UJI ANTIBAKTERI KULIT BUAH KOPI (Coffea arabica L.) GAYO BERDASARKAN TINGKAT KEMATANGAN TERHADAP Escherichia coli

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Budi Raharjo, Agitya Resti Erwiyani*, Ahmad Muhziddin. ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI MANGGA ARUM MANIS (Mangifera indica. Linn)

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB 3 METODE PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml. Cawan Petri - Jarum Ose - Kertas Saring Whatmann No.14 - Pipet Tetes - Spektrofotometer UV-Vis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN Roselina Wulandari*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti*

ANALISIS KLT-BIOAUTOGRAFI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala, Jalan Syech Abdurrauf No. 3, Darussalam-Banda Aceh.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

III. METODE PENELITIAN

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN

Wahyuddin Jumardin, Masnawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar ABSTRACT

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

(COMPARISON OF ANTIBACTERIAL ACTIVITIES OF THE LEAF EXTRACT AND STEM EXTRACT OF BIXA ORELLANA L. AGAINST ESCHERICIA COLI AND STAPHYLOCOCUS AUREUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN EKSTRAK n-heksana DAN ETANOL TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) DARI DUA VARIETAS

Transkripsi:

Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 2, September 2020, Hal. 84-90 ISSN 2549-2721 (Print), ISSN 2549-2748 (Online) 84 UJI ANTIBAKTERI KULIT BUAH KOPI (Coffea arabica L.) GAYO BERDASARKAN TINGKAT KEMATANGAN TERHADAP Escherichia coli Munira Munira 1, Nazarul Mastura 1, Muhammad Nasir 2 1 Program Studi Farmasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Indonesia 2 Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Indonesia Riwayat Artikel: Submit: 09/05/2020 Diterima: 25/07/2020 Diterbitkan: 01/09/2020 Kata Kunci: Coffea Arabica L, Escherchia Coli, Antibacterial ABSTRAK Abstract: One of the areas where its people grow a lot of coffee is Gayo Lues, Aceh Province. This research aims to determine the inhibitory power of Gayo arabica coffee pulp extract based on levels of fruit maturity against Escherchia coli. This research is an experimental laboratory by using Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments which is aquadest (P0), ethanol extract of green coffee pulp (P1), ethanol extract of yellow coffee pulp (P2), and ethanol extract of red coffee pulp (P3) with 4 replications. Microbiological test used was the disc diffusion method. The results of Anova showed that Gayo coffee (Coffea arabica L.) Pulp based on levels of fruit maturity very influential against Escherchia coli (P=0,000). Duncan further test results showed that the largest average inhibition zone diameter was indicated by ethanol extract of red coffee pulp which is 16,66 mm, significantly different from extract of yellow coffee pulp (12,33 mm) and extract of green coffee pulp (11,33 mm). Gayo arabica coffee Pulp based on levels of fruit maturity can inhibit the growth of Escherchia coli and the largest average inhibition zone diameter was indicated by ethanol extract of red coffee pulp. Abstrak: Kopi yang berasal dari dataran tinggi Provinsi Aceh dikenal dengan sebutan kopi Gayo. Pada umumnya kopi Gayo adalah kopi Arabika (Coffea arabica L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan daya hambat ekstrak kulit buah kopi Arabika Gayo dengan tingkat kematangan buah yang bervariasi dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dibagi menjadi 4 perlakuaan yaitu aquadest (P0), ekstrak etanol kulit buah kopi hijau (P1), ekstrak etanol kulit buah kopi kuning (P2), ekstrak etanol kulit buah kopi merah (P3) dengan 4 kali ulangan. Uji mikrobiologi menggunakan metode difusi cakram. Uji Anova menunjukkan bahwa kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo berdasarkan tingkat kematangan buah yang bervariasi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli (P=0,000). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa rata-rata diameter zona hambat paling besar dibentuk oleh ekstrak etanol kulit buah kopi merah yaitu 16,66 mm, yang berbeda nyata dengan ekstrak kulit buah kopi kuning (12,33 mm) dan ekstrak kulit buah kopi hijau (11,33 mm). Kulit buah kopi Arabika Gayo dengan tingkat kematangan buah yang bervariasi dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Rata-rata diameter zona hambat terbesar dibentuk oleh ekstrak etanol kulit buah kopi yang berwarna merah. Penulis Korespondensi: Munira, Prodi Farmasi, Poltekkes Kemenkes Aceh, Banda Aceh, Indonesia. Email: munira.bio@poltekkesaceh.ac.id Cara Mengutip: M. Munira, N. Mastura, and M. Nasir, Uji Antibakteri Kulit Buah Kopi (Coffea arabica L) Gayo berdasarkan Tingkat Kematangan Terhadap Escherichia coli, Indones. J. Heal. Sci., vol. 4, no. 2, pp. 84-90, 2020. journal.umpo.ac.id/index.php/ijhs

