BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hemotrokit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. (Depkes, 2007).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

KEJADIAN ANEMIA DI UPTD PUSKESMAS SINDANGWANGI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HB IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN TAHUN Nur Romdhona Putri Nabella.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Teori Terkait 2.1.1 Pengetahuan A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan yaitu merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan indrawi (Wikipedia, 2008) B. Karakteristik Pengetahuan 1. Pengetahuan diperoleh melalui observasi dan eksperimen 2. Pengetahuan selalu berkembang dan bersifat dinamis 3. Pengetahuan merupakan kesatuan organic Penelitian Roger (1974, dalam Soekidjo Notoatmodjo, 1997, hal 128), mengungakapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: 1. Awerenes (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya 4. Tril, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus 5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia atau kepandaian diri manusia dan segala sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang untuk mengenal dan mengetahui berbagai hal: 1. Macam-macam Pengetahuan Menurut Poedjawijatna (1998), pengetahuan dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pengetahuan umum Pengetahuan umum adalah segala sesuatu yang dipakai oleh orang atau seseorang secara umum tanpa mengetahui seluk-beluk yang sedalam-dalamnya dan sebesar-besarnya. b. Pengetahuan khusus Pengetahuan khusus adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang secara khusus, sesuatu hal yang sedalam-dalamnya dan sebesar-besarnya. 2. Cara memperoleh kebenaran pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002), dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Cara tradisional 1) Cara coba salah (trial and eror) Hal yang pernah digunakan oleh mahusia dalam memperoleh pengetahuan melalui cara coba salah atau dengan kata lain yang telah dikenal dengan trial and eror 2) Cara kekuasaan atau otoritas Kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suaru cara untuk memperoleh kebenaran. 4) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sinilah manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:

1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan 2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan 3) Gejala-gejala yang timbul bervariasi, yaitu gejala gejala yang berubah-ubah pada kondisi tertentu. C. Tingkat Pengetahuan Menurut Ari Kunto (1998), ada enam tingkat pengetahuan, yaitu: 1. Mengenal (recognition) dan mengingat kembali (recall) diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat kembali suatu yang pernah diketahui sehingga bisa memilih satu dari dua atau lebih jawaban. 2. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai kemampuan untuk memahami suatu materi atau objek yang diketahui. 3. Penerapan (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan secara benar mengenai sesuatu hal yang diketahui dalam situasi yang sebenarnya. 4. Analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi atau objek terhadap suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis), diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan penyusunan formulasi. 6. Evaluasi (Evaluation), diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi.

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan diaktegorikan sebagai berikut: 1. Tahu Pengetahuan sebagai pengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya termasuk pengetahuan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami Pengetahuan adalah sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. 3. Aplikasi Pengetahuan adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang real (sebenarnya). Aplikasi ini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. 4. Analisis Pengetahuan adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis

Adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, merencanakan, meningkatkan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus yang ada. 6. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi / penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri menggunakan kriteria yang ada. Pengukuran yang dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Setiadi (2007) menggunakan tingkat pengetahuan dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: 1) Baik (79 100 %) 2) Cukup (56 78 %) 3) Kurang (< 56%) Rumus Pasmidi dalam mengetahui tingkat penguasaan rumus yaitu: Tingkat Penguasaan = Jumlah jawaban benar x 100 Jumlah soal D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah: 1. Pengalaman Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil

maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu. 2. Pendidikan Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. 3. Kepercayaan Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orangtua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2005). 2.1.2 Sikap (attitude) A. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseoang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikuripkan sebagai berikut: "An individual s social attitude is a syndrome of response consistency with regard to social object" (Campbell, 1950). "A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting a directive or dynamic influence up on the individual s response to all objects and situation with which it is related" (Allport, 1954).

