JURNAL TESIS PERENCANAAN PENANGGULANGAN SISWA PUTUS SEKOLAH PADA TINGKAT PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI KABUPATEN AGAM



dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KEMISKINAN RUMAHTANGGA DI KOTA PARIAMAN. Oleh : Haris Mendra, Syamsul Amar ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

BINARY LOGISTIC REGRESSION (BLR) TERHADAP STATUS BEKERJA DI KOTA SURABAYA

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK PETANI KARET DI NAGARI GUGUK KECAMATAN 2 X 11 KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara bahasa, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

GITA ALFIANI FATRIA /EP

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar. Magister Pendidikan. Oleh: HERU MURSITI Q

. PII1TG FAK]LTAS EKONOMI UNTVERSITAS ANDALAS. PENGART]H TINGKAT PEI{DIDIKAN WANITA KAWIN TJRHADAP FERTILITAS I}I KECAMATAN Kt]RAJqJt PAI}AI{G.

d) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan e) membina pemerintahan kelurahan di wilayah kerjanya.

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREDIKAT PERUSAHAAN ASURANSI UMUM DI INDONESIA PERIODE DESEMBER 2013 NOVEMBER 2014 SKRIPSI

TESIS. Oleh. Nur Khoiriyah Daulay SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 L A H PA S C A S A R JA N A

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

PENGARUH PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PARTISIPASI PENDIDIKAN DI KECAMATAN INDRAJAYA KABUPATEN PIDIE

BAB I P E N D A H U L U A N

Regresi dengan Variabel Dummy

Oleh: Dian Cahyawati S. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. independensi dari dua variabel atau lebih (Sekaran dan Bougie, 2010).

ROHMIATI AMINI. Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

BAB III METODE PENELITIAN. survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

PENGARUH KEPUASAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KEMAMPUAN LAYANAN KARYAWAN PADA HOTEL MADANI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

Kata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan

Edu Geography

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitasnya. Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pendidikan bertujuan menghasilkan manusia Indonesia

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pembelian Barang Tahan Lama Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Tobit

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau

ANALSIS MANFAAT INSIDEN (BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS) PELAYANAN PUBLIK DI MALANG RAYA BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS OF PUBLIC SERVICES IN MALANG RAYA

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. HEXINDO ADIPERKASA Tbk. CABANG BANJARMASIN. Erni Alfisah* dan Selamet Sutopo**

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN CARA BELAJAR SISWA

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BERBASIS MODAL SOSIAL DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI KABUPATEN AGAM

Bentuk Fungsional Regresi Linear (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dr.Tjitrowardojo Purworejo didirikan pertama kali pada tahun 1915 dengan nama Zenden.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dukungan kesehatan prima dapat menciptakan suatu inovasi dan terobosan baru. menciptakan perubahan dari kondisinya sekarang ini.

Migrasi Orang Tua dan Kejadian Anak yang Bekerja: Bukti dari Indonesia. Niken Kusumawardhani dan Nila Warda SMERU Research Institute

BAB 1 PENDAHULUAN. jagung antara lain produktifitas, luas panen, dan curah hujan. Pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PADI DI DELI SERDANG. Riang Enjelita Ndruru,Marihat Situmorang,Gim Tarigan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data yang akurat dalam penelitian. Pertanyaan yang diuji adalah sebanyak 24

BAB IV PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 01 PEMALANG

ANALISIS PELUANG STATUS GIZI ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL BERBASIS KOMPUTER

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Statistik frekuensi digunakan untuk menyajikan distribusi data kedalam

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA

ANALISIS PERMINTAAN ASURANSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Fitri Susilowati, S.E.M.Sc. Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi UPY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Quality of Work Life (QWL) terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Perawat di Rumah Sakit

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

Transkripsi:

