PENERAPAN KOMPOSISI DINAMIK PADA FILM DOKUMENTER SOLO ECO CITY. S.Sos., M.I.Kom

dokumen-dokumen yang mirip
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB VI PENUTUP

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

PAV SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan.

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber : Gambar 1.2 Pantai Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Memahami Film bahwa, masingmasing

BAB VI PENUTUP UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REVIEW TUGAS AKHIR AUDIO VISUAL PROGRAM DOKUMENTER SOLO ECO-CITY TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL II

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah tipe penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRITIK POPULER FILM DOKUMENTER WARISAN SANG EMPU

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi

mari membuat video cara praktis membuat video dan foto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling

Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Orisinalitas (State of the Art)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi merupakan media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB I PENDAHULUAN. daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus. 1 Gambar bergerak adalah bentuk

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN VIDEO PROFILE PRODUK SOLAR PANEL TENAGA SURYA PT. INDOGREEN TECHNOLOGY AND MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI

BAB I PENDAHULUAN. video dan audio video (film). Selama ini kebanyakan orang tidak menyadari hal itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM KOMEDI K-POP DI GLOBAL TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini, media komunikasi berkembang secara menonjol

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

(4) BENTUK PEMBELA JARAN. Diskusi. Ceramah Diskusi Menonton. Ceramah Diskusi Menonton

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Liestia Lestari, 2013

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

JURNAL TUGAS AKHIR PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER LAPORAN PERJALANAN PULANG KAMPUNG DESA AIR BATU DENGAN STRUKTUR BERTUTUR TEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan antara unsur audio dan visual. Dengan adanya unsur tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP

Transkripsi:

PENERAPAN KOMPOSISI DINAMIK PADA FILM DOKUMENTER SOLO ECO CITY 1 Rizca Haqqu, S.Sn., M.I.Kom, 2 Freddy Yusanto, S.Sos, M.Ds, 3 Dimas Satrio Wijaksono,. S.Sos., M.I.Kom 1 Telkom University, Bandung, Jawa Barat, 2 Telkom University, Bandung, Jawa Barat, 3 Telkom University, Bandung, Jawa Barat 1 rizcahaqqu@gmail.com, 2 fredyusanto@gmail.com, 3 dimaswijaksono@gmail.com Abstrak: Film dokumenter selama ini dianggap sebagai sebuah realitas murni yang dituangkan dalam sebuah tayangan audio visual sebagai jenis representasi lain dari realita itu sendiri. Salah satu karya film Dokumenter yang mengungkap realita tentang tatanan kota hijau yaitu Solo Eco Ciy. Pada film tersebut penulis bermaksud untuk mendeskripsikan penerapan komposisi Dinamik pada setiap Teknik pengambilan gambarnya. Pada film Dokumenter Solo Eco City, komposisi dinamik diganakan untuk menempatkan obyek pada sepertiga bidang garis imajiner atau biasa disebut dengan Rule of thirds. Penempatan obyek pada salah satu pada empat buah titik simpang dimaksudkan untuk menciptakan ruang kosong atau arah gerak. Penerapan komposisi Dinamik pada film Dokumenter Solo Eco City ini bermaksud memaksimalkan ruang kosong atau arah gerak sebagai background yang mampu memberikan motivasi serta penekanan pada obyek utama. Kata Kunci: Dokumenter, Komposisi Dinamik, Solo Eco City. Article Info Received date: 10 Nov 2020 Revised date: 12 Dec 2020 Accepted date: 24 Dec 2020

PENDAHULUAN Perkembangan industri televisi saat ini semakin pesat dan sangat kompetitif. Setiap stasiun televisi selalu berusaha menciptakan program yang baru dan berkualitas. Dengan kondisi tersebut kreator program atau tim kreatif disetiap stasiun televisi harus selalu up to date dalam membuat program. Realitanya, program televisi saat ini lebih didominasi acara yang bersifat hiburan, padahal program yang baik harusnya tidak hanya menyuguhkan program yang bersifat intertein saja, namun juga informatif dan edukatif. Salah satu program yang memuat konten yang informatif dan edukatif adalah program dokumenter. Film dokumenter adalah program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial, artinya mengangkat kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata (Wibowo, 1997). Selain itu, film dokumenter juga menambah wawasan audiens. Darwanto menjelaskan bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa (Darwanto, 2007). Film dokumenter selama ini dianggap sebagai sebuah realitas murni yang dituangkan dalam sebuah tayangan audio visual sebagai jenis representasi lain dari realita itu sendiri. Dari sinilah muncul berbagai macam tema dan ide kreatif dari para sineas untuk menggali sebuah isu yang berkembang di masyarakat baik tentang permasalahan sosial, budaya, maupun lingkungan yang kemudian akan dijadikan sebuah program dokumenter sebagai media informasi kepada khalayak. Sebuah karya dokumenter dengan tema Solo Eco-City merupakan salah satu tema yang menarik untuk diangkat karena mengangkan isu tentang lingkungan hidup. Berbicara tentang dokumenter, tidak lepas hadirnya peran penata kamera. Penata kamera merupakan tangan kanan sutradara di lapangan. Penata kamera bekerja dengan sutradara untuk menentukan jenis-jenis shot, termasuk menentukan jenis lensa (apakah jenis lensa normal, tele, lensa sudut lebar, atau zoom) maupun filter lensa yang hendak digunakan (Sumarmo, 1996). Dalam penulisan ini penulis akan membahas dari aspek pengambilan gambar dengan lebih memfokuskan pembahasan pada penerapan komposisi dinamik. Komposisi dinamik pada dasarnya tidak memiliki komposisi yang seimbang (simetris). Dengan demikian, ukuran, posisi arah gerak objek sangat mempengaruhi komposisi dinamik (Pratista, 2008). Penerapan komposisi dinamik dalam program dokumenter Solo Eco-City, penulis juga memanfaatkan sebuah latar belakang sebagai penguat gambar. Menurut joseph, sebisa mungkin latar belakang harus sesuai betul agar bisa

menceritakan sumbangan aktivitas, keaslian, atau kewajaran terhadap cerita. Latar belakang merupakan aspek yang penting baik di dalam atau di luar ruangan (Marselli, 2010). Kembali dengan konsep dari penulis tentang pemakaian komposisi dinamik dalam program dokumenter Solo Eco-City, komposisi dinamik tekniknya dengan menggunakan sebuah aturan yang dinamakan Rule Of Third. Rule Of Third, garis-garis imajiner yang membagi bidang gambar menjadi tiga bagian yang sama secara horizontal dan vertikal. Dari persimpangan garis-garis imajiner tersebut akan didapat empat buah titik simpang. Komposisi dinamik terbaik akan dicapai apabila posisi objek utama terletak dekat salah satu titik tersebut. Merekam kejadian secara langsung dan realita agar tidak kehilangan momen, penempatan obyek pada garis imajiner akan memberikan ruang kosong atau arah gerak yang berfungsi sebagai latar belakang keadaan yang sebenarnya tanpa sebuah setting, sehingga dapat memberikan tekanan terhadap obyek utama. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis ingin mengkaji lebih mendalam tentang bagaimana sebuah komposisi dinamik pada sebuah objek gambar dapat memberikan arti, motivasi serta tujuan yang dapat memberikan pejelasan kepada khalayak yang menyaksikan film dokumenter Solo Eco-City. METODE Bodgan dan Taylor menjelaskan bahwa metode deskriptif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, atau gambar yang diamati (Moleong L., 2007). Metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk membedah penerapan komposisi dinamik dalam pengambilan adegan dalam Film Dokumenter Solo Eco City. PEMBAHASAN Proses Penciptaan Karya Pengerjaan sebuah karya diperlukan adanya tahapan dan prosedur dalam penggarapan sebuah karya, yang bertujuan untuk memudahkan proses penggarapan karya. Secara lazim tahapan penggarapan karya terdiri dari tiga tahapan yang disebut standart operating prosedur (SOP) (Wibowo, 1997). Penggarapan program dokumenter Solo Eco-City secara teknis diawali dengan pencarian ide hingga divisualisasikan dengan suatu proses produksi atas dasar step atau tahapan produksi yang disebut dengan SOP. Tahapan-tahan pembuatan sebuah karya film meliputi tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Tahap Praproduksi Pra Produksi merupakan tahapan kerja terpenting atau utama dalam setiap produksi film, juga televisi, baik fiksi