PENDAHULUAN Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Dengan produksi rata-rata sebesar 639.000 ton pertahun atau 8% dari produksi kopi dunia [1]. Salah satu daerah yang rakyatnya banyak menanam kopi adalah Provinsi Aceh, khususnya masyarakat yang tinggal di daratan tinggi seperti Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo lues [2]. Spesies kopi yang dapat ditemukan di Aceh adalah kopi Arabika (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) [3]. Pada umumnya kopi Gayo di Daratan Tinggi Gayo (Gayo Highland) adalah kopi Arabika[4]. Kopi ini terkenal di pasar dunia karena memiliki citarasa khas berupa aroma perisa (flavor) dan kekentalan (body) yang kuat [2]. Spesies Arabika baik dibudidayakan di daratan tinggi pada ketinggiaan 700-1.500 m dpl [5][6]. Tanaman ini berdaun kecil dan panjangnya bisa mencapai 9 meter, biji yang dihasilkan berbentuk lonjong, gepeng, memanjang, serta ukuran bijinya lebih besar dari biji kopi Robusta namun memiliki kandungan kafein yang lebih rendah dari kopi Robusta [7]. Buah kopi yang digunakan untuk pembuatan kopi adalah buah kopi yang sudah masak. Buah yang telah masak ditandai dengan kulit buah yang berwarna merah, sementara ketika masih muda kulit buahnya berwarna hijau dan kemudian seiring waktu buah kopi akan menjadi setengah masak dengan kulit buah berwarna kuning [8]. Dalam pembuatan kopi biasanya hanya dibutuhkan sebatas biji kopi saja. Sedangkan kulit buah tidak begitu dimanfaatkan. Kulit buah tersebut dianggap limbah dan hanya digunakan untuk pakan ternak serta pupuk di perkebunan. Limbah daging buah kopi Robusta (Coffea robusta L.) Aceh mempunyai aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus. Aktivitas tersebut tidak terlepas dari kandungan fitokimia di dalamnya. Daging buah kopi Robusta (Coffea robusta L.) mempunyai senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, polivenol, serta terpenoid hanya saja dalam jumlah yang relatif kecil [3]. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kandungan metabolit sekunder tumbuhan, salah satunya adalah usia dan tingkat kematangan [9]. Hal tersebut diperkuat oleh beberapa penelitian, salah satunya dilakukan oleh Roni et al., (2019) yang melaporkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah papaya (Carica papaya L.) muda memiliki diameter zona hambat lebih besar dari pada biji buah papaya (Carica papaya L.) tua terhadap bakteri E. coli dan S. aureus[10]. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Sirait et al. (2014), yang membuktikan bahwa ektrak metanol buah laban (Vitex pubescens Vahl) dengan tiga tingkat kematangan yang berbeda memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda pula. Buah laban setengah masak lebih efektif meghambat S. thypi dan buah laban masaklebih efektif menghambat S. aureus [11]. Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri kulit buah kopi dengan tingkat kematangan buah yang bervariasi. Mengingat bahwa tingkat kematangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan senyawa antibakteri, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian aktivitas antibakteri kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo berdasarkan tingkat kematangan buah yang bervariasi terhadap Escherichia coli. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat experimental laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dibagi menjadi 4 perlakuan dengan masingmasing 4 pengulangan. Uji mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram. Parameter yang diamati adalah diameter zona hambat. Data yang telah diperoleh yaitu berupa rata-rata diameter zona hambat akan dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Duncan. 85

