ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP LAMPUNG TENGAH MUHAMMAD RIZKI



dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

III. METODE PENELITIAN

STUDI WAKTU PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH ARNAL NOVISTIARA

. II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS WAKTU BAKU DAN BEBAN KERJA UNTUK OPTIMASI JUMLAH DAN DISTRIBUSI PEKERJA PADA PRODUKSI BUAH KALENG

P-ISSN E-ISSN Vol. 5, No. 1, April 2017

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL DI PT. ASTRA AGRO LESTARI IRVAN ANGGIT PRADITA

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN ABSTRACT

STUDI WAKTU PADA PROSES PRODUKSI TROPICAL FRUIT SALAD (TFS) KALENG DI PT GGP AGUSTIAN MUARIF

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Toyota Business Practice (TBP)

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DI PG BUNGAMAYANG MILIK PTPN VII (PERSERO), LAMPUNG

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS PEMETIKAN TEH SECARA MANUAL DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN GUNUNG MAS, CISARUA, BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI

PERENCANAAN UNIT PENGAWASAN MUTU PADA PABRIK PENGALENGAN JAMUR KANCING DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU KG/HARI

Gambar 7 Langkah-langkah penelitian

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan bagi perusahaan atau organisasi. Sistem kerja yang lebih baik dari sistem

SEJARAH & PERKEMBANGAN

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH UMUR, KONSUMSI ROKOK DAN KONSUMSI ENERGI TERHADAP KELELAHAN FISIK

111. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah tenaga penyarad. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Alam PT. Yos Raya Tiniber yang

METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN ALOKASI JUMLAH PEKERJA MELALUI STUDI KERJA DAN SIMULASI PADA PROSES CANNERY (Studi Kasus : PT. Great Giant Pineapple, Lampung)

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal. 1-11

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan optimalisasi

ANALISIS PENENTUAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK BERDASARKAN BEBAN KERJA FISIK DAN ASUPAN ENERGI PADA BAGIAN BALLING PRESS DI PT.

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK

Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 2010 ISBN :

BAB II TINJAUN PUSTAKA Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

Studi Ergonomi Pada Penyiapan Lahan Sawah Lebak Menggunakan Alat Tradisional Tajak di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU MENGGUNAKAN GELEMBUNG GAS NITROGEN DALAM REAKTOR VENTURI BERSIRKULASI TEUKU IKHSAN AZMI

STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR MESIN PEMOTONG BATU BESAR (SIRKEL 160 CM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE 10 DENYUT

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

ANALISIS BEBAN KERJA FISIOLOGIS OPERATOR DI STASIUN PENGGORENGAN PADA INDUSTRI KERUPUK

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Studi Awal Interaksi Man-Machine Pada Mesin Cetak Genteng Sistem Banting

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik dan aspek fisiologis lingkungan kerja, pekerjaan dan metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGATURAN JUMLAH KALORI YANG DIKONSUMSI UNTUK MENENTUKAN JADWAL KERJA KARYAWAN T U G A S S A R J A N A. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA

STUD1 PENGEEUARAN TENAGA MEKANIS MANUSLA TJNTUK PENGOLAHAN TANAH SAWAH SAMPAI DENGATV PANEN

STUD1 PENGEEUARAN TENAGA MEKANIS MANUSLA TJNTUK PENGOLAHAN TANAH SAWAH SAMPAI DENGATV PANEN

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

Transkripsi:

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP LAMPUNG TENGAH MUHAMMAD RIZKI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Muhammad Rizki NIM F14100016

ABSTRAK MUHAMMAD RIZKI. Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah. Dibimbing oleh M FAIZ SYUAIB. Buah nanas merupakan salah satu buah tropis yang terdapat di Indonesia. Buah nanas dapat dikonsumsi langsung, diolah atau dikemas didalam kemasan kaleng. PT GGP merupakan perusahaan pengolahan nanas dalam kaleng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beban kerja dan laju konsumsi energi dalam kegiatan produksi nanas kaleng. Berdasarkan beban kerja dan laju konsumsi energi dapat diketahui kapasitas ideal pekerja. Beban kerja dan laju konsumsi energi dianalisis berdasarkan pengukuran denyut jantung pekerja. Subjek yang diamati berjumlah 40 orang yang berumur antara 19 sampai 48 tahun. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terdapat 22 elemen kerja dalam proses produksi nanas kaleng. Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 nanas kaleng adalah sebesar 0.7144 kkal. Elemen kerja yang dikerjakan secara manual memiliki laju konsumsi energi lebih besar dibandingkan dengan yang dikerjakan oleh mesin. Semakin besar laju konsumsi energi maka kapasitas ideal yang dihasilkan akan semakin rendah. Kapasitas terbesar terdapat pada elemen kerja Preparasi (Pr), sedangkan kapasitas terkecil dimiliki oleh elemen kerja Susun Nampan (SN). Berdasarkan kapasitas ideal per orang dari setiap elemen kerja dengan analisis beban kerja diperoleh jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng / hari adalah sebanyak 315 orang. Kata kunci: beban kerja, kapasitas kerja, laju konsumsi energi, nanas kaleng ABSTRACT MUHAMMAD RIZKI. Analysis of Workload and Work Capacity on The Production Process of Canned Pineapple in PT GGP Central of Lampung. Supervised by M FAIZ SYUAIB. Pineapple is a tropical fruit that widely planted and consumed in Indonesia. Pineapple can be consumed directly as fresh fruit or as processed as canned product. PT GGP is canned pineapple processing company. The purpose of this study was to identify the workload and the rate of energy consumption in the production of canned pineapple. Based on the workload and energy consumption rate, ideal capacity of workers had been determined. Workload and rate of energy consumption were analyzed by measuring the heart rate of fourty workers aged between 19 until 48 years old. There were 22 work elements in the process of canned pineapple production were identified. The energy consumption to produce one pineapple can is 0.7144 kcal. The work elements had done manually have a greater rate of energy consumption than those done by machine. The highest capacity is Preparation (Pr) whereas the smallest capacity is Susun Nampan (SN). Based on ideal capacity per person of each element with workload analysis, the totals workers to produce 250,000 pineapple cans / day are 315 peoples Keywords: canned pineapple, energy consumption rate, work capacity, workload

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP LAMPUNG TENGAH MUHAMMAD RIZKI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Mesin dan Bioisistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Judul Skripsi : Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah Nama : Muhammad Rizki NIM : F14100016 Disetujui oleh Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Desrial MEng Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ergonomika dengan judul Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah. Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua yang selalu memberikan doa, dorongan, semangat. Dan kasih sayangnya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kakak-kakak dan adikadikku yang selalu memberikan bantuannya selama menyelesaikan skripsi 2. Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan selama melakukan penelitian dan hingga tesusunnya skripsi ini. 3. Dr Nanik Purwanti STP MSc dan Dr Liyantono STP MAgr selaku dosen penguji atas masukan-masukan yang diberikan. 4. Ir Puguh Budi Wirajaya dan Bapak Zarkasih STP dan PT GGP yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan membantu selama melakukan penelitian 5. Agustian Muarif, Arnal Novistiara dan Rifan Bachtiar teman-teman satu bimbingan yang telah membantu selama penelitian 6. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 47 atas kebersamaannya selama di bangku kuliah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Maret 2015 Muhammad Rizki

