HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usia prasekolah antaralain mengenal warna, mengenal angka

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Yulisetyaningrum ABSTRAK

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Perry & Potter, 2005). Personal hygiene pada anak jalan jarang diperhatikan

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE DI SDNEGERI 16 SUNGAI ROTAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota Semarang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

Oleh : Suharno ABSTRAK

Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari; Dyah Ayu Wulandari. Prodi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

Dyna Apriany Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jawa Barat

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

NURJANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

BAB III METODE PENELITIAN. Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. Sedangkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK Mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun dapat mengurangi resiko diare pada anak (Siswanto, 2009). Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun hanya sedikit sekali(5%) yang mengetahui bagaimana cara mencuci tangan dengan benar. Hal ini sangat penting untuk diajarkan kepada siswa agar bisa mencuci tangan dengan benar dan untuk mencegah resiko penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku mencuci tangan dengan benar pada siswa kelas V Di SDIT AN-NIDA Kota. Penelitian ini menggunakan survey analitik sedangkan rancangan penelitian dengan menggunakan cross sectional, yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam waktu bersamaan. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SDIT An-Nida Kota Lubuklinggau tahun 2013. Sampel yang diambil berjumlah 50 responden. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa dari 50 responden yang mencuci tangan dengan benar adalah 41 responden (82%), responden dengan pengetahuan baik adalah 48 responden (96%), responden dengan sikap mencuci tangan baik adalah 32 responden (64%). Dan dari hasil analisis bivariat, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan dengan benar dengan hasil uji statistik Fisher s Exact Test dengan ρ value = 0,029 (α 0,05 Dari hasil penelitian ini diharapkan pengajar khususnya guru SDIT An-Nida Agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap anak dalam menjaga kesehatan diri terutama dalam hal mecuci tangan dengan benar. Dan lebih memperhatikan cara mencuci tangan siswa, serta mengawasi cara mencuci tangan siswa setelah makan siang. Kata kunci : Mencuci Tangan, Pengetahuan, Sikap PENDAHULUAN Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik karena masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak sekolah. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut rentan terhadap masalah kesehatan. Anak usia sekolah selain rentan terhadap masalah kesehatan juga peka terhadap perubahan. Masalah ini kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua, sekolah atau para klinisi serta profesional kesehatan lainnya yang saat ini masih memprioritaskan kesehatan anak balita. Padahal peranan mereka yang sangat dominan akan mempengaruhi kualitas hidup anak di kemudian hari (Gobel, 2009). Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan kesehatan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak (Hendra. 2007). Perilaku kesehatan merupakan suatu respon sesorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Beberapa kebiasaan anak yang bisa mempengaruhi perilaku kesehatan pada anak khususnya di sekolah yaitu pola sarapan anak, kebiasaan mencuci tangan, kebersihan telinga, kebersihan kulit, kebersihan kuku, kebersihan rambut, mandi dan juga kebiasaan anak-anak untuk jajan di tempat sembarangan dengan jajanan yang rata-rata tidak sehat untuk dikonsumsi oleh anak-anak (Syamsu, 2002). Anak dalam usia sekolah disebut sebagai masa intelektual, dimana anak mulai belajar berpikir secara konkrit dan rasional. Tugas perkembangan anak dalam usia sekolah adalah belajar mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan meliputi kesehatan dan kebersihan diri, serta terdapat adanya hubungan