"Attitude entails an existing predisposition to response to social objects which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the overt behavior of the individual" (Cardno, 1955). Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari menujukkan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. B. Komponen pokok sikap Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh

misalnya, seorang Ibu telah mendengar tentang penyakit anemia (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa Ibu untuk berpikir dan berusaha supaya dirinya tidak terkena anemia. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga Ibu tersebut berniat mengkonsumsi tablet zat besi untuk mencegah supaya dirinya tidak terkena anemia. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit anemia. C. Berbagai tingkatan sikap Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan. 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap Ibu hamil terhadap penyakit anemia dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian Ibu hamil itu terhadap ceramah-ceramah tentang penyakit anemia. 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang itu menerima ide tersebut. 3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang Ibu hamil yang mengajak Ibu hamil yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi ke Puskesmas, atau mendiskusikan tentang pencegahan anemia dalam kehamilan, adalah suatu bukti bahwa si Ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap pencegahan anemia pada Ibu hamil. 4. Bertanggung Jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang Ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan bidan di Puskesmas Pancoran Mas? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesiss, kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila rumah Ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan Posyandu? Atau, saya akan menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). 2.1.3 Konsep Anemia A. Pengertian anemia

Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia pada kehamilan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5 sampai dengan 11,0 g/dl (Laros dalam Trula Myers, 1998). Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu kompensasi tubuh dengan memacu jantung meningkatkan curah jantung. Jantung yang terus menerus dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain seperti preeklamsia. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Tabel 2.1 Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa Dan Ibu Hamil Menurut WHO Jenis Kelamin Hb Normal Hb Anemia kurang dari (g/dl) Lahir (aterm) 13.5 18.5 13.5 (Ht 34%)

Perempuan dewasa: tidak hamil 12.0 15.0 12.0 (Ht 36%) Perempuan dewasa : hamil Trimester pertama : 0 12 minggu 11.0 14.0 11.0 (Ht 33%) Trimester kedua : 13 28 minggu 10.5 14.0 10.5 (Ht 31%) Trimester ketiga : 29-36 minggu 11.0 14.0 11.0 (Ht 33%) (aterm) Tabel 2.2 Nilai laboratorium pada ibu hamil dengan anemia Menurut Bonnie S Worthington Roberts, 1989 Hb Ht Serum Saturasi Serum Serum (g/100ml) (%) besi transferrin folat B 12 (µml) (%) (ng/ml) (pg/ml Wanita Hamil: Kekurangan < 9.5 < 30 < 40 < 15 < 2.0 < 100 Krisis 9.5 10.9 30 32 40 15 2.1 5.9 100 Normal > 11.0 > 33 > 40 > 15 > 6.0 > 100 Wanita tidak hamil: Nilai Normal > 12 36-50 > 50 > 15 6.0-25 > 100 B. Patofisiologi anemia pada kehamilan Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. C. Etiologi anemia pada kehamilan Menurut Arisman (2004) Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: 1. Kehilangan darah secara kronis 2. Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat 3. Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa kehamilan dan menyusui. D. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia 1. Umur ibu Kehamilan resiko tinggi dapat timbul pada keadaan empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat). Pada kelompok umur menurut Departemen Kesehatan RI (2001), Kelompok umur beresiko yaitu < 20 tahun atau > 35 tahun. Jarak antara persalinan yang terlalu dekat, jumlah anak yang lebih dari tiga orang dan umur ibu waktu melahirkan kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30-35 tahun, telah terbukti merupakan penyebab tinggi morbiditas bahkan moralitas ibu maupun anak. Hal yang dapat memperberat terjadinya anemia adalah seringkali wanita memasuki masa kehamilan dengan kondisi dimana