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Pengalengan Buah Nanas 2 Ergonomika 3 Beban Kerja 3 Kapasitas Kerja 4 METODE 5 Tempat dan Waktu Penelitian 5 Bahan dan Alat 5 Subjek Penelitian 5 Metode Penelitian 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Elemen Kerja Produksi Nanas Kaleng 10 BME (Basal Metabolic Energy) 13 Kalibrasi Subjek Penelitian 15 Tingkat Kejerihan 18 Laju Konsumsi Energi 19 Kapasitas Kerja 21 Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja 22 Perbandingan Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Waktu Baku dan Analisis Beban Kerja 23 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 25 DAFTAR PUSTAKA 25 vi vi

DAFTAR TABEL 1 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR 4 2 Konversi laju konsumsi O 2 (ml/menit) berdasarkan luas permukaan tubuh 7 3 Definis masing-masing elemen kerja 13 4 Karakteristik fisik dan nilai BME masing-masing pekerja 14 5 Nilai IRHR dan WEC pada saat atep-test 16 6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC saat step-test 17 7 Energi per kaleng masing-masing elemen kerja 21 8 Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis waktu baku dan analisis beban kerja 23 DAFTAR GAMBAR 1 Tahapan proses pengalengan nanas 3 2 Tahapan penelitian 6 3 Alur produksi nanas kaleng 10 4 Grafik denyut jantung subjek C2 saat step-test 15 5 Grafik hubungan IRHR dengan WEC p pada saat step-test subjek F1 17 6 Grafik tingkat kejerihan berdasarkan nilai IRHR pada masing-masing elemen kerja 19 7 Grafik laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja 20 8 Grafik kapasitas kerja masing-masing elemen kerja 22 9 Alokasi tenaga kerja berdasarkan kapasitas dan target produksi pendekatan konsumsi energi 22 DAFTAR LAMPIRAN 1 Nilai IRHR pekerja 26 2 Laju konsumsi energi masing-masing pekerja 27 3 Nilai AKG 28 4 Human Out dan Capacity 29 5 Contoh Perhitungan 30

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara penghasil buah-buah tropis yang memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang baik. Salah satu komoditas buah tropis yang terdapat di Indonesia adalah buah nanas. Setelah pemanenan biasanya buah nanas dijual atau dikonsumsi langsung dalam bentuk buah segar, diolah menjadi berbagai aneka makanan dan dikemas dalam kemasan buah dalam kaleng. PT GGP merupakan perusahaan pengolahan buah nanas dengan produk berupa nanas kaleng. PT GGP telah mengekspor nanas lebih dari ke-50 negara dan menyuplai 15-20% total kebutuhan nanas dunia, 40% diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika Utara, dan 25% lainnya ke Asia Pasifik (Didin dan Sobir 2009). Pada proses produksi nanas kaleng terdapat karakteristik pekerjaan seperti kecepatan, ketepatan dan safety dimana karateristik pekerjaan tersebut berkaitan dengan tuntutan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, maka untuk memenuhi tuntutan pekerjaan tersebut terdapat manusia sebagai operator atau pekerja yang juga memiliki karakteristik seperti karakteristik fisik, fisiologis dan psikologis dimana masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dibutuhkan kesesuaian ergonomis antara karakteristik kerja dengan karakteristik manusia untuk mendapatkan produktivitas yang optimal. Ergonomika sebagai salah satu bidang ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan pekerjaan serta lingkungan kerjanya. Ergonomika dapat diterapkan pada suatu industri sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja. Ergonomi memiliki beberapa cabang ilmu yang dapat menganalisa pengaruh faktor manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Beberapa cabang ilmu tersebut diantaranya yaitu studi gerak, waktu dan beban kerja. Pada penelitian ini, dilakukan pengkajian terhadap karakteristik fisik manusia dengan parameter denyut jantung dari pekerja dalam melakukan proses produksi nanas kaleng. Berdasarkan analisis denyut jantung tersebut dapat diketahui tingkat beban dan kapasitas kerja dari pekerja dalam melakukan kerja, serta bagaimana kesesuaian tuntutan produktivitas yang diharapkan. Perumusan Masalah Tuntutan dan target pekerjaan pada pabrik pengolahan nanas kaleng sangat ditentukan oleh lingkup dan alur kerja yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng. Pada lingkup dan alur kerja tersebut terdapat beban dan waktu kerja yang membutuhkan kesesuaian antara karakteristik kerja dengan karakteristik pekerja untuk mendapatkan produktifitas optimum. Oleh karena itu, diperlukan penerapan ergonomi dalam hal ini kesesuaian fisiologis kerja agar dapat diketahui kebutuhan dan distribusi pekerja pada masing-masing alur kerja. Selain itu, dapat diketahui juga kesesuaian tuntutan produktivitas yang diharapkan dari pabrik pengolahan nanas kaleng.

2 Tujuan Penelitian Tujuan dari peneltian ini adalah: 1. Mengindentifikasi alur dan elemen kerja proses produksi nanas kaleng. 2. Menentukan tingkat kejerihan masing-masing elemen kerja pada proses produksi nanas kaleng. 3. Menentukan laju konsumsi energi pekerja pada elemen kerja proses produksi nanas kaleng. 4. Menentukan total kebutuhan energi pekerja per unit produksi nanas kaleng. 5. Menentukan kapasitas kerja ideal untuk masing-masing elemen kerja. 6. Menentukan kebutuhan tenaga kerja pada setiap elemen kerja sesuai dengan target produksi. 7. Mendesain jumlah dan distribusi tenaga kerja pada setiap elemen kerja untuk mencapai produktivitas optimum. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan kontribusi berupa data mengenai laju konsumsi energi pada proses produksi nanas kaleng ukuran A2 (berat bersih 420 gram). Selain itu, dapat diketahui beban kerja dan kapasitas kerja ideal pekerja pada masing-masing elemen kerja yang berdampak langsung pada peningkatan produktivitas perusahaan. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada permasalahan yang dibahas yaitu: 1. Proses pengolahan yang dimaksud adalah proses produksi nanas kaleng dari proses penumpahan buah nanas di rak bin dumper hingga proses penyimpanan nanas kaleng di warehouse. 2. Analisis laju konsumsi energi dan beban kerja pada aktivitas pengolahan nanas menjadi nanas kaleng. 3. Desain dan distribusi pekerja pada masing-masing elemen kerja yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng TINJAUAN PUSTAKA Pengalengan Buah Nanas Pujimulyani (2009) menjelaskan bahwa nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi dalam bentuk segar atau dikalengkan. Tujuan dilakukannya pengalengan yaitu mengawetkan makan untuk menghindari perubahan warna, tekstur, kimia, dan mikrobiologis. Tahapan proses pengalengan nanas ditunjukkan pada Gambar 1.

