TANAH DAN SABUN TANAH SEBAGAI BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP AIR LIUR ANJING JEFFRY HAKIM

dokumen-dokumen yang mirip
TANAH DAN SABUN TANAH SEBAGAI BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP AIR LIUR ANJING JEFFRY HAKIM

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

II. METODELOGI PENELITIAN

Teknik Identifikasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

II. METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

Alat dan Bahan : Cara Kerja :

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

Koloni bakteri endofit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

III. METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

METODOLOGI PENELITIAN

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR (TPP 1207) Disusun oleh : Dosen Pengampu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

Lampiran 1. Penyiapan media bakteri Aeromonas hydrophila

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

LAPORAN AKHIR PKM-P SABUN TANAH BERBENTUK KERTAS RAMAH LINGKUNGAN SEBAGAI ALTERNATIF PRAKTIS PENGHILANG NAJIS AIR LIUR ANJING

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Teknik Pewarnaan Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

25 Universitas Indonesia

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

IV. KULTIVASI MIKROBA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

RESPIRASI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2014, di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

III BAHAN DAN METODE

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Susu UHT Impor Bahan Media dan Reagen Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

Lampiran 1. Komposisi media Sea Water Completed (SWC) untuk 1 L. Yeast extract

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

PEMBUATAN MEDIA AGAR MIRING

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

Transkripsi:

TANAH DAN SABUN TANAH SEBAGAI BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP AIR LIUR ANJING JEFFRY HAKIM FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

ABSTRAK Jeffry Hakim Handoko. Tanah dan Sabun Tanah Sebagai Bahan Antimikroba Terhadap Air Liur Anjing. Di bawah bimbingan Rahmat Hidayat. Air liur anjing dalam Agama Islam merupakan sesuatu yang hukumnya najis apabila terkena tubuh ataupun bejana, sehinga cara pensuciannya adalah mencucinya dengan air sebanyak 7 kali yang salah satu bilasannya harus diselingi dengan tanah. Permasalahan yang didapat saat ini ialah tanah yang digunakan untuk mensucikan tersebut belum tentu sepenuhnya bersih, bebas dari agen patogen dan penggunaanya lebih rumit. Pembuatan sabun tanah ini diharapkan dapat membantu dalam mensucikan air liur anjing ini menjadi lebih mudah dan praktis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian tanah dan sabun tanah non steril sebagai bahan antimikroba terhadap air liur anjing. Penelitian ini menggunakan 3 ekor anjing yaitu Golden retriever, Labrador retriever, dan anjing lokal. Pengujian pertama dilakukan identifikasi dan penghitungan jumlah bakteri pada tanah dan air liur anjing, kemudian dilanjutkan dengan mengamati daya antimikroba dari tanah, bakteri tanah dan sabun tanah (konsentrasi bertingkat 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%) terhadap air liur anjing, selanjutnya mengamati pengaruh frekuensi pencucian terhadap jumlah bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri yang ada pada tanah dan air liur anjing dengan menggunakan metode duplo sebanyak 28,93.10 4 cfu/g dan 30,67.10 4 gr/ml. Identifikasi bakteri menunjukkan bahwa terdapat 10 bakteri pada tanah dan 4 bakteri pada air liur anjing. Diantara bakteri tersebut ada yang bersifat patogen maupun non-patogen. Jumlah bakteri yang tertinggal juga dipengaruhi oleh banyaknya frekuensi dari pencucian, semakin banyak jumlah frekuensi maka semakin sedikit bakteri yang tertinggal. Hasil menunjukkan bahwa tanah memiliki daya kerja antimikroba dengan spektrum luas namun konsentrasi tanah dalam sabun tidak mempengaruhi daya kerja antimikroba tersebut (P>0,05). Kata kunci : tanah, sabun tanah, air liur anjing, dan antimikroba.

TANAH DAN SABUN TANAH SEBAGAI BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP AIR LIUR ANJING JEFFRY HAKIM Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia-nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2007 ini ialah Tanah dan Sabun Tanah sebagai bahan antimikroba Terhadap Air Liur Anjing. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh keluarga, khususnya almarhum ayah dan ibu atas segala doa dan kasih sayangnya. Kepada Bapak drh. Rahmat Hidayat, M.Si dan Prof. Dr. drh. Fachriyan Hasmi Pasaribu selaku dosen pembimbing, drh. Titiek Sunartati, M.S serta Bapak Agus Somantri, Bpk. Bayu Febram S.Si, M.Si yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada mbak selin, Pak Said, Pak Rafi, Pak Jumri, serta para sahabat (Gugi Argamula, Abdullah Handi, Brian Koesoema Adhie, Muchlido Aprilliast, Fajarullah, Dian GP, Agus, Ayu, Lissa, teman teman HKSA dan teman teman asteroidea lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu) yang telah membantu memberikan inspirasi dan ikut membantu kesuksesan penelitian penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Lely dan keluarga yang telah mendidik penulis sampai seperti ini dan juga kepada Hastari yang telah dengan sabar dan setia mendampingi, memberikan masukan serta dukungan moril kepada penulis. Bogor, Agustus 2008 Jeffry Hakim i

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 November 1986 dari ayah Handoko Tjokosaputro dan ibu Rully Rachma. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Sukabumi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti kegiatan akademis, penulis menjadi PJ mata kuliah Farmakologi dan Toksikologi, Ketua Divisi Informasi dan Komunikasi pada tahun ajaran 2005/2006, Ketua Umum Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Aquatik pada tahun ajaran 2006/2007. Selain dalam kegiatan akademis, penulis aktif menjadi Direktur Keuangan di PT Adhie Lestari Lirboyo yang bergerak di bidang Agribisnis sejak 2008 sampai saat ini. ii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN...1 Latar Belakang...1 Perumusan Masalah...2 Tujuan Penelitian...3 Manfaat Penelitian...3 TINJAUAN PUSTAKA...4 Sejarah Anjing...4 Air Liur Anjing...5 Anjing Menurut Kajian Islami...6 Mikrobiologi Tanah...7 Bakteri...8 Antimikroba...9 Sabun...9 METODOLOGI...12 Tempat dan Waktu...12 Bahan dan Alat...12 Metode Penelitian...13... Penghitung... Identifikasi... Pembacaan... Uji Daya An... Pembuatan... Uji Swab 1: Uji Swab 2: Sabun Tanah Terhada Air Liur Anjing...17 Uji Antimikroba Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing...17 Uji Antimikroba Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing...17 Analisa Data...18 HASIL DAN PEMBAHASAN...19 Penghitungan Jumlah Bakteri Pada Tanah dan Air Liur Anjing...19 Identifikasi Bakteri Pada Tanah dan Air Liur Anjing...20 Antimikroba Bakteri Tanah Terhadap Air Liur Anjing...22 Uji Swab 1: Tanah Terhadap Air Liur Anjing...23 Uji Swab 2: Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing...24 Uji Antimikroba Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing...25 KESIMPULAN DAN SARAN...26 DAFTAR PUSTAKA...27 LAMPIRAN...29 iii

