BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB 2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lampiran Meningkatnya cakupan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. a. Letak Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara dan

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

RENCANA KINERJA TAHUNAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN No. Sasaran Strategis Indikator kinerja Target SD/MI/ Paket A.

BAB VII P E N U T U P

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

SIINKRONISASI PROGRAM, INDIKATOR DAN OUTPUT (RPJMD, RKPD DAN KUA-PPAS)

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

BAB III TINJAUAN WILAYAH PUSAT PERTUNJUKAN KOMUNITAS MUSIK INDIE DI YOGYAKARTA. Gambar 3.1. Wilayah Administrasi Provinsi DIY Sumber :

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3)

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Daftar Tabel. Halaman

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkanya intruksi pesiden Republik Indonesia

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi a. Karakteristik Wilayah 1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km 2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km 2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan desa terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan desa paling sedikit adalah Depok (3 desa). Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman Banyaknya No Kecamatan Luas (Ha) Desa Padukuhan 1. Moyudan 4 65 2.762 2. Minggir 5 68 2.727 3. Seyegan 5 67 2.663 4. Godean 7 77 2.684 5. Gamping 5 59 2.925 6. Mlati 5 74 2.852 7. Depok 3 58 3.555 8. Berbah 4 58 2.299 9. Prambanan 6 68 4.135 10. Kalasan 4 80 3.584 11. Ngemplak 5 82 3.571 12. Ngaglik 6 87 3.852 13. Sleman 5 83 3.132 14. Tempel 8 110 3.249 15. Turi 4 42 4.309 16. Pakem 5 61 4.384 17. Cangkringan 5 73 4.799 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 1

Banyaknya No Kecamatan Luas (Ha) Desa Padukuhan Jumlah 86 1.212 57.482 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2013 2) Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 13 00 sampai dengan 110 33 00 Bujur Timur dan 7 34 51 sampai dengan 7 47 03 Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. 3) Topografi Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan. Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari luas wilayah, terdapat di 17 kecamatan. Ketinggian 500-999 m dpl meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas 1.495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian wilayah di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut ini : No Kecamatan Tabel 2.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman <100 m dpl (ha) 100-499 m dpl (ha) 500-999 m dpl (ha) >1.000 m dpl (ha) Jumlah (Ha) 1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 2

No Kecamatan <100 m dpl (ha) 100-499 m dpl (ha) 500-999 m dpl (ha) >1.000 m dpl (ha) Jumlah (Ha) 2. Minggir 357 2.370 - - 2.727 3. Godean 209 2.475 - - 2.684 4. Seyegan - 2.663 - - 2.633 5. Tempel - 3.172 77-3.249 6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925 7. Mlati - 2.852 - - 2.852 8. Sleman - 3.132 - - 3.132 9. Turi - 2.076 2.155 78 4.039 10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384 11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852 12. Depok - 3.555 - - 3.555 13. Kalasan - 3.584 - - 3.584 14. Berbah 1.447 852 - - 2.299 15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135 16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571 17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799 Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482 Prosentase 10,79 75,32 11,38 2,60 100 Sumber: Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kab. Sleman, 2013 4) Geologi Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari keberadaan gunung Merapi. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan vulkanik, sedimen, dan batuan terobosan, dengan endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah. Material vulkanik gunung Merapi yang berfungsi sebagai lapisan pembawa air tanah (akifer) yang sudah terurai menjadi material pasir vulkanik, yang sebagian besar merupakan bagian dari endapan vulkanik Merapi muda. Material vulkanik Merapi muda ini dibedakan menjadi 2 unit formasi geologi yaitu formasi Sleman (lebih di dominasi oleh endapan piroklastik halus dan tufa) di bagian bawah dan formasi Yogyakarta (lebih di dominasi oleh pasir vulkanik berbutir kasar hingga pasir berkerikil) di bagian atas. Formasi Yogyakarta dan formasi Sleman ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air utama yang sangat potensial dan membentuk satu sistem akifer yang di sebut Sistem Akifer Merapi (SAM). Sistem akifer tersebut menerus dari utara ke selatan dan secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Selain formasi geologi tersebut diatas terdapat formasi batu gamping muda RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 3