maupun dokumenter (Ayawaila, 2007). Penata kamera membatu sutradara untuk menentukan dan mengembangkan ide cerita. Setelah ide disepakati, dilanjutkan dengan melakukan sebuah riset. Pengumpulan data-data dari buku, internet dan beberapa film dokumenter menjadi acuan dan referensi dalam pengerjaan program dokumenter berwawasan lingkungan yang berjudul Solo Eco-City. Memproduksi dokumenter tahap praproduksi lebih banyak menyita waktu untuk riset (Ayawaila, 2007). Pembuatan film dokumenter sebuah riset sangat penting dilakukan. Keakuratan data fakta riset digunakan sebagai bahan penunjang pembuatan program dokumenter. Ada tiga hal dari definisi tersebut, Dengan kata lain bahwa riset adalah serangkaian kegiatan sistematis, materi dan sumber data, fakta dan kesimpulan (Chandra, Ariefiansyah, & Trimarsanto, 2010). Melihat penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan pentingnya sebuah riset dalam sebuah pembuatan program dokumenter. Tahap Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari praproduksi. Kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi antara lain shooting atau pengambilan gambar secara keseluruhan mulai dari awal, tengah dan akhir. Dasar pembuatan dokumenter adalah merepresentasikan realita berupa perekaman gambar apa adanya. Justru karena apa adanya, setiap adegan bersifat alamiah atau spontan, yang akan selalu berubah sehingga sulit direkayasa atau diatur (Ayawaila, 2007). Tahap Pasca Produksi Pasca produksi merupakan tahapan akhir dari sebuah proses produksi audio visual. Tahap ini hasil pengambilan gambar atau shooting akan diproses untuk kemudian menjadi sebuah urutan gambar/shot yang utuh sesuai dengan skenario, lengkap dengan penambahan transisi ataupun efek visual untuk membuat sebuah gambaran yang dramatik tentang video tersebut. Konsep Penataan Sinematografi Menurut Himawan Pratista dalam bukunya Memahami Film mengatakan bahwa Komposisi dinamik tidak memiliki komposisi yang seimbang (simetris). Ukuran, posisi dan arah gerak obyek mempengaruhi komposisi dinamik. Salah satu cara untuk membuat komposisi dinamik dengan rule of thirds (Pratista, 2008). Rule of thirds salah satu komponen pengkomposisian memanfaatkan garisgaris yang membagi bidang gambar menjadi tiga bagian yang sama secara horizontal dan vertical. Garis-garis imajiner yang membagi bidang gambar akan didapat empat buah titik simpang, dan komposisi dinamik akan berhasil dicapai bila posisi obyek utama diletakan dekat salah satu titik tersebut.

Konsep penataan Videografi dalam program dokumenter ini adalah menggunakan komposisi dinamik. Komposisi dinamik dalam penerapannya dapat memperkuat obyek serta memberikan penekanan pada sebuah shot melalui sebuah latar belakang. Penekanan pada sebuah shot menggunakan komposisi dinamik yang dimaksud adalah meletakkan narasumber sebagai obyek pada rule of thirds sesuai garis imajiner dengan memberikan ruang kosong disamping sebagai arah gerak. Hal tersebut bertujuan agar latar belakang dan latar depan bisa menjadi penguat obyek utama. Visualiasasi Penerapan Komposisi Dinamik Pada Program Dokumenter Solo Eco-City. Visualisasi yang dihadirkan pada program dokumenter Solo Eco-City terbagi atas enam segmen. Setiap segmen terdapat beberapa penuturan narasumber dan insert gambar sebagai penguat statement narasumber dengan penerapan komposisi dinamik. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap segmen: Segmen 1 Visualisasi dalam pembukaan segmen ini, adalah pemaparan definisi tentang ekologi yang dituturkan oleh Dr. Prabang Styono M.Si selaku Pakar ekologi. Teknis produksinya, pengambilan gambar saat wawancara tetap menerapkan komposisi dinamik. Rule Of Thirds Gambar 1. Penerapan komposisi dinamik pada saat wawancara Dr. Prabang Setyono, M.Si. Potongan gambar di atas merupakan penerapan komposisi dinamik dimana obyek terletak di salah satu garis imajiner. Komposisi dinamik tidak meletakan obyek utama ditengah namun disepertiga bidang sehingga memberi ruang kosong sebagai latar belakang narasumber. Shot di atas bertujuan agar narasumber yang sedang memberikan statement memiliki hubungan dengan background. Secara teknis shot tersebut bermaksud menekankan bahwa narasumber merupakan pakar ekologi yang memiliki pemahaman ilmu dibidangnya dengan ditunjukan latar belakang gambar sebuah institusi Pendidikan tempatnya bernaung. Dalam segmen pembuka ini wawancara mendominasi alur cerita sampai penutupan segmen. Segmen 2 Visualisasi program dokumenter ini, dalam implementasinya penulis tetap

menggunakan komposisi dinamik. Untuk segmen 2, sebagai shot pendukung penulis memberikan sebuah insert yang relevan sesuai dengan penuturan narasumber. Di awal Suhanto sebagai pimpinan DKP Kota Solo memaparkan program Eco Culture City yang dititik beratkan Solo sebagai kota Hijau. Rule Of Thirds Gambar 3. Insert kegiatan petugas DKP Obye Gambar 2. Penerapan komposisi dinamik pada saat wawancara Ir Suhanto, MM Dengan konsep visual komposisi dinamik penata kamera bermaksud bahwa obyek ini diperkuat dengan kondisi background yang menjelaskan secara komprehensif tentang program Eco Culture City yang akan dilakukan oleh pemerintah Kota Solo dengan memberikan background keadaan taman yang asri dan kondisi taman yang tertata rapi. Dengan penuturan dari Bapak Suhanto sebagai Kepala DKP Solo disisipi beberapa insert untuk menunjang statemen beliau. Berikut insert yang diambil oleh penata kamera: Gambar 4. Insert tong sampah organik. Potongan gambar tersebut merupakan beberapa insert yang menunjang paparan dari Ir. Suhanto sebagai salah satu representasi visual kegiatan petugas DKP dalam merawat taman, pengolahan sampah, dan kurang sadarnya pemahaman akan sampah organik serta an organik yang penulis visualkan dengan gambar tempat sampah yang penuh sampah plastik dengan background masyarakat yang kurang perduli terhadap lingkungan. Teknis pengambilan gambar di lapangan, penata kamera selalu mencoba fleksibel dalam mengambil gambar baik dalam

wawancara maupun dalam mencari ilustrasi gambar. Segmen 3 Teknis pengambilan gambar yang dilakukan di segmen ini penata kamera mencoba fleksibel tidak hanya menggunakan teknik komposisi dinamik, namun penulis juga menggunakan konsep handheld agar membentuk sebuah rangkaian gambar yang cukup variatif namun tetap memiliki motivasi. Menurut Himawan Pratista, penerapan teknik handheld sebetulnya menjadi salah satu teknik kamera yang sudah cukup tren dalam gaya kamera dokumenter. Pengoprasian kamera tanpa alat bantu tripod atau dolly mengakibatkan gambar bergerak dinamis dan bergoyang untuk memberi kesan realistik. Michael Rabiger juga memaparkan bahwa teknik handheld memungkinkan operator untuk, berdiri berjalan dan duduk saat membidik gambar. Dengan demikian, menghindari kejenuhan audiens, penata kamera mencoba untuk menyajikan kambar yang tidak monoton (Rebiger, 1988). Gambar 5. Penerapan komposisi dinamik pada saat wawancara Ir. H. Anton Sartono. Penerapan komposisi dinamik pada saat bapak Anto memberikan statement adalah dengan meletakan obyek utama yaitu bapak Anto pada garis imajiner dan memberikan ruang kosong sebagai arah gerak. Arah gerak tersebut adalah sebagai media pemaparan bapak Anto tentang hasil perawatan tanaman yang dilakukan warga kadipiro. Segmen 4 Arah Gerak Segmen empat ini memvisualisasikan tentang kebijakan pemerintah dalam berusaha mengimplementasikan program Eco-City. Visualisasi pada segmen ini mencoba untuk mencari akar permasalahan dalam upaya peningkatan sadar lingkungan di Kota Solo. Beberapa narasumber seperti Dr Prabang dan Ir.Luluk sudah memaparkan hasil dari program pemerintah hingga akhir tahun ini. Di satu sisi beberapa program juga ada yang belum berjalan sesuai rencana karena

disebabkan faktor yang multidimensional. Masyarakat perlu sadar lingkungan agar program yang dilakukan pemerintah juga dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan bersama. Dalam hal ini komunikasi antara pemerintah dan masyarakat memang menjadi faktor yang penting utuk menujang perubahan Kota Solo yang siginifikan. Adapun contoh sisipan / insert gambar dalam segmen 4 sebagai berikut: Gambar 6. Insert tong sampah Gambar 7. Insert sampah yang berserakan Beberapa penuturan dari narasumber yang menjelaskan tentang kurang sadarnya masyarakat akan kebersihan lingkungan, penulis merepresentasikan visual dengan shot yang tetap menggunakan komposisi dinamik. Gambar di atas penata kamera membidik tong sampah sebagai point of view dan background beberapa masyarakat. utama yaitu tong sampah merupakan sebuah teks yang mereprentasikan bahwa di ruang publik sudah di fasilitasi sarana kebersihan lingkungan. Masyarakat sebagai background merupakan pendukung bahwa obyek utama yang terletak pada garis imajiner mampu merepresentasikan sebuah tempat dimana shot itu di ambil. Sisipan gambar kedua, penata kamera membidik sebuah obyek utama yang terletak di pinggir jalan. Gambar tersebut penata kamera berusaha menerapkan komposisi dinamik dengan menyisihkan ruang kosong sebagai salah satu fungsi menginterpretasi sebuah background. di gambar tersebut sebagai penekanan obyek utama bahwa masayarakat kurang peduli akan kebersihan lingkungan. Masyarakat cenderung apatis, untuk itu gambar tersebut sebagai sebuah bentuk visual yang mewakili penuturun dari Ir Suhanto. Segmen 5 Visualisasi dalam segmen 5 ini mengacu dengan esensi permasalahan yang sedang dihadapi oleh pemerintah Solo. Sosialisasi yang kurang komunikatif berakibat masyarakat menjadi kurang sadar

akan pentingnya menjaga lingkungan. Namun, kinerja pemerintah yang kurang memuaskan menjadikan para komunitas lebih agresif dalam mencanangkan program sosialisasi penghijauan di masayarakat. Salah satunya adalah aktivitas ketua Java Green, Sesario Bayu. Visualisasinya, penarapan komposisi dinamik dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 8. Penerapan komposisi dinamik pada saat wawancara Sesario Bayu Manggara, S.Si. Gambar di atas merupakan potongan video wawancara dengan Sesario Bayu, S.Si selaku ketua komunitas Java Green Solo. Penerapan komposisi dinamik pada gambar di atas memiliki motivasi bahwa selain ia menuturkan apa yang ia katakan background dengan lorong sekolah memberi penjelasan bahwa aktivitas Bayu sebagai ketua Java Green sering melakukan sosialisasi di instutsi pendidikan salah satunya SMA di Kota Solo. Gambar 9. Insert kegiatan penyuluhan Insert di atas merupakan salah satu rutinitas kegiatan dari obyek narasumber yaitu Sessario Bayu, S.Si. Gambar di atas merupakan penunjang dari statement yang dipaparkan oleh ketua Java Green tersebut. Penerapan komposisi dinamik pada gambarr di atas bermaksud memberi informasi kepada penonton bahwa utama Sesario Bayu sedang melakukan sosialisasi kepada para siswa di salah satu SMA di Kota Solo. Ruang kosong sebagi background merupakan penjelas bahwa target sosialisasinya adalah remaja atau siswa. Aktivitas ini bertujuan agar generasi muda tahu akan penting menjaga lingkungan. KESIMPULAN Program dokumenter merupakan salah satu media yang berfungsi mendistribusikan pesan atau makna kepada khalayak. Konsepsi visual dengan teknik komposisi dinamik dalam karya ini menjadi

esensi teknis dalam karya dokumenter Solo- Eco-City. Tidak hanya sekedar menyuguhkan sebuah gambar tanpa makna dan motivasi, namun pertimbangan komposisi, keterkaitan dengan suasana atau background juga mempengaruhi esensi sebuah shot. Perapan komposisi dinamik berperan penting dalam memberikan pemaknaan pada setiap pengambilan gambarnya dimana ruang ruang kosong dalam frame gambar dapat dimanfaatkan untuk meperkuat objek utama, sehingga penguatan karakter objek dapat didukung dengan latar belakang gambar dan dapat tersampaikan maksud serta tujuan pengambilan gambarnya. penulis menspesifikasikan dalam pengambilan gambar menggunakan komposisi dinamik dimana komposisi ini sifatnya sagat fleksibel dan posisi objek dapat berubah sewaktu-waktu. DAFTAR PUSTAKA Marselli, J. V. (2010). Lima Jurus Sinematografi. Jakarta: FFTV-IKJ. Moleong, L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Moleong, L. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pratista, H. (2008). Memahami film. Yogyakarta : Homerian Pustaka. Pratista, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Prihartono, A. W. (2016). Surat Kabar & Konvergensi Media (Studi Deskriptif Kualitatif Model Konvergensi Media Pada Solopos). Jurnal Channel, 105-116. Rebiger, M. (1988). Directing The Documentery. USA: Woburn. Sumarmo, M. (1996). Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Grasindo. Wibowo, F. (1997). Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: (PINUS BOOK PUBLISHER. PROFIL SINGKAT Nama : Rizca Haqqu, S.Sn., M.I.Kom TTL : Pati, 24 November 1988 Domisili Lembaga : Surakarta Bisnis, Telkom University : Fakultas Komunikasi dan Tanzil, C., Ariefiansyah, R., & Trimarsato, T. (n.d.). Ayawaila, G. ( 2007). Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: IKJ- PRESS. Chandra, T., Ariefiansyah, R., & Trimarsanto, T. (2010). Pemula Dalam Film Dokumenter: Gampang-Gampang Susah. Jakarta: IN-DOCS. Darwanto. (2007). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.