cadangan besi dalam tubuhnya kurang dan terbatas. Hal ini dapat diperberat bila hamil pada usia < 20 tahun karena pada usia muda tersebut membutuhkan zat besi lebih banyak selain untuk keperluan pertumbuhan diri sendiri juga janin yang dikandungnya. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe dan akhirnya menimbulkan anemia pada ibu hamil berikutnya. Kehamilan usia lebih dari 35 tahun akan mengalami problem kesehatan seperti hipertensi, diabetes militus, anemia dan penyakit-penyakit kronis lainnya. 2. Tingkat Pendidikan Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan/ materi pendidikan oleh pendidikan kepada sasaran pendidik (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku. Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidik adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai klasifikasi, tertentu sesuai dengan tujuan pendidik intitisi yang bersangkutan (Notoatmojo, 2003). Pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki ibu. Pendidikan merupakan hal yang penting yang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang termasuk dalam tindakan seseorang dalam mengambil keputusan untuk memilih bahan makan yang dikomsumsi, misalnya memilih dan mengolah makan yang banyak mengandung zat besi (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Notoatmojo (2003) terbentuknya sesuatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap sthimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya yang nantinya menimbulkan pengetahuan baru pada subyejk tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk mengembangkan diri, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sedangkan semangkin meningkat produktifitas, semakin meningkat kesejahteraan keluarga. 3. Ekonomi Bila dikaitkan dengan kenyataan sosial ekonomi yang terendah maka ibu hamil sangat rentan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan nutrisi. Banyak permasalahan yang dipersulit oleh status sosial ekonomi rendah, acap terjadi pada wanita berbagai usia dan latar belakang budaya (Bowering etal, 1980 cit Nisan Mauya, 2001). Menurut Gillespie, 1998 cit Widiyanto, penyebab terjadinya anemia yaitu: a. Kurangnya kemampuan keluarga memperoleh makanan yang cukup kuantitas maupun kualitas untuk anggotannya sepanjang tahun b. Praktek pelaksanaan pemeliharaan ibu dan anak memadai c. Kurangnya kemampuan keluarga dalam menjangkau pelayanan dan lingkungan kesehatan yang baik. Semua itu diperburuk lagi bila

ditambah adanya faktor kemiskinan, rendahnya setatus wanita, adanya buta huruf dan lingkungan yang buruk. Penyebab tidak langsungnya kejadian anemia adalah kondisi sosial ekonomi keluarga yang rendah, sehingga mengakibatkan ketersedian pangan ditingkat keluarga tidak mencukupi, yang juga mempengaruhi pola komsumsi keluarga yang kurang baik. Tingkat pendapatan keluarga berkaitan dengan dengan tingkat kemiskinan. Diperkirakan 1,3 milyar penduduk dunia dalam kemiskinan, lebih dari 70% adalah wanita (WHO, 2000). Batas kemiskinan tahun 1996 di Indonesia untuk daerah kota Rp. 38.426/ kapita/ bulan dan daerah desa Rp 27,313/ kapita/ bulan. Tingkat pendapatan keluarga dapat sebagai pertimbangan saat ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya apakah di puskesmas, di bidan peraktek atau di praktek dokter spesialis kandungan. Selain itu juga mempertimbangkan nilai ekonomis terhadap transportasi dan biaya obat saat ini puskesmas, puskesmas masih merupakan alternatif tempat berobat yang murah dan terjangkau. 4. Paritas Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak hilangnya zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persedian cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan

peningkatan volume 30% sampai 40%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32-34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Bila Hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis. Dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%. Setelah persalinan, dengan lahirnya plasenta dan pendarahan, ibu hamil kehilangan zat besi sekitar 900 mg. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik. Kehamilan yang berulang dalam jangka waktu cepat menyebabkan cadangan zat besi ibu belum pulih dan terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya. Ibu hamil dengan frekuensi kelahiran banyak akan lebih beresiko daripada ibu hamil dengan frekuensi kelahiran banyaknya lebih sedikit, seseorang akan beresiko apabila melahirkan anak lebih dari 3 (multipara) dan tidak kecil resikonya jika frekuensi melahirkannya 1-3 (primipara) (Royston, 1994). Faktor determinan mempengaruhi kematian maternatal antara lain adalah jarak kehamilan, status gizi, paritas dikarenakan kondisi fisiologis ibu yang belum matang untuk hamil lagi, karena hal ini akan memberikan predisposisi untuk terjadinyan perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solusio plasenta. 5. Umur Kehamilan

Pada kehamilan relatif terjadi anemia kerena darah ibu hamil mengalami hemodilusi. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Hoo Swie Tjiong, 1962 cit Manuaba). Makin tua umur kehamilan kadar Hb makin rendah karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutannya umur kehamilan sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula. Hasil penelitian menemukan angka kematian disebabkan anemia kehamilan 3,8 % pada trimester 1, 13,6 % trimester II, dan 24,8 5 pada trimester III (Hoo Swie Tjiong, 1962 cit,. Wikjosastro, 1999). Ibu hamil cenderung mengalami anemia pada tiga bulan terakhir kehamilan karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir, pada awal kehamilan, zat besi dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi mensturasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Ketika umur kehamilan 4 bulan keatas, volum darah dalam tubuh akan meningkat 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan memerlukan tambahan zat besi 300-350 mg akibat kehilangan darah. Mulai dari kehamilan hingga persalinan, ibu hamil memerlukan zat besi sekitar 800 mg besi atatu 2-3 mg besi per hari atau dua kali lipat kebutuhan tidak hamil. E. Manifestasi klinis

Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejalagejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas. F. Derajat anemia Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal ( 11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl. Klasifikasi anemia yang lain adalah : 1. Hb 11 gr% : Tidak anemia 2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3. Hb 7 8 gr%: Anemia sedang 4. Hb < 7 gr% : Anemia berat. G. Dampak anemia pada kehamilan Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.

Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain). H. Pengobatan anemia Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya 1. Pencegahan anemia 1. Mengatasi penyebab anemia seperti penyakit, perdarahan, cacingan, dll

2. Pemberian nutrisi / makanan yang lebih banyak mengandung unsure zat besi, diantaranya daging hewan, telor, ikan, sayuran hijau. Berikut ini makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi: Tabel 2.3 Makanan makanan yang banyak mengandung zat besi Jenis Makanan Kandungan zat besi per -100 gr (mg) Havermout Biji jambu monyet Kacang ijo Kacang kedelai basah Kacang kedelai kering Kacang merah Kacang tunggak (folo) Daging kelapa muda Tempe kedelai murni Daging ayam Daging angsa Daging bebek Daging domba Daging sapi Otak Udang Telor ayam Telor bebek Bayam 4.5 5.0 6.7 6.9 8.0 5.0 6.5 10 10 1.5 1.8 1.8 2.6 2.8 3.6 8.0 2.7 2.8 3.8

Daun singkong Kangkung Daun katuk Pare Kembang kol Jambu biji Mangga indramayu Pepaya Susu krim Kripik kentang goring Brondong jagung 2.0 2.5 2.7 1.4 1.1 1.1 1.9 1.7 97 1.9 2.7 Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 1998 3. Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara yang paling dianggap cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet di Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0.25 asam folat. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama masa kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Setiap satu kemasan tablet besi terdiri dari 30 tablet yang terbungkus dalam kertas aluminium foil sehingga obat tidak cepat rusak dan tidak berbau. Pemberian zat besi untuk dosis pengobatan (bila Hb kurang dari 11 gr/dl) adalah 3x1 tablet, (Depkes, 1999). Pemberian tablet zat besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan dimana lambung tidak banyak makanan. Pada keadaan ini zat besi akan mudah diserap.

4. Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan makanan tinggi zat besi, asupan zat besi. 2.1.4 Konsep Zat Besi A. Pengertian Zat besi adalah salah satu mineral penting yang diperlukan selama kehamilan, bukan hanya untuk bayi tapi juga untuk ibu hamil. Bayi akan menyerap dan mengunakan zat besi dengan cepat, sehingga jika ibu kekurangan masukan zat besi selama hamil, bayi akan mengambil kebutuhanya dari tubuh ibu sehingga menyebabkan ibu mengalami anemia dan merasa lelah. B. Fungsi zat besi bagi Ibu hamil Zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah, sementara sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat zat makanan keseluruh tubuh serta membantu proses metabolisme tubuh untuk mengahasilkan energi, jika asupan zat besi kedalam tubuh berkurang dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang, tubuh pun akan kekurangan oksigen akibatnya timbulah gejala gejala anemia. C. Akibat kekurangan zat besi pada Ibu hamil Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil. Selain itu asupun zat besi sejak awal kehamilan cukup baik, maka janin akan menggunakannya untuk kebutuhan tumbuh kembangnya,

sekaligus menyimpan dalam hati sebagai cadangan sampai usia 6 bulan setelah dilahirkan. Sehingga kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia, kondisi meningkatkan resiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi dan keguguran. Selain itu juga zat besi sangat dibutuhkan perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. D. Gejala kekurangan zat besi 1. Lemah, lesu, tidak bergairah 2. Mudah pusing dan mata berkunang kunang 3. Gelisah dan mudah pingsan 4. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa 5. Nafsu makan menurun 6. Badan tidak bugar dan mudah lemah E. Kebutuhan zat besi pada kehamilan Ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan, kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah: 1. 200 600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah 2. 200 370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya 3. 150 200 mg untuk kehamilan eksternal 4. 30 170 mg untuk tali pusat dan plasenta. 5. 90 310 mg untuk mengantikan darah yang hilang saat melahirkan. Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580-1340 mg, dan 440 1050 mg diantarannya akan hilang dalam

tubuh pada saat melahirkan. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil,memerlukan rata rata 3,5 4 mg zat besi perhari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata rata 2,5 mg / hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg / hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar dari 0,9 hingga 1,8 mg / hari dan ketersediaan ini bergantung pada kecukupan dietnya. Karena itu pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorpsi zat besi. F. Proses penyerapan zat besi Absorpsi zat besi mengalami peningkatan jika terdapat asam didalam lambung. Keberadaan asam ini dapat ditingkatkan dengan : 1. Minum tablet zat besi dengan makan daging atau ikan yang menstimulasi produksi asam lambung. 2. Memberikan tablet zat besi bersama tablet asam askorbat (Vitamin C) 200 mg atau bersama jus jeruk. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan jarang bertumpuk di dalam tubuh.. G. Efek samping terapi zat besi bagi Ibu hamil Suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi (kadang kadang diare). Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat tergantung pada jumlah elemen zat besi yang diserap. Takaran zat besi diatas 60 mg dapat menimbulkan efek samping yang tidak bisa di terima pada ibu hamil sehingga terjadi ketidak patuhan dalam pemakaian obat jadi tablet zat besi dengan dosis rendah lebih cenderung ditoleransi (dan diminum) dari pada dosis tinggi. Jika mungkin, terapi mulai dengan dosis rendah, khususnya bila

ibu hamil mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kemungkinan timbulnya gejala gastrointestinal. Bagi banyak wanita, pemberian dengan dosis rendah sudah memadai. H. Dosis tablet zat besi pada Ibu hamil Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang di inginkan, karna sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama kehamilan minimal di berikan 90 tablet di berikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemberian tablet zat besi adalah: 1. Pemberian tablet zat besi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat sebelum tidur malam 2. Pemberian zat besi harus dibagi serta dilakukan dengan interval sedikitnya 6 8 jam, dan kemudian interval ini ditingkatkan hingga 12 atau 24 jam jika timbul efek samping. 3. Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat besi dengan segera. 4. Minum tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah makan dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi. 2.1.5 Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi A. Pengertian

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Arisman, 2004). Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan, yang sesuai dengan langkah-langklah yang telah ditetapkan, perhitungan tingkat kepatuhan dapat di kontrol bahwa pelaksana program telah melaksanakan kegiatan sesuai standar. Kepatuhan pasien yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidak pahaman tentang pentingnya perilaku tersebut dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau dengan tokoh yang menganjurkannya. Motivasi ini belum dapat dijadikan jaminan bahwa pasien akan mematuhi seterusnya karena jika pasien sudah merasa jenuh atau bosan maka dia tidak perlu lagi melanjutkan perilaku tersebut. Ibu hamil minimal mendapatkan 90 tab, dan bermanfaat bila diminum secara teratur, setiap hari selama kehamilan, Tablet tambah darah diminum dengan air putih jangan diminum dengan air teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang (Dep kes, 2000). B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Zat Besi Menurut Depkes RI (2002) dalam Niver (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi yaitu : 1. Pengetahuan

Pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan kegunaan dari zat besi didapat dari penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu ibu hamil tersebut melakukan pemeriksaan ANC. Tingkat pengetahuan ibu juga mempengaruhi ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Depkes, 2002) 2. Tingkat Pendidikan Latar belakang pendidikan ibu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan ibu meminum tablet besi (Depkes, 2001). 3. Pemeriksaan ANC Pemeriksaan ANC selama hamil sedikitnya 4 x pelayanan antenatal yaitu satu kali untuk trimester I dan II trimester II, dan dua kali untuk trimester III, pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risiko tinggi khususnya anemia kurang gizi, hipertensi. Bidan juga memberikan nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya. Dalam setiap kinjungan ANC bidan menonjolkan kepada ibu hamil apakah persediaannya cukup (Depkes, 2001). C. Manfaat Dari Kepatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Zat Besi Menurut WHO (1995) manfaat dari kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi yaitu : 1. Bisa mencegah anemia defesiensi besi Karena pada wanita hamil cenderung mengalami defesiensi baik zat besi maupun folat. Oleh karena itu penting sekali bagi ibu hamil untuk meminum tablet zat besi setiap hari.

2. Bahaya selama kehamilan, persalinan dan nifas dapat dihindari. D. Penyebab Rendahnya Kepatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Zat Besi Beberapa penyebab rendahnya kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi antara lain karena faktor program dan faktor individu yang meliputi : 1. Individu tidak merasa dirinya sakit 2. Ketidaktahuan akan gejala atau tanda-tanda dan dampak yang ditimbulkan 3. Kelainan ibu hamil atau rendahnya motivasi ibu hamil dalam tablet zat besi setiap hari sampai waktu yang cukup lama 4. Adanya efek samping gastrointestinal seperti mual, rasa nyeri lambung 5. Kurang diterimanya warna, rasa dan beberapa karateristik lain dari suplemen besi 6. Rasa takut terhadap suplemen besi dapat memperbesar janin dan akan menyulitkan dalam persalinan. E. Dampak Ketidakpatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Zat Besi Menurut WHO (1995) dampak dari ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet Fe yaitu : 1. Bisa terjadi anemia defisiensi besi 2. Meningkatkan bahaya kehamilan, persalinandan nifas F. Cara-cara Meningkatkan Kepatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Zat Besi Cara-cara untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet zat besi yaitu :

1. Memberikan informasi tujuan dari pemberian tablet zat besi seorang ibu hamil akan dengan senang hati meminum tablet zat besi setiap hari apabila dia tahu manfaat dan tujuan dari tabelt zat besi. 2. Perilaku sehat ibu hamil yang menyadari pentingnya untuk mengkonsumsi tablet zat besi setiap hari. 3. Tenaga kesehatan memberikan petunjuk cara meminum tablet zat besi 4. Motivasi dari keluarga ibu hamil agar patuh meminum tablet zat besi setiap hari. 5. Dukungan dari tenaga kesehatan dengan menjalin komunikasi yang baik dan memberikan penghargaan yang positif bagi ibu hamil yang telah mampu meminum tablet zat besi setiap hari. 2.1.6 Nutrisi Ibu Hamil Nutrisi pada Ibu hamil sangat menentukan status kesehatan Ibu dan janinnya. Beberapa factor yang mempengaruhi status gizi Ibu hamil menurut Arisman 2004 adalah: A. Keadaan social ekonomi keluarga Ibu hamil Untuk memenuhi kebutuhan gizi diperlukan sumber keuangan yang memadai. Daya beli keluarga yang rendah dalam memenuhi kebutuhan gizi sudah barang tentu asupan nutrisi juga kurang. B. Keadaan kesehatan dan gizi Ibu Ibu dalam keadaan sakit kemampuan mengkonsumsi zat gizi juga berkurang ditambah lagi pada keadaan sakit terjadi peningkatan metabolisme tubuh, sehingga diperlukan asupan yang lebih banyak. C. Jarak kelahiran