yaitu Formasi Sentolo di Kecamatan Gamping dan Formasi Semilir di Kecamatan Prambanan. Jenis tanah di Kabupaten Sleman terbagi menjadi litosol, regosol, grumusol, dan mediteran. Sebagian besar di wilayah Sleman didominasi jenis tanah regosol sebesar 49.262 ha (85,69%), mediteran 3.851 ha (6,69%), litosol 2.317 ha (4,03%), dan grumusol 1.746 ha (3,03%), jenis tanah di Kabupaten Sleman selengkapnya seperti terlihat pada tabel berikut ini : No. Kecamatan Tabel 2.3 Jenis Tanah di Kabupaten Sleman Jenis Tanah (Ha) Litosol Regosol Grumusol Mediteran Jumlah (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 1. Moyudan - 584 808 1.370 2.762 2. Minggir - 558 606 1.563 2.727 3. Seyegan - 2.187 8 468 2.663 4. Godean - 2.018 216 450 2.684 5. Gamping - 2.817 108-2.925 6. Mlati - 2.582 - - 2.852 7. Depok - 3.555 - - 3.555 8. Berbah - 2.299 - - 2.299 9. Prambanan 2.155 1.980 - - 4.135 10. Kalasan 162 3.422 - - 3.584 11. Ngemplak - 3.571 - - 3.571 12. Ngaglik - 3.852 - - 3.852 13. Sleman - 3.132 - - 3.132 14. Tempel - 3.249 - - 3.249 15. Turi - 4.309 - - 4.309 16. Pakem - 4.348 - - 4.348 17. Cangkringan - 4.799 - - 4.799 Jumlah 2.317 49.262 1.746 3.851 57.482 Prosentase 4,03 85,69 3,03 6,69 100 Sumber: Sistim Informasi Profil Daerah Tahun 2013 5) Hidrologi Air tanah Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan bergerak menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi, rekahan atau patahan maka akan muncul mata air. Di Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi. Di Kabupaten Sleman terdapat 182 sumber mata air yang terukur debitnya mulai dari 1 s/d 400 lt/detik, yang airnya mengalir ke sungai-sungai utama yaitu Sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan Krasak. Di samping itu terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Samudera Indonesia. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 4

6) Klimatologi Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk tropis basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan 24 hari. Kecepatan angin maksimum 10,8 m/s dan minimum 0,00 m/s, ratarata kelembaban nisbi udara tertinggi 100% dan terendah 19,9%. Temperatur udara tertinggi 34,4 C dan terendah 16,4 C. Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor pertanian. 7) Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Sleman secara garis besar dapat dibagi sebagai fungsi sawah, tegalan, dan pekarangan. Perkembangan penggunaan lahan selama 5 tahun terakhir menunjukkan luas dan jenis lahan sawah turun, rata-rata per tahun sebesar 0,11%, luas pekarangan naik 0,13%, dan luas tegalan turun 0,02% dari total luas wilayah Kabupaten Sleman. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: No Tabel 2.4 Penggunaan Lahan di Kabupaten Sleman Tahun Penggunaan Lahan (Ha.) Sawah Tegal Pekarangan 1 2009 24.889 5.104 18.909 2 2010 24.796 5.094 19.012 3 2011 24.749 5.047 19.107 4 2012 24.665 5.036 19.201 5 2013 24.600 5.025 19.278 Sumber: Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah, 2014. b. Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman meliputi beberapa kawasan antara lain : 1) Kawasan peruntukan pertanian; meliputi kawasan pertanian lahan basah (21.113 hektar) dan kawasan pertanian lahan kering (9.117 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 5

2) Kawasan peruntukan pertambangan; - Batu kapur di Kecamatan Gamping; - Breksi batuapung di Kecamatan Prambanan, dan Berbah; - Andesit di Kecamatan Tempel, Pakem, Turi, Cangkringan, Godean, Seyegan, dan Prambanan; - Tanah liat di Kecamatan Tempel, Godean, Seyegan, Sleman, Gamping, Prambanan, dan Berbah; - Pasir dan kerikil di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman. 3) Kawasan peruntukan industri; meliputi lahan seluas 299 hektar di Kecamatan Gamping, Berbah, dan Kalasan. 4) Kawasan permukiman; meliputi kawasan permukiman perdesaan (10.232 hektar) dan kawasan permukiman perkotaan (12.590 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan. 5) Kawasan peruntukan pariwisata; meliputi tema wisata alam, tema wisata budaya, tema wisata perkotaan dan tema wisata pertanian. 6) Kawasan hutan; kawasan hutan rakyat (3.171 hektar) di Kecamatan Gamping, Seyegan, Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan. 7) Kawasan pertahanan dan keamanan; meliputi : - Kompi C Batalyon Infanteri 403 dan Kompi Panser 2 Batalyon Kavaleri 2 di Kecamatan Gamping; - Batalyon Infanteri 403 di Kecamatan Depok; dan - Bandar Udara Adisutjipto dan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto di Kecamatan Depok dan Berbah. c. Wilayah Rawan Bencana Alam Wilayah kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Sleman terdiri dari : 1) Kawasan rawan bencana di dalam RTRW terdiri dari: a. kawasan rawan tanah longsor; dan b. kawasan rawan kekeringan. 2) Kawasan rawan tanah longsor seluas kurang lebih 3.303 ha (tiga ribu tiga ratus tiga hektar) meliputi: a. Kecamatan Gamping; dan b. Kecamatan Prambanan. 3) Kawasan rawan kekeringan seluas ± 1.969 ha (seribu sembilan ratus enam puluh sembilan hektar) berada di Kecamatan Prambanan. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 6

d. Kawasan Lindung Geologi 1) Kawasan Lindung Geologi terdiri atas: a. Kawasan rawan bencana gunungapi; b. Kawasan rawan gempa bumi. 2) Kawasan Rawan Bencana Gunungapi meliputi: a. Area terdampak langsung letusan Merapi 2010 seluas ± 1.578 ha meliputi Kecamatan Ngemplak, Pakem, dan Cangkringan; b. Kawasan Rawan Bencana Merapi III seluas ± 3.302 ha meliputi Kecamatan Ngemplak, Turi, Pakem, dan Cangkringan; c. Kawasan Rawan Bencana Merapi II seluas ± 3.279 ha meliputi Kecamatan Ngemplak, Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan; d. Kawasan Rawan Bencana Merapi I seluas 1.357 ha meliputi Kecamatan Mlati, Depok, Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Tempel, Pakem, dan Cangkringan. 3) Kawasan Rawan Gempa Bumi seluas kurang lebih 13.782 ha tersebar di seluruh kecamatan. e. Demografi Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, penduduk di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 tercatat sebanyak 1.136.602 jiwa. Pada tahun akhir tahun 2013 terjadi penurunan jumlah penduduk dari tahun 2012 sebanyak 77.219 orang atau 0,93% yaitu dari 1.136.602 orang pada tahun 2012 menjadi 1.047.325 orang pada tahun 2013. Jumlah penduduk akhir tahun 2013 turun dikarenakan adanya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 470/135/SJ tanggal 23 Februari 2013 bahwa data yang dapat digunakan adalah data penduduk kabupaten/kota yang telah diolah dan dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Penerbitan data dimaksud pada tanggal 30 Juni untuk semester I dan 31 Desember untuk semester II. Selengkapnya seperti pada tabel berikut : Tabel 2.5 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-2013 di Kabupaten Sleman No Tahun Laki-laki Perempuan Jiwa % Jiwa % Jumlah 1 2010 547.885 50,12 545.225 49,88 1.093.110 2 2011 560.146 49,70 566.742 50,30 1.126.888 3 2012 564.978 49,71 571.624 50,29 1.136.602 4 2013* 521.444 44,79 525.881 50,21 1.047.325 Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil, 2013, RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 7

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sleman jika dilihat dari 4 tahun terakhir rata-rata sebesar 1,46%. Pertumbuhan ini relatif tinggi, hal ini disebabkan fungsi Kabupaten Sleman sebagai penyangga Kota Yogyakarta, sebagai daerah tujuan untuk melanjutkan pendidikan, dan daerah pengembangan pemukiman/perumahan, sehingga pertumbuhan penduduk yang terjadi lebih banyak didorong oleh faktor migrasi penduduk bukan oleh tingkat kelahiran yang tinggi. No. Tabel 2.6 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2010-2013 di Kabupaten Sleman Jenis Data 1. Laju Pertumbuhan Penduduk (%/th) Sumber: BPS Tahun 2010 2011 2012 2013 1,92 1,36 1,31 1,26 Jumlah kepala keluarga mengalami kenaikan sebanyak 21.040 KK (6,939%) dari 303.201 KK pada tahun 2010 menjadi 324.241 KK pada tahun 2013. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga sebanyak 3,29 jiwa per rumah tangga. Tabel 2.7 Banyaknya KK dan Rata-rata Jiwa Dalam Keluarga Tahun 2010-2013 di Kabupaten Sleman No. Jenis Data Tahun 2010 2011 2012 2013 1. Banyaknya Kepala Keluarga (KK) 303.301 313.309 315.445 324.241 2. Rata-rata jumlah jiwa dalam keluarga (orang) 3,15 3,29 3,60 3,26 Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil, 2013 Berdasarkan struktur umur penduduk laki-laki Tahun 2012, komposisi penduduk usia 14 tahun kebawah mencapai 19,69%, penduduk usia 15-59 tahun sebesar 66,80% dan penduduk usia diatas 60 tahun sebesar 14,71%. Sedangkan pada tahun 2013 komposisi penduduk laki-laki usia 14 tahun ke bawah mencapai 22,32%, penduduk usia 15-59 tahun sebesar 65,47%, dan usia diatas 60 tahun sebesar 12,21%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Kelompok Umur Tabel 2.8 Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur Tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 2013 0-4 43,026 32.845 32.323 34.229 5-9 40,796 38.820 38.153 40.319 10-14 39,023 40.234 40.741 41.830 15-19 49,077 37.500 37.838 38.839 20-24 63,847 37.158 37.271 37.821 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 8

