BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Hubungan Dukungan Sosial dan Learning Burnout Pada Mahasiswa Kelas Karyawan di Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. persaingan kerja yang sehat dan tidak sehat. Adanya persaingan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dukungan sosial dari atasan dengan burnout pada paramedis keperawatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. menjadi sinis tentang karier mereka. Penjelasan umum tentang. pergaulan dan merasa berprestasi rendah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

ABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave.

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. staf yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di Universitas, Perguruan tinggi, Institut, maupun Akademik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. tahun 1973 (Farber, 1991; Widiyanti, Yulianto & Purba, 2007). Burnout. dengan kebutuhan dan harapan (Rizka, 2013).

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.

Studi Deskriptif Mengenai Burnout pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Bandung

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui pengaruh konflik kerja terhadap burnout pada karyawan PT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mempunyai tantangan. Tantangan tersebut didapat dari klien

menilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN. Informasi saat ini merupakan bagian yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Metode Penelitian Kegiatan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara dukungan rekan kerja dan sindroma burnout pada perawat ICU Rumah Sakit X Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, tindakan medis, dan diagnostik serta upaya rehabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tbk. Sumatera Utara. Tema ini penting dibahas karena karyawan merupakan aset

Abstrak. Kata kunci: kelelahan emosional, stres kerja, perilaku menyimpang karyawan.

MOTIVASI KERJA DENGAN KEJADIAN BURNOUT PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB I PENGANTAR. A.Latar Belakang Masalah. hal-hal yang dapat menimbulkan stres yang pada akhirnya menimbulkan burnout.

ANALISIS PERBEDAAN BURNOUT PEGAWAI PRIA DAN WANITA DI BCA KANTOR CABANG UTAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hardiness dan burnout.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Tidak dapat

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Di era modern saat ini, kemajuan industri dan teknologi menyebabkan semakin besar beban yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan. Perusahaan harus berusaha keras agar dapat menyeimbangi perusahan lain dalam segala aspek. Menurut data Kementrian Perindustrian, sebanyak 60 perusahaan di Indonesia terancam pailit (Kemenperin, 2015). Hal tersebut membuat perusahaan harus meningkatkan kualitas perusahaan, baik dari segi teknologi, sistem, dan individu di dalam perusahaan. Peran individu di dalam perusahaan adalah penting. Individu di perusahaan mempengaruhi maju atau mundurnya sebuah perusahaan. Salah satu masalah yang sering muncul terkait dengan individu dalam menghadapi persaingan antar perusahaan yakni stres. Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk dapat berhubungan dengan lingkungan secara normal. Stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan individu menderita burnout (Sihotang, 2004). Maslach dan Jackson (1981) mendefinisikan burnout sebagai sindrom kelelahan emosional dan sinisme yang sering terjadi pada individu yang bekerja. Kata kunci dari sindrom burnout ini adalah meningkatnya rasa kelelahan emosional yang dirasakan oleh individu. 1

2 Schaufeli dan Greenglass (2001) juga mendiskripsikan burnout dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional yang menyebabkan individu kurang produktif dalam menunjukkan performa kerja. Menurut Maslach (Samsuddin, 2013), gejala burnout banyak ditemukan pada pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan kemanusiaan. Hal ini dikarenakan pekerjaan pelayanan kemanusiaan banyak melibatkan aspek emosional yang dapat menimbulkan tekanan yang cukup besar pada individu. Teori tersebut didukung oleh penelitian dari Santos, Alves, dan Rodrigues (2009) yang menunjukkan bahwa tingkat burnout yang tinggi banyak dialami oleh pekerja sosial dan perawat. Penelitian dari Mariyanti dan Citrawati (2011) juga menunjukkan bahwa burnout yang tinggi banyak dialami oleh perawat di RSAB Harapan Kita, khususnya perawat di ruang rawat jalan. Burnout tersebut dipicu oleh masalah yang ada di ruang rawat jalan, seperti komplain dari pasien tentang pelayanan yang lamban, kinerja administrasi, perawat yang bersikap judes, dan dokter yang tidak serius bekerja. Pada kenyataannya burnout tidak saja dialami oleh pekerja yang berhubungan dengan pelayanan kemanusiaan. Menurut Maslach, Jackson, dan Leiter (Rizka, 2013), burnout juga banyak ditemukan pada jenis pekerjaan lain, seperti bidang organisasi maupun industri. Hal tersebut didukung oleh penelitian Gorji (2011) yang menunjukkan sebesar 30,75% pegawai bank di Mellat Bank Iran mengalami burnout akibat dari tekanan psikologis dalam menghadapi pelanggan. Di Indonesia, kurang lebih ada

