Pengembangan Metodologi Pengajaran Funny SKL dan Tutorial Sebaya di MTs Negeri 10 Sleman

dokumen-dokumen yang mirip
Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

Ahlan wa Sahlan. PARA TAMU UNDANGAN open house

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN MEJING 2 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. menghantarkan pendidikan menuju kemajuan adalah konsep dan. pengembangan kurikulum yang jelas di sekolah.

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri 11 Madiun

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PERAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS X.A SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

In In Permatasari Pengayaan PAI di SMP Salman Alfarisi Sebagai lembaga tempat terjadinya pendidikan, sekolah merupakan sektor penting yang dapat menja

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COMPLETE

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian mengenai implementasi program SKS di SMAN 3 Bandung

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

PEMANFAATAN TRYOUT ONLINE SEBAGAI MEDIA REMEDIAL BAHASA INDONESIA UNTUK MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SMP

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI IRISAN KERUCUT DENGANN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

Rohmawati et al., Penerapan Metode Role Playing...

PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TIRON 02

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

NASKAH PUBLIKASI. Di Susun Oleh : Dewi Kusumawardani Nim:

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penentu mutu sumber daya manusia. Mutu pendidikan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

Rahayu Siti Fatonah, Purwati Kuswarini Suprapto, Romy Faisal Mustofa

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 2.1, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Wajar kalau setiap sekolah mengalami banyak kendala walaupun. persoalannya berbeda-beda tapi substansinya sama yaitu bagaimana

BAB IV ANALISIS PERAN PAGUYUBAN ORANG TUA DALAM MENDUKUNG KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SD MUHAMMADIYAH 01 KANDANG PANJANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

Pendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1

Listiani dan Kusuma. Memperkenalkan Penerapan Strategi 1

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika OLEH AGUSSANTA HIDAYAT E1R112002

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

Lepi Candra 1, Lili Andriani 2 Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP UNBARI. Abstrak

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB II TUJUAN PENDIDIKAN, VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH

TINGKAT KESIAPAN GURU DAN PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPA DALAM KURIKULUM 2013 KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Pertama Diterima: 27 April 2017 Bukti Akhir Diterima: 06 Mei 2017

Implementasi Total Quality Education Di SMK Negeri 1 Jember Pada Aspek Pengembangan Kurikulum Dan Tenaga Kependidikan

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa unsur penting

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

IMPLEMENTASI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGELOLA PERPUSTAKAAN

MANAJEMEN KURIKULUM KELAS BILINGUAL

PENERAPAN MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN TAMAN 3 MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

PREZI INNOVATION USAGE TO INCREASE 10 TH BOGA CLASS STUDENT LEARNING MOTIVATION IN SANITATION, HYGIENE & SAFETY LEARNING SUBJECT IN SMKN 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

Sumber : Data Primer yang Diolah Tahun 2013 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

THE USE OF POSITIVE NEGATIVE CARDS TO INCREASE LEARNING ACHIEVEMENT OF INTEGERS FOR FOURTH GRADE STUDENTS

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MEDIA GEOGEBRA UNTUH MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN MATEMATIKA.

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya

PENGGUNAAN TUTOR SEBAYA UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

Economic Education Analysis Journal

Diajukan Oleh: Clara Setyo Hanani A

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA KELAS VIII SMP KARTIKA I-7 PADANG.

Oleh : A A Gde Wahyu Wicaksana, Universitas Negeri Yogyakarta,

Transkripsi:

11 Pengembangan Metodologi Pengajaran Funny SKL dan Tutorial Sebaya di MTs Negeri 10 Sleman MTs Negeri 10 Sleman e-mail: busyroni.majid@gmail.com Abstract This research aims to develop a Funny SKL teaching methodology and peer-to-peer tutorials with psychological factors as the target. It is undeniable that the average value acquisition in a madrasah is still one of the parameters to be said to be a superior madrasah in the academic field. Teachers in MTs Negeri 10 Sleman have fulfilled the standards and in accordance with his educational background. The challenges faced by teachers to achieve a high national exam score are still weak to the motivation of the students. Madrasah seeks to develop learning methods to eliminate the barriers that exist in the students. MTs Negeri 10 Sleman has developed two methods of learning; First, Funny (SKL) Competency standards graduates, namely SKL focusing methods applied with the Capita selecta problem, both development of learning methods with peer tutorials. The development of this learning method is the same as the development of Madrasah culture, which is the formation of a character madrasah, Madrasah competence and Madrasah literation. The development of this learning method can result in an increase in the average acquisition of the national exam scores of the year 2016/2017 lesson years 2018/2019 as many as 3.6 points, and above the national average value. Keywords: Funny SKL, Learning Methods, Peer Tutor Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metodologi pengajaran Funny SKL dan tutorial sebaya dengan faktor psikologis sebagai sasarannya. Tidak dipungkiri bahwa perolehan nilai secara rata-rata di suatu madrasah masih menjadi salah satu parameter untuk dikatakan sebagai madrasah yang unggul di bidang akademik. Guru di MTs Negeri 10 Sleman telah memenuhi standar dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Tantangan yang dihadapi guru untuk mencapai nilai ujian nasional yang tinggi adalah masih lemahnya motivasi peserta didik. Madrasah berusaha mengembangkan metode pembelajaran untuk mengeliminir hambatan yang ada pada diri peserta didik. MTs Negeri 10 Sleman telah mengembangkan dua metode pembelajaran; pertama Funny (SKL) Standar Kompetensi Lulusan, yaitu metode pemfokusan SKL yang diaplikasikan dengan kapita selekta soal, kedua pengembangan metode pembelajaran dengan tutorial teman sebaya. Pengembangan metode belajar ini disinergikan dengan pengembangan kultur madrasah yang

12 berupa pembentukan madrasah berkarakter, madrasah kompetensi dan madrasah literasi. Pengembangan metode pembelajaran ini dapat menghasilkan peningkatan rata-rata perolehan nilai ujian nasional dari tahun pelajaran 2016/2017 s.d tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 3.6 poin, dan berada di atas nilai rata-rata nasional. Kata Kunci: Funny SKL, Metode Belajar, Tutor Sebaya Pendahuluan Ujian Nasional (UN) hingga saat ini masih dijadikan sebagai salah satu parameter untuk menyatakan suatu sekolah atau madrasah adalah sekolah yang unggul dan berprestasi. Nilai UN juga masih dijadikan sebagai suatu penentu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi bagi para lulusannya, meskipun saat ini hasil ujian nasional tidak dijadikan sebagai penentu kelulusan dan adanya kebijakan zonasi di kementerian pendidikan nasional. Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan ujian nasional oleh pelaku pendidikan (guru, peserta didik) tentunya harus dilaksanakan dengan segala konsekuensinya karena kebijakan pemerintah tersebut mengarah kepada seluruh sekolah yang berada di bawah kementerian pendidikan nasional dan madrasah yang berada di bawah kementerian agama. Ketentuan tersebut akan berdampak pada tuntutan masyarakat yang sama terhadap lulusan madrasah, dan juga menjadi tantangan bagi komponen madrasah karena hasil ujian nasional akan terlihat secara nasional melalui hasil per provinsi. Madrasah tentunya tidak ingin menjadi komponen yang menjadi jangkar (pemberat) bagi kualitas lulusan tingkat menengah. Muatan bidang studi di sekolah kementerian pendidikan nasional dan yang ada di madrasah secara kuantitas mempunyai banyak perbedaan. Hal tersebut dapat dilihat pada muatan kurikulum 2013 yang ada di sekolah tingkat SMP sejumlah 38 jam tatap muka per pekan (3 jam untuk PAI), sedangkan yang ada di madrasah minimal sejumlah 46 jam tatap muka per pekan (35 bidang umum + 8 PAI + 3 Bahasa Arab). Secara kuantitas hal tersebut sulit dikatakan sama, karena memang uncomparatible (tidak untuk dibandingkan), akan tetapi paradigma dan ekspektasi masyarakat tidak dapat dipungkiri bahwa madrasah harus sama atau bahkan dapat lebih dari sekolah SMP. Asumsi yang banyak digunakan di masyarakat adalah karena madrasah ada pelajaran agama yang komprehensif sehingga dapat mengarahkan peserta didik untuk lebih siap secara mental menghadapi ujian nasional. Harapan masyarakat tentu tidak dapat dikatakan salah, karena tujuan keberadaan madrasah tidak luput dari harapan masyarakat yang terungkap tersebut. Di sisi yang lain, bukan menjadi persepsi baru bahwa sebagian besar orang tua yang saat mendapati hasil nilai ujian nasional di sekolah dasar (SD) dengan nilai tinggi maka yang terbayang pertama di benak orang tua adalah dapat masuk ke SMP yang favorit. Sebaliknya ketika mendapati hasil nilai ujian nasional di sekolah dasar dengan nilai yang mepet atau bahkan rendah maka akan terbayang kata madrasah. Fakta yang demikian tentu tidak dapat diubah dengan kata-kata atau janji-janji dari pihak madrasah untuk dapat dijadikan pandangan pertama

13 bagi orang tua, fakta tersebut dapat diubah dengan hasil konkret dari madrasah. Jika madrasah dapat membuktikan bahwa dengan beban kuantitas bidang studi yang lebih banyak dapat mendorong capaian nilai ujian nasional yang tinggi dan aplikasi keagamaan yang santun maka tanpa memberi janji pun madrasah akan menjadi the first choice bagi masyarakat. Pembuktian tersebut menjadi tanggung jawab seluruh komponen madrasah dari level kebijakan hingga level operasional sesuai dengan bidang kompetensinya. Para guru di MTs Negeri 10 Sleman dengan segala kemampuan dan kompetensi yang ada mencoba untuk ikut andil dalam upaya menuju madrasah hebat bermartabat. Pengembangan Metodologi Pengajaran di MTs Negeri 10 Sleman Kesadaran terhadap tuntutan dan ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap lulusan MTs N 10 Sleman dan beban yang ada pada peserta didik, maka diperlukan kajian yang komprehensif untuk dapat mewujudkan. Dalam mewujudkan impian tersebut telah dikenali beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang dapat diungkapkan di antaranya fasilitas yang dimiliki MTs N 10 Sleman telah memadai untuk proses pembelajaran tingkat menengah. Fasilitas yang dimaksud berupa prasarana dan sarana telah tersedia secara permanen. Kelas berjumlah 12 lokal, sarana komputasi dan internet telah tersedia dan dapat dioptimalkan oleh para guru untuk sarana pengembangan pembelajaran dan materi pembelajaran. Lingkungan MTs N 10 Sleman cukup kondusif untuk proses belajar mengajar dengan didukung keasrian taman. Faktor pendukung yang lain secara umum orang tua bersedia atas konsekuensi finansial yang timbul dengan koordinasi dengan komite madrasah. Faktor penghambat yang dapat diungkapkan untuk menuju tujuan banyak berasal dari peserta didik di antaranya kejenuhan yang cepat muncul, kegiatan luar pendidikan yang lebih menarik. Penghambat yang lain adalah perhatian yang tinggi para peserta didik terhadap perangkat gawai (gadget) yang kadang tidak sesuai dengan fungsinya. Mengatasi hal tersebut, madrasah berupaya untuk mengoptimalkan gawai yang dimiliki dengan memberdayakan guru dalam melakukan penilaian melalui tugas-tugas serta latihan soal berbasis online. Guru dilatih untuk dapat membuat soal berbasis online sekaligus mendapatkan fasilitas analisa hasil dan dapat dikoneksikan dengan orang tua wali. Orang tua wali dapat ikut memantau hasil yang diperoleh oleh peserta didik. Dari penghambat yang muncul maka para guru mengidentifikasi hal yang menjadi perhatian utama untuk dihilangkan adalah kejenuhan dalam menghadapi pelajaran bidang ujian nasional dengan cara yang komprehensif. Hal tersebut diatasi dengan melibatkan komponen terkait yaitu guru bimbingan konseling, pakar psikolog dan motivasi rohani dan program rekreasi. Guru bidang studi ujian nasional juga membahas secara serius metodologi yang dapat menyenangkan bagi peserta didik sehingga muncul daya addictif (ketagihan) bukan kejenuhan.

14 Pendekatan psikis yang telah dilakukan di Mt N 10 Sleman dengan mengadakan kegiatan AMT, pendampingan guru untuk pemantauan belajar secara penuh dan juga menerima keluhan problematik yang telah muncul pada peserta didik, problematik di madrasah atau pun di lingkungan keluarga. Kegiatan doa bersama untuk memantapkan hati dan pikiran dan upaya ketawakalan seluruh komponen madrasah. Kegiatan rekreasi sebagai penyegaran fisik dan pikiran dilakukan dengan outbond bekerja sama dengan lembaga yang berkompeten. Pengembangan metodologi pengajaran bidang studi ujian nasional diterapkan pada peserta didik dengan 2 (dua) cara: 1. Funny SKL (Standar Kompetensi Lulusan), metode yang dikembangkan oleh para guru bidang studi ujian nasional dengan pola pemahaman terhadap 1 (SKL) yang diikuti dengan pemberian contoh soal dengan variasi. Tujuan metode ini agar peserta didik pada SKL yang sedang dibahas memiliki tingkat pemahaman yang dalam. Ketika peserta didik dapat mengerjakan soal pada variasi tertentu maka peserta didik akan merasa puas. Berpijak dari rasa puas tersebut akan mendorong peserta didik mengerjakan variasi yang lain. Guru tidak beralih ke SKL yang lain sebelum peserta didik memiliki pemahaman yang dalam terhadap SKL. Dalam metode ini, guru dituntut untuk memiliki bank soal yang banyak dan variatif yang dapat diperoleh secara mandiri atau kolektif. Metode ini juga memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih SKL yang mereka anggap sulit untuk dipahami. Penggunaan metode funny SKL diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar intrakurikuler dan pada saat penambahan jam pelajaran di luar intrakurikuler. 2. Tutorial teman sebaya, metode ini sangat berguna bagi peserta didik yang merasa sulit untuk memahami materi meskipun dengan ragam variasi yang cukup banyak, namun ada kendala untuk mengkomunikasikan kepada guru. Rasa kesebayaan dengan teman akan mencairkan keseganan yang ada. Peran guru adalah membentuk kelompok dengan berdasarkan pemahaman guru atas prestasi peserta didik pada masing-masing kelas. Kelompok yang dibuat juga bersifat dinamis, setiap pertemuan dengan SKL yang berbeda dengan pola tutorial sebaya dengan anggota kelompok yang berbeda, tetapi untuk peserta didik yang dijadikan narasumber tetap dijadikan ketua kelompok. Keunggulan metode ini peserta didik antusias untuk memahami materi dengan bertanya, berdiskusi dengan teman tanpa ada jarak yang memisahkan mereka. Guru berperan sebagai moderator jika terdapat kebuntuan pemahaman dalam SKL yang dibahas dalam kelompok tersebut. Gambar 1. Suasana Penerapan Metode Tutorial Teman

15 Pengembangan Kultur di MTs Negeri 10 Sleman Pengembangan kultur madrasah diharapkan bersinergi dengan pengembangan metode pembelajaran sehingga dapat dihasilkan output yang maksimal. Beberapa pengembangan kultur madrasah dilakukan secara komprehensif dengan sasaran aspek karakter dengan sebutan madrasah karakter, aspek kemahiran dengan sebutan madrasah kompetensi dan pengembangan pengetahuan dengan sebutan madrasah literasi. 1. Madrasah Karakter Perkembangan teknologi yang tiada mengenal batas berdampak nyata dalam performa anak remaja. Fakta demikian berdampak sistemik, nilai kepekaan sosial mengalami penurunan, hilangnya tenggang rasa. Keniscayaan bagi orang tua mempunyai anak yang shalih/shalihah dengan prestasi tinggi dengan ruh kesantunan. Namun seakan terdapat jurang tanpa jembatan yang dihadapi oleh orang tua dan anak. Jembatan tersebut yang ditawarkan oleh madrasah kepada masyarakat. Pembentukan karakter menjadi ikon yang dikemas dan menjadikan hati nurani sebagai sasaran. Madrasah mempunyai keyakinan jika hati telah terlunakkan maka prestasi akan menjadi suatu keniscayaan. Madrasah mengenalkan madrasah tahfidz dengan dimulai hafal juz 30 dan seterusnya. Madrasah memberikan peluang kepada anak untuk dapat masuk madrasah melalui jalur tahfidz. Capaian yang diinginkan dengan program ini tentu bukan hafiz 30 juz Al-Quran, namun dengan anak banyak membaca dan menghafal Al-Quran maka perilakunya akan terjaga. Pencanangan hal tersebut disambut antusias oleh masyarakat terbukti dengan keinginan masyarakat menggunakan jalur tahfidz sebagai pintu masuk ke MTs Negeri 10 Sleman dan menggantungkan harapan agar peserta didik dapat terkendalikan perilakunya dengan ayat-ayat Al-Quran yang mereka baca. Madrasah telah menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan madrasah karakter ini dengan melibatkan semua komponen yang ada di madrasah, karena karakter lebih bertumpu kepada percontohan (Uswatun) dibandingkan dengan tutur kata. Di samping pembelajaran tahfidz, peserta didik dikenalkan dengan amaliah-amaliah yang menjadi pelembut hati peserta didik, di antaranya membaca bersama Asmaul Husna, doa bersama setelah salat duha, wirid bersama setelah salat dzuhur berjamaah serat tadarus Al-Quran yang merupakan acara pembuka pembelajaran. 2. Madrasah Kompetensi Indikator lembaga pendidikan dikatakan berhasil, output kuantitatif yang terekspresikan dalam prestasi akademik. Tuntutan tersebut disadari komponen madrasah dalam wujud pengembangan diri seluruh sumber daya manusia. Pengembangan ketrampilan para guru begitu masif dilakukan, dibuktikan dengan madrasah mengembangkan kompetensi IT bagi guru, hingga guru akrab dengan internet secara positif yang dalam bentuk soal online dirancang oleh guru. Penggunaan IT yang positif merupakan langkah yang ditempuh madrasah sebagai bentuk mengikuti perkembangan zaman

16 tanpa terseret arus. MTs Negeri 10 Sleman telah melakukan pembuatan aplikasi pendidikan secara mandiri. Keadaan yang demikian diharapkan menghasilkan guru-guru yang berkompeten dengan bidangnya sehingga sesuai dengan sebutan guru profesional. 3. Madrasah Literasi Aneka macam gerakan literasi telah dilaksanakan di antaranya literasi budaya yang berkembang di masyarakat sekitar madrasah, memasukkan nilainilai karakter melalui pentas wayang pendidikan yang diselenggarakan oleh madrasah bekerja sama dengan dinas kebudayaan. Telah terjalin keakraban antara madrasah dengan dinas lintas sektoral sehingga program literasi menjadi mudah dilaksanakan. Madrasah secara rutin mendapatkan kesempatan untuk mengikuti wajib kunjung museum yang diselenggarakan oleh dinas kebudayaan provinsi yang merupakan wujudnya nyata adanya literasi budaya bagi peserta didik. Madrasah juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi/perguruan tinggi ataupun poli seni untuk mengembangkan program literasi. Fasilitas literasi telah menjadi perhatian madrasah, sehingga mudah dijumpai di madrasah terdapat pojok literasi sebagai taman anak-anak menjelajah dunia buku ataupun dunia maya sebagai bentuk adanya program literasi teknologi. Perolehan Ujian Nasional Tahun 2016/2017-2018/2019 Hasil rata-rata ujian nasional yang diperoleh MTs N 10 Sleman dibandingkan dengan nilai provinsi serta nilai secara nasional dapat dilihat pada pembahasan berikut: Tabel 1. Perbandingan Hasil Rata-Rata Nilai Ujian Nasional Wilayah 2016/2017 2017/2018 2018/2019 MTs Negeri 10 Sleman 59.92 61.4 63.52 D.I. Yogyakarta* 62.1 62.5 64.6 Nasional* 54.25 51.1 51.76 Sumber: http://puspendik.kemendikbud.go.id Tabel 1 menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata dari tahun pelajaran 2016/2017 s.d tahun pelajaran 2018/2019 dan dapat berada di atas ratarata nasional. Untuk hasil per bidang studi ujian nasional juga mengalami peningkatan rata-rata dari tahun pelajaran 2016/2017 s.d. tahun pelajaran 2018/2019. Tabel 2. Perbandingan Hasil Per Bidang Studi Bidang Studi 2016/2017 2017/2018 2018/2019 Bahasa Indonesia 79.18 79.88 82.15 Bahasa Inggris 49.29 57.13 58.66 Matematika 52.65 51.15 52.63 Ilmu Pengetahuan Alam 58.55 57.41 60.66

17 Untuk bidang studi matematika mengalami penurunan pada tahun pelajaran 2017/2018 namun kembali naik pada tahun pelajaran 2018/2019. Hal tersebut selanjutnya dikaji dengan memperhatikan analisis soal yang telah dikeluarkan oleh kementerian pendidikan nasional sebagai bahan evaluasi. Dengan hasil yang diperoleh dapat menjadi penyemangat para guru bidang studi ujian nasional untuk terus mengembangkan metodologi yang menarik dan menyenangkan sehingga para peserta didik merasa nyaman dalam mendalami materi ujian nasional. Dampak Capaian Hasil Ujian Nasional Bagi Madrasah Dampak yang diharapkan dari capaian hasil ujian nasional pada MTs Negeri 10 Sleman adalah semakin kuatnya kepercayaan masyarakat untuk menyerahkan putra putrinya di didik di madrasah. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah animo pendaftar pada tahun pelajaran baru yang semakin meningkat. Peningkatan tersebut berkorelasi dengan adanya peningkatan rata-rata nilai yang terseleksi untuk dapat masuk ke MTs Negeri 10 Sleman. Data peningkatan animo masyarakat untuk mendaftar di madrasah dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Rekapitulasi PPDB MTs Negeri 10 Sleman 2016/2017 2017/2018 2018/2019 Pendaftar 196 208 254 Nem Tertinggi 271.50 257 254 Nem Terendah 198.66 199 214 NEM Rata-Rata 215.96 216.57 225.87 Jumlah pendaftar pada tahun pelajaran 2018/2019 mengalami kenaikan sebesar 5.7% dan meningkat tajam pada tahun pelajaran 2019/2020 yang mencapai 18.11%. Adapun nilai tertinggi mengalami penurunan namun untuk nilai terendah mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Perolehan nilai rata-rata pendaftar mengalami kenaikan menyeluruh, khususnya menonjol pada tahun pelajaran 2019/2020. Dampak lain yang dirasakan adalah tingkat kepercayaan peserta didik yang berasal dari Madrasah Ibtidaiah (MI) mengalami peningkatan yang tinggi dan menandakan bahwa dengan adanya kebijakan zonasi di kementerian pendidikan nasional tidak berdampak negatif terhadap eksistensi madrasah. Tabel 4. Data Pendaftar Berdasar Asal Sekolah 2016/2017 2017/2018 2018/2019 SD 105 89 70 MI 39 39 58 Jumlah 144 128 128 Pada tahun pelajaran 2017/2018 jumlah kuota per kelas untuk tingkat MTs menurut petunjuk teknis penerimaan peserta didik baru yang dikeluarkan kantor wilayah kementerian agama sejumlah 36 peserta didik, oleh karena itu jumlah yang dapat diterima pada tahun tersebut mencapai 144 peserta didik baru karena di MTs

18 Negeri 10 Sleman terdapat 4 kelas pararel. Tahun pelajaran berikutnya jumlah kuota per kelas kembali kepada jumlah 32 peserta didik. Tingginya minat lulusan madrasah ibtidaiah juga dipengaruhi oleh sosialisasi madrasah secara intens dalam berbagai event untuk menjalin kesinergian madrasah pada berbagai level (RA, MI, MTs dan MA). Simpulan Keberhasilan proses belajar mengajar merupakan hasil sinergi strategi dan metode pembelajaran yang senantiasa dikembangkan sesuai dengan kondisi peserta didik. Harapan dan ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap madrasah dapat dijadikan suatu amanah yang harus diemban oleh semua komponen madrasah. Pengembangan dan pembaruan metodologi mengajar dapat menjadi pintu masuk menuju keberhasilan output madrasah, sehingga tidak terjadi kejumudan metodologi yang berujung pada kejenuhan sehingga jargon madrasah hebat bermartabat akan dapat tercapai apabila terjadi kesinergian semua lini madrasah serta pengambil kebijakan yang berkaitan dengan kemadrasahan. Daftar Pustaka Ainul, Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pilar Media Aqib, Zainal. 2018. Buku Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Bandung: Satu Nusa Boeree, George. 2008. Metode Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Foundation, Asia. 2015. Pendidikan Karakter untuk Pesantren dan Madrasah. Jakarta: Yayasan Paramadina Shoimin, Aris. 2017. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Tim Direktorat Pendidikan Madrasah. 2010. Wawasan Pendidikan Karakter dalam Islam. Jakarta: Direktor Pendidikan Madrasah Tanirejo, Tukiran. 2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Yogyakarta: Delia Press Nasution, S. 2012. Teknologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara Widodo, Rh. 2013. Guru Patriot. Yogyakarta: Ar Ruzz Media