Kelompok Umur 2010 2011 2012 2013 2013 25-29 49,907 49.773 45.912 37.356 30-34 44,877 55.976 57.220 44.832 35-39 41,678 51.451 51.762 43.204 40-44 39,906 48.387 49.619 42.325 45-49 32,319 39.479 41.009 37.868 50-54 28,810 32.827 33.830 31.827 55-59 22,280 26.942 27.655 27.310 60+ 52,339 68.754 71.644 63.684 JUMLAH 547,885 560.146 564.978 521.444 Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil, 2013 Berdasarkan struktur umur penduduk perempuan Tahun 2012, komposisi penduduk usia 14 tahun ke bawah mencapai 18,24%, penduduk usia 15-59 tahun sebesar 66,74% dan penduduk usia diatas 60 tahun sebesar 15,02%. Berdasarkan struktur umur penduduk perempuan Tahun 2013, komposisi penduduk usia 14 tahun kebawah mencapai 20,81%, penduduk usia 15-59 tahun sebesar 65,51% dan penduduk usia diatas 60 tahun sebesar 13,68%. Tabel 2.9 Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Tahun 2010-2013 Kelompok Umur 2010 2011 2012 2013 0-4 40.549 30.974 32.575 32.950 5-9 38.582 36.392 35.704 37.686 10-14 36.756 37.401 37.964 38.797 15-19 48.273 35.353 35.146 36.010 20-24 55.972 36.387 36.643 36.636 25-29 46.887 50.089 46.868 38.124 30-34 44.608 54.880 56.102 45.073 35-39 41.774 51.704 51.799 43.720 40-44 41.199 48.413 49.655 42.736 45-49 34.858 40.393 41.342 39.454 50-54 30.390 34.401 35.771 34.178 55-59 22.249 26.948 28.202 28.563 60+ 63.128 37.957 85.854 71.960 JUMLAH 545.225 566.742 571.624 525.881 Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil, 2013 Berdasarkan data struktur penduduk, terdapat kecenderungan kenaikan yang signifikan pada penduduk usia dibawah 19 tahun baik untuk laki-laki maupun perempuan. Sebaliknya terdapat penurunan yang nyata RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 9

pada penduduk usia diatas 20 tahun baik untuk laki-laki maupun perempuan. 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga. 2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi a. Pertumbuhan PDRB Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 sebesar 5,45. Pada tahun 2013 kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar 5,69%. Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Sleman selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.10 Pertumbuhan Sektor dan PDRB Tahun 2010 s.d 2013 Kabupaten Sleman No Sektor Pertumbuhan 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian -0,31-2,26 4,11 2,03 2 Pertambangan & Penggalian 15,24 14,35 1,45 1,60 3 Industri Pengolahan 3,05 6,35-0,47 2,91 4 Listrik,Gas & Air bersih 4,82 4,28 6,31 6,44 5 Bangunan 6,59 6,95 6,03 7,14 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 5,62 6,27 7,20 7,58 7 Pengangkutan & Komunikasi 6,51 6,61 5,56 6,21 8 Keuangan, Persewaan, & Js. Persh 5,98 6,88 9,00 6,39 9 Jasa-jasa 5,58 6,64 6,85 6,97 PDRB 4,49 5,19 5,45 5,69 Sumber: BPS Kab. Sleman, 2013 *) angka sementara Selama tahun 2010-2013, empat sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga konstan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstan dan kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 10