3 Pemanenan Pencucian Pemilahan (Sortasi) Pengupasan Preparasi Blanching Pengisian Exhausting Penututupan Kaleng Sterilisasi Gambar 1 Tahapan proses pengalengan nanas (Pujimulyani 2009) Ergonomika Intenational Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain, pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan terhadap kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia. Menurut Syuaib (2003) ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan alat, metode, dan lingkungan dimana mereka melakukan aktivitas agar tercapai kesesuaian yang optimal. Sanders (1993) menyatakan bahwa tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan performansi seluruh sistem kerja dan mengurangi ketegangan pekerja selama melaksanakan pekerjaan tersebut dengan cara menganalisa pekerjaan, lingkungan kerja dan interaksi manusia dengan mesin. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, serta meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, serta desain status kerja untuk alat peraga visual. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja. Adapula contoh lain seperti desain suatu perkakas kerja (handstools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimunkan resiko kesalahan, sehingga didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat (Nurmianto 2004). Beban Kerja Menurut Syuaib (2003), terdapat dua macam terminologi beban kerja, yaitu beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah besarnya total energi yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan parameter TEC (Total Energy Cost), BME (Basal Metabolic Energy), dan WEC (Work Energy Cost). TEC adalah total laju konsumsi energi seseorang untuk melakukan aktivitas. BME adalah laju konsumsi energi seseorang untuk menjalankan proses metabolisme. WEC adalah laju konsumsi energi

4 seseorang saat melakukan kerja atau dengan kata lain respon energi dari tubuh kita terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Beban kerja kualitatif adalah suatu indeks yang mengindikasikan berat atau ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh seseorang. Parameter yang digunakan adalah IRHR (Increase Ratio of Heart Rate). IRHR adalah indeks perbandingan relatif denyut jantung (HR) seseorang saat melakukan suatu aktivitas terhadap denyut jantungnya saat beristirahat (Syuaib 2003). Tabel 1 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR Kategori Nilai IRHR Ringan 1.00 < IRHR < 1.25 Sedang 1.25 < IRHR < 1.50 Berat 1.50 < IRHR < 1.75 Sangat berat 1.75 < IRHR < 2.00 Luar biasa berat 2.00 <IRHR Sumber : Syuiab (2003) Semakin besar beban kerja dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai dengan kebutuhan energi yang semakin besar. Sistem pernafasan akan bergerak lebih cepat, kebutuhan oksigen meningkat, HR akan semakin cepat dan terjadi peningkatan panas pada seluruh tubuh. Kebutuhan bahan bakar bagi tubuh untuk melakukan gerak disalurkan oleh darah melalui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Hal ini berarti meningkatkan kerja jantung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. HR yang tinggi diikuti oleh konsumsi oksigen yang rendah biasanya akan menunjukan kelelahan pada otot, terutama untuk pekerjaan statis (Sanders & Mc Cormick 1993). Kapasitas Kerja Menurut ilmu ergonomika, kerja diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik. Energi yang diperlukan otot untuk melakukan kerja berasal dari proses oksidasi glukosa yang terjadi di dalam tubuh. Konsumsi oksigen akan meningkat secara linier sesuai dengan beban kerja yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat beban kerja yang dialami maka akan semakin meningkat penyerapan oksigen. Menurut Sanders (1993), secara umum konsumsi 1 liter oksigen ekuivalen dengan konsumsi tenaga sebesar 5 kkal. Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi cara yang termudah adalah pengukuran denyut jantung. Menurut Bridger (2003), denyut jantung meningkat sesuai dengan fungsi dari beban kerja dan konsumsi oksigen. Menurut Syuaib (2003), fisiologi kerja merupakan salah satu sub disiplin dalam ilmu ergonomika yang mengkaji tentang kondisi/reaksi fisiologi yang disebabkan beban/tekanan eksternal saat melakukan aktivitas kerja. Kajian fisiologi kerja sangat terkait dengan indikator-indikator metabolik diantaranya adalah Cardiovascular (Denyut Jantung), Respiratory (Pernafasan), Body Temperature (Suhu Tubuh), dan Muscular Act (Aktivitas Otot).

5 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Agustus 2014. Pengambilan data dilakukan di PT GGP Lampung Tengah dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bahan dan Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi Heart Rate Monitor (HRM), Heart Rate Monitor Interface, bangku step-test, digital metronome, stop watch, time study sheet, video recorder, timbangan, meteran, alat tulis, perangkat komputer, dan beberapa perlengkapan pendukung. Subjek Penelitian Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari 5 pria dan 35 wanita yang berusia antara 19 48 tahun. Subjek pada penelitian ini mewakili seluruh pekerja yang terdapat pada alur kerja produksi nanas kaleng. Metode Penelitian Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap. Mulai dari tahap penelitian pendahuluan, pengambilan data, pengolahan data, dan analisis. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengamati proses produksi nanas kaleng dari awal hingga akhir, menentukan subjek dari tiap-tiap alur kerja, dan mengatur jadwal serta mekanisme pengambilan data. Selain itu, dilakukan juga identifikasi elemen-elemen kerja pada proses produksi nanas kaleng. Pengambilan Data Pengambilan data penelitian dilakukan di area pabrik PT GGP. Data yang diambil adalah data denyut jantung pekerja menggunakan HRM. HRM berfungsi untuk mengukur denyut jantung pekerja selama aktivitas kerja setiap 5 detik. HRM terdiri dari bagian rubber belted electrode, sebagai sensor dan transmitter yang dilekatkan pada dada pekerja, dan bagian digital data receiver and memory, yang dipasang pada pergelangan tangan pekerja. Pemasangan rubber belted electrode dan digital data receiver and memory dilakukan sebelum pekerja melakukan aktivitas kerja. Adapun pengambilan data denyut jantung dilakukan pada aktivitas berikut :

6 Mulai Penelitian Pendahuluan (observasi alur kerja, menentukan subjek, jadwal serta mekanisme pengambilan data) Pengambilan Data Data Sekunder Data Alur Kerja Kalibarasi Step-test Aktivitas Kerja Data Subjek (umur, tinggi, berat) Data Denyut Jantung Step-test Parameter Step-test (h; f:15,20, 25; W) Rest Kerja Data Elemen Kerja ST1, ST2, ST3 Rest - WEC ST IRHR work Tingkat Kejerihan BME Data Waktu Baku IRHR ST Kapasitas (kkal/kaleng) Persamaan Korelasi WEC ST dan IRHR ST ATEC ATEC WEC W TEC TEC Berat Badan AKG Waktu Kerja Pabrik 20% 60% Human Output Capacity Waktu Efektif Kapasitas Kerja (kaleng/hari) Rata-rata Berat badan Kapasitas Kerja (kaleng/jam) Alokasi Tenaga Kerja Selesai Gambar 2 Tahapan penelitian

a. Kalibrasi step-test Kalibrasi step-test merupakan suatu metode untuk pengkalibrasian nilai HR, dikarenakan tiap subjek memiliki HR yang berbeda-beda. Step-test dilakukan untuk mengetahui hubungan energi yang dikeluarkan dengan perbedaan laju HR dimana subjek diberikan beban bertingkat naik turun bangku setinggi 30 cm dan diukur denyut jantungnya (Herodian 1995). Ritme kecepatan langkah diatur menggunakan digital metronome yaitu 15 langkah/menit, 20 langkah/menit dan 25 langkah/menit. Kegiatan step-test dilakukan selama 1 jam dimana pada masing-masing frekuensi step-test dilakukan selama 5 menit kemudian diselingi istirahat selama 5-10 menit. b. Pengukuran pada saat aktivitas kerja Setelah melakukan step-test, pekerja langsung melakukan aktivitas pengolahan nanas kaleng pada masing-masing elemen kerja. Lama pengukuran kurang lebih satu jam, dikarenakan dalam satu jam kerja sudah terdapat beberapa kali ulangan. Pengolahan Data Pengukuran beban kerja diawali dengan mengukur dimensi tubuh pekerja meliputi tinggi badan (cm) dan berat badan (kg). Karakteristik pekerja yang diamati adalah jenis kelamin, lama kerja dan umur. Berdasarkan data dimensi tubuh tersebut maka dapat diketahui luas permukaan tubuh dan energi basal (basal metabolic energy) masing-masing pekerja. Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan persamaan Du Bois (Syuaib 2003) pada Persamaan (1): Keterangan: A = luas permukaan tubuh (m 2 ) H = tinggi badan (cm) W = berat badan (kg) A = H 0.725 W 0.425 0.007246 (1) Berdasarkan perhitungan luas permukaan tubuh dapat diketahui laju konsumsi oksigen dengan menggunakan tabel konversi pada Tabel 2. Nilai BME dihitung dengan menggunakan persamaan (3). Tabel 2 Konversi laju konsumsi O 2 (ml/menit) berdasarkan luas permukaan tubuh m 2 1/100 m 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.1 136 137 138 140 141 142 143 145 146 147 1.2 148 150 151 152 153 155 156 157 158 159 1.3 161 162 162 164 166 167 168 169 171 172 1.4 173 174 176 177 178 179 181 182 183 184 1.5 186 187 188 189 190 192 193 194 195 197 1.6 198 199 200 202 203 204 205 207 208 209 1.7 210 212 213 214 215 217 218 219 220 221 1.8 223 224 225 226 228 229 230 231 233 234 1.9 235 236 238 239 240 241 243 244 245 246 *) untuk perempuan nilai VO2 harus dikalikan 0.95 Sumber : Syuaib (2003) 7

8 BME (kkal/menit) = o su si i (2) Data HR sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor personal, psikologis, dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk menghindari subjektivitas nilai HR, maka perlu dilakukan normalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif. Normalisasi nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat kerja terhadap nilai HR pada saat istirahat (Syuaib 2003). Perbandingan tersebut dirumuskan sebagai berikut: IRHR = Keterangan: HRwork = Denyut jantung saat melakukan pekerjaan (bit per min) HRrest = Denyut jantung saat istirahat (bit per min) Nilai IRHR digunakan untuk menentukan kejerihan beban kerja secara kualitatif, selain itu, nilai IRHR juga digunakan untuk mengetahui besarnya laju konsumsi energi saat melakukan kerja. Namun, harus diketahui besarnya laju konsumsi energi pada saat step-test. Laju konsumsi energi pada saat step-test dapat dihitung dengan Persamaan 4 (Kastaman dan Herodian 1998): o s WEC ST =[w x g x 2f x h] / (4.2x1000) (4) Keterangan: WEC ST = Work Energy Cost saat step-test (kkal/menit) w = berat badan (kg) g = percepatan gravitasi h = tinggi bangku step-test (m) f = frekuensi step-test (siklus/menit) 4.2 = faktor kalibrasi dari joule menjadi kalori Setelah diketahui nilai IRHR dan WEC pada saat step-test dapat dihasilkan grafik korelasi linier IRHR dan WEC. Persamaan yang dihasilkan dari grafik korelasi IRHR dan WEC adalah sebagai berikut: Keterangan: Y = IRHR X = WEC (kkal/min) (3) Y= ax + b (5) Nilai IRHR saat melakukan kerja dimasukan kedalam persamaan korelasi maka diperoleh laju konsumsi energi pada saat melakukan kerja. Total energi yang sebenarnya dikeluarkan oleh pekerja (TEC) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (6). Keterangan: WEC = Work Energy Cost (kkal/min) TEC = WEC+ BME (6)

TEC = Total Energy Cost (kkal/min) BME = Basal Metabolic Energy (kkal/min) 9 Berat badan seseorang mempengaruhi beban kerja yang diterima. Oleh karena itu, untuk mengetahui nilai beban kerja yang sebenarnya pengaruh berat badan harus ditiadakan u TEC. Nilai TEC dihitung dengan menggunakan Persamaan (7) sebagai berikut: Katerangan: TEC = Total Energy Cost per Weight (kkal / kg.min) W = Berat badan pekerja (kg) TEC = TEC / W (7) Kapasitas kerja dapat diketahui dengan mencari besarnya energi yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 nanas kaleng. Besarnya energi per kaleng dapat dicari dengan Persamaan (8) sebagai berikut: Energi per kaleng = (ATEC / 60 detik) * Waktu Baku (8) Keterangan: Energi per kaleng ATEC Waktu Baku = Energi untuk memproduksi 1 nanas kaleng (kkal/kaleng) = Total laju konsumsi energi per elemen kerja (kkal/menit) = Waktu untuk memproduksi 1 nanas kaleng (detik/kaleng) ATEC didapatkan dengan merata-ratakan i i TEC pekerja yang terdapat pada elemen kerja yang sama s hi gg did p ATEC ( / g. i ). ATEC dikalikan dengan rata-rata berat badan pekerja yang berada pada elemen kerja yang sama sehingga akan didapatkan ATEC. Kapasitas kerja dapat dihitung dengan membagi human output capacity (energi yang tersedia untuk melakukan kerja) sebesar 20% dari nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) dengan energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng. Besarnya kapasitas kerja dapat dihitung dengan Persamaan (9) sebagai berikut: Kapasitas Kerja per Hari = E gi p g Dimana : Kapasitas Kerja per hari = kemampuan produksi (kaleng/orang.hari) Human Output Capacity = energi untuk melakukan kerja (kkal/hari) (9) Kapasitas kerja per orang per jam dapat dihitung dengan membagi kapasitas kerja per orang per hari dengan waktu kerja efektif yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng. Kapasitas Kerja per Jam = W u E i Dimana: Kapasitas kerja per Jam = kemampuan produksi (kaleng/orang.jam) Waktu kerja efektif = 60% dari waktu kerja total (10)

10 HASIL DAN PEMBAHASAN Elemen Kerja Produksi Nanas Kaleng Produksi nanas kaleng adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari penumpahan nanas di rak bin dumper sampai penyimpanan. Proses produksi nanas kaleng difokuskan pada kaleng ukuran A2 (420 gram). Elemen kerja yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng yaitu berjumlah 22 elemen kerja dapat dilihat pada Gambar 3. 1 Feeding Conveyor (FC) 2 Preparation (Pr) 4 Cutting Crush (CC) 3 Peeling (Pe) 5 Seleksi Chunk (S C ) 6 Seleksi Tidbit (S Tb ) Gambar 3 Alur produksi nanas kaleng

11 8 Seleksi Standard (SSt) 7 Seleksi Choice (S Ch ) 9 Pocking (Po) 10 Susun Warna (SW) 12 Susun Nampan (SN) 11 Feeding Slice (FS) 13 Transporting (Tr) 14 Transporting Seamer (TrS) Gambar 3 Alur produksi nanas kaleng (lanjutan)

12 16 Sortir 1 (S1) 15 Feeding Seamer (FeS) 17 Seaming (OS) 18 Cooking (OC) 19 Sortir 2 (S2) 20 Palleting Atas (PA) 21 Palleting Bawah (PB) 22 Transporting Pallet (TP) Gambar 3 Alur produksi nanas kaleng (lanjutan)

Elemen kerja tersebut didefinisikan berdasarkan karakteristik kerjanya. Tujuan pendefinisian elemen kerja adalah untuk mempermudah mengetahui sekuensi kerja dari masing-masing alur kerja. Definisi dari masing-masing elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Definisi masing-masing elemen kerja Elemen Kerja Definisi Lambang Feeding Menumpahkan nanas ke konveyor FC Conveyor Preparation Pencucian nanas, sortasi dan grading Pr Peeling Mengupas kulit nanas Pe Cutting Crush Membuang bagian nanas yang memar CC Seleksi Chunk Menyeleksi irisan nanas untuk produk chunk S C Seleksi Tidbit Menyeleksi irisan nanas untuk produk tidbit S Tb Seleksi Choice Menyeleski irisan nanas kriteria choice S Ch Seleksi Menyeleksi irisan nanas kriteria standard S St Standard Pocking Membuang mata nanas Po Susun Warna Menyusun irisan nanas berdasarkan keseragaman warna S W Feeding Slice Mengumpankan irisan nanas ke kaleng FS Susun Nampan Menyusun nanas kaleng ke nampan SN Transporting Memindahkan nanas dari stasiun line ke Tr antrian stasiun seamer Transporting Memindahkan nanas kaleng dari antrian Seamer stasiun seamer ke seamer TrS Feeding Seamer Mengumpankan nanas kedalam mesin FeS seamer Sortir Kaleng Mensortir kaleng rusak sebelum pemasakan S 1 Seaming Operator mesin seamer OS Cooking Operator mesin cooker OC Sortasi kaleng Mensortir kaleng rusak sesudah pemasakan S 2 Palleting atas Menyusun nanas di atas karton PA Palleting bawah Menyusun karton diatas tumpukan nanas PB Transporting Memindahkan nanas ke tempat TP Pallet penyimpanan 13 BME (Basal Metabolic Energy) BME merupakan energi yang digunakan oleh seseorang untuk menjalankan aktivitas metabolisme. Pengukuran BME digunakan untuk menghitung nilai TEC. BME dihitung dengan melakukan pengukuran dimensi tubuh meliputi berat dan tinggi badan sehingga didapatkan luas permukaan tubuh. Nilai BME diketahui dari pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME ekuivalen VO 2 pada Tabel 2 berdasarkan luas permukaan tubuh. Data karakteristik fisik dan nilai BME dari masing-masing pekerja yang diukur dapat dilihat pada Tabel 4.

14 Tabel 4 Karakteristik fisik dan nilai BME masing-masing pekerja Subjek Elemen Jenis Berat Badan Tinggi BME Usia Kerja Kelamin (kg) (cm) (kkal/menit) A1 Pria 39 57 162 1.00 FC A2 Pria 48 76 164 1.14 B1 Pr Pria 29 70 166 1.11 C1 Wanita 26 47 163 0.87 C2 Wanita 30 58 155 0.93 Pe C3 Wanita 23 49 158 0.87 C4 Wanita 44 66 150 0.96 D1 Wanita 26 48 159 0.87 CC D2 Wanita 28 83 153 1.07 E1 Wanita 26 50 154 0.86 S E2 C Wanita 32 53 152 0.88 F1 Wanita 43 68 151 0.97 S F2 Tb Wanita 45 59 158 0.95 G1 Wanita 33 44 153 0.82 S G2 Ch Wanita 40 66 154 0.97 H1 S St Wanita 35 69 153 0.99 I2 Wanita 21 57 157 0.93 I2 Wanita 22 58 155 0.93 Po I3 Wanita 27 56 154 0.91 I4 Wanita 20 47 156 0.85 J1 Wanita 30 52 146 0.85 SW J2 Wanita 25 37 143 0.72 K1 Wanita 33 44 153 0.82 K2 FS Wanita 27 56 154 0.91 K3 Wanita 22 58 155 0.93 L1 SN Wanita 27 56 154 0.91 M1 Tr Wanita 23 44 150 0.80 N1 Wanita 28 52 163 0.92 TrS N2 Wanita 22 50 159 0.89 O1 FeS Wanita 21 64 160 0.99 P1 S1 Wanita 19 52 165 0.92 Q1 OS Wanita 34 48 150 0.84 R1 OC Pria 36 72 163 1.11 S1 Wanita 32 50 155 0.87 S2 S2 Wanita 28 65 169 1.04 T1 Wanita 32 50 155 0.87 PA T2 Wanita 28 65 169 1.04 U1 Wanita 27 69 156 1.00 PB U2 Wanita 31 56 153 0.90 V1 TP Pria 45 66 161 1.06 Berdasarkan Tabel 4 terdapat hubungan antara berat badan dan tinggi badan seseorang dengan nilai BME. Semakin besar berat badan dan tinggi seseorang maka nilai BME-nya juga semakin besar. Jenis kelamin juga mempengaruhi nilai BME, dimana pada umumnya pekerja berjenis kelamin pria memiliki nilai BME

lebih besar dibandingkan dengan pekerja wanita. Jumlah pekerja pada masingmasing elemen kerja berbeda. Selain itu, terdapat elemen kerja yang hanya dikerjakan oleh pria dan elemen kerja yang hanya dikerjakan wanita. 15 Kalibrasi Subjek Penelitian Kalibrasi subjek penelitian dilakukan karena setiap individu memiliki perbedaan dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Respon setiap individu terhadap suatu pengaruh kerja ataupun pembebanan tidak akan sama. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti keadaan fisik, mental maupun fisiologi dari individu tersebut. Tentu saja faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi besarnya nilai HR. Salah satu metode yang dapat digunakan agar setiap individu dapat menghasilkan HR yang akurat adalah dengan metode step-test. Berikut ini adalah contoh grafik pengukuran HR dengan metode step-test untuk subjek C2 yang disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Grafik denyut jantung subjek C2 saat step-test Pada Gambar 4 terlihat saat melakukan ST1 pekerja masih memiliki energi untuk menahan beban yang terjadi pada tubuhnya, kemudian HR turun secara perlahan. Namun, pada saat ST3 cekungan pada grafik terlihat tajam. Hal ini menunjukan bahwa tubuh pekerja sudah mengalami beban yang cukup besar dan jika diteruskan dapat memungkinkan terjadinya kehilangan kesadaran. Masingmasing pekerja memiliki peningkatan HR yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi dari masing-masing pekerja, misalnya karakteristik fisik pekerja yang meliputi umur, berat badan, tinggi subjek, dan sikap kerja dari tiaptiap pekerja. Setelah itu, dilakukan penghitungan IRHR dan WEC pada saat steptest menggunakan Persamaan (3) dan Persamaan (4). Nilai IRHR dan WEC pada saat melakukan step-test masing-masing pekerja dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 nilai IRHR dan WEC saat step-test setiap individu berbeda. Semakin besar frekuensi step-test menyebabkan nilai WEC menjadi semakin besar. Pada Subjek A1 dan F1 nilai dari IRHR menunjukan perbedaan

16 yang besar. Respon subjek dalam menanggapi pembebanan kerja saat step-test tidak sama. Subjek A2 lebih bisa mengatasi pembebanan kegiatan step-test sedangkan subjek F1 menanggapi kegiatan step-test sebagai pembebanan yang cukup tinggi. Tabel 5 Nilai IRHR dan WEC pada saat step-test Subjek Elemen HR IRHR WEC (kkal/menit) Kerja Rest ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 A1 78 104 113 133 1.33 1.45 1.71 1.20 1.60 2.00 FC A2 75 111 127 143 1.48 1.69 1.91 1.60 2.13 2.66 B1 Pr 51 98 107 126 1.92 2.10 2.47 1.47 1.96 2.45 C1 64 122 149 165 1.91 2.33 2.58 0.99 1.32 1.65 C2 86 135 153 167 1.57 1.78 1.94 1.22 1.62 2.03 Pe C3 81 139 156 173 1.72 1.93 2.14 1.03 1.37 1.72 C4 93 150 176 188 1.61 1.89 2.02 1.39 1.85 2.31 D1 79 144 148 167 1.82 1.87 2.11 1.01 1.34 1.68 CC D2 99 143 159 163 1.44 1.61 1.65 1.74 2.32 2.91 E1 69 151 159 178 2.19 2.30 2.58 1.05 1.40 1.75 S E2 C 70 155 172 185 2.21 2.46 2.64 1.11 1.48 1.86 F1 61 155 176 193 2.54 2.89 3.16 1.43 1.90 2.38 S F2 Tb 71 125 142 160 1.76 2.00 2.25 1.24 1.65 2.07 G1 96 144 155 170 1.50 1.61 1.77 0.92 1.23 1.54 S G2 Ch 95 146 169 163 1.54 1.78 1.72 1.39 1.85 2.31 H1 S St 80 149 181 189 1.86 2.26 2.36 1.45 1.93 2.42 I2 74 138 156 179 1.86 2.11 2.42 1.20 1.60 2.00 I2 73 142 168 184 1.95 2.30 2.52 1.22 1.62 2.03 Po I3 81 132 144 168 1.63 1.78 2.07 1.18 1.57 1.96 I4 74 134 149 166 1.81 2.01 2.24 0.99 1.32 1.65 J1 73 135 157 180 1.85 2.15 2.47 1.09 1.46 1.82 SW J2 77 124 139 168 1.61 1.81 2.18 0.78 1.04 1.30 K1 96 144 155 170 1.50 1.61 1.77 0.92 1.23 1.54 K2 FS 81 132 144 168 1.63 1.78 2.07 1.18 1.57 1.96 K3 73 142 168 184 1.95 2.30 2.52 1.22 1.62 2.03 L1 SN 81 132 144 168 1.63 1.78 2.07 1.18 1.57 1.96 M1 Tr 93 125 137 154 1.34 1.47 1.66 0.92 1.23 1.54 N1 82 130 158 178 1.59 1.93 2.17 1.09 1.46 1.82 TrS N2 84 130 148 166 1.55 1.76 1.98 1.05 1.40 1.75 O1 FeS 82 131 155 174 1.60 1.89 2.12 1.34 1.79 2.24 P1 S1 96 147 155 176 1.53 1.61 1.83 1.09 1.46 1.82 Q1 OS 70 123 139 145 1.76 1.99 2.07 1.01 1.34 1.68 R1 OC 79 126 138 167 1.59 1.75 2.11 1.51 2.02 2.52 S1 92 124 143 157 1.35 1.55 1.71 1.05 1.40 1.75 S2 S2 83 121 136 148 1.46 1.64 1.78 1.37 1.82 2.28 T1 92 124 143 157 1.35 1.55 1.71 1.05 1.40 1.75 PA T2 83 121 136 148 1.46 1.64 1.78 1.37 1.82 2.28 U1 66 119 142 160 1.80 2.15 2.42 1.45 1.93 2.42 PB U2 79 145 168 180 1.84 2.13 2.28 1.18 1.57 1.96 V1 TP 74 109 125 135 1.47 1.69 1.82 1.39 1.85 2.31

IRHR Berdasarkan nilai IRHR dan WEC tersebut diperoleh persamaan hubungan IRHR dan WEC. Bentuk persamaan hubungan tersebut yaitu Y = ax + b, dimana Y merupakan nilai IRHR dan X merupakan nilai WEC ST. Berikut contoh grafik hubungan antara IRHR dan WEC untuk subjek F1 dapat dilihat pada Gambar 5 dan persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC dapat dilihat pada Tabel 6. 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 y = 0.9323x + 1.0662 R² = 0.9851 0 0.5 1 1.5 2 2.5 WECST (kkal/menit) Gambar 5 Grafik hubungan IRHT dengan WEC pada saat step-test subjek F1 Tabel 6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC saat step-test Subjek Elemen Kerja Persamaan R 2 A1 y = 0.3328x + 0.9734 0.962 Fc A2 y = 0.3366x + 0.9829 0.994 B1 Pr y = 0.5888x + 1.007 0.994 C1 y = 0.9736x + 0.9922 0.996 C2 y = 0.4685x + 1.0021 0.999 Pe C3 y = 0.6659x + 1.0093 0.999 C4 y = 0.4538x + 1.0027 0.994 D1 y = 0.3813x + 1.038 0.972 CC D2 y = 0.2335x + 1.0173 0.980 E1 y = 0.911x + 1.0616 0.973 S E2 C y = 0.9131x + 1.0622 0.977 F1 y = 0.9323x + 1.0662 0.985 S F2 Tb y = 0.6065x + 1.002 1.000 G1 y = 0.5001x + 1.0093 0.997 S G2 Ch y = 0.3418x + 1.0342 0.929 H1 S St y = 0.5897x + 1.0174 0.985 I2 y = 0.6659x + 1.0093 0.999 I2 y = 0.764x + 1.0113 0.997 Po I3 y = 0.5331x + 0.9934 0.993 I4 y = 0.7599x + 1.0169 0.997 J1 y = 0.8011x + 0.9917 0.999 SW J2 y = 0.8742x + 0.9707 0.983 K1 y = 0.5001x + 1.0093 0.997 K2 Fs y = 0.5331x + 0.9934 0.993 K3 y = 0.764x + 1.0113 0.997 L1 SN y = 0.5331x + 0.9934 0.993 M1 Tr y = 0.4139x + 0.9858 0.989 17

18 Tabel 6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC saat step-test (lanjutan) Subjek Elemen kerja Persamaan Korelasi R 2 N1 y = 0.6413x + 0.9704 0.987 TrS N2 y = 0.5539x + 0.9898 0.998 O1 FeS y = 0.4997x + 0.9808 0.994 P1 S1 y = 0.4477x + 1.006 0.991 Q1 OS y = 0.6651x + 1.0332 0.981 R1 OC y = 0.4216x + 0.9765 0.980 S1 y = 0.4015x + 0.9806 0.985 S2 S2 y = 0.3461x + 0.9974 0.999 T1 y = 0.4015x + 0.9806 0.985 PA T2 y = 0.3461x + 0.9974 0.999 U1 y = 0.5915x + 0.9876 0.998 PB U2 y = 0.6712x + 1.0208 0.993 V1 TP y = 0.3614x + 0.9957 0.997 Perbedaan nilai kenaikan IRHR terhadap beban kerja dapat dilihat dari nilai slope yang berbeda-beda dari setiap subjek, semakin curam kemiringannya maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap tingkat beban kerja (WEC). Nilai slope (a) paling besar tedapat pada subjek C1, yaitu sebesar 0.9736. Hal ini menandakan bahwa penambahan beban step-test dari frekuensi yang berbeda menyebabkan meningkatnya nilai IRHR menjadi lebih berat dari sebelumnya. Nilai b umumnya akan mendekati angka satu. Hal ini menunjukkan nilai HR subjek saat tidak bekerja sama dengan atau mendekati HR saat dalam kondisi istirahat. Ketika nilai x sama dengan nol menunjukan bahwa subjek dalam keadaan istirahat sehingga nilai y (IRHR) adalah sebesar b. Pada hasil hubungan kolerasi antara IRHR dan WEC diperoleh titik-titik yang mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan atau kolerasi positif yang tinggi antara IRHR dan WEC. Korelasi positif dimaksudkan bahwa semakin besar nilai x. maka akan semakin besar nilai y, begitu juga sebaliknya. Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi x terhadap variasi/keragaman. Koefisien determinasi juga dapat diartikan sebagai koefisien korelasi linier sebagai ukuran hubungan linier antara dua peubah acak x dan y. Nilai dari koefisien determinasi tersebut berkisar dari nol sampai dengan satu (0<R 2 <1). Jika semakin tinggi nilai koefisiennya atau mendekati 1, maka akan semakin besar persentase nilai-nilai y di antara keragamannya yang dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan variabel x. Tingkat Kejerihan Pengukuran tingkat kejerihan dilakukan sama seperti pada saat kegiatan step-test. Data HR diambil dengan cara melihat HR yang relatif stabil saat proses kerja berlangsung. Nilai IRHR aktivitas produksi nanas kaleng didapat dengan membandingkan HR pada saat kerja terhadap HR pada saat istirahat dari setiap pekerja. Nilai IRHR dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan contoh perhitungan