positif yang tinggi antara jasmani dan prestasi dimana apabila tubuh anak sehat maka banyak prestasi belajar yang diraihnya (Yusuf, 2007). Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo(2010) menjelaskan bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu: faktor predisposisi (Pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dll), faktor pemungkin, dan faktor penguat. Sedangkan menurut Syamsu (2002), Faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan khususnya perkembangan anak diantaranya kesehatan, budaya, agama, dan kebiasaan setempat serta perlakuan orang tua dalam mendidik anak. Sekolah adalah institusi yang teroirganisir dengan baik dan merupakan wadah pembentukan karakter dan media yang mampu mananamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat (Martianto, 2005). Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku dalam diri manusia yang diperoleh dari berbagai pengalaman belajar yang mendorong dan memungkinkan seseorang(lawrence W.Green,1980). Pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan di sekolah dengan sasaran murid. Pendidikan di sekolah adalah suatu proses yang mengubah pengetahuan kesehatan menjadi suatu kebiasaan hidup sehat (Suliha, 2002). Salah satu dari tujuan pendidikan kesehatan adalah membentuk sikap dan perilaku untuk menghindari dan mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan di sekolah adalah melanjutkan penanaman kebiasaan dan norma hidup sehat serta memberikan pengetahuan tentang kesehatan (Tarnawan, 2007). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan tentang kebersihan diri dan hidup sehat sangat dibutuhkan oleh setiap individu dalam mempertahankan kebiasaan hidup yang sesuai dengan kesehatan dan akan menciptakan kesejahteraan serta kesehatan yang optimal. Dari pengalaman terhadap praktek yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari praktek yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sikap yang diharapkan dimiliki anak bukan hanya tahu menyebutkan bagaimana harus bersikap, tetapi tumbuhnya sikap itu sendiri untuk berperilaku lebih baik. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak atau prodisposisi tindakan suatu perilaku kesejahteraan serta kesehatan yang optimal dengan melakukan perawatan kesehatan diri. Dari pengalaman terhadap praktek yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari praktek yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menyatakan selain pengetahuan sikap merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sikap yang diharapkan dimiliki anak bukan hanya tahu menyebutkan bagaimana harus bersikap, tetapi tumbuhnya sikap itu sendiri untuk berperilaku lebih baik. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak atau prodisposisi tindakan suatu perilaku. satu penelitian mengenai kebersihan diri berhasil dilakukan Permana (2006). Kebersihan perseorangan dalam bahasa inggrisnya adalah personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygiea dalam sejarah yunani kuno sebagai dewi kebersihan. Kebersihan perseorangan merupakan suatu pengetahuan dan usaha kesehatan perseorangan dengan melalui menjaga kebersihan diri. Kebersihan diri mencakup kebersihan kulit, tangan dan kaki, kuku, rambut, mulut, dan gigi, hidung, mata, telinga, pakaian, dan kebersihan tangan dan kaki sesudah buang air besar/ kecil (Siswanto, 2009). Menjaga kebersihan tangan, kuku, dan kaki merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan kesehatan kesehatan badan perseorangan. Oleh karena itu tangan, kuku, dan kaki harus dijaga kebersihannya. Kuman penyakit dapat terbawa melalui tangan,kuku, dan kaki yang kotor. Tangan, kaki, dan, kuku yang kotor membawa bibit penyakit. Bibit penyakit dan telur cacing yang mungkin ada dalam tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan (Siswanto, 2009). Sebagian masyartakat mengetahui akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun dalam kenyataannya masih sangat sedikit(hanya 5%) yang tahu bagaimana cara melakukannya dengan benar. Hal ini sangat penting untuk di ajarkan kepada siswa agar bisa mencegah resiko penyakit (Siswanto, 2009). Mencuci tangan pakai sabun yang tepat mengurangi resiko diare, flu burung, pneumonia, dan yang lain. Sangat efektif untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi resiko diare pada anak(siswanto, 2009). Sedangkan berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47% (lily, 2007). Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50%. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktekpraktek menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25% (Suryani, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas pendidikan kota Lubuklinggau, Sekolah Dasar di kota Lubuklinggau berjumlah 102 Sekolah, dan salah satunya adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu AN-NIDA Kota Lubuklinggau.

TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Diketahui Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku mencuci tangan benar pada siswa kelas V Di SDIT AN-NIDA Kota. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi perilaku mencuci tangan yang benar di SDIT AN- NIDA Kota Lubuklinggau Tahu 2013. b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan siswa tentang mencuci tangan yang benar di SDIT AN-NIDA Kota Lubuklinggau Tahu 2013. c. Diketahui distribusi frekuensi sikap siswa tentang mencuci tangan yang benar di SDIT AN-NIDA Kota. d. Diketahui hubungan pengetahuan siswa dengan perilaku mencuci tangan yang benar di SDIT AN-NIDA Kota Lubuklinggau Tahun 2013. e. Diketahui hubungan sikap siswa dengan perilaku mencuci tangan yang benar di SDIT ANIDA Kota. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan analitik sedangkan rancangan penelitian dengan menggunakan Cross Sectional, yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam waktu bersamaaan (Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku mencuci tangan yang benar pada siswa kelas V SDIT AN- NIDA kota Lubuklinggau tahun 2013. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli September 2013. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, maka Penelitianya merupakan populasi (Notoatmodjo, 2005). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SDIT AN-NIDA kota Lubuklinggau tahun 2013, berjumlah 50 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel penelitian ini kurang dari orang maka penulis mengambil total sampling. HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat Analisa ini di lakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap dengan perilaku mencuci tangan dengan benar di SDIT An-Nida Kota Lubuklinggau tahun 2013. a. Pengetahuan Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan di SDIT An-Nida Kota No Pengetahuan Jumlah 1 Baik 48 96 2 Cukup 2 4 Jumlah 50 Dari tabel 1 diatas dapat dilihat jumlah responden berdasarkan pengetahuan anak yang baik adalah 48 (96%) dan jumlah responden berdasarkan pengetahuan anak yang cukup adalah 2 (4%). b. Sikap Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Sikap Anak di SDIT An-Nida Kota No Sikap Jumlah 1 Favoreble 32 64 2 Unfavoreble 18 36 Jumlah 50 Dari tabel 2 diatas dapat dilihat jumlah responden berdasarkan Sikap yang Favorable Mean adalah 32 (64%) dan jumlah responden berdasarkan sikap Unfavorable < Mean adalah 18 (36%). c. Perilaku Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan Perilaku Mencuci tangan di SDIT An- Nida Kota No Perilaku Jumlah 1 Benar 41 82 2 Tidak Benar 9 18 Jumlah 50 Dari tabel 3 diatas dapat dilihat jumlah responden dengan perilaku mencuci tangan dengan benar adalah 41 (82%) dan jumlah responden dengan perilaku mencuci tangan dengan tidak benarzs adalah 9 (18 %).

2. Analisa Bivariat Analisa ini di lakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen ( faktor pengetahuan dan sikap) dengan variabel dependen (perilaku mencuci tangan dengan benar). Dengan Menggunakan uji statistik chi square yang di gunakan adalah dengan batas kemaknaan α = 0,05, bila ρ value 0,05 artinya ada hubungan dan bila ρ value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna. Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan dan Cuci Tangan dengan Benar di SDIT An-Nida Kota Pengetahuan Perilaku Mencuci tangan Total Tidak Benar Benar n % n % n % ρ value Cukup Baik 2 7 14,6 0 41 0 85,4 2 48 0,029 Total 9 18,0 41 82,0 50 Dari tabel 1 didapat bahwa pengetahuan pada responden dengan kategori baik dengan perilaku mencuci tangan benar adalah 41 responden (85,4%) dan responden dengan pengetahuan cukup tidak ada yang mencuci tangan dengan benar. Hasil analisa statistik dengan menggunakan analisa chi square, Fisher s Exact Test didapatkan bahwa ρ = 0,029 ( α 0,05). Dengan demikian ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan dengan benar di SDIT AN-NIDA Kota Lubuklinggau. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Sikap dan Cuci Tangan dengan Benar di SDIT An-Nida Kota Sikap Perilaku mencuci tangan Total Tidak Benar Benar n % n % N % ρ value Unfavorable 6 33,3 12 66,7 18 0,055 favorable 3 9,4 29 90,6 32 Jumlah 9 18,0 41 82,0 50 Dari table 2 didapat bahwa Sikap pada responden dengan kategori favoreble dengan perilaku mencuci tangan dengan benar adalah 29 responden (90,6%) dan responden dengan sikap yang unfavorable dengan perilaku mencuci tangan benar adalah 12 responden (66,7%). Hasil analisa statistik dengan menggunakan analisa chi square, Fisher s Exact Test didapatkan bahwa ρ value = 0,055 (α 0,05) dengan demikian dapat Disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku mencuci tangan dengan benar pada siswa kelas V di SDIT An-Nida Kota Lubuklinggau. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari 50 responden di SDIT An-Nida Kota Lubuklinggau tentang hubungan pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan dengan benar sebagai berikut: 1. Responden yang mencuci tangan dengan benar adalah 41 responden (82%), dan responden yang mencuci tangan dengan tidak benar adalah 9 responden (18%). 2. Responden dengan pengetahuan baik adalah 48 responden (96%), dan responden yang pengetahuannya cukup adalah 2 responden (4%).