3 satu juta korban bunuh diri setiap tahun di Indonesia akibat dari kelelahan dan stres kerja yang berkepanjangan (Tribunnews, 2015). Selain itu, penelitian Rizka (2013) membuktikan bahwa sebanyak 44,9% karyawan di perusahaan Gumilang Sumbawa Barat mengalami burnout akibat dari lingkungan kerja yang kurang baik sehingga prestasi kerja karyawan menjadi berkurang. Burnout yang terjadi pada karyawan memberikan beberapa dampak buruk pada diri individu itu sendiri maupun luar diri individu. Ubaydillah (Samsuddin, 2013) menjelaskan dampak buruk burnout pada individu bergantung pada kadar burnout itu sendiri. Burnout dengan kadar yang rendah bisa menciptakan gangguan hubungan interpersonal dalam diri individu. Burnout dengan kadar yang sedang bisa menyebabkan gangguan intrapersonal di tempat kerja atau di dalam kehidupan secara umum. Burnout dengan kadar yang tinggi dapat menciptakan gangguan antara individu dengan pekerjaan. Selain berdampak buruk terhadap diri sendiri, burnout juga memberikan efek negatif terhadap perusahaan. Menurut Cat, Cengiz, dan Cengiz (2014), perusahaan harus menghadapi beberapa persoalan akibat burnout, seperti menurunnya performa kinerja karyawan, menurunnya loyalitas karyawan terhadap perusahaan, menurunnya kepuasan kerja karyawan, serta membengkaknya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya burnout pada karyawan. Menurut Maslach, Schaufeli, dan Leiter (2001), penyebab

4 umum terjadinya burnout dibagi menjadi dua kategori, yaitu situasional dan individual. Faktor yang pertama adalah faktor situasional yang mencakup tuntutan pekerjaan dan sumber daya kerja. Sebagai contoh antara lain ketidakjelasan peran, konflik peran, beban kerja yang berlebih, dan kurangnya hasil kerja atau prestasi individu. Faktor kedua adalah faktor individual yang mencakup status sosial, ekonomi, karakteristik individu, dan aspek demografi (usia, gender, dan lain sebagainya). Selain kedua faktor tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi burnout. Menurut Ellison, Boardman, Willims, & Jackson (2001), agama juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi burnout seseorang. Menurut Taylor,dkk (Kutcher, 2010), keikutsertaan individu dalam kegiatan keagamaan dapat memberikan beberapa manfaat, seperti sumber dukungan sosial yang diperoleh dari sesama pemeluk agama, pengaruh positif bagi kesehatan mental dan fisik, dan individu dapat menjadikan agama sebagai mekanisme copying dalam menghadapi masalah yang menekan. Myers dan Diener (1995) berpendapat bahwa individu yang beragama dan memiliki tingkat spiritualitas tinggi lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupannya dibandingkan individu yang tidak beragama dan memiliki tingkat spiritualitas yang rendah. Oleh karena itu, spiritulitas menjadi faktor penting dalam menurunkan burnout pada individu. Salah satu pembahasan yang sedang berkembang dalam penelitian spiritual yakni spiritual well-being. Spiritual well-being menurut NICA

5 (National Interfaith Coalition on Aging) adalah penegasan hidup pada diri seseorang dalam manjalin hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan (Moberg, 2010). Spiritual well-being merupakan kondisi dimana individu mencapai kebahagiaan dan keselarasan hidup, khususnya dalam aspek spiritual. Individu dengan tingkat spiritual yang baik dapat mengetahui tujuan hidup yang sesungguhnya sehingga segala yang dikerjakan akan dilandasi untuk beribadah kepada Tuhan. Dalam menjalani kehidupan ini, seseorang dapat terbebas dari burnout serta mampu mengatasi problema apabila terdapat unsur iman dan agama yang teguh di dalam diri orang tersebut (Lestari, Rini & Purwati, 2002). Hal tersebut didukung oleh penelitian dari Glasberg, dkk (2007) yang menyatakan bahwa tingkat statistik burnout pada oncologist yang mengikuti kegiatan religi lebih rendah dibanding oncologist yang tidak ikut serta dalam kegiatan religi. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Elison dan Levin (Kutcher, 2010) juga membuktikan bahwa praktek keagamaan (berdoa dan beribadah ke gereja) dapat meredam burnout dan berdampak baik pada kesehatan. Menurut Hamid, Anwar, dan Fasikhah (2012), individu yang sedang menghadapi masalah, kemudian memasrahkan masalah tersebut kepada Sang Pencipta akan jauh lebih tahan menghadapi masalah tersebut dikarenakan kepasrahannya itu akan menjadi mekanisme copying bagi dirinya.

6 Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan spiritual well-being dan burnout pada karyawan yang akan dilaksanakan di Kantor Pusat PLN. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu terhadap salah satu karyawan Kantor Pusat PLN. Berdasarkan hasil wawancara, karyawan di Kantor Pusat PLN diminta untuk mengisi EES (Employee Engagement Survey) pada tiap semester. Dalam EES, terdapat 12 dimensi yang diukur, salah satunya adalah burnout. Namun, data EES diolah per unit secara korporat sehingga belum terdapat data spesifik mengenai tingkat burnout seluruh karyawan Kantor Pusat PLN. Berdasarkan hasil observasi, karyawan Kantor Pusat PLN memulai bekerja pada pukul 07.30 hingga pukul 16.00. Saat adzan berkumandang, para karyawan berbondong-bondong menuju mushola kantor yang letaknya berada di lantai bawah. Setelah jam kerja, para karyawan diberi kebebasan untuk memilih kegiatan ekstrakulikuler yang difasilitasi oleh kantor. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meredam burnout dan menggali potensi yang terpendam dalam diri karyawan. Kegiatan ekstrakulikuler tersebut di antaranya adalah seni tari, seni bela diri, basket, tahsin bacaan Al-Qur an (karyawan muslim), kajian keagamaan, serta masih banyak kegiatan lainnya. Melalui beberapa kegiatan yang bermuatan spiritual yang diadakan di Kantor Pusat PLN akan sangat cocok dengan tujuan penelitin. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk meneliti seberapa besar tingkat burnout yang dialami karyawan serta bagaimana

7 hasil analisis lebih lanjut terhadap hubungan antara spiritual well-being dan burnout pada karyawan. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan negatif antara spiritual well-being dan burnout pada karyawan? B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan spiritual well-being dan burnout pada karyawan. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi serta psikologi Islami. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah : a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perusahaan dalam rangka menurunkan tingkat burnout pada karyawan melalui peningkatan spiritual well-being. b. Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi karyawan untuk menjaga diri dari burnout melalui upaya peningkatan spiritual well-being.

8 c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber ilmu, informasi dan pijakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan cara atau teknik untuk meminimalisir maupun mencegah terjadinya burnout. D. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian mengenai burnout maupun spiritual well-being yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian oleh Latifatul Laili (2014) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Kesejahteraan Spiritual Terhadap Burnout Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori burnout dari Schaufeli, Martinez, Pinto, Salanova, Bakker (2002). Alat ukur yang digunakan adalah MBI-SS (Maslach Burnout Inventory-Student Survey). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kesejahteraan spiritual yang terbukti efektif mempegaruhi burnout pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan dokter di UII Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Nikki Rasuna Katarini (2011) dalam skripsinya yang berjudul Burnout Ditinjau Dari Persepsi Budaya Organisasi dan Motivasi Intrinsik di PT. Krakatau Steel. Penelitian tersebut menggunakan teori Maslach untuk burnout, teori Sobur untuk budaya organisasi, dan teori dari Thomas untuk motivasi intrinsik. Alat ukur yang digunakan adalah skala burnout, skala persepsi budaya