FC Pr Pe CC Sc STb SCh SSt Po Sw FS SN Tr TrS FeS S1 Os Oc S2 PA PB TP IRHR nilai IRHR dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai IRHR pada masing-masing elemen kerja ditunjukan pada Gambar 6. 19 1.80 1.60 1.40 1.20 1.65 1.50 1.53 1.53 1.46 1.46 1.49 1.51 1.53 1.45 1.39 1.43 1.35 1.29 1.33 1.20 1.22 1.23 1.13 1.12 1.14 1.19 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 Elemen Kerja = Ringan = Sedang = Berat Gambar 6 Grafik tingkat kejerihan berdasarkan nilai IRHR pada masing-masing elemen kerja Berdasarkan nilai IRHR elemen kerja pada proses produksi nanas kaleng memiliki range antara 1.13 kkal/menit 1.65 kkal/menit yang dikategorikan pekerjaan ringan sampai berat. Elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan paling berat adalah elemen kerja S C. Elemen kerja S C memiliki karakteristik kerja mengambil irisan nanas chunk yang diiris menggunakan mesin dengan cepat sehingga pekerja pada elemen kerja ini tidak hanya dikenai beban kerja fisik dan fisiologis namun juga dikenai beban beban mental. Elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan paling ringan adalah elemen kerja FC. Karakterisitik pekerjaan pada elemen kerja FC adalah mengoperasikan mesin konveyor sehingga pekerja hanya dikenai beban kerja mental. Pada Gambar 6, terdapat 6 elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan berat yaitu elemen kerja Pr, S C, S Tb, SW, FeS dan PB, sepuluh elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan sedang yaitu S St, Po, FS, SN, Tr, TrS, S1, OS, OC, TP, dan 6 elemen kerja dikategorikan pekerjaan ringan yaitu elemen kerja FC, Pe, CC, S Ch, S2 dan PA dimana pada elemen kerja tersebut dikerjakan oleh mesin. Laju Konsumsi Energi Laju konsumsi energi merupakan besarnya energi yang dikeluarkan oleh pekerja dalam waktu tertentu. Laju konsumsi energi pada setiap elemen kerja dapat diketahui dengan mengetahui besarnya WEC. Setelah itu, TEC diperoleh dengan menjumlahkan WEC dengan BME. Berat badan dari masing-masing pekerja mempengaruhi konsumsi energinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui

FC Pr Pe CC SC STb SCh SSt Po Sw FS SN Tr TrS FeS S1 Os Oc S2 PA PB TP Laju Konsumsi Energi (kkal/menit) 20 beban kerja yang sebenarnya diterima oleh seseorang saat melakukan aktivitas maka pengaruh berat badan harus dihilangkan. Pada dasarnya berat badan seseorang juga akan menjadi beban bagi dirinya sendiri karena berat badan mencerminkan kebutuhan oksigen yang diperlukan. Sehingga nilai TEC harus dibagi dengan berat badan yang akan menghasilkan TEC. Laju konsumsi energi setiap pekerja dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan contoh perhitungan laju konsumsi energi dapat dilihat pada Lampiran 5. Laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja ditunjukkan pada Gambar 7. 2.50 2.00 1.50 1.53 1.96 1.49 1.59 1.27 1.38 1.43 1.73 1.47 1.47 1.26 1.78 2.02 1.53 2.04 1.56 1.44 2.16 1.50 1.38 1.81 1.98 1.00 0.50 0.00 Elemen Kerja Gambar 7 Grafik laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja Berdasarkan Gambar 7, laju konsumsi energi pada proses produksi nanas kaleng yaitu 1.25 kkal/menit sampai 2.16 kkal/menit. Laju konsumsi terbesar dimiliki oleh elemen kerja OC yaitu sebesar 2.16 kkal/menit, sedangkan laju konsumsi energi terkecil dimiliki oleh elemen kerja Pe dan Fs yaitu sebesar 1.25 kkal/menit. Karakteristik pekerjaan pada elemen kerja OC adalah mengoperasikan mesin pemasakan yang membutuhkan konsentrasi untuk mengatur parameterparameter suhudan produk yang akan masuk ke stasiun pemasakan. Selain itu, pekerja juga harus berpindah-pindah, dikarenakan posisi mesin yang berjauhan. Oleh sebab itu, laju konsumsi energi pada elemen kerja ini relatif besar karena pekerja pada elemen kerja ini tidak hanyak dikenai beban kerja fisik namun juga beban kerja mental. Sementara itu, pada elemen kerja Pe dan Fs karakteristik pekerjaannya yaitu mengumpankan buah nanas ke mesin peeling satu persatu namun pekerja tidak perlu memperhitungkan posisi mesin pemotong sehingga pekerja pada elemen kerja tersebut hanyak dikenai beban kerja fisik. Setelah didapatkan laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja, maka dapat dihitung konsumsi energi untuk menghasilkan satu nanas kaleng. Total konsumsi energi untuk memproduksi satu nanas kaleng dari elemen adalah sebesar 0.7144 kkal. Contoh perhitungan energi per kaleng ditunjukkan pada Lampiran 5. Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng pada masing-masing elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Energi per kaleng masing-masing elemen kerja Elemen Kerja Waktu Baku (detik/kaleng)* Energi per Kaleng (kkal/kaleng) FC 0.0920 0.0024 Pr 0.0400 0.0013 Pe 1.1520 0.0240 CC 1.1450 0.0268 S C 1.1580 0.0293 S Tb 1.1620 0.0308 S Ch 1.1630 0.0272 S St 1.1240 0.0281 Po 7.6890 0.1864 S W 1.1560 0.0282 FS 1.7670 0.0369 S N 1.9040 0.0609 Tr 1.7630 0.0595 TrS 0.9090 0.0231 FeS 0.6030 0.0193 S 1 0.7570 0.0197 O S 0.7270 0.0182 O C 0.6310 0.0227 S 2 0.6240 0.0143 P A 0.6310 0.0157 P B 0.6310 0.0188 T P 0.6310 0.0208 TOTAL 27.489 0.7144 *) sumber : Novistiara (2014) 21 Kapasitas Kerja Kapasitas merupakan jumlah nanas kaleng yang dapat diproduksi oleh pekerja pada setiap elemen kerja selama waktu kerja. Kapasitas kerja dapat dihitung dengan mengetahui konsumsi energi pada berbagai jenis pekerjaan, jenis makanan dan minuman yang harus disediakan untuk keperluan pengadaan energi. Jumlah energi yang dianjurkan agar semua orang dapat hidup sehat dan beraktivitas dengan baik ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Kapasitas didapatkan dengan menggunakan besarnya energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng dan human output capacity. Human output capacity dan contoh perhitungan kapasitas kerja pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Kapasitas kerja pada proses produksi nanas kaleng ditujukan pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8, tiap elemen kerja memiliki kapasitas yang berbeda. Hal ini karena karakteristik pekerjaan dari tiap-tiap elemen tersebut berbeda. Elemen kerja yang mempunyai kapasitas terbesar adalah elemen kerja Pr sebesar 70,390 kaleng/jam, sedangkan elemen kerja yang mempunyai kapasitas terkecil adalah elemen kerja susun nampan (SN) sebesar 1,231 kaleng/jam. Secara umum elemen kerja yang karakteristik pekerjaannya dikerjakan oleh mesin memiliki kapasitas yang lebih besar daripada pekerjaannya yang dikerjakan secara manual.