DAFTAR TABEL Halaman 1. Syarat mutu sabun mandi...10 2. Formulasi pembuatan sabun opaque...16 3. Formulasi pembuatan sabun opaque dengan menambahkan tanah...16 4. Identifikasi bakteri pada tanah...21 5. Identifikasi bakteri pada air liur anjing...21 6. Daya antimikroba bakteri tanah terhadap air liur anjing...22 7. Jumlah bakteri setelah dicuci dengan tanah terhadap pencucian air...23 8. Jumlah bakteri setelah dicuci dengan sabun tanah...24 9. Daya antimikroba sabun tanah terhadap air liur anjing...25 iv

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kelenjar saliva pada anjing...5 2. Sabun tanah opaque dengan konsentrasi yang berbeda...16 3. Daya antimikroba...23 v

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Uji rancang acak kelompok...29 2. Uji Duncan...30 3. Foto uji identifikasi bakteri pada Media PCA dan BA...32 4. Foto uji swab...33 vi

BOGOR 2008 Judul Skripsi : Tanah dan Sabun Tanah Sebagai Bahan Antimikroba Terhadap Air Liur Anjing Nama : Jeffry Hakim NRP : B04104122 Menyetujui, drh. Rahmat Hidayat, M.Si Pembimbing Mengetahui, Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Tanggal Lulus : Tanggal Ujian :

PENDAHULUAN Latar Belakang Di kalangan masyarakat Islam, anjing disinonimkan dengan perkataan najis besar (mughalladzah). Oleh karena itu umumnya masyarakat di Indonesia yang mayoritas umat muslim banyak yang tidak mau mendekati anjing, apalagi menyentuhnya. Anjing sebagai sesuatu yang najis, terkutip dalam hadist riwayat Muslim. Nabi Muhammad SAW bersabda Pencucian bejana seseorang diantara kalian jika terkena hirupan anjing adalah dicuci tujuh kali salah satunya dengan tanah (HR. Muslim). Anjing banyak mengeluarkan air liur karena anjing tidak mempunyai kelenjar keringat, sehingga untuk mengatur suhu tubuhnya anjing menurunkan panas tubuhnya dengan memproduksi air liur lebih banyak. Kelenjar saliva terbagi menjadi 2 bagian yaitu kelenjar saliva mayor (parotid, mandibularis, sublingual, dan zygomaticus), dan kelenjar saliva minor yang terdapat di daerah ventral buccalis (Peter 1997). Sekresi saliva distimulasi oleh N. Facialis (superior) dan N. Glossopharyngeus (inferior), keduanya dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis (komposisi air liur) dan parasimpatis (volume air liur). Sedangkan rangsangan terhadap sekresi saliva dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: panca indera (perasa, penciuman dan penglihatan), mekanik (mastikasi), iritasi atau infeksi, hormonal (bradikinin), dan obat (atropin) (Sjuhada 2007). Tanah tersusun dari unsur-unsur padat, cair, dan gas. Yang secara luas dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu partikel mineral, sisa-sisa tanaman dan binatang, sistem kehidupan termasuk tanaman tingkat tinggi, air, dan gas (Mulyani et al. 1991). Menurut Ma shum (2003), mikroba pada tanah tidak tersebar secara merata dan pola susunan mikroba yang terdapat dalam tanah sangat beragam dan sifatnya temporer karena dipengaruhi oleh ketersediaan substrat. Menurut Lisdar (1997), tanah juga memiliki mikroba yang bersifat antimikroba, contohnya jamur Penicillium yang mencemari Laboratorium Fleming tahun 1928 yang semula diduga airborne contaminant dan strain Bacillus subtillis menghasilkan bahan antimikroba 1

yang sebenarnya semua berasal dari tanah, demikian juga dengan Streptomyces venezuela dan erythraeus yang menghasilkan antibiotika. Antimikroba adalah suatu senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup termasuk struktur analoginya yang dibuat secara sintetik yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme (Siswandono dan Soekardjo 1995). Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba (Pelczar dan Chan 1986). Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 06-3532-1994 (DSN 1994) mendefinisikan sabun mandi sebagai sabun yang dibuat dari natrium atau kalium dengan penambahan asam lemak yang berasal dari minyak nabati dan atau lemak hewani yang pada umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih. Perumusan Masalah Anjing merupakan hewan kesayangan dan lazim dijumpai oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama muslim. Sering kali kita beranggapan bahwa dari anjing yang dinajiskan adalah seluruh anggota badannya, padahal menurut hadist riwayat Muslim dapat disimpulkan bahwa najisnya hanyalah air liurnya dan anggota tubuhnya apabila basah. Hal inilah yang membuat kita sering kali tidak mau berdekatan dengan anjing apalagi menyentuhnya. Proses pensucian dari najis anjingpun sering kali dianggap merepotkan ataupun sudah dapat digantikan dengan sabun antiseptik lainnya tanpa menggunakan bilasan tanah. 2

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memberikan keterangan ilmiah penunjang hadist riwayat Muslim yang mengharuskan mencuci sesuatu yang terkena air liur anjing dengan tanah, 2. Menghitung jumlah dan identifikasi bakteri yang ada pada tanah dan air liur anjing, 3. Membuktikan daya antimikroba tanah terhadap air liur anjing, 4. Melihat daya antimikroba sabun yang telah dikombinasikan dengan tanah dengan konsentrasi bertingkat 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Hipotesa Penelitian H0: Semua perlakuan memberi hasil yang tidak berbeda nyata H1: Semua perlakuan memberi hasil yang berbeda nyata Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dokter hewan, mahasiswa, dan orang yang sering berinteraksi dengan anjing khususnya yang beragama Islam, agar mengetahui tata cara pensucian najis besar (mughalladzah) dan pensucian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sabun tanah sehingga lebih praktis. 3

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Anjing (Canis Lupus) Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing yang belum begitu lama. Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi, mulai dari anjing tinggi badan beberapa puluh cm seperti Chihuahua hingga Irish Wolfhound yang tingginya lebih dari satu meter. Warna bulu anjing bisa beraneka ragam, mulai dari putih sampai hitam, juga merah, abu-abu dan coklat. Selain itu, anjing memiliki berbagai jenis bulu, mulai dari yang sangat pendek hingga yang panjangnya bisa mencapai beberapa sentimeter. Bulu anjing bisa lurus atau keriting, dan bertekstur kasar hingga lembut seperti benang wol (AKC 1992). Klasifikasi anjing menurut American Kennel Club (AKC) (1992). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Canidae Genus : Canis Species : C. lupus Anjing pertama kali didomestikasi di Asia Timur, kemungkinan di Tiongkok. Manusia pertama yang menginjakkan kaki di Amerika Utara membawa serta anjing dari Asia. Penelitian genetika telah berhasil mengidentifikasi 14 ras anjing kuno. Di antaranya, Chow Chow, Shar Pei, Akita, Shiba dan Basenji merupakan ras anjing yang tertua. Teori yang mengatakan anjing berasal dari Asia mungkin bisa dipercaya karena sebagian besar dari 14 ras anjing kuno berasal dari China dan Jepang (Fiennes dan Fiennes 1968). 4

Air Liur Anjing Air liur anjing dihasilkan oleh kelenjar saliva yang termasuk didalam aksesoris sistem digestivus (apparatus digestorius). Apparatus digestivus terdiri dari rongga mulut, pharynx, alimentary canal dan kelenjar aksesorius. Kelenjar aksesorius terdiri dari gigi, lidah, kelenjar ludah, hati, gallbladder, pankreas dan kantung anal (Evans 1993). Kelenjar saliva terbagi menjadi 2 bagian yaitu kelenjar saliva mayor yang terdiri dari kelenjar parotid, mandibular, sublingual dan kelenjar zygomaticus, sedangkan kelenjar saliva minor terdapat pada daerah ventral buccalis. Kelenjar saliva major berfungsi mengeluarkan saliva pada saat anjing sedang mengunyah sehingga makanan yang dikunyah akan terbentuk menjadi bolus dan kemudian di lubrikasi dengan air liur tersebut sehingga memudahkan proses penelanan makanan. Sedangkan fungsi dari kelenjar saliva minor adalah sebagai penunjang kelenjar saliva mayor (Peter C 1997). Sekresi saliva distimulasi oleh N. Facialis (superior) dan N. Glossopharyngeus (inferior), keduanya dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis (komposisi air liur) dan parasimpatis (volume air liur). Sedangkan rangsangan terhadap sekresi saliva dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: panca indera (perasa, penciuman dan penglihatan), mekanik (mastikasi), iritasi atau infeksi, hormonal (bradikinin), dan obat (atropin) (Sjuhada 2007). Gambar 1. Kelenjar saliva pada anjing (Debra 2005). Gambar 1. Kelenjar saliva pada anjing (Debra 2005). 5

Dalam air liur terdapat kandungan protein enzimatik dan non-enzimatik, kalsium, fosfor, natrium, nitrogen, oksigen, karbondioksida dan sel epitel rongga mulut. Pada anjing air liur ini juga berfungsi sebagai media pembawa dari penyakit zoonosis yaitu rabies atau biasa disebut penyakit anjing gila yang disebabkan oleh virus Rabies yang berasal dari Genus Lyssavirus Family Rhalido Virus, bersifat akut dan menyerang susunan syaraf pusat (Badan Karantina Pertanian 2007). Anjing Menurut Kajian Islami Di dalam Al-Quran dan Hadist Nabi ditekankan bahwa binatang itu harus diperlakukan secara baik seperti semua ciptaan Allah yang lain. Al-Quran menjelaskan lebih jauh bahwa kekejaman terhadap binatang adalah setara dengan perlakuan kejam terhadap manusia. Perawatan hewan yang baik akan dipertimbangkan sebagai suatu kebajikan yang setara dengan melakukan kebajikan terhadap sesama manusia (Susilo et al. 2005). Secara garis besar, masalah anjing dalam fiqih islam terbagi menjadi dua masalah, yaitu; kalbun mu allam (anjing yang terdidik) dan kalbun aqur (anjing liar atau tidak terdidik). Segala sesuatu yang bermanfaat dalam terminologi fiqih Islam disebut harta kekayaan. Oleh karena itu sebagian ulama membolehkan pemanfaatan anjing terdidik untuk menjaga sawah, lading, rumah, pelacak, dijual belikan dan segala bentuk pemanfaatan lainnya. Sedangkan anjing liar para ulama melarang pemanfaatan dalam bentuk apapun (Susilo et al. 2005). Para ulama berbeda pendapat tentang najisnya anjing, Madhzab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa anjing secara zatnya adalah mahluk yang suci. Madzhab Hanafi berpendapat yang najis hanya air liur sekitar mulut, hidungnya dan kotorannya. Madhzab Maliki berpendapat hanya kotorannya saja. Adapun Madhzab Syafi I dan Hambali berpendapat anjing adalah binatang najis keseluruhannya. Dan pendapat yang kuat adalah pendapat Madhzab Hanafi sesuai dalil hadist yang menyatakan Pencucian bejana seseorang diantara kalian jika terkena hirupan anjing adalah dicuci tujuh kali salah satunya dengan tanah. (HR. Muslim.) Pada asalnya segala sesuatu jika terkena najis maka pensuciannya cukup sekali jika telah mampu menghilangkan najis tersebut. Adapun jika belum hilang dengan suatu cucian maka hendaklah dicuci lagi hingga hilang, kecuali jika 6

najisnya akibat air liur anjing maka barang yang terkena najis tersebut apapun itu wajib dicuci tujuh kali yang pertama menggunakan tanah. Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan tanah antara lain: Pendapat pertama, tidak boleh diganti dengan sabun antiseptik lainnya, hal ini seperti tayammum, tanah tidak boleh digantikan dengan yang lain, Pendapat kedua, boleh diganti dengan yang lainnya seperti untuk bersuci dari najis disamping menggunakan air boleh juga menggunakan batu, kain, tisu dan lain lain, Pendapat ketiga, pada bagian yang jika menggunakan tanah tidak menimbulkan kerusakan maka harus dibersihkan dengan tanah, seperti mensucikan bejana. Tetapi pada bagian yang jika pensuciannya menimbulkan kerusakan maka boleh diganti dengan yang lainnya, Pendapat keempat, jika masih ada tanah maka harus dengan tanah, tetapi jika sulit dan tanah tidak ada maka dapat diganti dengan yang lainnya. Mikrobiologi Tanah Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikrobiologis tanah terdiri dari golongan flora dan fauna, golongan flora yang meliputi bakteri (autotrop dan heterotrop), aktinomicites, fungi dan ganggang (algae), sedangkan golongan fauna meliputi protozoa, binatang berderajat lebih tinggi, nematoda dan cacing tanah (Mulyani et al. 1991). Bakteri merupakan mikroba terkecil dan terbanyak yang berada dalam tanah. Jumlahnya dapat mencapai miliaran g -1 pada tanah. Terdapat lebih dari 400 genus dan 10 4 spesies. Bakteri mempunyai sub kelompok yang terdiri dari bakteri ungu, bakteri sulfur hijau, aktinomicites, sporogenic bacilli dan cyanobacteria. Struktur utama dari bakteri adalah dinding sel, membran plasma, DNA nukleus dan ribosom. Sel bakteri dapat memiliki atau tidak memiliki flagella, kapsul dan endospora (Paul & Clark 1996). Menurut Mulyani et al. (1991) bakteri tanah dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu: A.Bakteri aototropik atau bakteri fakultatif autotropik, memperoleh karbon dari CO 2 7