3. Responden dengan sikap mencuci tangan baik adalah 32 responden (64%), dan responden dengan sikap kurang baik adalah 18 responden (36%). 4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan dengan benar dengan hasil uji statistik Fisher s Exact Test dengan ρ value = 0,029 (α 0,05). 5. Tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku mencuci tangan dengan benar dengan hasil uji statistik Fisher s Exact Test dengan ρ value = 0,055 (α 0,05). SARAN 1. SDIT An-Nida Kota Lubuklinggau Agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap anak dalam menjaga kesehatan diri terutama dalam hal mecuci tangan dengan baik dan benar. Dan lebih memperhatikan cara mencuci tangan siswa, serta mengawasi cara mencuci tangan siswa setelah makan siang, apakah siswa sudah menerapkan cara mencuci tangan dengan baik dan benar yang telah diajarkan oleh peneliti melalui penyuluhan. 2. Orang Tua Siswa Sangat di butuhkan peran orang tua dalam menjaga, mengingatkan serta mengajarkan anak dalam menjaga kesehatan diri. Karena peran orang tua sangat penting dalam meningkatkan personal hygiene anak selain di sekolah dan tenaga kesehatan. 3. Siswa/i SDIT An-Nida Kota Lubuklinggau Diharapkan kepada seluruh siswa/i khususnya kelas V yang sudah diberi penyuluhan agar senantiasa menerapkan cara mencuci tangan yang telah diajarkan oleh kakak serta jangan lupa untuk selalu membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau setelah beraktivitas. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodiologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Surabaya. Sibuea, Dewi. 2007. Raih hidup sehat dengan cuci tangan pakai sabun - Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS), http://www.promosikesehatan.com/?act=ar ticle&id=424&pg. Diakses pada tanggal 06 Maret 2013. Siswanto, Hadi. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini, Pustaka Rihama, Yogyakarta. Suryani, 2009. CUCI TANGAN Cara Mudah Cegah Penyakit, http://www.infeksi.com/newsdetail.php?ln g=in&doc=1210. Diakses pada tanggal 06 maret 2013. Syamsu. 2002. Upaya Peningkatan Kenersihan Perorangan Pada Anak Prasekolah Melalui Buku Cerita Kontemporer. Jurnal Ners Vol 5 No 1. Jakarta. Tietjen dkk. 2004. Mencuci Tangan Dengan Benar. http://kumpulan.info/sehat/artikelkesehatan/48-artikel-kesehatan/228. Diakses pada tanggal 06 maret 2013. DAFTAR PUSTAKA Hendra. 2007. Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Hidayat, 2005. Konsep Dasar Mncuci Tangan Yang Baik. http://syehaceh.wordpress.com/2011/08/22. Diakses pada tanggal 06 Maret 2013. Lily. 2007. Mediakom, Kementerian Kesehatan edisi XXVI Oktober 2010. Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta.