Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial



dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan

Masalah dan Tantangan Pendanaan dan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru

I. PENDAHULUAN. Selaras dengan perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan publik yang prima bagi masyarakatnya sesuai yang telah diamanatkan

KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN. Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN. Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL

Namanya saja Sistem Jaminan Sosial Nasional, padahal isinya adalah menarik iuran wajib tiap bulan dari masyarakat tanpa pandang bulu.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

Dengan Jumlah Hutang Paling Memprihatinkan

TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

Reformasi Pelayanan Kesehatan Harus Lebih Memihak Kepada Masyarakat

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

Pokok-Pokok Pikiran Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Tentang Amandemen UU No. 3 Tahun 1992

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

BAB V PENUTUP. 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai

Transformasi BPJS 2. September 2011

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Plus-Minus Perusahaan Bergabung dg JKN Sejak Awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB 5 PENUTUP. dan pemerintah, serta pelaksanaan dari perencanaan tersebut. Objek dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Gagasan lahirnya UU BPJS itu karena keinginan asing mengambil alih pangsa pasar industri asuransi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. pegawai swasta berdasarkan undang undang republik indonesia nomor

Arim Nasim, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI

PROSEDUR PENCATATAN PREMI THT (TABUNGAN HARI TUA) PNS PADA PT. TASPEN(PERSERO) KCU (KANTOR CABANG UTAMA) JAKARTA

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Perbedaan Kinerja Jaminan Kesehatan Bali Mandara dari segi Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2001 TENTANG

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. kualitas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Praktik Kerja

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan

Asuransi Kesehatan Nasional (dalam SJSN) Penangkal Kebodohan Bangsa

ANALISIS PERMASALAHAN BELANJA PEGAWAI DALAM APBN. Grafik 1. Perkembangan Belanja Pegawai dalam APBN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

Retirement Planning. Irni Rahmayani Johan, SP, MM. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : Perhitungan Anggaran Negara & Nota RAPBN, diolah

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 Tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. baik (good governance). Menurut Thoha dalam Jurnal Pendayagunaan Aparatur

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. industri dalam lima tahun terakhir yaitu periode , terdapat kenaikan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial Hasbullah Thabrany 1 Belum lama ini terjadi kerusuhan akibat terlalu Amendemen keempat besarnya minat menjadi pegawai negeri di Departemen UUD 45 telah Keuangan. Dari segi prosedur, seleksi tersebut merupakan mengamanatkan upaya Jaminan Sosial bagi kemajuan besar yang pada umumnya tanpa seleksi. Banyak seluruh rakyat. instansi pemerintah yang menerima pegawai dengan diamdiam dan membagikan formasi baru kepada orang dalam. Sistem Jaminan Sosial Presiden telah membentuk Tim Akibatnya orang yang kualitasnya tidak memadai yang Nasional. Akankah sistem tersebut menjadi pegawai dan menjalankan fungsi-fungsi terselenggara dalam pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Kualitas waktu dekat? yang rendah, ditambah dengan sistem penggajian yang mengharuskan pegawai mencari penghasilan tambahan dengan berbagai cara, telah menciptakan pemerintahan yang tidak bersih. Orang-orang yang berkualitas dan penuh percaya diri mencari pekerjaan sendiri atau bekerja di perusahaan swasta yang persaingannya lebih sehat. Di luar itu masih berjuta-juta orang yang mendambakan diri untuk menjadi pegawai pemerintah. Padahal gaji pegawai pemerintah adalah gaji pura-pura, yang tidak bisa menutupi kebutuhan hidup standar. Jangan heran kerja mereka juga pura-pura dan hasilnya juga pura-pura. Secara hipotetis minat menjadi pegawai negeri dikaitkan dengan (1) rasa aman, gaji kecil tapi tidak bisa diphk, (2) dapat bekerja dengan santai, (3) banyak kesempatan mendapatkan penghasilan tambahan, (4) adanya jaminan pensiun dan asuransi kesehatan (Askes). Pendek kata, kondisi pegawai yang ideal (kecuali gajinya yang pura-pura) ada pada sistem kepegawaian pemerintah. Ada kepastian masa depan. Inilah hakikat jaminan sosial. Kita harus berani mengacungkan jempol kepada para anggota DPR/MPR yang telah sukses mengamendir UUD dengan tambahan pasal 34 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Sebelumnya dalam pidato yang disampaikan pada tanggal 1 Agustus lalu, Presiden telah menyampaikan bahwa sebuah 1 Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Universitas Indonesia