B.Bakteri heterotropik yang memperoleh karbon dan energi dari senyawasenyawa organik. a. Bakteri pemfiksasi nitrogen, memperoleh nitrogennya dari atmosfer b. Bakteri yang memerlukan nitrogen gabungan 1. Bakteri aerobik: 1.1 Bakteria pembentuk spora; 1.2 Bakteria yang bukan pembentuk spora; - Bakteri Gram positif - Bakteri Gram negatif. 2. Bakteri anaerobik yang memerlukan nitrogen gabungan. Tentang bakteri Gram positif dan Gram negatif dihasilkan dengan pewarnaan yang dikembangkan oleh Christian Gram, bakteri Gram positif dengan dinding sel yang mengandung senyawa peptidoglikan lebih tebal dibandingkan pada dinding sel Gram negatif. Bakteri Mikroba tidak memiliki ciri anatomi yang nyata, sehingga identifikasi bakteri didasarkan pada morfologi, sifat biakan dan sifat biokimiawi. Mikroba yang akan diisolasi dapat berupa biakan murni atau populasi campuran. Bila biakan yang akan diidentifikasi berasal dari populasi campuran maka harus dilakukan pemurnian terlebih dahulu. Untuk melihat kemurnian biakan dilakukan pewarnaan Gram dan untuk mengetahui jenis mikrobanya dilanjutkan dengan beberapa uji biokima. Pewarnaan Gram memilahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal violet-yodium tetap dipertahankan mekipun diberi larutan pemucat. Sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah karena kompleks tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan ini disebabkan oleh perbedaan struktur kedua kelompok bakteri tersebut (Lay dan Hastowo 1992). Uji oksidase digunakan untuk melihat adanya enzim sitokrom oksidase sedangkan uji katalase membuktikan adanya enzim katalase yang berfungsi dalam penguraian Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) yang bersifat racun. Katalase adalah enzim yang mengkatalisasikan hidrogen H 2 O 2 menjadi air dan O 2. Hidrogen peroksida 8

bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini mengaktifasikan enzim dalam sel, Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob harus menguraikan bahan toksin tersebut. Enzim lainnya yang dapat menguraikan hidrogen peroksida adalah peroksidase yang tidak menghasilkan oksigen pada proses penguraian (Lay 1994). Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Simmon s citrate agar merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4 + sebagai sumber N dan brom thymol blue sebagai indikator ph. Bila mikroorganisme mampu menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan sehingga menyebabkan peningkatan ph dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru (Lay 1994). Antimikroba Antimikroba adalah suatu senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup termasuk struktur analoginya yang dibuat secara sintetik yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme (Siswandono dan Soekardjo 1995). Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba (Pelczar dan Chan 1986). Berbagai faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme mencakup kepadatan populasi mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan antimikrobial, volume bahan yang disterilkan, lamanya bahan antimikrobial diaplikasikan pada mikroorganisme, konsentrasi bahan antimikrobial, suhu dan kandungan bahan organik. Protein akan mengurangi daya kerja desinfektan, sedangkan panas mempercepat daya kerjanya. Berdasarkan sifatnya bahan kimia yang mematikan pertumbuhan disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik (Lay 1994). Sabun Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 06-3532-1994 (BSN, 1994) mendefinisikan sabun mandi sebagai sabun yang dibuat dari natrium atau kalium dengan penambahan asam lemak yang berasal dari minyak nabati dan atau lemak 9

hewani yang pada umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih. Kirk et al. (1954) menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C 12 C 18 dan sodium atau potasium. Syarat mutu sabun mandi berdasarkan SNI Nomor 06-3532-1994 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Syarat mutu sabun mandi (SNI 06-3532-1994) No Jenis Uji Satuan Standar 1 Jumlah asam lemak, (b/b) % Min 70,00 2 Kadar tak tersabunkan, (b/b) % Maks 2,5 3 Kadar alkali bebas dihitung sebagai % Maks 0,1 NaOH, (b/b) 4 Kadar air dan zat menguap, (b/b) % Maks 15,0 5 Minyak mineral % Negatif 6 Bahan tak larut dalam alkohol % Maks 2,5 Sumber : BSN (1994) Sabun merupakan agen tertua dari semua agen pembersih kulit yang digunakan selama ini. Selama seabad, agen pembersih yang dikenal adalah sebagai berikut: Sabun memiliki efek pembersih yang baik dan bekerjasama dengan surfaktan lain dalam menjaga kesehatan kulit. Sabun dibuat dari bahan-bahan yang umum, mudah diperoleh dan tidak mahal serta cara pembuatanya dengan proses yang sederhana. Pada beberapa dekade terakhir, dilakukan penelitian untuk menemukan surfaktan baru untuk membersihkan kulit. Penelitian ini dilakukan karena tidak efektifnya sabun pada air bersadah (Jellinek 1970). Sabun diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan mutu. Sabun dengan tingkatan mutu A diproduksi dari bahan baku minyak atau lemak yang terbaik dan mengandung sedikit alkali bebas. Sabun bermutu A biasanya 10

digunakan sebagai sabun mandi (toilet soap). Sabun dengan mutu B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak dengan kualitas yang lebih rendah dan mengandung sedikit alkali tapi kandung alkali pada sabun tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sabun ini biasanya digunakan untuk keperluan mencuci pakaian dan piring, sedangkan sabun bermutu C mengandung alkali bebas yang relatif tinggi dan berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap (kualias rendah) (Kirk et al. 1954). Proses pembersihan kotoran dengan menggunakan sabun tidak akan lepas dari air. Air (H 2 O) merupakan cairan yang umumnya digunakan untuk membersihkan sesuatu yang memiliki tegangan permukaan. Setiap molekul dalam struktur molekul air, dikelilingi dan ditarik oleh molekul ke tubuh air. Tegangan ini membangkitkan air membentuk butiran-butiran pada permukaan gelas atau kain yang lambat laun akan membasahi bagian permukaan yang menghambat proses pembersihan. Tegangan permukaan dalam proses tersebut akan membasahi seluruh permukaan, sehingga diperlukan bahan kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan pada air secara efektif, yaitu surface active agents atau surfaktan (Jones 1999). Hasil pencucian yang terbaik memerlukan 3 macam energi, yaitu energi kimiawi yang dihasilkan oleh bahan pencuci yaitu sabun dan deterjen, energi panas yang dihasilkan oleh air pencucian yang hangat atau panas, dan energi mekanik yang dihasilkan oleh mesin atau tangan pada saat mencuci. Ketiga energi ini harus berinteraksi dan seimbang. Kotoran berupa minyak dan lemak tidak dapat dibersihkan hanya dengan air karena molekul-molekul yang terdapat pada minyak dan lemak tidak dapat berikatan dengan molekul air. Penambahan sabun akan menyebabkan komponen hidrofobik menarik molekul minyak, dan pada saat yang sama komponen hidrofilik akan menarik molekul air (Weber 2006). Fungsi utama sabun mandi yaitu untuk mengangkat kotoran, sel-sel kulit mati, mikroorganisme dan menghilangkan bau badan. Sabun dapat mengangkat kotoran dari kulit karena memiliki dua gugus yang berbeda yaitu gugus nonpolar dan gugus polar. Gugus nonpolar adalah gugus yang takut air (hidrofobik), sehingga dapat mengikat kotoran pada kulit. Gugus polar adalah gugus yang suka air (hidrofilik), sehingga ketika dibilas maka kotoran akan terikat dengan bilasan tersebut (Arifin 2007). 11

METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dibagi di dua lokasi dengan waktu yang berbeda. Penelitian bakteriologi dilakukan tanggal 1-14 Juli dan 15-28 Agustus 2007 di Laboratorium Bakteriologi dan Laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) serta pembuatan sabun pada tanggal 1-14 Agustus 2007 di Bagian Farmasi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP), Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Sampel Tanah Tanah yang digunakan untuk penelitian ini diambil di daerah Ciheuleut Kel. Baranangsiang, Kota Bogor. Tanah diambil secara aseptis dengan menggunakan metode sampling acak pada 5 titik yang berbeda di lokasi tersebut. Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah anjing ras Golden retriever (anjing I), Labrador retriever (anjing II), dan anjing lokal (anjing III). Masing-masing berumur 6 tahun, 5 tahun dan 2 tahun. Masing-masing anjing diberi makan bervariasi (kering dan basah) setiap harinya. Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan di Laboratorium Bakteriologi adalah air liur anjing, tanah, plate count agar (PCA), nutrient agar (NA), aquadestillata steril, dan NaCl fisiologis untuk penghitungan jumlah bakteri. Kristal violet, safranin, aceton alkohol, aquadestillata steril, dan KOH 3% untuk pewarnaan Gram. Reagen katalase (larutan 3% H 2 O 2 ), reagen oksidase (1% alpha-naphtol dan 1% dimetil-pfenillendiaminoksalat), Simmon s citrate agar untuk uji sitrat, uji motilitas menggunakan media semi padat yang kaya triptofan, dan media blood agar untuk uji 12

hemolisis. Media Mueller Heenton Agar, PCA, buffered pepton water, aquadestillata steril, NaCl, dan biakan bakteri tanah untuk uji antimikroba. Bahan yang digunakan dalam percobaan di Laboratorium Farmasi adalah asam stearat, minyak kelapa, NaOH 30%, gliserin, EDTA, NaCl, minyak zaitun, pewarna, pewangi dan tanah untuk pembuatan sabun. Alat Alat yang digunakan dalam percobaan di Laboratorium Bakteriologi adalah cawan petri, pipet, pinset, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cotton swab steril, aluminium foil, paper disc 10 mm, ose, korek api, kapas, kertas label, object glass, cover glass, bunsen, spatula, homogenisator, inkubator, jangka sorong, dan mikroskop. Alat yang digunakan dalam percobaan di Laboratorium Farmasi adalah gelas piala, sendok tala, gelas ukur, kompor listrik, timbangan, saringan mess 150 Ө, thermometer, jangka sorong dan mixer. Metode Penelitian Penghitungan Jumlah Total Bakteri Tanah dan Air Liur Anjing Sampel tanah dan air liur anjing masing-masing sebanyak 25 g dan 1 ml kemudian dilarutkan dengan NaCl fisiologis sebanyak 225 ml dan 9 ml, kemudian didapat pengenceran 10-1 yang selanjutnya akan dilakukan pengenceran desimal 1:100 dengan cara memindahkan 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam larutan NaCl fisiologis sebanyak 9 ml dan dihomogenkan menggunakan homogenisator dengan cara yang sama (10-3, 10-4, dan seterusnya sampai 10-8 ). Pemupukan dilakukan masing-masing 1 ml ke dalam cawan petri steril sampai dengan pengenceran 10-8, kemudian dituangkan 10-15 ml PCA (suhu 40-50 0 C) ke masing-masing cawan petri dan di homogenkan. Setelah media agar memadat, masukkan cawan petri ke dalam inkubator dengan suhu 37 0 C selama 24 jam. Pemupukan bakteri dilakukan secara duplo dan dihitung jumlah koloni (30-300) (Standart Plate Count) pada kedua cawan petri, lalu dihitung rataannya. Jumlah koloni yang diperoleh dinyatakan dengan colony forming unit (cfu) per gram atau per ml. 13

Identifikasi Bakteri Tanah dan Air Liur Anjing Metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri pada tanah dan air liur anjing, meliputi: pembiakan pada NA, pembiakan pada agar darah, uji Gram, uji KOH 3%, uji katalase, uji oksidase, uji sitrat dan uji motilitas. Spesimen tanah dan air liur anjing diambil langsung dan kemudian dimasukkan kedalam larutan NaCL fisiologis dengan perbandingan 1:9 agar mudah untuk di homogenkan dan dibawa dalam termos es sebagai media pembawa. Untuk mengisolasi bakteri yang terdapat pada spesimen maka spesimen ditumbuhkan pada media NA dan Blood Agar. Dengan menggunakan cotton swab yang ada di dalam tabung reaksi berisi larutan NaCL dan dioleskan pada kedua media tersebut. Kemudian dengan menggunakan ose steril, olesan tersebut disebar dengan menggoreskannya pada permukaan agar, lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Pengamatan koloni dilakukan dengan memperhatikan tumbuhnya koloni yang berbeda pada masing-masing media. Koloni yang berbeda tersebut diambil dan digoreskan pada media NA dengan menggunakan ose steril, lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Pewarnaan Gram dilakukan dari isolat pada media NA. Object Glass terlebih dahulu difiksasi diatas bunsen agar steril, kemudian dengan menggunakan ujung ose, object glass tersebut ditetesi dengan aquades steril. Isolat yang tumbuh pada media NA diambil dengan menggunakan ose steril lalu dihomogenkan dengan aquades yang ada pada object glass, kemudian difiksasi di atas bunsen sampai kering. Zat warna pertama yang diberikan adalah kristal violet, kemudian ditambah dengan lugol masing-masing selama 1 menit lalu dicuci dengan air mengalir. Setelah itu diberikan aceton alkohol selama 20 detik dan segera dicuci dengan air mengalir. Zat warna terakhir yaitu safranin yang diberikan selama 20 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan kertas saring. Selanjutnya diamati dibawah mikroskop perbesaran 100 x dengan menggunakan minyak emersi. Sebelum dilakukan uji biokimia terlebih dahulu dilakukan uji motilitas, katalase dan oksidase. Uji motilitas menggunakan media Indol atau biakkan semi padat yang kaya triptofan. Isolat diinokulasikan kedalam biakan semi padat dengan cara menusukkan neddle atau ose jarum steril sampai pada kedalaman 3/4 bagian dari permukaan media, lalu diinkubasikan pada suhu 37 o C selama 24-48 jam. 14

Penentuan adanya katalase diuji dengan larutan H 2 O 2 3% pada koloni tersebut. Pada bakteri yang bersifat katalase positif ditandai oleh pembentukan gelembung udara pada koloni dan sekitarnya. Pengujian oksidase dilakukan dengan menambahkan reagens oksidase pada masing-masing koloni terpisah dari suspensi biakan. Oksidase positif ditandai dengan perubahan warna menjadi warna hitam dalam beberapa menit atau memerlukan waktu 30 menit untuk beberapa bakteri. Uji sitrat menggunakan media biakan Simmon s citrate agar berupa medium padat dan berwarna hijau. Isolat diinokulasikan kedalam biakan dengan menggunakan goresan pada bagian yang miring lalu pada suhu 37 o C selama 48 jam. Uji sitrat positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Pembacaan Hasil a. Pada media indol Bila bakteri tumbuh dan menyebar disekitar tusukan maka uji motilitas positif. Bila bakteri tumbuh di sepanjang tusukan saja maka uji motilitas negatif. b. Media Urea Bila warna media berubah menjadi merah maka uji urea positif. c. Media Sitrat Bila warna media berubah dari hijau menjadi biru maka uji sitrat positif. Uji Daya Antimikroba Bakteri Tanah Terhadap Air Liur Anjing Pengujian dilakukan dengan metode uji Antibiogram Kirby Bauer, cara menginokulasikan suspensi air liur anjing sebanyak 0,1 ml pada media Mueller Heenton Agar yang kemudian diletakkan paper disc yang telah diteteskan suspensi individu bakteri tanah sebanyak 25 μl. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0 C. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri untuk masing-masing paper disc. 15

Pembuatan Sabun Tanah Pembuatan sabun opaque dengan mengacu pada formulasi sabun opaque Bratachem (2002) yang dimodifikasi (Tabel 2). Modifikasi ini dilakukan berdasarkan fungsi dari bahan-bahan untuk menghasilkan sabun opaque yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Formulasi pembuatan stock sabun opaque dengan penambahan beberapa konsentrasi tanah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Formulasi pembuatan stock sabun opaque. Bahan Baku Jumlah (%) Asam stearat 14,0 Minyak kelapa 40,0 NaOH 30% 32,0 Gliserin 3,6 EDTA 0,2 NaCl 0,2 Air Ditambahkan hingga 100,0 Sumber : Modifikasi Bratachem (2002) Tabel 3 Formulasi sabun opaque dengan menambahkan tanah. Formula (%) I II III Stock sabun 95 90 80 Tanah 5 10 20 Jumlah 100 100 100 Pada tahap ini dilakukan pengaplikasian tanah yang telah diayak menjadi powder dengan ukuran 150 Ө untuk pembuatan sabun opaque. Proses pembuatan sabun diawali dengan mereaksikan fase lemak yang terdiri dari minyak kelapa dan asam stearat dengan NaOH. Setelah dihasilkan stock sabun kemudian ditambahkan bahan-bahan lain seperti gliserin, EDTA, NaCl dan tanah yang telah diayak. Proses pembuatan sabun opaque dijaga pada suhu 70-80 o C agar sabun tidak membeku. Gambar 2. Sabun tanah opaque dengan konsentrasi yang berbeda 16

Uji Swab 1 : Tanah Terhadap Air Liur Anjing Sampel diambil langsung dari tangan yang telah dijilat anjing kemudian dibilas dengan tanah dan dicuci dengan aquadestillata steril. Sampel diambil dengan cotton swab dari permukaan tangan (2x2 cm 2 ) yang telah dicuci dengan cara menggosoknya dengan tanah 1 kali dan dibilas dengan air sebanyak 1, 3, 5, dan 7 bilasan. Setelah itu cotton swab dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan 0,1% buffered pepton water dan dihomogenkan. Kemudian dibuat pengenceran 1:10 dengan cara mengambil 1 ml larutan yang berisi cotton swab dan dimasukkan ke dalam 9 ml 0,1% buffered pepton water. Terakhir 1 ml larutan pengenceran 10-1 diambil dan dibiakkan dengan metode agar tuang (40-50 0 C) pada media PCA dan diinkubasi dengan suhu 37 0 C selama 24 jam dan dilakukan penghitungan jumlah bakteri yang bertahan pada bilasan ke 1, 3, 5, dan 7. Uji Swab 2 : Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing Sampel diambil langsung dari tangan yang telah dijilat anjing kemudian dibilas dengan sabun tanah 1 kali dengan konsentrasi tanah pada sabun sebanyak 0% (kontrol negatif), 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, kemudian dicuci dengan aquadestillata steril. Sampel diambil dengan cotton swab dari permukaan tangan (2x2 cm 2 ) yang telah dicuci sebanyak 3 bilasan. Setelah itu cotton swab dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan 0,1% buffered pepton water dan dihomogenkan. Kemudian dibuat pengenceran 1:10 dengan cara mengambil 1 ml larutan yang berisi cotton swab dan dimasukkan ke dalam 9 ml 0,1% buffered pepton water. Terakhir 1 ml larutan pengenceran 10-1 diambil dan dibiakkan dengan metode agar tuang (40-50 0 C) pada media PCA dan diinkubasi dengan suhu 37 0 C selama 24 jam dan dilakukan penghitungan jumlah bakteri yang bertahan. Uji Antimikroba Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing Pengujian dilakukan dengan metode uji Antibiogram Kirby Bauer, cara menginokulasikan suspensi air liur anjing sebanyak 0,1 ml pada media Mueller Heenton Agar yang kemudian diletakkan paper disc yang telah diteteskan suspensi 17

sabun tanah 1:9 dengan konsentrasi 0% (kontrol negatif), 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% sebanyak 25 μl. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0 C. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri untuk masing-masing paper disc. Analisa data Hasil pengamatan dan perhitungan daya antimikroba pada berbagai tingkat konsentrasi sabun tanah disusun berdasarkan rancang acak kelompok (RAK) kemudian dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk menguji perbedaan terhadap perlakuan yang ada. 18

HASIL Penghitungan Jumlah Bakteri pada Tanah dan Air Liur Anjing Menurut Lay (1994), penghitungan koloni dihitung terhadap cawan yang mengandung jumlah koloni antara 30-300 percawan. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua cawan petri (duplo) untuk setiap pengenceran, sehingga data yang akan diambil adalah keduanya meskipun salah satu dari kedua cawan tersebut tidak memenuhi sarat (koloni 30-300) (Fardiaz 1989). Penghitungan jumlah koloni per ml dilakukan dengan membagi jumlah koloni per cawan terhadap jumlah cawan dan dikalikan dengan 1/faktor pengenceran. Dari perhitungan pada cawan yang diinokulasikan bakteri pada tanah dan air liur anjing secara duplo didapatkan total jumlah bakteri pada tanah dan air liur anjing sebanyak 28,93 x 10 4 cfu/g dan 30,67 x 10 5 cfu/ml. Bakteri merupakan mikroba terkecil dan terbanyak yang berada dalam tanah. Jumlahnya dapat mencapai miliaran per gram yang terdiri lebih dari 400 genus dan 10.000 spesies. Bakteri mempunyai sub kelompok yang terdiri dari bakteri ungu, bakteri sulfur hijau, aktinomicites, sporogenic bacilli, dan cyanobacteria. Struktur utama dari bakteri adalah dinding sel, membran plasma, DNA nukleus dan ribosom. Sel bakteri dapat memiliki atau tidak memiliki flagella, kapsul, dan endospora (Paul dan Clark 1996). Identifikasi Bakteri Pada Tanah dan Air Liur Anjing Pengamatan terhadap isolat bakteri pada tanah dan air liur anjing dilakukan sesuai dengan parameter-parameter pada Bergey s manual didapatkan hasil pada Tabel 4 identifikasi bakteri pada tanah dan Tabel 5 identifikasi bakteri pada air liur anjing. Bakteri merupakan sel prokariotik yang khas, bersifat uniseluler dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran didalam sitoplasmanya. Sel bakteri memiliki bentuk yang khas, seperti bola, batang, atau spiral. Umumnya bakteri memiliki diameter sel antara 0,5-1,0 μm dengan panjang antara 1,5-2,5 μm (Pelczar dan Chan 1986). 19