9 organisasi, dan skala motivasi intrinsik. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan direkorat logistik PT Krakatau Steel. Hasil dari penelitan ini yakni ada hubungan positif antara persepsi budaya organisasi dan motivasi intrinsik dengan burnout pada karyawan. Penelitian lainnya adalah Imelda Novalina Sihotang (2004) yakni Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis dan Jenis Kelamin. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori burnout dari Maslach. Alat ukur dalam penelitian ini adalah angket persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis, yang memuat lima aspek, yaitu: struktur kerja, tanggung jawab kerja, perhatian dan dukungan pimpinan, kerjasama kelompok, dan kelancaran komunikasi dan angket burnout yang menggunakan dimensi kelelahan fisik, dimensi kelelahan emosional, dimensi kelelahan mental, dimensi rendahnya penghargaan terhadap diri, dan dimensi depersonalisasi. Subjek penelitian berjumlah 80 orang yang merupakan karyawan dari PT Pertamina Up III Plaju. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang negatif antara persepsi lingkungan kerja psikologis dengan burnout dan ada perbedan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin. Penelitian lainnya oleh Purba, Yulianto, dan Widyanti (2007) yakni Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada Guru. Teori yang digunakan adalah burnout dari Maslach, sedangkan untuk dukungan sosial yaitu teori dari Sarafino. Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner A yang merupakan skala burnout yang mengacu pada teori burnout yang

10 dikemukakan oleh Cicilia Maslach yang terdiri dari tiga dimensi yaitu kelelahan emosi, depersonalisasi, dan low personal accomplishment. Kemudian pada bagian kedua adalah kuesioner B yang merupakan skala dukungan sosial mengacu pada teori yang dikemukakan E.P Sarafino mengenai lima jenis dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan jaringan sosial. Subjek penelitian adalah 159 guru di 12 sekolah, masingmasing 2 sekolah dari jenjang dan status sekolah yang berbeda. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari variabel, teori, alat ukur, serta subjek penelitian. Berikut ini dipaparkan secara lebih rinci letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya : 1. Keaslian Topik Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah burnout, sedangkan variabel bebas adalah spiritual well-being. Penelitian sebelumnya oleh Laili (2014) menggunakan variabel bebas dan tergantung yang sama, namun berbeda dalam penggunaan teori, alat ukur, dan subjek penelitian. 2. Keaslian teori Teori dalam penelitian ini adalah teori burnout dari Maslach, dan Jackson (1981). Beberapa penelitian yang telah disebutkan sebelumnya banyak menggunakan teori burnout dari Maslach, namun berbeda dari segi subjek penelitian yang digunakan. Sedangkan teori

11 spiritual well-being yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Ellison (Abu-El-Noor & Radwan, 2015). Penelitian sebelumnya oleh Laili (2014) menggunakan teori Fisher (2010). 3. Keaslian alat ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Maslach Burnout Inventory yang dikembangkan oleh Christina Maslach dan Susan E. Jackson (1981). Beberapa penelitian yang telah disebutkan sebelumnya juga menggunakan teori burnout dari Maslach, kecuali penelitian yang telah dilakukan oleh Laili (2014) menggunakan teori burnout dari Schaufeli, Martinez, Pinto, Salanova dan Bakker (2002). Sedangkan alat ukur spiritual well-being yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spiritual Well-being Scale yang dikembangkan oleh Dr Ellison dan Dr Paloutzion (Abu-El-Noor & Radwan, 2015). Penelitian sebelumnya oleh Laili (2014) menggunakan alat ukur Spiritual Well-being Questionaire. Oleh karena itu, kedua alat ukur tersebut menjadi pembeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Laili (2014). 4. Keaslian subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan Kantor Pusat PLN di Jakarta Pusat. Penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang melibatkan karyawan kantor di Jakarta, seperti dalam penelitian Laili (2014) menggunakan subjek mahasiswa pendidikan dokter di UII

12 Yogyakarta, Katarini (2011) menggunakan subjek karyawan direkorat logistik PT Krakatau Steel, Purba, Aries, dan Widyawanti (2007) menggunakan subjek 159 guru di 12 sekolah, dan Sihotang (2004) menggunakan subjek karyawan dari PT Pertamina Up III Plaju. Berdasarkan keempat hal di atas, peneliti meyakini bahwa penelitian yang berjudul Hubungan Spiritual Well-being dan Burnout Pada Karyawan belum pernah diteliti sebelumnya.