Tabel 2.11 PDRB dan Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000 Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman No Sektor 2010 2011 2012*) 2013 (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % 1 Pertanian 1.001.698 15,72 979.024 14,60 1.019.264 14,42 1.039.967 13,92 2 Pertambangan & Penggalian 33.304 0,52 38.084 0,57 38.636 0,55 39.254 0,53 3 Industri Pengolahan 950.029 14,91 1.010.358 15,07 1.005.640 14,23 1.034.898 13,85 4 Listrik,Gas &Air Bersih 58.768 0,92 61.282 0,91 65.150 0,92 69.343 0,93 5 Bangunan 729.456 11,45 780.153 11,64 827.196 11,70 886.231 11,86 6 Perdagangan, Hotel & 1.436.205 22,54 1.526.308 22,77 1.636.136 23,14 1.760.098 23,56 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 384.891 6,04 410.324 6,12 433.134 6,13 460.026 6,16 Keuangan, 8 Persewaan, & Js. 669.291 10,50 715.317 10,67 779.721 11,03 829.542 11,10 Perusahaan 9 Jasa-jasa 1.109.558 17,41 1.183.251 17,65 1.264.352 17,89 1.352.421 18,10 PDRB 6.373.200 100,00 6.704.100 100,00 7.069.229 100,00 7.471.780 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2013 *) angka sementara PDRB atas dasar harga berlaku (Hb) tahun 2010-2013 mengalami pertumbuhan rata-rata 10,71% per tahun yaitu dari Rp13.611,72 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp18.471,16 milyar pada tahun 2013. Selama tahun 2010-2013, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku, diikuti oleh sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dan kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman selama 4 tahun terakhir seperti pada tabel berikut : NO Sektor Tabel 2.12 PDRB dan Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Berlaku Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman 2010 2011 2012*) 2013 (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % 1 Pertanian 1.771.743 13,02 1.922.985 12,74 2.153.451 12,90 2.371.327 12,84 2 Pertambangan & Penggalian 73.245 0.54 86.671 0,57 90.599 0,54 107.922 0,58 3 Industri Pengolahan 1.927.170 14,16 2.171.967 14,39 2.274.445 13,62 2.687.870 14,55 4 Listrik,Gas & Air bersih 174.868 1,28 192.383 1,27 208.066 1,25 229.811 1,24 5 Bangunan 1.744.700 12,82 1.921.438 12,73 2.135.294 12,79 2.449.713 13,26 6 Perdagangan, Hotel & 3.097.398 22,76 3.453.129 22,87 3.872.092 23,19 4.139.881 22,41 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 780.674 5,74 857.248 5,68 922.507 5,53 1.010.310 5,47 8 Keuangan, Persewaan, & 1.482.757 10,89 1.645.918 10,90 1.861.498 11,15 1.993.961 10,79 Js. Perusahaan 9 Jasa-jasa 2.559.171 18,80 2.845.861 18,85 3.178.630 19,04 3.480.364 18,84 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 11

NO Sektor 2010 2011 2012*) 2013 (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % PDRB 13.611.725 100,00 15.097.600 100,00 16.696.582 100,00 18.471.159 100,00 Sumber: BPS Kab. Sleman, 2013 *) angka sementara Selama tahun 2010-2013, rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian (2,57%), diikuti sektor bangunan (1,15%), sektor industri pengolahan (1,03% ) dan sektor jasa-jasa (0,07%). Sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan kontribusi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (-1,59%), sektor listrik, gas dan air bersih (- 1,05%), sektor perdagangan hotel dan restoran (-0,49%), sektor pertanian (-0,45%) serta sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan (-0,28%). Sementara itu dalam pembentukan PDRB atas dasar harga konstan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga memberikan ratarata pertumbuhan kontribusi terbesar (1,88%), diikuti perdagangan, hotel dan restoran sektor jasa-jasa (1,30%), sektor bangunan (1,18%), sektor pertambangan dan penggalian (0,82%), sektor pengangkutan dan komunikasi (0,66%), serta sektor listrik, gas, dan air bersih (0,37%). Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan mengalami penurunan pertumbuhan kontribusi masing-masing sebesar -3,95% dan -2,39%. Pertumbuhan kontribusi sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.13 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (HB)dan Harga Konstan (HK) Tahun 2013 Kabupaten Sleman Pertumbuhan No Sektor Hb Hk % % 1 Pertanian -0,45-3,95 2 Pertambangan & Penggalian 2,57 0,82 3 Industri Pengolahan 1,03-2,39 4 Listrik,Gas & Air bersih -1,05 0,37 5 Bangunan 1,15 1,18 6 Perdagangan, Hotel & Restoran -0,49 1,49 7 Pengangkutan & Komunikasi -1,59 0,66 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan -0,28 1,88 9 Jasa-jasa 0,07 1,30 PDRB 6,87 8,33 Sumber: BPS Kab. Sleman, 2013 PDRB perkapita menurut harga berlaku (Hb) selama 4 tahun meningkat rata-rata 9,54% per tahun, sedangkan menurut harga konstan RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 12