Berdasarkan kriteria koloni bakteri pada Tabel 4 dan 5 menurut Bergey et al. (1984), dalam acuan Bergeys Manual of Determinative Bacteriology didapatkan genus bakteri pada tanah dan air liur anjing sebagai berikut : 1. Aureobacterium sp sebanyak 3 isolat pada tanah, 2. Bacillus sp sebanyak 2 isolat pada tanah, 3. Micrococcus sp sebanyak 8 isolat, 4 pada tanah dan 4 pada air liur anjing, 4. Rhizobiaccae sp sebanyak 1 isolat pada tanah. 20

Tabel 4 Identifikasi bakteri pada tanah Tanah Gram Morfologi Struktur Spora KOH 3% Katalase Oksidase Sitrat Motil Hemolisis Genus TM 1 + Batang Soliter - - + + - + β Aureobacterium sp. TM 2 + Coccus Soliter - - + + - + β Micrococcus sp. TM 3 + Batang Soliter + - + + - + β Bacillus sp. TM 4 + Batang Berantai - - + + - + β Aureobacteriuim sp. TM 5 - Batang Soliter - + - - - + β Rhizobiaccae sp. TM 6 + Coccus Soliter - - + + - + β Micrococcus sp. TM 7 + Coccus Soliter - - + + - + β Micrococcus sp. TM 8 + Batang Soliter + - + + - - β Bacillus sp. TM 9 + Coccus Soliter - - + + - + β Micrococcus sp. TM 10 + Batang Berantai - - + - ± + β Aureobacteriuim sp. Keterangan : TM 1-10 (Tanah Merah) Hemolisis : β (Melisiskan sel darah merah) Tabel 5 Identifikasi bakteri pada air liur anjing Koloni Gram Morfologi Struktur Spora KOH 3% Katalase Oksidse Sitrat Motil Hemolisis Genus 1 + Coccus Soliter - - + + + - γ Micrococcus sp. 2 + Coccus Sol&gerombol - - + + + - β Micrococcus sp. 3 + Coccus Soliter - - ± - ± - β Micrococcus sp. 4 + Coccus Soliter - - + + - - β Micrococcus sp. Keterangan :Hemolisis : β (Melisiskan sel darah merah), γ (Tidak melisiskan sel darah merah), Sol (Soliter) 21

Antimikroba Bakteri Tanah Terhadap Air Liur Anjing Setelah dilakukan pengujian antimikroba tanah terhadap air liur anjing diperoleh diameter cakram dan zona spektrum yang tertera pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6 Daya antimikroba bakteri tanah terhadap air liur anjing Isolat Asal Bakteri Zona Spektrum (mm) TM 1 Aureobacterium sp. 11,2 TM 2 Micrococcus sp. 11,0 TM 3 Bacillus sp. 10,8 TM 4 Aureobacteriuim sp. 10,8 TM 5 Rhizobiaccae sp. 10,8 TM 6 Micrococcus sp. 10,6 TM 7 Micrococcus sp. 10,5 TM 8 Bacillus sp. 10,8 TM 9 Micrococcus sp. 10,9 TM 10 Aureobacteriuim sp. 10,9 Keterangan : TM 0-10 (Tanah Merah), Paper disc 10 mm Berdasarkan diameter zona spektrum yang terbentuk dari pengujian Tabel 6, pada individu bakteri jenis Aureobacterium sp. efektif dengan hambatan masing-masing 11,2 mm, 10,8 mm, dan 10,9 mm. Bakteri jenis Bacillus sp. 10,8 mm dan 10,8 mm. Bakteri Micrococcus sp. 11,0 mm, 10,6 mm, 10,5 mm, dan 10,9 mm. Bakteri Rhizobiaccae sp. 10,8 mm. Zona bening di sekitar cakram kertas merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap senyawa antimikroba. Antimikroba dapat dikatakan efektif jika hambatan yang terbentuk lebih besar atau sama dengan diameter paper disc yaitu 10 mm (Edrada 1998). Sedangkan menurut Lay (1994), terbentuknya zona hambat melalui pengamatan daerah jernih di sekeliling cakram kertas membuktikan adanya aktifitas senyawa antimikroba. Zona lisis yang kecil menunjukkan adanya aktifitas antimikroba yang rendah, sedangkan zona lisis yang lebih besar menunjukkan daya aktifitas antimikroba yang lebih besar pula. Adanya zona bening di sekeliling kertas cakram membuktikan mikroba pada tanah dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada air liur anjing. Pada dasarnya bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap senyawa antimikroba dibandingkan dengan bakteri Gram negatif karena struktur dinding sel bakteri Gram negatif yang berlapis-lapis, yaitu lipopolisakarida, peptidoglikan dan lipoprotein. Pada lapisan lipopolisakarida Gram negatif memiliki sistem seleksi (screening) terhadap zat-zat asing (Branen dan Davidson 1993). Pada bakteri Gram negatif dinding sel bersifat polar sehingga lebih sensitif terhadap senyawa antimikroba yang bersifat polar pula. 22

Sebaliknya bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap senyawa antimikroba yang bersifat non-polar. Kesensitifan bakteri Gram positif terhadap senyawa antimikroba yang bersifat non polar disebabkan komponen terbesar penyusun dinding sel bakteri Gram positif adalah peptidoglikan yang salah satunya penyusunnya adalah asam amino alanin yang bersifat hidrofobik/non-polar. Hal ini yang menyebabkan dinding sel bakteri Gram positif menjadi lebih mudah dilewati dan diserang oleh senyawa antimikroba yang bersifat nonpolar. Gambar 3. Daya antimikroba Uji Swab 1 : Tanah Terhadap Air Liur Anjing Tabel 7 Jumlah bakteri setelah dicuci dengan tanah terhadap pencucian air Pencucian Jumlah Bakteri (cfu/4 cm 2 ) Anjing I Anjing II Anjing III Rata-rata 1 139.10 1 121.10 1 251.10 1 170.10 1 3 82.10 1 65.10 1 90.10 1 79.10 1 5 13.10 1 21.10 1 25.10 1 19.10 1 7 9.10 1 4.10 1 11.10 1 8.10 1 Keterangan : 1,3,5,7 merupakan jumlah pencucian aquadest Berdasarkan uji swab pada Tabel 7, jumlah bakteri setiap cm 2 -nya pada pencucian 1 diperoleh jumlah bakteri pada anjing I, II, dan III adalah sebanyak 35.10 1 cfu/cm 2, 31.10 1 cfu/cm 2, dan 63.10 1 cfu/cm 2 dengan rataan 43.10 1 cfu/cm 2, pencucian 3 sebanyak 21.10 1 cfu/cm 2, 17.10 1 cfu/cm 2, dan 23.10 1 cfu/cm 2 dengan rataan 20.10 1 cfu/cm 2, pencucian 5 sebanyak 4.10 1 cfu/cm 2, 6.10 1 cfu/cm 2, dan 7.10 1 cfu/cm 2 dengan rataan 5.10 1 cfu/cm 2, dan pencucian 7 sebanyak 3.10 1 cfu/cm 2, 1.10 1 cfu/cm 2, dan 3.10 1 cfu/cm 2 dengan rataan 2.10 1 cfu/cm 2. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pencucian membantu mengurangi jumlah bakteri, jadi semakin banyak frekuensi pencucian maka semakin sedikit bakteri yang tertinggal dan semakin sedikit frekuensi pencucian maka semakin banyak bakteri yang tertinggal. 23

