BAB I PENDAHULUAN. daerah semakin dituntut atas akuntabilitas dan transparansi dalam menyajikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang menyelenggarakanpemerintahan yang baik (good. governance) dan pemerintahan yang bersih (clean goverment), dituntut

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 MEMBAIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah semakin dituntut atas akuntabilitas dan transparansi dalam menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah untuk mencapai pengelolaan tata pemerintahan yang baik (Good Governance). Menurut Turner dan Hulme (1997) dalam Mardiasmo (2009: 21), tuntutan akuntabilitas mengharuskan lembagalembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability). Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Menurut Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, laporan keuangan yang dimaksud meliputi Laporan Realisasi Anggaran APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

2 Pemerintah harus menyajikan laporan keuangan yang memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan kepada para pemakai laporan keuangan guna dalam pengambilan keputusan. Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah menurut Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 71 tahun 2010 adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi antara lain relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Apabila laporan keuangan pemerintah memenuhi karakteristik kualitatif sebagaimana yang dimaksud dalam Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 71 tahun 2010, berarti pemerintah telah menyajikan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan pemerintah daerah setiap tahunnya medapatkan penilaian dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang berupa opini. Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004, opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) keseusaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-udangan, dan (iv) efektifitas sistem pengendalian intern. Dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004, terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan

3 pengecualian (qualified opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion). Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango pada tahun anggaran 2009-2014 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango Tahun Anggaran 2009-2014 Tahun Anggaran Opini BPK atas LKPD Kabupaten Bone Bolango 2009 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2013 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2014 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) *Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester II tahun 2014 (http://www.bpk.go.id). Berdasarkan Siaran Pers Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPD Kabupaten Bone Bolango TA 2012 oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Gorontalo (http://gorontalo.bpk.go.id), masalah laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bone Bolango tahun anggaran 2012 terkait penyajian aset tetap per 31 Desember 2012 dan 2011, yaitu terdapat Aset Tetap yang belum dapat diyakini kewajarannya sebesar Rp. 96.677.501.720,30 yang terdiri dari: (1) Aset Tetap Peralatan dan Mesin yang tidak dapat diketahui keberadaannya sebesar Rp. 16.002.569.966,30; (2) biaya perencanaan, pengawasan dan rehabilitasi yang belum dikapitalisasi ke aset terkait pada Aset Tetap Gedung dan Bangunan sebesar Rp. 11.252.037.626,00 dan pada Aset Tetap Jalan, Irigasi

4 dan Jaringan sebesar Rp. 64.151.950.964,00; (3) biaya ganti rugi tanaman dan bangunan sebesar Rp. 1.952.893.699,00 belum dikapitalisasi ke Aset Tanah terkait; dan Aset tetap lainnya berupa hewan ternak dan buku-buku sebesar Rp. 3.318.049.465,00 tidak dapat diketahui keberadaannya serta tidak dapat dirinci item jenis asetnya. Permasalahan pada tahun anggaran 2013-2014 telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun berdasarkan Siaran Pers Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPD Kabupaten Bone Bolango TA 2014 oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Gorontalo (http://gorontalo.bpk.id), masih ada beberapa temuan signifikan terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan sistem pengendalian internal yang perlu mendapat perhatian, antara lain (1) Pengelolaan dan pertanggungjawaban Kas di bendahara Pengeluaran belum memadai; (2) Aset tanah belum disertai bukti kepemilikan dan belum disajikan secara andal; (3) Pengelolaan Aset Tetap Peralatan dan Mesin Pemerintah Kabupaten Bone Bolango belum tertib. Berdasarkan penjelasan di atas, infromasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bone Bolango dapat dikatakan masih kurang berkualitas, karena kurangnya keandalan dalam penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini disebabkan karena pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah yang kurang maksimal dan pengelolaan barang milik daerah yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kualitas Laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah (SIKD). Menurut Darise (2009: 297), sistem informasi keuangan daerah selanjutnya disingkat SIKD adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan

5 keuangan dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambil keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Adapun pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah adalah penerapan sistem informasi akuntansi tersebut oleh masing-masing SKPD dalam proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah (Diani, 2014). Pemanfaatan teknologi informasi juga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah, penggunaan teknologi informasi merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, untuk membantu pengelolaan data yang lebih cepat, efektif dan efesien. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa untuk mencapai kebutuhan laporan keuangan yang berkualitas dibutuhkan sistem informasi keuangan daerah yang dapat membantu proses pengelolaan data agar lebih mudah, cepat, efektif, dan efisien. Sedangkan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah adalah penerapan sistem informasi keuangan daerah disetiap instansi untuk menyusun laporan keuangan. Pemerintah Kabupaten Bone Bolango menggunakan sistem informasi keuangan daerah dalam proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dengan suatu sistem yang bernama Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA). Permasalahan yang terjadi yang berkaitan dengan sistem informasi keuangan daerah yaitu pelayanan pembayaran tagihan (penginputan nilai tagihan) oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terutama Kantor Kecamatan yang jauh dari Pusat Pemerintahan Kabupaten