2000 (Hk) meningkat rata-rata 4,33%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya PDRB perkapita harga berlaku mengalami peningkatan sebesar 9,28% yaitu dari Rp14.980.000 pada tahun 2012 menjadi Rp16.365.130 pada tahun 2013, sedangkan PDRB harga konstan mengalami peningkatan sebesar 4,41% yaitu dari Rp6.340.000 pada tahun 2012 menjadi Rp6.619.869 pada tahun 2013. PDRB per kapita selama 4 tahun terakhir adalah sebagaimana tabel berikut ini : No. PDRB Tabel 2.14 PDRB Per Kapita Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman Nilai (Juta Rp.) 2010 2011 2012*) 2013*) 1. Hb 12,45 13,63 14,98 16,37 2. Hk 5,83 6,05 6,34 6,62 Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2013 *) angka sementara Berdasarkan data diatas, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sleman sehingga pemanfaatan secara optimal sektor ini untuk mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan dan penggangguran sangat diperlukan. Meskipun pertumbuhan dan kontribusinya kurang, perhatian terhadap pembangunan sektor pertanian masih sangat diperlukan mengingat sektor ini cukup strategis terutama terkait dengan ketahan pangan daerah. b. Laju Inflasi Tingkat inflasi di Kabupaten Sleman selama periode tahun 2010-2013 mengalami penurunan yaitu dari 7,46% pada tahun 2010 menjadi 6,92% pada tahun 2013 sebagaimana tabel berikut ini: Tabel 2.15 Nilai inflasi Rata-rata Tahun 2010 s.d 2013 Kabupaten Sleman Uraian 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Inflasi (%) 7,46 3,19 4,06 6,92 5,41 Sumber: BPS Kab. Sleman, 2013 Pada tahun 2013 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 12,89%, dan terendah pada kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,33%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 13

No Tabel 2.16 Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman Kelompok Pengeluaran Tingkat Inflasi (%) 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1 Bahan Makanan 22,02 1,97 7,07 12,89 10,99 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 6,50 5,19 6,72 8,48 6,72 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 6,23 3,02 3,90 5,41 4,64 4 Sandang 5,84 5,63 2,63 0,33 3,61 5 Kesehatan 0,60 5,58 1,44 2,24 2,47 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga 3,63 0,94 1,32 1,20 1,77 7 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2,26 2,12 1,18 12,09 4,41 Umum 7,46 3,19 4,06 6,92 5,41 Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2013 Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laju inflasi tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) Kenaikan harga beberapa komoditas, terutama cabe merah, cabe rawit dan bawang merah. 2) Kenaikan harga BBM di tahun 2013. c. Indeks Gini Pemerataan hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap) yang semakin lebar antara kelompok penduduk kaya dan miskin berarti kemiskinan semakin meluas dan sebaliknya. Dengan demikian orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun kriteria kesenjangan/ketimpangan adalah G<0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30 G 0,50 berarti ketimpangan sedang dan G > 0,50 berarti ketimpangan tinggi. Selama tahun 2010-2013 menunjukkan bahwa angka Indeks Gini di Kabupaten Sleman semakin meningkat yang berarti bahwa pendapatan penduduk di Kabupaten Sleman dari tahun 2010-2013 lebih tidak merata. Meskipun angka Indeks Gini tersebut masih berada pada kriteria ketimpangan pendapatan sedang, diperlukan upaya yang lebih strategis agar pendapatan semakin merata untuk seluruh lapisan masyarakat. Angka Indeks Gini tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini : RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 14

Tabel 2.17 Indeks Gini Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman No. Tahun Indeks Gini 1 2010 0,38 2 2011 0,42 3 2012 0,44 4 2013*) 0,44 Sumber : BPS Provinsi DIY, *) Angka sementara 2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat dilakukan terhadap beberapa indikator pendidikan, kesehatan, pertanahan dan ketenagakerjaan. a. Pendidikan Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat bidang pendidikan dilakukan terhadap indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka partisipasi murni. 1) Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf digunakan untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf terutama di daerah pedesaan, selain itu juga untuk menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. Angka Melek Huruf juga dapat menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga AMH dapat dipakai sebagai dasar kabupaten untuk melihat potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Jika dibandingkan tahun 2012, AMH Kabupaten Sleman tahun 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 angka melek huruf sebesar 94,53%, artinya bahwa di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 masih ada 5,47% penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta huruf. Sedangkan untuk tahun 2013 sebesar 98,03%. 2) Angka rata-rata lama sekolah Lamanya sekolah atau years of schooling merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan individu tersebut. Rata-rata lama sekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah sebesar 10,52 atau setara dengan Sekolah Menengah kelas 1 dan diperkirakan meningkat menjadi RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 15