Uji Swab 2 : Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing Tabel 8 Jumlah bakteri setelah dicuci dengan sabun tanah Konsentrasi Tanah Jumlah Bakteri (cfu/4 cm 2 ) (%) Anjing I Anjing II Anjing III Rata-rata 0* 32.10 1 67.10 1 89.10 1 62.10 1 10 0 0 0 0 20 0 0 0 0 30 0 0 0 0 40 0 0 0 0 50 0 0 0 0 Keterangan : (*) konsentrasi sabun tanah 0% sebagai kontrol negatif, sampel diambil pada pencucian ke 3 Berdasarkan uji swab pada Tabel 8, jumlah bakteri setiap cm 2 yang bertahan saat dicuci dengan sabun tanah pada konsentrasi 0% sebagai kontrol negatif, diperoleh jumlah bakteri pada anjing I,II, dan III sebanyak 8.10 1 cfu/cm 2, 17.10 1 cfu/cm 2, dan 23.10 1 cfu/cm 2 dengan jumlah bakteri rata-rata sebanyak 16.10 1 cfu/cm 2. Sedangkan pencucian dengan sabun tanah konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% tidak dapat diperoleh jumlah bakteri yang tumbuh. Hal ini disebabkan sabun yang telah diberikan tanah dengan dosis bertingkat memberikan efek antimikroba yang baik, sedangkan sabun yang tidak diberikan tanah mempunyai daya antimikroba yang kurang baik untuk menghilangkan bakteri sehingga masih dapat ditemukannya bakteri yang tumbuh. 24

Uji Antimikroba Sabun Tanah Terhadap Air Liur Anjing Tabel 9 Daya antimikroba sabun tanah terhadap air liur anjing Konsentrasi Zona Spektrum (mm) (%) Anjing I Anjing II Anjing III Rata-rata Total Bakteri Tanah 10,80 A 10,70 A 11,10 A 10,90±0,20 0* 15,00 A 19,00 A 17,00 A 17,00±2,00 10 17,00 A 18,00 A 17,50 A 17,50±0,50 20 18,70 A 20,00 A 18,30 A 19,00±0,89 30 17,20 A 18,80 A 20,10 A 18,70±1,45 40 18,00 A 20,00 A 19,00 A 19,00±1,00 50 18,40 A 17,60 A 21,00 A 19,00±1,78 Keterangan : Paper disc 10 mm, (*) konsentrasi sabun tanah 0% sebagai kontrol negatif, superscript ( A ) yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan diameter zona spektrum yang terbentuk dari pengujian Tabel 9, diperoleh hasil pada total bakteri tanah pada anjing I, II dan III adalah seluas 10,80 mm, 10,70 mm dan 11,10 mm dengan rataan 10,90±0,20 mm. Pada sabun tanah dengan konsentrasi 0% sebagai kontrol negatif terhadap anjing I, II, dan III adalah seluas 15,00 mm, 19,00 mm, dan 17,00 mm, dengan rataan 17,00±2,00 mm, konsentrasi 10% seluas 17,00 mm, 18,00 mm, dan 17,50 mm, dengan rataan 17,50±0,50 mm, konsentrasi 20% seluas 18,70 mm, 20,00 mm, dan 18,30 mm, dengan rataan 19,00±0,89 mm, konsentrasi 30% seluas 17,20 mm, 18,80 mm, dan 20,10 mm, dengan rataan 18,70±1,45 mm, konsentrasi 40% seluas 18,00 mm, 20,00 mm, dan 19,00 mm, dengan rataan 19,00±1,00 mm, konsentrasi 50% seluas 18,40 mm, 17,60 mm, dan 21,00 mm, dengan rataan 19,00±1,78 mm. Hal ini menunjukkan bahwa sabun tanah memiliki daya antimikroba yang baik namun konsentrasi tanah dalam sabun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap luas zona spektrum atau tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik disebabkan oleh persaingan antar bakteri ataupun kematian bakteri yang tidak dapat hidup pada sabun tersebut. 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dapat dibuktikan efek antimikroba dari tanah sebagai bahan pencuci terhadap air liur anjing (najis) dan mencucinya sebanyak 7 kali dengan air yang sebagaimana telah diriwayatkan oleh Hadist Riwayat Muslim. 2. Tanah dan air liur anjing mempunyai jumlah bakteri yang sangat banyak dan dapat bersifat patogen. 3. Tanah dan bakterinya memiliki sifat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. 4. Sabun tanah mempunyai daya antimikroba yang baik namun konsentrasi tanah dalam sabun tidak mempengaruhi daya antimikroba tersebut. Saran 1. Penggunaan sabun tanah dapat digunakan sebagai pengganti tanah dan memudahkan pencucian terhadap air liur anjing (najis). 2. Pencucian terhadap air liur anjing sebaiknya dilakukan dengan tanah yang bersih dan tidak mengandung bakteri yang bersifat patogen. 3. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan tanah steril untuk melihat potensi zat aktif tanah sebagai antimikroba. 26

DAFTAR PUSTAKA American Kennel Club. 1992. The Complete Dog Book: The Photogaph, History and Official Standard of Every Breed Admitted to AKC Registration, and the selection, Training, Breeding, Care and Feeding of Pure-Bred Dogs. 18 th Edition., 724 pp. Arifin Simson. 2007. CHE Around Us: Soap. http://www.prn2. usm.my/mainsite/bulletin/kosmik/2007/kosmik4.html [8 Desember 2007]. Badan Karantina Pertanian. 2007. Musnahkan Rabies Publikasi Karantina Pertanian 2007.Departemen Pertanian. Jakarta. Bergey D H et al. 1984. Bergey s Manual of Systematic Bacteriology. Vol 2. Williams and Wilkins. Baltimore. London. Badan Standarisasi Nasional. 1994. Sabun Mandi (SNI. 06-3532-1994). Departemen Perdagangan, Jakarta. Branen A L dan P J Davidson. 1993. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker, New York. Bratachem. 2002. Formulasi Sabun Opaque. PT. Bratachem Chemical. Jakarta Dewan Standarisasi Nasional. 1994. Sabun Mandi (SNI. 06-3532-1994). Departemen Perdagangan, Jakarta Debra. 2005. Discover Magazine, "The Biology of Saliva" October 2005. Wikimedia Foundation, Inc., Edrada R A. 1998. Isolation and Structure Elducidation of Bioative Secondary Metabolites. Dissertation Zur Erlangung des Naturwissenschaftlitchen Doctorgades der Bayerischem Julius. Maximilians. Universitat Wurzburg. Philipinen. Evans Howards E. 1993. Miller s Anatomy of the dog 3 rd Edition. W.B Saunders Company, USA Fardiaz S 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fiennes R dan A Fiennes. 1968. The Natural History of the Dog. London, Weidenfeld and Nicolson Jellinek S. 1970. Formulation Cosmetics. Interscience Publisher s. New York Kirk R E, D F Othmer, J D Scott dan A Standen. 1954. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 12. Interscene Publisher s a Division of John Wiley and Sons, Inc., New York Halaman 573-592. 27