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah dibentuk. Negara-negara maju dan bahkan negara berkembang tetangga kita seperti Filipina dan Muangtai telah memiliki sistem jaminan sosial (social security) yang cukup handal. Kita pun sebenarnya telah memiliki sistem tersebut yang dikenal dengan Jamsostek, tabungan pensiun pegawai negeri, dan Askes pegawai negeri. Hanya saja sistem kita masih terpecah-pecah dan masih banyak memiliki kendala operasional. Manfaat Jaminan Sosial Semua negara maju telah memiliki sebuah sistem jaminan sosial (jamsos) yang didanai dari pajak, penerimaan negara bukan pajak, atau asuransi sosial. Negara-negara Inggris dan Australia mendanai sistem jamsosnya dengan iuran yang dipungut bersamaan dengan pajak penghasilan. Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah memberikan jaminan sosial yang bersumber dari penerimaan bukan pajak. Kebanyakan negara di dunia menggunakan sistem asuransi sosial untuk membiayai jaminan sosialnya. Secara garis besar, jaminan sosial dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu yang bersifat jangka panjang seperti jaminan hari tua, pensiun, sementara putus kerja, dan kematian serta jaminan yang bersifat jangka pendek seperti jaminan kesehatan dan kecelakaan diri. Pendanaan jaminan sosial berbentuk asuransi sosial dapat dipaksakan kepada setiap penduduk atau pemberi kerja. Pemaksaan pembayaran iuran, seperti halnya pembayaran pajak, dilakukan karena mekanisme pasar (tidak ada pemaksaan) gagal memenuhi tujuan jaminan sosial. Asuransi komersial hanya bisa memberikan jaminan kepada yang mau dan mampu membeli saja. Itulah sebabnya sampai saat ini pegawai swasta tidak memiliki jaminan pensiun, karena tidak ada paksaan. Jamsostek hanya memberikan jaminan hari tua untuk waktu terbatas. Akibatnya banyak orang berupaya dengan berbagai cara untuk menjadi pegawai negeri. Di negara maju, orang tidak takut berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, sebab dimanapun dia bekerja dia akan mendapat asuransi kesehatan dan jaminan pensiun. Orang tidak perlu sikut-sikutan atau sogok-sogokan untuk bisa menjadi pegawai negeri. Apabila kita telah memiliki sebuah sistem jaminan sosial nasional seperti itu, maka pemerintah dapat lebih selektif memilih pegawai negeri yang lebih mampu mengemban fungsi publik.

Suatu sistem jaminan sosial pada hakikatnya juga merupakan suatu mekanisme pengumpulan dana modal jangka pendek dan jangka panjang yang luar biasa besarnya. Jika sebuah sistem jaminan sosial menetapkan iuran pekerja dan pemberi kerja sebesar 20% dari upah dan seluruh produksi bernilai Rp 1.000 triliun setahun, maka tiap tahun akan terkumpul dana jaminan sosial sebesar Rp 200 triliun, yang dapat dijadikan modal untuk menggerakkan roda ekonomi. Sayang, nilai dana yang terkumpul dari sistem jaminan sosial yang ada kini belum mencapai satu persen dari PDB kita setahun. Padahal di negara maju jumlahnya bisa mencapai diatas 20%, di Jerman misalnya pembiayaan jaminan sosial mencapai 34,4% produk domestik bruto di tahun 1997. Tekad Presiden Megawati dan dukungan MPR dalam amandemen UUD45 memang sangat beralasan. Banyak negara yang juga mengembangkan sistem jaminan sosial mereka setelah mengalami keterpurukan ekonomi. Jaminan sosial, khususnya dalam jaminan pelayanan kesehatan ibu hamil dan anak, akan menjamin bayi dan anak balita mendapatkan gizi dan pelayanan kesehatan yang memadai yang memungkinkan otak anak tersebut tumbuh sehat dan mencapai tingkat optimal. Pertumbuhan otak yang optimal, yang berhenti pada usia lima tahun, akan menjamin terbentuknya penduduk dengan potensi intelektual yang mampu bersaing di dunia. Dengan pembekalan kecerdasan emosional, spritual, dan pendidikan yang memadai kualitasnya, maka kualitas manusia Indonesia masa depan akan dapat diandalkan dan tidak diusir dari negeri jiran. Namun demikian, hasilnya baru dapat dinikmati satu generasi ke depan. Disinilah sulitnya. Kebanyakan orang tidak sanggup memahami hasil jangka panjang sehingga seringkali tidak mendukung program jaminan sosial. Apabila jaminan sosial telah berjalan dengan baik maka pembiayaan subsidi APBN untuk berbagai masalah sosial akan relatif kecil. Anggaran pemerintah dapat lebih difokuskan untuk pembiayaan sektor-sektor publik yang dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi dan penegakkan pemerintahan yang bersih. Dalam bidang kesehatan, jaminan sosial kesehatan (jamsoskes) dapat menciptakan pemerataan distribusi tenaga dan fasilitas kesehatan di berbagai daerah. Tujuan jaminan sosial yang merespons terhadap kebutuhan (needs), bukan demand akan memfasilitasi pemerataan. Uang jaminan akan mengalir ke daerah. Jumlah dokter yang kini memadati Jabotabek, sekitar 25% dokter ada