sebesar 10,63 pada tahun 2013. Angka ini masih sementara karena untuk perhitungan ini juga mengacu pada IPM. 3) Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 470/135/SJ tanggal 23 Februari 2013 bahwa data yang dapat digunakan adalah data penduduk kabupaten/kota yang telah diolah dan dikonsolidasikan serta dibersihkan oleh Kementerian Dalam Negeri, maka penghitungan APK mengalami perubahan, karena pada tahun-tahun sebelumnya jumlah penduduk berdasarkan data dari BPS. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI pada tahun 2012 sebesar 116,51, artinya bahwa untuk jenjang SD/MI jumlah siswa yang sekolah melebihi jumlah penduduk usia sekolah SD/MI dimana hal ini disebabkan pada sekolah SD/MI siswa ada yang berusia kurang dari 7 tahun tetapi ada pula yang melebihi 12 tahun. Pada tahun 2013 terjadi penurunan menjadi 114,77. Hal ini terjadi karena ada perbedaan jumlah penduduk berdasarkan data dari BPS dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Demikian pula bagi SMP/M.Ts, dapat dilihat bahwa APK pada tahun 2012 sebesar 113,70 menurun pada tahun 2013menjadi 108,93%, hal ini disebabkan karena jumlah siswa paket B mengalami penurunan. APK SMA/MA/SMK pada tahun 2012 sebesar 77,69 dan pada tahun 2013 APK SMA/MA/SMK menjadi 79,00 atau meningkat sebesar 1,31% dari tahun 2012. APK SMA/MA/SMK di bawah 80% disebabkan karena lulusan SMP diperkirakan melanjutkan ke SMA/MA/SMK di kota dan ke daerah perbatasan sehingga ini sangat mempengaruhi pada tinggi rendahnya APK di Kabupaten Sleman. 4) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Pada jenjang SD/MI APM pada tahun 2012 sebesar 100,87 dan tahun 2013 sebesar 99,96. APM SMP/M.Ts pada tahun 2012 sebesar 81,84 dan tahun 2013 menjadi 81,24.APM SMA/MA/SMK pada tahun 2012 sebesar RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 16

55,11 dan tahun 2013 menjadi 55,16. APM Kabupaten Sleman tahun 2010-2013 selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.18 Angka Melek Huruf, Lama Sekolah dan Angka Partisipasi Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman No. Uraian 2010 2011 2012 2013 1 Angka melek huruf 92,61 93,94 94,53 98,03 2 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 10,30 10,51 10,52 10,63* 3 APK SD/MI 116,42 116,45 116,51 114,77 4 APK SMP/MTs 115,48 113,68 113,70 108,93 5 APK SMA/MA/SMK 77,17 77,66 77,69 79,00 6 APM SD/MI 100,73 101,51 100,87 99,96 7 APM SMP/MTs 81,71 79,65 81,84 81,24 8 APM SMA/MA/SMK 54,03 54,04 55,11 55,16 Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2013 *) angka sementara b. Kesehatan Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat bidang kesehatan dilakukan terhadap indikator rata-rata usia harapan hidup, angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, prosentase balita gizi buruk, persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan penggunaan air bersih, dan cakupan penggunaan jamban keluarga. 1) Rata-rata Usia Harapan Hidup Rata-rata usia harapan hidup tahun 2012 sebesar 76,08 tahun (lakilaki 73,46 tahun dan perempuan 77,12 tahun), mengalami penurunan menjadi 76,01 tahun (laki-laki 73,50 tahun dan perempuan 77,10 tahun) pada tahun 2013. Meskipun mengalami penurunan, angka tersebut masih di atas rata-rata provinsi 74 tahun dan nasional 70,6 tahun. 2) Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup tahun 2012 sebesar 4,7, menurun sebesar 4,60 pada tahun 2013. Pencapaian angka tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan angka provinsi sebesar 16 dan nasional 34 per 1.000 KH. 3) Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 Kelahiran Hidup Angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2012 sebanyak 81,88, mengalami penurunan menjadi sebanyak 63,70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013, lebih baik daripada capaian provinsi 124 dan nasional 226. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 17

4) Balita Gizi Buruk Persentase balita dengan gizi buruk pada tahun 2012 mencapai 0,45%, mengalami penurunan menjadi 0,37% pada tahun 2013, lebih baik daripada pencapaian provinsi sebesar 0,68% dan nasional sebesar 4,9%. 5) Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012 sebesar 99,86%, mengalami kenaikan menjadi sebesar 99,90% pada tahun 2013, sudah lebih baik dari target nasional 95%. 6) Cakupan Penggunaan Air Bersih Cakupan penggunaan air bersih pada tahun 2012 sebesar 95,14, meningkat menjadi 2013 sebesar 98,33% pada tahun 2013. Pencapaian angka tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan angka Nasional 80%. 7) Cakupan Penggunaan Jamban Keluarga Cakupan penggunaan jamban keluarga pada tahun 2012 sebesar 75,11, meningkat menjadi sebesar 81,65% pada tahun 2013. Pencapaian ini masih dibawah provinsi, yakni sebesar 82,88 %, tetapi sudah diatas target nasional yaitu sebesar 72 %. Adapun capaian indikator kesehatan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini : No Tabel 2.19 Indikator Kesehatan Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman Indikator 1 Usia harapan hidup rata-rata : - Laki-laki - Perempuan Capaian Kabupaten Sleman 2010 2011 2012 2013 74,87 75,76 76,08 76,01 73,04 73,14 73,46 73,50 76,70 76,80 77,12 77,10 2 Angka Kematian Bayi/1.000 KH 5,78 5,25 4,70 4,6 3 Angka Kematian Ibu 112,2 122 81,88 63,70 Melahirkan/100.000 KH 4 Persentase Balita Gizi Buruk 0,66 0,5 0,45 0,37 5 Universal Child Immunization/UCI (%) 100 100 100 100 6 Balita Gizi Buruk Mendapat 100 100 100 100 Perawatan (%) 7 Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 93,16 99,61 99,86 99,90 (%) 8 Cakupan Rumah Tangga Sehat (%) 83 82,8 83,82 85,47 9 Cakupan penggunaan Air Bersih (%) 94,9 94,9 95,14 98,33 10 Cakupan penggunaan Jamban 67,2 65,1 75,11 81,65 Keluarga (%) 11 Cakupan penggunaan SPAL (%) 58,5 48,8 59,62 70,93 Sumber : Dinas Kesehatan, 2012 c. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar dalam kehidupan bermasyarakat karena meliputi dimensi ekonomi dan sosial yang luas. RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 18