Jika yang dikandung bukan anak pertama, jarak kelahiran yang pendek mengakibatkan fungsi alat reproduksi masih belum optimal. D. Usia kehamilan pertama Usia diatas 35 tahun merupakan resiko penyulit persalinan dan mulai terjadinya penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi. E. Kebiasaan Kebiasaan Ibu hamil mengkonsumsi obat-obatan, alcohol, perokok, pengguna kopi. Kecukupan akan zat gizi pada Ibu hami dapat dipantau melalui keadaan kesehatannya dan berat badan janin saat lahir. Adanya penambahan berat badan yang sesuai standar Ibu hamil merupakan salah satu indikator kecukupan gizi. Pada trimester pertama sebaiknya kenaikkan berat badan 1-2 Kg, triwulan kedua dan ketiga sekitar 0.34-0.50 Kg tiap minggu (Arisman, 2004). Selama hamil kebutuhan gizi meningkat dibandingkan dengan kebutuhan sebelum hamil misalnya kebutuhan protein meningkat 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan besi 200-300%. Tabel 2.4 Keadaan serum nutrient pada Ibu hamil dan wanita tidak hamil Nutrien Total Protein Albumin Normal wanita tidak hamil 6.5 8.5 g/ 100 ml 3.5 5.0 g/ml Wanita hamil 6.0 8.0 3.0 4.5

Glukosa Kolesterol Vitamin A Asam Askorbik Asam folat Kalsium Besi Iron Building Capacity < 110 mg/ 100 ml 120 190 mg 100 ml 20 60 µ/ 100 ml 0.2 2.0 mg 100 ml 5 21 ng/ 100 ml 4.6 5.5 meq/ L > 50 250 400 µg/ 100 ml < 120 200 325 20 60 0.2 1.5 3 15 4.2 5.2 > 40 300-450 Sumber : Bonnie S Worthington Roberts, 1989 Selama kehamilan terjadi penurunan serum total protein, penurunan albumin mengakibatkan tekanan osmotic koloid menurun sehingga resiko terjadinya edema. Disisi lain terjadi peningkatan kolesterol. Kolesterol merupakan precursor untuk sintesis progesterone dan estrogen dalam plasenta. 2.1.7 Cara mendeteksi anemia Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Garby et al menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambah dengan pemeriksaan yang lain. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan

hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3%. Metode yang lebih dulu dikenal adalah metode sahli yang menggunakan tehnik kimia dengan membandingkan senyawa akhir secara visual terhadap standar gelas warna. Ini memberi 2-3 kali kesalahan rata-rata dari metode yang menggunakan spektrofotometer yang baik. Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100 ml untuk pria dan 12-16 gm/100 ml untuk wanita (gram/ 100 ml sering disingkat dengan gm% atau gm/dl). Beberapa literature lain menunjukkan nilai yang lebih rendah, terutama pada wanita, sehingga mungkin pasien tidak dianggap menderita anemia sampai Hb kurang dari 13 gm/100 ml pada pria dan 11 gm/100 ml untuk wanita. Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang bewarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Disamping factor mata, factor lain, misalnya

ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksanya terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN 2- ) membentuk sian-methemoglobin yang bewarna cerah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya. Mengingat hal diatas, percobaan dengan metode sahli masih digunakan di samping metode sianmethemoglobin yang lebih canggih. 2.2 Penelitian Terkait Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adik Wibowo dengan judul Faktor sosial budaya yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil menggunakan pil besi di Cianjur dengan sample sebanyak 40 orang. Analisis dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif univariat untuk melihat gambaran frekuensi responden menurut berbagai karakteristik, sedangkan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variable independent dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Hasil penelitian ditemukan secara konseptual dengan pendekatan FGD, ada hubungan antara variable independent dengan variable dependen, walaupun dari uji statistic tidak terbukti.

Penelitian terkait lainnya ialah yang dilakukan oleh Cisilia Sero M Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia gizi pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2008 dengan jumlah sample sebanyak 136 responden. Rancangan penelitian menggunakan metode cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara usia kehamilan, jumlah anggota keluarga, pengetahuan gizi dan keteraturan konsumsi TTD dengan kejadian anemia gizi pada Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta selatan dan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia, pendidikan, status paritas dengan kejadian anemia gizi pada Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.

2.3 Kerangka Teori Faktor Predisposisi - Karakteristik Ibu hamil - Pengetahuan - Kepatuhan - Nutisi - Sikap Faktor Pendukung - Ketersediaan waktu Status Anemia Faktor Pendorong - Sikap petugas kesehatan - Sikap anggota keluarga Bagan 2.1 Kerangka Teori Berdasarkan Konsep L Green dalam buku Metodologi Penelitian Kesehatan Karangan Dr. Soekidjo Notoatmodjo