Penelitian dilakukan pada Februari 2019. Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Banda Aceh, proses maserasi dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh, proses penguapan dilakukan di Laboratorium Farmakologi FKH Unsyiah Banda Aceh, uji fitokimia dilakukan di Laboratorium Kimia FKIP Kimia Unsyiah, dan Uji mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan. 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, timbangan digital, gelas ukur, gelas kimia, wadah maserasi, batang pengaduk, corong, vacum rotary evaporator, erlenmeyer, hot plate, pipet tetes, cawan petri, tabung reaksi, rak tabung, cotton bud, ose bulat, lampu bunsen, pinset, spidol, autoklaf, inkubator dan penggaris berskala. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kopi Arabika Gayo muda yang berwarna hijau, kopi setengah masak yang berwarna kuning dan kopi masak yang berwarna merah yang diperoleh dari Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, etanol 96%, aquadest, bakteri uji (Escherichia col) yang diperoleh dari FKH Unsyiah Banda Aceh, media Nutrient Agar (NA), H2SO4, BaCl2, NaCl 0,9%, cakramkosong, kain flannel, kertas label, kapas, aliminium foil dan kertas buram. 2. Pengolahan Sampel Buah kopi Arabika Gayo yang berwarna hijau, kuning dan merah dipetik dari pohonnya, lalu dikupas dan dipisahkan dari biji kopi, kulit buah kopi yang telah dikupas dicuci bersih dengan air mengalir, ditiriskan dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Sampel yang telah kering diserbukkan dengan menggunakan blender dan diayak. 3. Ekstraksi Sampel Serbuk kering Simplisia sebanyak 100 g di maserasi dengan etanol 96% sebanyak 1000 ml selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudiaan didiamkan selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan filtrasi. Proses penyarian diulangi dengan menggunakan setengah kali jumlah pelarut pada penyarian pertama (500mL). Semua maserat dikumpulkan lalu dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator[12]. 4. Skrining Fitokimia Skrining fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak kulit buah kopi Arabika Gayo meliputi pemeriksaan alkaloid, saponin, tanin, steroid, flavonoid, dan triterpenoid[13]. 5. Uji Mikrobiologi a. Disiapkan 4 buah petridish. Masingmasing dituangkan media NA yang telah disterilkan sebanyak 15-20 ml dan didiamkan hingga mengeras. Setiap petri dish dibagi menjadi 4 daerah (P0, P1, P2, dan P3). b. Suspensi bakteri Escherichia coli diswab menggunakan cotton bud di atas permukaan media yang sudah mengeras. c. Diletakkan cakram yang telah direndam dengan masing-masing perlakuan. Daerah P0 diletakkan cakram yang berisi aquadest (kontrol), P1 diletakkan cakram yang berisi ekstrak etanol kulit buah kopi hijau, P2 diletakkan cakram yang berisi ekstrak etanol kulit buah kopi kuning, P3 diletakkan cakram yang berisi ekstrak etanol kulit buah merah. d. Semua petri diinkubasi pada suhu 37 o C selama 1x24 jam dengan posisi petri dibalik. Diamati pertumbuhan bakteri pada setiap perlakuan dan diukur diameter zona hambat dengan menggunakan penggaris. 86

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Uji Fitokimia Berdasarkan hasil uji fitokimia yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa kulit buah kopi Arabika Gayo hijau, kuning dan merah mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan triterpenoid, tetapi tidak mengandung tanin, saponin dan steroid. Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Buah Kopi Arabika Gayo Hijau, Kuning Dan Merah. Uji Fitokimia KBKA Hijau KBKA Kuning KB KA Me rah 1. Alkaloid + + + Dragendrof Burchad + + + Wagner + + + 2. Saponin - - - 3. Tanin - - - 4. Steroid - - - 5. Flavonoid + + + 6. + + + Triterpenoid Keterangan : KBKA : Kulit Buah Kopi Arabika (+) : Mengandung senyawa yang diuji (-) : Tidak mengandung senyawa yang diuji 2. Hasil Uji Antibakteri Hasil uji mikrobiologi membuktikan bahwa ekstrak kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo dengan tingkatan ke matangan buah yang bervariasi dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Hal ini dapat dilihat dari terbentuknya diameter zona hambat di sekitar cakram. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol kulit buah kopi Arabika Gayo hijau (P1) adalah sebesar 11,33 mm, ekstrak etanol kulit buah kopi Arabika Gayo kuning (P2) sebesar 12,33 mm dan ekstrak etanol kulit buah kopi Arabika Gayo merah (P3) sebesar 16,66 mm. Selanjutnya dilakukan uji Anova dan diperoleh hasil yang tertera pada Tabel 2. Dari hasil analisa statistik meng-gunakan uji Anova pada Tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo dengan tingkat kematangan buah yang bervariasi sangat berpengaruh (P=0,000) dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Hal ini dikarenakan kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo mengandung senyawa kimia yang memiliki aktivitas antibakteri. Dari uji fitokimia yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, flavonoid dan triterpenoid (Tabel 1). Hal ini hampir sejalan dengan hasil penelitian Sulaiman et al., (2017) menyimpulkan bahwa tumbuhan yang mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan tanin dapat berperan sebagai antibakteri [14]. Gambar 1. Diameter zona hambat ekstrak kulit buah kopi Gayo terhadap Escherichia coli. Tabel 2. Hasil Uji Anova Rata-Rata Diameter Zona Hambat Berdasarkan Tingkat Kematangan Buah Yang Bervariasi Terhadap Escherichia coli. Perlakuan Rerata Standar (mm) Deviasi Kontrol (P0) 0,00 0,00 KBKA Hijau P1) 11,33 1,08 KBKA Kuning (P2) 12,33 1,65 KBKA Merah (P3) 16,66 1,12 Keterangan : KBKA : Kulit Buah Kopi Arabika P-value 0,00 0 Mekanisme antibakteri senyawa flavonoid adalah dengan merusak permeabilitas dinding sel bakteri [15]. Sedangkan alkaloid berfungsi sebagai antibakteri dengan mekanisme mengganggu komponen penyusun péptido- 87

glikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel [16]. Triterpenoid bereaksi dengan porin (protein trans membrane) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin [17]. Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 3) menunjukan adanya perbedaan rata-rata diameter zona hambat antar perlakuan. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo yang berwarna merah berbeda nyata dengan ekstrak kulit buah kopi Gayo yang berwarna kuning dan hijau. Perbedaan kemampuaan dalam menghambat pertumbuhan bakteri diduga karena adanya perbedaan kadar kandungan senyawa kimia pada kulit buah kopi yang berwarna hijau, kuning, dan merah. Tabel 3. Uji Lanjut Duncan Rata-Rata Diameter Zona Hambat Ekstrak Kulit Buah Kopi Arabika Gayo Berdasarkan Tingkat Kematangan Buah Yang Bervariasi Terhadap Escherichia coli Perlakuan Rata- Rata Diameter Zona Hambat (mm) ± SD Kategori Zona Hambat Aquadest (P0) 0,00 a ± 0,00 Tidak ada KBKA Hijau (P1) 11,33 b ± 1,08 Kuat KBKA Kuning (P2) 12,33 b ± 1,65 KBKA Merah (P3) 16,66 c ± 1,12 Kuat Kuat Super scrip huruf yang berbeda menunjukkan danya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05). Perbedaan warna kulit buah kopi menunjukkah perbedaan tingkat kematangan[8]. Dalam proses pertumbuhan dan pematangan buah, terjadi perubahan kandungan senyawa pada saat masih mentah dan ketika menjadi matang, terdapat beberapa senyawa yang pada saat mentah kandungannya tinggi namun menurun ketika menjadi matang. Demikian juga sebaliknya, terdapat kandungan pada buah yang akan meningkat seiring meningkatnya kematangan [10]. Menurut Putri (2018) seiring meningkatnya kematangan buah, kadar flavonoid pada buah tersebut akan berkurang, hal ini disebabkan karena menurunnya kadar karbohidrat yang berpengaruh terhadap produksi flavonoid karena karbohidrat yang berbentuk gula dibutuhkan dalam proses produksi flavonoid [18]. Pada proses pembentukan flavonoid diperlukan gula sebagai fosfoenol pirufat dan eritrosa-4-fosfat yang menyediakan beberapa atom karbon yang diperlukan bagi cincin-cincin B-flavonoid serta sebagai unit asetat untuk cincin A-flavonoid [19]. Namun Kahkonem et al (2001) melaporkan bahwa perbedaan tingkat kematangan berpengaruh pada profil fenolik, biasanya senyawa fenolik terkonsentrasi pada buah yang masih muda dari pada buah yang tua, kecuali antosianin [20]. Hal ini berarti semakin meningkatnya tingkat kematangan buah maka kadar antosianin akan semakin besar. Antosianin merupakan bagian dari metabolit sekunder Flavonoid. Pada tanaman, antosianin bertanggung jawab memberikan warna merah, biru, ungu dan lainnya [21]. Antosianin telah dibuktikan memiliki aktivitas antioksidan, anti inflamasi, anti kanker, dan antibakteri [22], [23]. Paramita et al (2016) juga membuktikan bahwa ekstrak kaya antosianin dari kulit ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes [24]. Dari rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk juga dapat diketahui bahwa kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo yang berwarna merah memiiki zona hambat terbesar dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Hal ini dikarenakan adanya antosianin sebagai salah satu kandungan metabolit sekundernya [25]. Kadar antosianin pada kulit kopi Arabika matang yang dimaserasi selama 15 menit dengan etanol adalah sebayak 12,48 mg/l [26]. Hasil penelitian ini juga didukung 88

oleh penelitian yang dilakukan Munira et al (2018) yang menyatakan bahwa daun ketapang (Terminalia catappa L.) yang berwarna merah memiliki zona hambat yang lebih besar dari pada daun yang berwarna hijau dalam menghambat Staphylococcus aureus [27]. KESIMPULAN Ekstrak kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo dengan tingkat kematangan buah yang bervariasi terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara signifikan. Ratarata diameter zona hambat terbesar dibentuk oleh kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo yang berwarna merah, dan berbeda nyata dengan kulit buah kopi Gayo warna kuning dan hijau. Sangat diharapkan agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji fitokimia terhadap kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo dengan tingkat kematangan buah yang bervariasi secara kuantitatif. Selanjutnya juga disarankan agar dilakukan penelitian formulasi sedian dari ekstrak ekstrak kulit buah kopi Gayo. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kami ucapkan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, serta Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh yang telah memberikan izin kontribusi terhadap pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] E. J. M. Gunawan, Industri kopi Indonesia dan Third Wave Coffee Culture, 2018. [2] R. Fadhil, M. S. Maarif, T. Bantacut, and A. Hermawan, Model strategi pengembangan sumber daya manusia agroindustri kopi gayo dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN, J.Technol. Manag., vol.16, no.2, pp. 141 155, 2017. [3] M. R. Harahap, Aktivitas Daya Hambat Limbah Daging Buah Kopi Robusta (Coffea robusta L.) Aceh terhadap Bakteri S. aureus dan E. coli, J. Kesehat., vol. 9, no. 1, pp. 93 98, 2018. [4] A. Herviandi, E. Susilowati, and R. Njatrijani, Optimalisasi Perlindungan Hukum terhadap Pendaftaran Merek Dagang di Negara Lain (Kajian Perlindungan Hukum Merek Kopi Arabika Gayo), Diponegoro law J., vol. 6, no. 1, pp. 1 14, 2017. [5] S. Mawardo, R. Hulupi, A. Wibawa, and S. Wiryaputra, Panduan Budidaya dan pengolahan Kopi Arabika Gayo, 2008. [6] N. F. Utami, N. Nhestricia, S. Maryanti, T. Tisya, and S. Maysaroh, Uji Aktivitas Antioksidan Dari Biji Kopi Robusta (Coffea canephora P.) Berdasarkan Perbedaan Ekologi Dataran Tinggi Di Pulau Jawa, Fitofarmaka J. Ilm. Farm., vol.8, no. 1, pp. 67 72, 2019. [7] U. Salamah, Pengaruh ketinggian tempat terhadap karakter morfologi vegetatif dan kandungan antioksidan kopi robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner) di kawasan pegunungan muria Kabupaten Kudus. UIN Walisongo, 2019. [8] A. Afriliana, Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Deepublish, 2018. [9] Y. Retnaningtyas, M. H. Hamzah, and N. Kristiningrum, Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Daun Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) dengan Metode DPPH, J. Farm. Indones., vol. 9, no. 1, 2019. [10] A. Roni, M. Maesaroh, and L. Marliani, Aktivitas antibakteri biji, kulit dan daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, Kartika J. Ilm. Farm., vol. 6, no. 1, pp. 29 33, 2019. 89

