HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN TEKANAN DARAH LAKI-LAKI DEWASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

TEKANAN DARAH MENURUT POLA KONSUMSI DAN AKTIFITAS FISIK PADA PENDERITA HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP DR. M.

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambaran Status Gizi Pasien Hipertensi Lansia di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

Transkripsi:

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN TEKANAN DARAH LAKI-LAKI DEWASA Tamariani Manullang, Tetes Wahyu, Darwis Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Gizi, Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Kota Bengkulu tamarianimanullang@gmail.com Abstract : Prevalence of hypertension in adult males was highest in Puskesmas Basuki Rahmat (16.2%) as many as 648 cases of hypertension patients which has increased compared to 2012 by 12% in cases of hypertension totaled 482 patients ((Dinkes Kota, 2013). This study aims to determine the relationship of body mass index (BMI) and waist circumference (WC) with systolic blood pressure (BP) in adult males in Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu City in 2015. The study design was descriptive analytic with cross sectional approach. Study location was in Puskesmas Basuki Rahmat City of Bengkulu. Samples were selected using purposive sampling totalling 68 people. Criterias sample were being adult males who occupied in Puskesmas Basuki Rahmat City of Bengkulu, aged 18 years, agreed to be interviewed,and able to communicate actively. Data were obtained include BMI, WC and systolic BP adult males and processed using computer software with pearson correlation analysis.the results showed that there was relationship between BMI and systolic BP (p = 0.0005; r = 0.395); between WC and systolic BP (p = 0.004 and r = 0.347) in adult males. This study concluded that there was relationship between BMI and WC with systolic BP in adult males in Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu City in 2015. Keywords : Body Mass Index, Waist Circumference and Blood Pressure Abstrak : Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi pada laki-laki dewasa yang tertinggi berada di Puskesmas Basuki Rahmad yaitu sebesar 16,2% dengan kasus hipertensi sebanyak 648 penderita. Prevalensi ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 12% dengan kasus hipertensi pada laki-laki berjumlah 482 penderita (Dinkes Kota Bengkulu, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang (LP) dengan tekanan darah (TD) laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2015. Desain penelitian adalah desktiptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu. Sampel dipilih menggunakan purposive sampling yang berjumlah 68 orang. Kriteria sampel penelitian yaitu menetap di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu, berusia 18 tahun, bersedia untuk diwawancarai, mampu berkomunikasi dengan aktif dan berjenis kelamin laki-laki. Data diperoleh meliputi IMT, LP dan TD sistolik lakilaki dewasa yang diolah menggunakan perangkat lunak komputer dengan analisis pearson correlation. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara IMT dengan TD sistolik laki-laki dewasa (p = 0,0005 ; r = 0,395) dan ada hubungan antara LP dengan TD sistolik laki-laki dewasa (p = 0,004 dan r = 0,347). Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan antara IMT dan LP dengan TD sistolik laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2015. Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, dan Tekanan Darah 193

194 Jurnal Media Kesehatan, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016, hlm 114-203 Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negara-negara berkembang menyebabkan perbaikan taraf hidup masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat membawa pula perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang contohnya penyakit kardiovaskuler (Supriyono, 2008). Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit kardiovaskuler disebabkan hipertensi. Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di negara berkembang sepertinya halnya di Indonesia (Anggraini, 2009). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Prevalensi hipertensi di Indonesia yang diperoleh melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%). Sedangkan Provinsi Bengkulu memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu sebesar 21,6%, hal ini menunjukkan bahwa hipertensi masih menjadi masalah di Provinsi Bengkulu. Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivatas fisik, dan stress psikososial (Suhardi dkk, 2011). Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2013 menunjukan bahwa prevalensi hipertensi pada laki-laki dewasa yang tertinggi berada di Puskesmas Basuki Rahmad yaitu sebesar 16,2 % dengan kasus hipertensi 648 penderita. Hal ini berarti prevalensi hipertensi pada laki-laki di Puskesmas Basuki Rahmad mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 12% dengan kasus hipertensi pada laki-laki berjumlah 482 penderita (Profil Dinkes Kota Bengkulu, 2013). Berdasarkan data dari Puskesmas Basuki Rahmad jumlah laki-laki yang menetap di wilayah kerja Puskesmas tersebut bulan September 2014 sebanyak 18.337 orang. Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrining obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Lingkar pinggang merupakan pengukur distribusi lemak abdominal yang mempunyai hubungan erat dengan indeks massa tubuh. Indikator status gizi yang dikaitkan dengan tekanan darah antara lain Indeks Massa Tubuh (IMT), Rasio Lingkar Terhadap Tinggi Badan (RLPTB), Lingkar Pinggang (LP), dan Lingkar Leher (LL) (Zhou Z, 2008). Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis. Hipertensi berarti tekanan darah tinggi di dalam pembuluh darah arteri yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko penyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tekanan darah sistolik normal adalah antara 90 sampai 120 mm/hg. Tekanan darah diatas 140/90 mmhg termasuk tekanan darah tinggi (Cynthia L, 2009). Penyakit hipertensi lebih akrab disebut sebagai penyakit darah tinggi. Penyakit ini terjadi tanpa gejala yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, sampai kerusakan ginjal (Ridwan, 2009). Status gizi yang tidak seimbang merupakan akibat dari kebiasaan buruk. Kelebihan gizi yang dimulai pada usia 45 tahun keatas biasanya berhubungan dengan kemakmuran dan gaya hidup. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai makanan siap saji yang enak, nikmat, dan kaya akan energi terutama sumber lemak dan karbohidrat, maka terjadi asupan makanan dan zat gizi yang melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelebihan gizi ini akan membawa pada keadaan obesitas. Perubahan status gizi yang ditandai dengan peningkatan berat badan dapat secara langsung mempengaruhi perubahan tekanan darah (Riyadi, 2007). Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko

Tamariani dkk Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Lingkar 195 yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor mayor seperti keturunan, jenis kelamin, ras, dan umur. Sedangkan factor minor yaitu olahraga, konsumsi makanan, alkohol, stress, dan kelebihan berat badan (obesitas) (Palmer, 2007). Menurut Kozier et al (2009), obesitas merupakan faktor predisposisi hipertensi baik pada anak-anak maupun dewasa. Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas (Kozier et al, 2009). Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III, prevalensi hipertensi pada orang yang memiliki IMT >30kg/m 2 adalah 42% pada pria dan 38% pada wanita dibandingkan dengan prevalensi hipertensi pada orang yang memiliki IMT normal <25 kg/m 2 adalah 15% pada pria dan wanita (Brown CD, 2000). Resiko peningkatan tekanan darah pada orang yang overweight dua sampai enam kali lebih besar daripada orang yang memiliki berat badan normal (NIH, 2004). Dilihat dari data yag diperoleh Riskesdas tahun 2013 prevalensi obesitas dan berat badan lebih di Bengkulu cukup tinggi yakni sekitar >20% (Riskesdas, 2013). Individu dengan kelebihan berat badan 20% memiliki risiko hipertensi 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal (Suarthana dkk, 2001). Adapun faktor penting yang mengakibatkan hipertensi adalah lingkar pinggang. Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu 90 cm untuk pria, dan 80 cm untuk wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait. Terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah, rata-rata lingkar pinggang yang >90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi (Jalal, 2006). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang (LP) dengan tekanan darah (TD) laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu tahun 2015. BAHAN DAN CARA KERJA Metode penelitian dilakukan observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah seluruh laki-laki dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat di Kota Bengkulu berjumlah 68 responden yang diambil berdasarkan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Analisis univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan analisis secara deskriptif dengan persentase. Analisis bivariat menyajikan hubungan antara dua variabel numerik/nominal yang dapat dihasilkan menjadi dua jenis, yaitu derajat atau keeratan hubungan dengan menggunakan uji Pearson Korelasi. Dasar pengambilan keputusan adalah Ho diterima jika p > 0,05 dan Ho ditolak jika p < 0,05. HASIL Tabel 1 Distribusi Frekuensi IMT dan Lingkar Pinggang Laki-laki Dewasa, Variabel Mean kg/m 2 Min (kg/m 2 Maks ) ) (kg/m 2 ) IMT 21,5 16,2 31,6 LP 78,6 61,8 94,2 Hasil penelitian pada tabel 1 yang telah dilakukan didapatkan bahwa rata-rata indeks massa tubuh laki-laki dewasa di wilayah kerja puskesmas Basuki Rahmad adalah 21,50 kg/m 2 dengan indeks massa tubuh terendah yaitu 16,2 kg/m 2 dan indeks massa tubuh tertinggi yaitu 31,6 kg/m 2. Persentase laki-laki dewasa yang memiliki IMT melebihi batas normal adalah 23,5 % dan laki-laki dewasa yang memiliki IMT dibawah batas normal 10,2%. Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa rata-rata lingkar pinggang

196 Jurnal Media Kesehatan, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016, hlm 114-203 laki-laki dewasa di wilayah kerja puskesmas Basuki Rahmad adalah 78,6 cm atau dalam kategori normal. Lingkar pinggang terendah yaitu 61,8 cm dan lingkar pinggang tertinggi yaitu 94,2 cm. Persentase laki-laki dewasa yang memiliki lingkar pinggang tidak normal atau diatas 90 cm adalah 14,7%. Hasil penelitian pada tabel 2 yang telah dilakukan didapatkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik laki-laki dewasa di wilayah kerja puskesmas Basuki Rahmad adalah 121,6 mmhg, dengan tekanan darah sistolik terendah yaitu 80 mmhg dan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 150 mmhg. Presentase lakilaki dewasa yang memiliki tekanan darah tinggi adalah 44,1 % dan presentase laki-laki dewasa yang memiliki tekanan darah rendah adalah 17,6 %. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik Laki-laki Dewasa Mean Maks Variabel Min (mmhg) mhg) (mmhg) TD 78,6 61,8 94,2 Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa ada hubungan (p value = 0,000) antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik dengan hubungan lemah berpola positif (0,395) artinya semakin besar indeks massa tubuh responden maka semakin tinggi pula tekanan darah sistolik pada laki-laki dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu. Tabel 3. Variabel Indeks Massa Tubuh Lingkar Pinggang (LP) Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang dengan Tekanan Darah Sistolik Nilai r Pearson Correlation Nilai p 0,395 0,0005 0,347 0,004 Berdasarkan tabel 3 bahwa ada hubungan (p value = 0,004) antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik dengan hubungan lemah berpola positif (0,347) artinya semakin besar lingkar pinggang responden maka semakin tinggi pula tekanan darah sistolik pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu. PEMBAHASAN Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Sistolik pada Laki-Laki Dewasa Berdasarkan hasil penelitian dari 68 responden, 16 responden memiliki indeks massa tubuh tidak normal/lebih yang artinya 23,3 % responden mengalami berat badan yang berlebih dengan IMT diatas 22,9 kg/m 2. Sebagaimana teori yang dikemukanan Sudoyo (2006) yang menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang sering dialami penderita hipertensi terutama di kalangan usia muda. Berat badan yang berlebih pada penderita obesitas akan membuat seseorang susah bergerak secara bebas, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa lebih mudah menggerakkan tubuh. Pada penelitian ini hasil bivariat dengan uji korelasi pada IMT didapatkan ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah darah sistolik yang ditunjukkan dengan nilai p value (0,000) < 0,05. Menurut Muhammaddun (2010), indeks massa tubuh berkorelasi langsung dengan tekanan darah, resiko untuk menderita hipertensi pada orang gemuk (Obesitas) 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badab lebih. Prevalensi pada tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh >30 adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita yang memiliki IMT <25. Pengukuran antropometri seperti berat badan, tinggi badan, IMT, pengukuran tebal lipatan kulit pada bagian tubuh tertentu dapat menentukan status kegemukan seorang. Indeks massa tubuh merupakan hasil pengukuran berat badan dibagi tinggi badan kuadrat dalam satuan meter. Hasil pengukuran indeks massa tubuh yang berlebih menggambarkan kegemukan atau lebihnya lemak pada seluruh tubuh. Hal tersebut mempengaruhi tekanan darah pada pembuluh darah saat terjadi kontraksi pada otot jantung atau tekanan darah

