potensi bencana asap akan meningkat.
II. EL NINO DAN KARHUTLA DI INDONESIA El Niño La Niña 2 1,5 1 0,5 0-0,5-1 -1,5-2 -2,5 Tahun El Niño / La Niña di Indonesia El Niño / La Niña 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 HOTSPOTS TAHUN 2006-2013 DI PROVINSI RAWAN 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Lanjutan Pada tahun 2006, 2009 dan 2012 terjadi El Nino di Indonesia Terjadi kenaikan jumlah titik panas di Provinsi Rawan saat terjadi El Nino El Nino dapat memperluas karhutla karena terjadi kekeringan yang pang dan peningkatan suhu udara
PENGARUH EL NINO PADA CUACA TH 1997 EL NINO 1997 MENYEBABKAN KEKERINGAN DI INDONESIA
EL NINO DAN KARHUTLA 2014 HOTSPOTS JAN 8 JUNI 2014 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 feb mar et mei juni 08-Jun-14 616 2590 2191 327 400 98 1. HOTSPOTS MEI JUNI CENDERUNG RENDAH KARENA MASIH ADA PENGARUH LA NINA 2. HOTSPOTS DIPRAKIRAKAN NAIK PADA JULI AGUSTUS KARENA PENGARUH EL NINO LEBIH KUAT
III. DAMPAK KARHUTLA 1. Hilangnya nilai ekonomis tegakan kayu 2. Menurunnya produkstifitas ekosistem hutan 3. Rusaknya lahan pertanian dan perkebunan 4. Menurunnya kesuburan tanah 5. Hilangnya fungsi-fungsi ekologis (misal: hidrologi, carbon release, dll.) 6. Menurun/hilangnya keanekaragaman hayati (ekosistem, species dan genetik)
KERUGIAN AKIBAT ASAP KEBAKARAN Meningkatnya penyakit pernafasan dan meningkatnya biaya kesehatan Mengganggu aktivitas sosial sehingga produktifitas menurun Hilangnya mata pencaharian masyarakat Terganggunya kegiatan pariwisata Jarak pandang terbatas: terganggunya transportasi udara, darat dan perairan (sungai dan laut) Penutupan airport dan penerbangan Berdampak kepada hubungan negara tetangga Dampak gka pang: pemanasan global dan perubahan iklim
Dampak kebakaran hutan dan lahan Januari Maret 2014 di Riau Sekolah di daerah dengan kondisi ISPU berbahaya di Riau diliburkan. Data Dinkes Riau sampai 18 Maret 2014 penderita penyakit yang berobat 61.647 orang dan terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yaitu 53.933 orang. Penderita ISPA di Pekanbaru 13.941 orang, Rokan Hilir 8.154 orang, dan Bengkalis 6.409 orang. Terganggunya operasional penerbangan di bandara di Sumatera Utara, Jambi, dan Riau. Kerusakan ekologis, erosi, kehilangan keanekaragaman hayati, hilangnya sumber daya genetika, pelepasan karbon ( carbon release), dan kemerosotan karbon ( carbon sink). Analisis Kadin, Riau bila dihitung PDRB Riau per tahun Rp 34,269 triliun lebih, diperkirakan sebulan terganggu aktivitas usaha dampak kabut asap yaitu = 30% total produktivitas x Rp 34,269 triliun = Rp 10 triliun.
IV. KETERPADUAN LANGKAH YANG TERARAH DAN TERKENDALI DI LAPANGAN UNTUK ANTISIPASI 1) Penguatan kapasitas Masyarakat Peduli APi (MPA) Pembentukan kelembagaan MPA melalui Kep Gubernur/Bupat dan pembiayaanya Penyediaan alat pemadam sederhana dan exercise terpadu dgn mitra manggala agni, perusahaan dan BPBD 2) Pemantauan (Ronda) Penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dgn pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan 3) Peningkatan peran perusahaan HTI dan Perkebunan Besar Pembuatan embung dengan berpedoman pada pengelolaan lahan gambut Pemetaan sarana dan prasarana pemadam kebakaran dan peralatan mekanis penyiiapan lahan Penyertaan CSR untuk penguatan MPA 4) Audit lingkungan perusahaan pada daerah resiko (rawan) tinggi kebakaran 5) Workshop kesiapan pencegahan karhutla dengan menghadirkan gubernur 6) Desiminasi Data ISPU dan Informasi Peringkat Bahaya Kebakaran (FDRS) 7) Sosialisasi/Kampanye pencegahan 8) Pengembangan pilot proyek desa bebas asap di lokasi rawan karhutla.
9) Penguatan implementasi sistem prediksi dan peringatan dini mekanisme koordinasi antar instansi utk desiminasi Pengembangan SOP nya (sejak 2 bulan sampai 72 jam); mekanisme aktivasi di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi Kelengkapan sarana dan prasarana Pelatihan Simulasi Memastikan SOP pemadaman 10) Penentuan Rawan Kebakaran Penentuan kawasan/kabupaten rawan kebakaran Audit lingkungan perusahaan yang resiko tinggi kebakaran 11) Pemberian insentif kpd masyarakat utk zero burning 12) Pemetaan digital lahan konsesi HTI dan perkebunan besar
V. PENUTUP Musim Kemarau + El Nino segera datang Konsolidasi Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kab/Kota) serta pelibatan masyarakat dan swasta dalam pencegahan dan penanggulangan. Peningakatan gakkum (administrasi, pidana dan perdata) : - Pertanian, Kehutanan, KLH, Kejaksaan, POLRI, UKP4. - Kejaksaan Tinggi, Polda, BLH, dan SKPD rawan Karhutla Lakukan Sekarang
SEKIAN Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Jl. DI Panjaitan, Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta Timur Telp/fax: 021-85904923