[11] E. U. Sirait, S. Khotimah, and M. Turnip, Ekstrak buah Laban (Vitex pubescens Vahl) sebagai penghambat pertumbuhan Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus, Protobiont, vol. 3, no. 3, 2014. [12] R. I. Depkes, Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Jakarta. Kementrian Kesehat. RI, 2013. [13] J. B. Harbone, Metode Fitokimia. Terjemahan Padmawinata, K. Soediro, I, ITB. Bandung, 1987. [14] A. Y. Sulaiman, P. Astuti, and A. D. P. Shita, Uji Antibakteri Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Koloni Streptococcus viridans, Indones. J. Heal. Sci., vol. 1, no. 2, pp. 1 6, 2017. [15] F. Farhadi, B. Khameneh, M. Iranshahi, and M. Iranshahy, Antibacterial activity of flavonoids and their structure activity relationship: An update review, Phyther. Res., vol. 33, no. 1, pp. 13 40, 2019. [16] M. Sangi, M. R. J. Runtuwene, H. E. I. Simbala, and V. M. A. Makang, Analisis fitokimia tumbuhan obat di Kabupaten Minahasa Utara, Chem. Prog., vol. 1, no. 1, pp. 47 53, 2019. [17] A. Das and K. Satyaprakash, Antimicrobial properties of natural products: A review, Pharma Innov. J., vol. 7, no. 6, pp. 532 537, 2018. [18] G. I. Putri, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Carica (Carica Pubescens) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018. [19] E. B. Minarno, Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavanoid pada Buah Carica pubescens Lenne & K. Koch Di Kawasan Bromo, Cangar, dan Dataran Tinggi Dieng, el-hayah, vol. 5, no. 2, pp. 73 82, 2015. [20] M. P. Kähkönen, A. I. Hopia, and M. Heinonen, Berry phenolics and their antioxidant activity, J. Agric. Food Chem., vol. 49, no. 8, pp. 4076 4082, 2001. [21] M. J. Iqbal, M. S. Butt, and H. A. R. Suleria, Black Cumin: A Review of Phytochemistry, Antioxidant Potential, Extraction Techniques, and Therapeutic Perspectives, Plant-and Mar. Phytochem. Hum. Heal. Attrib. Potential, Use, p. 151, 2018. [22] L. Zhao, F. Temelli, and L. Chen, Encapsulation of anthocyanin in liposomes using supercritical carbon dioxide: Effects of anthocyanin and sterol concentrations, J. Funct. Foods, vol. 34, pp. 159 167, 2017. [23] C. Williams, G. Dodd, D. Lamport, J. Spencer, and L. Butler, Effects of anthocyanin-rich blueberries on cognitive function in healthy younger and older adults, Innov. Aging, vol. 1, no. Suppl 1, p. 1362, 2017. [24] N. Paramita et al., Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak kaya antosianin dari Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) dan Kulit Buah Anggur Hitam (Vitis vinifera L.) terhadap Isolat Bakteri Propionibacterium acnes, J. Farm. Udayana, 2015. [25] T. K. Lim, Edible medicinal and non-medicinal plants, vol. 1. Springer, 2012. [26] H. P. Ariadi and W. S. Windrati, Ekstraksi Senyawa Antioksidan Kulit Buah Kopi: Kajian Jenis Kopi Dan Lama Maserasi, UNEJ, 2013. [27] M. M. Munira, R. R. Rasidah, E. M. Melani, and M. N. Nasir, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) Warna Hijau dan Warna Merah serta Kombinasinya, Indones. J. Pharm. Nat. Prod., vol. 1, no. 2, 2018. 90