Tamariani dkk Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Lingkar 197 sistolik Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah. Terapi non farmakologis atau upaya gizi dapat diberikan pada laki-laki dewasa yang mengalami hipertensi tahap awal, diantaranya menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas dan olah raga, mengurangi konsumsi makanan tinggi natrium, serta manajemen stres. Penerapan diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) pada laki-laki dewasa juga dapat memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah. Diet DASH meliputi memperbanyak konsumsi sayur, buah, kacang-kacangan, gandum utuh, susu, produk susu rendah lemak, ikan, unggas, dan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan gula. Hubungan Lingkar Pinggang dengan Tekanan Darah pada Laki-Laki Dewasa Berdasarkan hasil penelitian dari 68 responden, 32 responden memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm yang artinya 47% responden mengalami berat badan yang berlebih atau overweight. Salah satu faktor pencetus tingginya tekanan darah adalah obesitas. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko kardiovaskuler. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. WHO mengeluarkan definisi sindroma metabolik yang salah satunya adalah tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata responden yang memiliki lingkar pinggang >90cm untuk laki-laki dan >80cm untuk perempuan memiliki tekanan darah yang tinggi (Jalal, 2006). Pada remaja laki-laki indikator yang paling berhubungan de-ngan tekanan darah sistolik adalah IMT, dan tekanan darah diastolik adalah lingkar pinggang. Pada remaja perempuan indikator yang paling berhubungan dengan TDS dan TDD adalah Lingkar Lengan (Novianingsih, 2012). Banyaknya penumpukan lemak disekitar abdomen sering berhubungan secara signifikan dengan sidroma metabolik yang menjadi penyebab penyakit kardiovaskuler. Penelitian yang dilakukan oleh The National Heart, Lung, and Blood Institute tahun 2005 menghasilkan data bahwa pasien tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada individu dengan obesitas sentral dibandingkan dengan obesitas general. Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul merupakan teknik antropometri yang paling baik untuk menentukan timbunan lemak disekitar abdomen atau disebut juga obesitas sentral. Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik yang ditunjukkan dengan nilai p value (0,004) < 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Rahayu (2011) di Malang yang menyatakan ada hubungan yang signifikan (P=0,046) antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik, dengan kekuatan korelasi sangat lemah (r= 0,207) dan arah korelasi positif. Lingkar pinggang yang berlebih menggambarkan kumpulan lemak abdominal berlebih yang terdapat di daerah abdomen. Obesitas abdominal berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular. Saat berat badan seseorang lebih tinggi dari normal, biasanya disebabkan oleh lemak berlebih (dalam bentuk kolesterol) dalam tubuh. Hal ini bisa disimpan di sepanjang dinding arteri, sehingga menyebabkan penyempitan. Akibatnya kerja jantung harus memompa lebih keras lagi agar darah bisa melewati pembuluh arteri, dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan darah khususnya tekanan darah sistolik karena tekanan darah sistolik adalah tekanan keatas pembuluh arteri akibat denyutan jantung (Kartika, 2008). Lingkar Pinggang dikatakan jumlah lemak intraabdominal. Jaringan lemak intrabdominal terdiri dari lemak viseral atau lemak intraperitoneal yang terdiri dari lemak omental dan mesenterial serta masa lemak retro-peritoneal. Lingkar pinggang berkorelasi baik dengan indeks massa tubuh baik laki-laki maupun perempuan (Irene, 2014). Pada seseorang yang memiliki lingkar pinggang diatas normal tahanan perifer akan berkurang atau menjadi normal, sedangkan aktifitas saraf simpatis meninggi, dengan aktifitas renin plasma yang rendah. Lingkar