Dengan bekerja, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sesuai kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Disamping itu, bekerja juga melibatkan aspek sosial seperti aktualisasi diri, melakukan kontak sosial, serta pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu yang bersangkutan. Pada tahun 2012 jumlah angkatan kerja sebanyak 560.376 orang, berkurang menjadi 541.921 orang pada tahun 2013. Jika dibandingkan tahun 2012, penduduk yang tidak pekerja mengalami penurunan sebesar kurang lebih 1 %. Perkembangan ketenagakerjaan tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.20 Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman No. Uraian 2010 2011 2012 2013 1. Angkatan Kerja 502.268 524.326 560.376 541.921 2. Penduduk yang Bekerja 461.008 484.405 522.622 506.862 3. Penduduk yang Tidak Bekerja 41,26 39,921 37,754 35,059 4. Rasio Penduduk yang Bekerja 0,91 0,92 0,93 0,94 Sumber: Dinas Nakersos Kabupaten Sleman. Capaian DIY 2013* 2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Analisis atas kinerja Seni Budaya dan Olahraga dilakukan terhadap indikator kebudayaan dan pemuda dan olahraga: a. Kebudayaan Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Kabupaten Sleman yang terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa, memiliki adat-istiadat serta berbagai kesenian yang menggambarkan dinamika yang ada dalam masyarakat, sekaligus sebagai potensi yang dimiliki masyarakat. Di bawah ini disampaikan data tentang grup kesenian serta gedung kesenian yang ada di Kabupaten Sleman, sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 2.21 Perkembangan Seni, Budaya Tahun 2010-2013 Kabupaten Sleman No. Capaian Pembangunan 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah grup kesenian 893 893 1.125 1.353 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 19

No. Capaian Pembangunan 2010 2011 2012 2013 2 Jumlah gedung kesenian 7 7 8 10 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2013 Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 memiliki kelompok kesenian sejumlah 1.125 kelompok kesenian yang tersebar di 17 Kecamatan dan 86 desa. Pada tahun 2013 terjadi penambahan jumlah grup kesenian atau kelompok kesenian yaitu menjadi 1.353 kelompok. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok-kelompok kesenian tumbuh dan terpelihara dengan baik di masyarakat untuk mendukung desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman. Namun demikian dengan jumlah penduduk sebesar 1.047.325 (data semester II hasil konsolidasi Kementerian Dalam Negeri) jiwa Kabupaten Sleman baru memiliki fasilitas gedung kesenian sejumlah 10 gedung kesenian. Adapun nama-nama gedung kesenian di Kabupaten Sleman adalah Balai Budaya Minomartani, Balai Budaya Sinduharjo Ngaglik, Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kependidikan Seni Budaya Klidon, Gedung Kesenian Sleman, Gedung Kesenian Universitas Negeri Yogyakarta, Panggung Trimurti dan Panggung Rorojonggrang Prambanan dan Gedung Kesenian Hardjo Sumantri, Ndalem Notoprajan Rejodani dan Panggung Terbuka Kaliurang. b. Pemuda dan Olahraga Dalam rangka mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera serta berkualitas, maka sangat dibutuhkan generasi muda yang benar-benar tangguh, berbobot dan sehat. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut maka salah satu indikator terpenuhinya generasi muda yang berkualitas adalah tersedianya fasilitas olahraga. Di bawah ini data tentang jumlah klub olahraga serta data gedung olahraga yang ada di Kabupaten Sleman sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 2.22 Perkembangan Olahraga Tahun 2010-2013 di Kabupaten Sleman No. Capaian Pembangunan 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah klub olahraga 37 37 747 747 2 Jumlah gedung olahraga 11 11 52 52 Sumber: Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga, 2013 RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2015 II - 20