6 Bone Bolango, belum sepenuhnya dapat dilakukan secara on line. Penyebabnya, tidak semua Kantor Kecamatan dapat dilayani jaringan wireless Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, hal ini disebabkan keterbatasan jangkauan SIMDA Kabupaten Bone Bolango (http://www.dppkadbonebolango.org). Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dapat dipengaruhi oleh pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah. Berdasarkan penelitian Yuliani, Dkk (2010) tentang pengaruh pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada pemerintah Kota Banda Aceh. Hasilnya menunjukkan pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian Diani (2014) yang meneliti tentang pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah di SKPD di kota pariaman, menunjukan hasil pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan. Selain sistem informasi keuangan daerah, kualitas laporan keuangan juga dipengaruhi oleh penatausahaan barang milik daerah yang merupakan bagian dari pengelolaan barang milik daerah. Darise (2009:235) menjelaskan pengelolaan barang milik daerah meliputi: perencanaan kebutuhan anggaran; pengadaan; penerimaan, penyimpanan dan penyaluran; penggunaan; penatausahaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

7 penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan. Tertibnya penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah dapat sekaligus mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang tertib, efektif, dan optimal. Penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada kebijakan umum penatausahan Barang Milik Negara/Daerah yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Hasil penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah digunakan dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah, perencanaan kebutuhan, pengadaan dan pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah yang secara langsung akan menjadi bahan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementerian/Lembaga/ satuan kerja perangkat daerah dan perencanaan Barang Milik Negara/Daerah. Menurut Amatul (2013), pengelolaan barang milik daerah merupakan suatu yang harus dilaksanakan dengan baik agar dapat memberikan gambaran tentang kekayaan daerah, adanya kejelasan status kepemilikan, pengamanan barang daerah, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah dengan pemanfaatan aset daerah yang ada, serta dapat digunakan untuk dasar penyusunan laporan keuangan. Permasalahan yang terjadi terkait barang milik daerah di Kabupaten Bone Bolango yaitu masih adanya beberapa barang milik daerah pada beberapa SKPD yang digunakan tidak sesuai peruntukkannya, terdapat barang milik daerah yang tidak dapat diketahui keberadaannya, masih terdapat Aset Tetap Tanah yang berasal dari penyerahan Kabupaten Gorontalo (Kabupaten Induk) tidak didukung dengan bukti kepemilikan yang sah, serta terdapat barang milik

8 daerah yang pengelolaannya belum sesuai ketentuan yang berlaku (http://dppkadbonebolango.org). Kualitas laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh penatausahaan barang milik daerah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juhariah (2014) mengenai pengaruh pengelolaan aset tetap daerah terhadap kualitas laporan keuangan pada pemerintahan Kabupaten Majalengka, hasilnya menunjukkan pengelolaan aset tetap tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Selanjutnya penelitian Anggraeni (2015) yang meneliti tentang pengaruh penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) terhadap kualitas laporan keuangan pada kantor Kementrian Agama Kantor Probolinggo, hasilnya menunjukan penatausahaan Barang Milik Negara berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas dan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan hasil yang tidak konsisten maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) dan Penatausahaan Barang Milik Daerah (BMD) terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bone Bolango).

9 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah (SIKD) yang kurang maksimal yang digunakan menyusun laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah disebabkan karena belum semua SKPD menggunakan aplikasi sistem informasi keuangan daerah karena tidak dapat dijangkau oleh jaringan wireless sistem informasi keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Bone Bolango. 2. Terdapat barang milik daerah yang tidak dapat diketahui keberadaannya, masih terdapat Aset Tetap Tanah yang tidak disertai bukti kepemilikan serta terdapat Barang Milik Daerah yang pengelolaannya belum sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bone Bolango mendapatkan penilaian opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) selama 4 tahun terakhir (2009-2012). Pada tahun 2013-2014 sudah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), tetapi masih ada temuan yang signifikan, salah satunya yaitu kurangnya keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga belum memenuhi kualitas informasi laporan keuangan sebagaimana yang dimaksud dalam Standar Akuntansi Pemerintahan nomor 71 tahun 2010.

10 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah (SIKD) berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Bone Bolango? 2. Apakah penatausahaan barang milik daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bone Bolango? 3. Apakah pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah dan penatausahaan barang milik daerah secara simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bone Bolango? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan rumusan masalah yang dikemukakan atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah (SIKD) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Bone Bolango. 2. Untunk menguji dan mengetahui pengaruh penatusahaan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Bone Bolango. 3. Untuk menguji dan mengetahui pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah dan penatausahaan barang milik daerah berpengaruh secara secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bone Bolango.

11 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dalam ilmu akuntansi khususnya akuntansi sektor publik yang terkait dengan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah, penatausahaan barang milik daerah serta kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya mengenai penelitian akuntansi yang berhubungan dengan pengaruh pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah, penatausahaan barang milik daerah terhadap kualitas laporan keuangan. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Bone Bolango dalam memaksimalkan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah dan penatausahaan barang milik daerah yang tertib dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bone Bolango.