198 Jurnal Media Kesehatan, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016, hlm 114-203 pinggang yang tidak normal dapat mem-perbesar kemungkinan munculnya faktor-faktor resiko lainnya dam merupakan bahaya yang serius untuk kesehatan (Jalal, 2006) Hipertensi dapat dikendalikan atau dicegah dengan melakukan olahraga yang cukup. Dengan olahraga yang cukup, peredaran darah akan menjadi lancar serta membakar lemak dan tidak menyebabkan obesitas sehingga lingkar pinggang menjadi normal, tidak merokok, tidak meminum alcohol, istirahat yang cukup dan mengatur pola makan (Muhammadun, 2010). DAFTAR RUJUKAN Anggraini D. Ade (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas bangkinang periode januari-juni Andarini. S. 2012. Hubungan Intake Calcium Dan Magnesium Dengantekanan Darah Pada Usia Dewasadi Kecamatan Kedung kandang Kotamalang tahun 2012. Malang Beevers, D.G. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah. Dian Rakyat :Jakarta Corwin, Elizabeth J. Hanbook of Pathophysiology (1996). Pendit, BU. 2001. Buku saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Dhianningtyas, Yunita & Hendrati, Lucia Y. 2006. 'Risiko Obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia produktif'. The Indonesian Journal of Public Health Vol. 2 No. 3 Dinkes Kota Bengkulu, 2013. Profil Kesehatan Kota Bengkulu. Dinkes Kota Bengkulu : Bengkulu Gardner, Samuel. 2007. Smart Treatment For High Blood Preassure. Jakarta : Pustaka Publisher Moudy Sumayku, Irene, Karel P, MCP Wongkar.2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Lingkar Pinggang dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi.Jurnal e-clinic, Volume 2,No. 2. Jalal, Fasli (2006).Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula, Trigliserida Dan Tekanan Darah Pada Etnis Minang di Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat. Lili & Tantan, 2007. 100 Question & Answer Hipertensi. PT Elex Media Komputindo:Jakarta Lilyana, 2008. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Jamaah Pengajian Majelis Dzikir SBY Nurulsallam Tahun 2008. Jakarta Muniroh, Lailatul, Wirjatmadi, Bambang & Kuntoro. 2007. 'pengaruh pemberian jus buah belimbing dan mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi'. The KESIMPULAN Hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan IMT dengan TDS laki-laki dewasa dan Ada hubungan LP dengan TDS laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad. Diharapkan kepada tenaga pelaksana gizi puskesmas dapat meningkatkan surveilan secara berkala mengenai indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan tekanan darah laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu agar dapat mengurangi risiko hipertensi. Indonesian Journal of Public Health, Vol.4, No. 1 National Institutes of Health. National Heart. Lung and Blood Institute. National High Blood Pressure Education Program. The Seventh Report Of the Joint Natinal Committe On Prevention, Ditection, Evaluation, and Treatment Of High Blood Preasure. NIH Publication No. 04-5230 August 2004. Notoadmojo. S. 2005.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Novianingsih Eva, Apoini Kartini.2012. Hubungan Antara Beberapa Indikator Status Gizi Dengan Tekanan Darah Remaja. Journal Of Nutritional College Vol.1 No. 1 Hal :169-175 Muhammadun,2010. Hidup Bersama Hipertensi. Penerbit In Books : Yogyakarta Palmer & Williams. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga Pradono, J. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Di Daerah Perkotaan. Jakarta: Gizi Indonesia Rahayu, 2012. Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Rw 01 Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. Universitas Indonesia: Depok Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. Riyadi A, Wiyono P, Budiningsari DR. 2007. Asupan Gizi dan Status Gizi Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Esensial Pada Lansia di Puskesmas Curup dan Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Beng Utami, 2009. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta Wanget al.2007. Whole-and Refine-Grain Intakes and the Risk of Hypertension in Women. Am J Clin Nutr 86 (2): 472-479 Yahya, F.A.2011. Dalam jurnal Hipertensi, Jangan Biarkan Ganggu Jantung. Diakses dari:

Tamariani dkk Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Lingkar 199 Http://Localhost/D:/Tesis/Hipertensi/A. Fauzi Yahya Dokter Spesialis Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah.htm Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In: A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I.Alwi (eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing Jurnal Gizi Klinik Vol. 4 No. 1 Hal 43-51 Kartika, Ratna Dwi. (2008) Hubungan Indikator Obesitas Abdominal Dengan Tekanan Darah. Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi. Suarthana E, Tarigan IFA, Kaligis MF, Sandra A, Purwanta D, dan Hadi S. Prevalensi Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga dan Faktor-faktor Gizi yang berhubungan di Kelurahan Utan Kayu Jakarta Timur. Majalah Kedokteran Indonesia 2001; 15: 158-163. Sheps, Sheldon G. 2005. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT Intisari Mediatama Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Supriyono, M. 2008. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia 45 tahun. UNDIP, Semarang Utami, P.2009. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. PT Agromedia Pustaka: Jakarta