FC Pr Pe CC SC STb SCh SSt Po SW FS SN Tr TrS FeS S1 OS OC S2 PA PB TP Alokasi Tenaga Kerja (orang) FC Pr Pe CC Sc STb SCh SSt Po Sw FS SN Tr TrS FeS S1 Os Oc S2 PA PB TP Kapasitas Kerja (ribu kaleng/orang.jam) 22 80 70 70.4 60 50 40 37.1 30 20 10 0 3.0 2.8 2.5 2.3 2.6 2.6 2.0 2.6 2.0 1.2 1.5 3.2 3.9 4.6 4.8 3.9 5.1 4.7 3.9 4.2 Elemen Kerja Gambar 8 Grafik kapasitas kerja masing-masing elemen kerja Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja Perencanaan kebutuhan tenaga kerja dalam industri produksi nanas kaleng ditujukan untuk mengetahui berapa jumlah nanas kaleng yang dapat diproduksi dalam satu hari. Pada proses produksi nanas kaleng terdapat beberapa elemen kerja dimana tiap elemen kerja mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, untuk melakukan perencanaan tenaga kerja harus diketahui kapasitas dari tiap-tiap elemen kerja tersebut. Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 9. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2 1 14 15 17 18 16 17 21 17 21 34 28 13 11 10 9 11 9 9 11 10 Elemen Kerja Gambar 9 Alokasi tenaga kerja berdasarkan kapasitas dan target produksi Berdasarkan Gambar 9, elemen kerja yang membutuhkan tenaga kerja paling sedikit adalah elemen kerja Pr sebanyak satu orang pekerja dikarenakan pada elemen kerja tersebut memiliki kapasitas sebesar 70,390 kaleng/jam. Sementara itu, elemen kerja yang membutuhkan tenaga kerja paling banyak

adalah elemen kerja SN sebanyak 34 orang dikarenakan kapasitas pada elemen kerja tersebut hanya sebesar 1,231 kaleng/jam. Elemen kerja yang berada pada stasiun yang sama memiliki jumlah tenaga kerja yang hampir sama seperti pada elemen kerja Pe, CC, SC, STb, SCh, SSt, SW yang berada pada setasiun line nanas, elemen kerja FeS, S1 dan OS yang berada pada stasiun seamer dan elemen kerja S2, PA, PB, TP yang berda pada stasiun palleting. 23 Perbandingan Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Waktu Baku dan Analisis Beban Kerja Pada penelitian sebelumnya, tentang studi waktu pada proses pengolahan nanas didapatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng yaitu berjumlah 332 orang, sedangkan pada analisis beban kerja dibutuhkan 315 orang. Setiap elemen kerja memiliki karakteristik pekerjaan yang berbeda-beda tergantung tuntutan yang terdapat pada elemen kerja tersebut. Oleh karena itu, untuk pendisitribusian tenaga kerja yang optimal maka dilakukan analisis terhadap masing-masing elemen kerja sesuai dengan karakteristikkarakteristik tersebut. Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan waktu baku dengan jumlah tenaga kerja berdasarkan beban kerja dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis waktu baku dan analisis beban kerja Alokasi Tenaga Kerja (orang) Elemen kerja Analisis Beban Kerja Analisis Waktu Baku* Analisis Beban Kerja dan Waktu Baku FC 2 2 2 Pr 1 1 1 Pe 14 14 14 CC 15 14 15 S C 17 14 17 S Tb 18 14 18 S Ch 16 14 16 S St 17 14 17 Po 21 90 90 S W 17 14 17 FS 22 21 22 S N 34 23 34 Tr 28 21 28 TrS 13 11 13 FeS 11 7 11 S 1 10 9 10 O S 9 9 9 O C 11 8 11 S 2 9 8 9 P A 9 8 9 P B 11 8 11 T P 10 8 10 TOTAL 315 332 383 *) Sumber: Novistiara (2014)

24 Berdasarkan Tabel 8, kebutuhan tenaga kerja pada elemen kerja FC, Pr, Pe, dan Os baik berdasarkan analisis beban kerja maupun analisis waktu baku berjumlah sama. Hal ini menandakan karakteristik kerja dengan karakteristik manusia pada elemen kerja tersebut sesuai secara ergonomis atau tuntutan kualitas dan kuantitas produk sama pentingnya. Pada elemen kerja Cc, Sc, Sst, Stb, Sch, SW, Fs, SN, Tr, TrS, FeS, S1, Oc, S2, Pa, Pb, dan TP, jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis beban kerja lebih banyak dibandingkan analisis waktu baku. Hal ini dikarenakan, waktu untuk memprodukasi satu nanas kaleng sangat cepat yang terkait dengan banyaknya produk yang dihasilkan. Faktor kecepatan tersebut mempengaruhi karakteristik fisik dan fisiologis pekerja yang menyebabkan energi yang dikeluarkan pekerja untuk memproduksi satu nanas kaleng cukup besar sehingga kebutuhan tenaga kerjanya lebih banyak dibandingkan analisis waktu baku. Oleh karena itu, untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng faktor tenaga menjadi faktor pembatas pada elemen kerja tersebut. Pada elemen kerja pocking, kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktu baku lebih banyak dibandingkan beban kerja. Elemen kerja pocking memiliki karakteristik pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan safety yang berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan. Faktor ketelitian tersebut berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng. Namun, dengan waktu kerja yang lama beban yang diterima pekerja relatif kecl sehingga laju konsumsi energi pekerja juga kecil. Oleh karena itu, untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng karakteristik waktu dan ketelitian menjadi faktor pembatas. Berdasarkan analisis tersebut didapakan distibusi tenaga kerja yang optimal sebanyak 383 orang, sedangkan jumlah tenaga yang ada di perusahaan saat ini berjumlah 384 orang sehingga kondisi yang ada pada saat ini dapat dikatakan sudah baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dari ke-22 elemen kerja yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng diketahui sebanyak enam elemen kerja yaitu, FC, Pe, CC, S Ch, S2, PA dikategorikan sebagai pekerjaan ringan, 10 Elemen kerja yaitu S St, Po, FS, SN, Tr, TrS, FeS, S1, OS, OC, TP dikategorikan pekerjaan sedang dan 6 elemen kerja yaitu Pr, S c,s Tb, SW, FeS dan PB dikategorikan pekerjaan berat. 2. Tingkat kejerihan berdasarkan beban kerja kualitatif pada proses produksi nanas kaleng ukuran A2 berselang antara 1.13 1.65 kkal/menit dikategorikan sebagai pekerjaan ringan sampai berat. 3. Laju konsumsi energi berdasarkan beban kerja kuantitatif berada pada 1.25 kkal/menit sampai 2.16 kkal/menit. 4. Total energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu nanas kaleng ukuran A2 adalah sebesar 0.7144 kkal. 5. Kapasitas terbesar terdapat pada elemen kerja Preparation, sedangkan kapasitas terkecil terdapat pada elemen kerja Susun Nampan