KATA PEMBUKA KEWIRAUSAHAAN KONSEP DAN IMPLEMENTASI



dokumen-dokumen yang mirip
Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 Kapitalisme, Kewirausahaan dan Kerakyatan

Indikator dan Ukuran Kewirausahaan

KEWIRAUSAHAAN DAN EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I Pendahuluan A. Kedudukan Karya Tulis di Perguruan Tinggi

SEJARAH DAN PENTINGNYA ENTREPRENEURSHIP

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESUME JURNAL ABSTRAKSI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF.

BAB III MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA DENGAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAN SASARAN KINERJA

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Daya Saing Indonesia. Agrimedia. Rubrik Utama Rubrik Utama. Prof. Dr. H. Boediono, ME.c

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB II KAJIAN TEORITIK

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Studi Kelayakan Bisnis. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN Sistem Keuangan dan Perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sukirno (2000) dalam analisis

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh seorang penulis. Adapun tujuan metode penulisan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB II VISI DAN MISI BISNIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

01FEB. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INIDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

ASPEK DAN FUNGSI MANAJEMEN KELAS

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Belajar dari Sektor Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut David L Brown dan Kai A Schafft - The Rural People and

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk menumbuh-kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas suatu entitas bisnis dan laporan keuangan berfungsi sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggambarkan operasional dan menerangkan soal keuangan, tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. promosi inovasi teknologi. Lebih jauh, suatu pemerintah memainkan peran yang

PROGRAM STUDI S3 TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM SIKAP

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI)

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

MEMBANGUN BUDAYA BELAJAR

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nisa Fadilah, 2014 Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MSDM INTERNASIONAL. Makalah Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 12 Manajemen Sumber Daya Manusia Kelas A

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang berada pada situasi turbulen dan kompetitif. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan struktur koordinasi terencana yang formal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

Organizational Theory & Design

Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis

3. METODOLOGI PENELITIAN

PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN GUNA MEMENUHI TUNTUTAN PENGGUNA

BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA


BAB V PENUTUP. Tujuan utama penelitian ini adalah memodelkan hubungan antar variabelvariabel

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen itu akan berperan secara aktif. Suatu organisasi tanpa adanya

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang. fundamental dalam hubungan Tata Pemerintah dan Hubungan Keuangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

How to make a good business plan

PROGRAM DIPLOMA SATU, DIPLOMA DUA, DAN DIPLOMA TIGA DIPLOMA SATU DIPLOMA DUA DIPLOMA TIGA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

Transkripsi:

KATA PEMBUKA Rekan-rekan sejawat, saya ingin menginformasikan bahwa di tahun 2012, rangkaian kolom-kolom yang akan saya sajikan terbagi dalam dua kluster, yakni kluster pertama berkenaan dengan aspek-aspek makro, yakni: politik, ekonomi dan bisnis, sosial dan budaya, serta iptek (PEST). Sedangkan, kluster kedua berkenaan dengan aspek mikro,yakni kewirausahaan. Berikut ini saya sampaikan ulasan pembuka rangkaian kolom kluster kedua: KEWIRAUSAHAAN KONSEP DAN IMPLEMENTASI Berbagai fenomena relevan dan aktual yang tengah dihadapi dewasa ini berkenaan dengan aspek kewirausahaan dapat dikelompokkan kedalam dua hal, yaitu: Subjek kewirausahaan telah menjadi topik ilmu pengetahuan dan penelitian pada berbagai bidang akademik, dan tidak terbatas pada ilmu ekonomi saja; dan Subjek kewirausahaan yang bersifat multidisiplin memiliki keterkaitan dengan aspek sosial dan ekonomi yang relatif kompleks. Tulisan ini merupakan salah satu upaya untuk mengungkapkan atau mengidentifikasi aspek-aspek penting kewirausahaan yang dapat memberi petunjuk bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam memahami fenomena, isu-isu, perdebatan, serta dalam membuat perbandingan diantara berbagai konsep kewirausahaan, berikut implementasinya dalam konteks geografis dan/ atau negara yang berbeda. Rangkaian kolom yang akan disampaikan akan mencakup enam bagian dengan merujuk pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana kewirausahaan dipahami dan dideskripsikan dalam tataran konseptual; 2. Mengapa terdapat beberapa definisi berkenaan dengan kewirausahaan meskipun kebanyakan penelitian memfokuskan pada aspek sekitar proses perubahan (Agent of Change); 3. Bagaimana pengukuran secara aktual berkenaan dengan konsep kewirausahaan yang telah dilakukan para pakar; 4. Bagaimana menjelaskan bahwa konsep tentang kewirausahaan sebenarnya telah mengalami suatu evolusi yang cukup lama dan cenderung semakin penting; 5. Bagaimana hubungan antara kewirausahaan dan kinerja perekonomian baik dalam konteks unit bisnis, wilayah, dan negara. Bagaimana pengukuran kinerja ekonomi berkenaan dengan penciptaan pekerjaan, penyerapan angkatan kerja, pertumbuhan, inovasi, produktivitas, dan ekspor; dan 6. Bagaimana penerapan kewirausahaan pada sektor publik, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta.

KONSEP KEWIRAUSAHAAN Istilah kewirausahaan (Entrepreneurship) pada dasarnya memiliki definisi yang cukup beragam. Hal ini terutama berkaitan erat dengan perspektif pihak-pihak yang mendefinisikannya. Meskipun terjadi keragaman definisi, namun hal ini tampaknya tidak mengarah pada perdebatan yang destruktif karena masing-masing pihak mampu memberikan argumennya secara logis menurut perspektifnya masing-masing, misalnya perbedaan perspektif antara disiplin ekonomi dan manajemen. Dalam hubungan ini, para pakar telah mengemukakan definisi tentang kewirausahaan dalam rentang yang cukup luas, dan manakala dioperasionalkan, menghasilkan sejumlah langkah atau tindakan yang berbeda (Herbert dan Link, 1989). Kedua pakar tersebut telah mengidentifikasi dua tradisi intelektual yang berbeda dalam pengembangan literatur tentang kewirausahaan. Kedua tradisi ini dapat dicirikan sebagai tradisi Jerman (German Tradition), yang berlandaskan pada Von Thuenen dan Schumpeter dan tradisi Austria (Austrian Tradition) yang berlandaskan pada Von Mises, Kirzner, dan Shackle (Audtretsch, 2004). Tradisi Shumpeterian telah memiliki dampak yang paling besar terhadap literatur kewirausahaan kontemporer. Ciri khas dari tradisi Schumpeterian, yaitu bahwa kewirausahaan dipandang sebagai suatu fenomena ketidakseimbangan kekuatan (disequilibrating force). Dalam risalah klasiknya tahun 1911, Theorie der wirtschaftlichen Entwicklungen (Teori Pembangunan Ekonomi), Schumpeter mengusulkan sebuah teori tentang creative destruction. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan baru dengan spirit kewirausahaan muncul dan menggantikan perusahaan lama yang kurang inovatif. Fenomena ini selanjutnya mengarah ke tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Dalam risalah klasiknya tahun 1942, Capitalism and Democracy, Schumpeter masih memperdebatkan bahwa kubu perusahaan berskala besar cenderung resistan terhadap perubahan, dan terus memaksa para wirausahawan untuk memulai mendirikan

perusahaan baru dalam mewujudkan kegiatan inovatif. Dengan demikian fungsi para usahawan adalah melakukan pembaruan atau merombak pola produksi dengan menggali suatu invensi (benar-benar baru), atau secara lebih umum, menerapkan suatu teknologi yang belum pernah digunakan untuk menghasilkan produk baru atau produk lama melalui suatu cara yang baru. Pada umumnya untuk mengimplementasikan hal-hal baru ini relatif sulit dan merupakan suatu fungsi ekonomi yang berbeda namun nyata. Pertama karena hal tersebut berada di luar tugas-tugas rutin, dan kedua melalui berbagai macam cara lingkungan bersifat resistan. Meskipun paham Schumpeterian menekankan proses pendirian sebuah perusahaan sebagai awal untuk menetapkan aktivitas yang berkenaan dengan kewirausahaan, ternyata tidak terdapat suatu definisi tentang kewirausahaan yang secara umum dapat diterima di negara-negara maju (OECD, 1998). Kegagalan tidak tersepakatinya definisi tunggal tentang kewirausahaan, mencerminkan kenyataan bahwa kewirausahaan adalah sebuah konsep yang multidimensional. Definisi yang sebenarnya digunakan untuk meneliti atau mengklasifikasikan kegiatan kewirausahaan terefleksi dalam sebuah perspektif dengan penekanan khusus. Misalnya, terdapat keberagaman definisi tentang kewirausahaan dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi dan manajemen walaupun kedua displin tersebut memiliki sasaran pengalaman yang sama. Dari sudut pandang ekonomi, Herbert dan Link (1989) membedakan antara pasokan modal finansial (financial capital), inovasi, alokasi dan/atau relokasi sumberdaya diantara alternatif penggunaan dan pengambilan keputusan. Dengan demikian seorang wirausahawan adalah seseorang yang mencakup keseluruhan spektrum fungsi-fungsi kewirausahaan. Wirausahawan adalah seseorang yang berspesialisasi dalam pengambilan tanggung jawab dan membuat pertimbangan yang mempengaruhi lokasi, bentuk, dan penggunaan barang-barang, sumberdaya fisik atau non fisik lainnya (Herbert dan Link, 1989). Dengan melakukan perbandingan, dari sudut pandang manajemen, Sahlman dan Stevenson (1991), membuat perbedaan arti antara wirausahawan dan menejer,

yaitu: kewirausahaan merupakan suatu cara mengelola yang mencakup mengejar peluang tanpa memperhatikan sumberdaya yang saat ini dimiliki. Para wirausahawan mengidentifikasi peluang-peluang, mengumpulkan sumberdaya yang diperlukan, menerapkan sebuah rencana tindakan yang dapat dilaksanakan dan memungut imbalan dalam waktu dan cara yang fleksibel. Gambaran yang paling lazim mengenai kewirausahawan memfokuskan pada persepsi tentang peluang-peluang sosial-ekonomi dan pengenalan gagasan baru di pasar. Seperti dikemukakan Audretsch (1995), kewirausahawan adalah berkenaan dengan perubahan, sebagaimana diketahui bahwa para usahawan adalah agen perubahan (agent of change). Ringkasnya, kewirausahawan adalah dicirikan dengan proses perubahan. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan OECD, yaitu: Wirausahawan adalah agen perubahan dan pertumbuhan di dalam sebuah pasar suatu sistem perekonomian dan dapat bertindak untuk mempercepat penciptaan, penyebaran dan penerapan gagasan-gagasan inovatif.entreprenurs not only seek out and identify potentially profitable economics opportunities but also willing to take risks too see if their hunches are right (OECD, 1998). Meskipun kesederhanaan dalam mendefinisikan kewirausahawan sebagai aktivitas pendorong perkembangan perubahan inovatif yang memiliki daya tarik, namun dibalik kesederhanaan seperti demikian terkandung pula muatan kompleksitasnya. Terselimutinya kompleksitas kewirausahawan paling sedikit disebabkan oleh dua alasan. Alasan pertama muncul karena kewirausahawan merupakan suatu aktivitas lintas organisasi yang multi bentuk. Apakah kewirausahawan menunjukkan perubahan yang menyebabkan kegiatan perorangan, kelompok perorangan seperti jaringan, proyek, perusahaan, dan bahkan keseluruhan industri, atau bahkan pula seluruh obyek observasi, seperti kluster dan wilayah? Bagian dari kerumitan yang tercakup dalam kewirausahawan, yaitu bahwa kewirausahawan ini mencakup keseluruhan bentuk organisasional. Tidak ada satu bentuk organisasi yang dapat mengklaim atau memonopoli kewirausahaan.

Sumber kompleksitas kedua, yaitu bahwa konsep perubahan adalah bersifat relatif untuk beberapa benchmark (Audretsch, 2002). Apa yang dipersepsikan sebagai perubahan bagi seseorang atau organisasi belum tentu mencakup sebuah praktik baru bagi industri. Atau hal itu merepresentasikan perubahan untuk industri domestik, tetapi bukan untuk industri global. Oleh karena itu, konsep kewirausahaan melekat dalam cakupan lokal (local context). Pada waktu yang bersamaan, nilai kewirausahaan dibentuk pula oleh benchmark lainnya yang relevan. Aktivitas kewirausahaan yang dianggap baru menurut seseorang, tetapi bisa saja tidak baru bagi perusahaan atau industri, yang mana kesemua hal ini bisa membatasi nilai inovasinya. Dengan demikian, salah satu ciri yang menonjol dari konsep kewirausahaan yaitu lintas analisis terhadap sejumlah unit yang penting. Pada satu tahap, kewirausahaan mencakup berbagai keputusan dan tindakan perorangan. Individu secara perorangan ini bisa bertindak sendiri atau di dalam konteks sebuah kelompok. Pada tahap yang lain, kewirausahaan mencakup unit analisis pada tingkat indutri, juga dapat pada tingkatan yang lebih lebar, seperti kota, kabupaten, propinsi dan negara. Jakarta, 18 Januari 2012 Faisal Afiff