di Jabotabek untuk melayani 8% penduduk, dan fasilitas kesehatan lain akan ikut menyebar ke daerah. Hal ini akan mendorong berkembangnya pelayanan kesehatan di daerah. Tenaga kerja yang menghadapi pensiun atau yang mencari kerja yang aman, juga tidak perlu berebut ke kota besar jika jaminan hari tua dan pensiunnya dapat dijamin di daerah. Para pensiunan akan lebih senang tinggal di kota kecil. Tinggal di kota kecil relatif lebih murah dan lebih tenang, sehingga hal ini akan mendorong migrasi balik ke kota kecil. Dengan demikian, jaminan sosial akan mempercepat terjadinya keseimbangan pembangunan di pusat dan daerah. Tantangan yang dihadapi Program jaminan sosial jelas mempunyai manfaat bagi perorangan, masyarakat, dan negara yang sangat besar. Namun, apakah program tersebut dapat segera dijalankan? Tantangan di depan mata masih sangat besar. Manajemen jaminan sosial yang ada sekarang tidak memberikan citra baik akibat tidak adekuatnya premi dan jaminan yang diberikan. Hal ini menimbulkan pesimisme berbagai pihak akan keberhasilan proggram jaminan sosial nasional. Berbagai kelompok di jajaran pemerintah, perusahaan BUMN, dan perusahaan swasta tidak ingin konsep dan eksistensinya terganggu dan karenanya kurang mendukung program jaminan sosial. Banyak diantara mereka yang berusaha mempertahankan apa yang mereka lakukan sekarang. Suatu program jaminan sosial nasional, mau tidak mau, harus merestruktirisasi berbagai program kesejahteraan tenaga kerja atau asuransi yang ada. Ada resistensi yang besar dalam upaya restrukturisasi ini. Status badan penyelenggara jaminan sosial sekarang yang berbentuk PT (Persero) dan misi BUMN yang dipacu untuk menghimpun dana APBN telah menimbulkan konflik serius. Penyelenggaraan program jaminan sosial bukanlah upaya untuk memenuhi pundi anggaran pemerintah. Kesalahan struktural ini juga telah menimbulkan tudingan monopoli, bahkan oleh pejabat pemerintah yang tidak mengerti hakikat jaminan sosial. Mereka lupa bahwa jaminan sosial lahir karena kegagalan pasar. Tidak tepatnya manajemen jaminan sosial telah menimbulkan tuntutan pelepasan program Jamsostek ke mekanisme pasar yang sudah pasti gagalnya. Banyak pihak tidak menyadari hal ini. Otonomi daerah juga telah mengirim sinyal yang keliru yang menyebabkan pemerintah daerah menuntut kewenangan sendiri untuk mengatur dan mengelola jaminan sosial.

Yang dilihat banyak pihak hanyalah terkumpulnya dana yang besar, yang menjadi ajang perebutan, tanpa melihat misi dan tujuan utama suatu sistem jaminan sosial. Banyak pejabat yang juga tidak mengerti esensi sistem jaminan sosial yang memahami bahwa jaminan sosial akan membebani APBN. Oleh karenanya langkah pertama yang harus dilakukan pemerintah adalah mendidik aparatnya sendiri tentang apa, mengapa, dan bagaimana suatu sistem jaminan sosial berfungsi. Di pihak lain, para pengusaha yang ingin mengeruk untung besar selalu menakut-nakuti pejabat bahwa jaminan sosial akan membebani perusahaan, dapat menurunkan daya saing dan menutup lapangan pekerjaan. Mengapa perusahaan yang sama yang membayar gaji lebih tinggi dan membayar iuran jaminan sosial yang juga lebih tinggi di Korea, Taiwan, Muangtai, dan Malaysia bisa bersaing di pasar internasional? Mengapa jaminan sosial di Indonesia dapat mengancam? Banyak pejabat dan wakil rakyat yang begitu cepat percaya dengan argumen pengusaha yang tidak didukung fakta tersebut. Tekad mulia Presiden dan wakil rakyat, harus diuji dengan kondisi yang masih sangat sulit. Tekad tersebut harus diikuti dengan keberanian berindak yang mungkin tidak populer sekarang, tetapi mempunyai daya ungkit ekonomi dan sosial yang besar di kemudian hari. Apakah kita punya nyali untuk berubah?