JURNAL TESIS JUDUL : PERENCANAAN PENANGGULANGAN SISWA PUTUS SEKOLAH PADA TINGKAT PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI KABUPATEN AGAM Oleh : Jeki ABSTRAK : Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa putus sekolah pada tingkat pendidikan wajib belajar 9 tahun di Kabupaten Agam dengan menggunakan data Susenas tahun 2007 serta menyusun implikasi kebijakan guna meminimalisasi siswa putus sekolah pada tingkat pendidikan wajib belajar 9 tahun di Kabupaten Agam. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis crosstabulasi, analisis logistik regresi dan analisis peramalan. Dependent variabel dalam penelitian ini adalah partisipasi sekolah, sedangkan Independent variabelnya adalah jenis kelamin, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan orang tua, pendapatan perbulan dari pekerjaan utama orang tua, lokasi tempat tinggal, usia kawin ibu, jenis pekerjaan dan keikutsertaan orang tua dalam KB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan orang tua, pendapatan perbulan dari pekerjaan utama orang tua, usia kawin ibu, dan keikutsertaan orang tua dalam KB memperlihatkan hasil yang signifikan. Dari analisis peramalan didapat 11 tahun dari tahun 2005 Kabupaten Agam tidak akan ada lagi siswa yang putus sekolah dimana dapat dicapai dengan 3 skenario yaitu moderat, pesimis dan optimis. Oleh sebab itu upaya pemerintah untuk mengatasi siswa putus sekolah pada tingkat pendidikan wajib belajar 9 tahun, antara lain dengan mensosialisasikan akan pentingnya pendidikan dasar, memberikan beasiswa dan mengawasi pelaksanaan biaya operasional sekolah (BOS). KATA KUNCI : Wajib belajar 9 tahun, partisipasi sekolah, siswa putus sekolah, analisis crosstabulasi, analisis logistik regresi,uji G, Uji Wald, analisis peramalan,moment method, implikasi kebijakan.

PENDAHULUAN Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar yang layak adalah merupakan hak setiap warga negara, tanpa kecuali. Artinya latar beakang sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya bukanlah penghalang bagi anak-anak usia sekolah untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting bagi pembangunan bangsa. Menyadari hal tersebut pada tahun 1994 telah dimulai Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang didasari konsep Pendidikan dasar untuk semua ( universal basic education), yang pada hakekatnya berarti penyediaan akses yang sama untuk semua anak. Melalui program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di masyarakat dan dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi baik ke lembaga pendidikan sekolah ataupun luar sekolah. Berbagai macam program dalam penuntasan wajib belajar 9 tahun telah dilaksanakan, tetapi masih saja ditemui anak yang putus sekolah pada usia wajib belajar 9 tahun. Seharusnya pada tingkat pendidikan wajar 9 tahun semua anak usia wajar 9 tahun harus sekolah, inilah yang menjadi permasalahannya kenapa pada tingkat wajar 9 tahun masih saja ditemui anak-anak yang putus sekolah, oleh karena itu perlu di cari akar permasalahan kenapa mereka putus sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan partisipasi sekolah terhadap faktor penyebab siswa putus sekolah pada tingkat pendidikan wajar 9 tahun, menganalisa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi siswa putus sekolah pada tingkat pendidikan Wajar 9 tahun dan membuat skenario untuk meminimalisasi angka putus sekolah pada tingkat pendidikan wajar 9 tahun di Kabupaten Agam. PEMBAHASAN Untuk melihat gambaran partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan wajar 9 tahun di Kabupaten Agam perlu dilakukan analisa crosstabulasi, pada penelitian ini partisipasi sekolah dicrosstabulasikan berdasarkan jenis kelamin, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan tertinggi orang tua, pendapatan perbulan dari pekerjaan utama orang tua, lokasi tempat tinggal, usia kawin ibu, jenis pekerjaan orang tua, lokasi tempat tinggal, usia kawin ibu, jenis pekerjaan orang tua dan keikutsertaan orang tua dalam KB. Dari hasil

crostabulasi yang dilakukan antara partisipasi sekolah dengan beberapa penyebab siswa drop out dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan siswa putus sekolah, untuk itu perlu dilakukan suatu analisis untuk mengetahui faktor apa saja yang signifikan mempengaruhi siswa putus sekolah, dimana pada penelitian ini digunakan analisis logistic regression. Data diambil dari data susenas tahun 2007 tentang partisipasi sekolah wajar 9 tahun di Kabupaten Agam, variable yang digunakan adalah : Partisipasi sekolah (Y), Independent variabel : Jenis kelamin (X 1 ), Jumlah anggota rumah tangga (X 2 ), Pendidikan tertinggi orang tua (X 3 ), Pendapatan perbulan dari pekerjaan utama orang tua (X 4 ), Lokasi tempat tinggal (X 5 ), Usia kawin ibu (X 6 ), Jenis pekerjaan orang tua (X 7 ), Keikut sertaan orang tua dalam KB (X 8 ). Dengan bantuan program SPSS didapatkan hasil estimasi faktorfaktor yang menyebabkan siswa putus sekolah pada wajar 9 tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Variabel Sig. Jenis Kelamin (X 1 ) 0,506 0,047 Jumlah anggota RT (X 2 ) 0,657 0,043 Pendidikan Ortu (X 3 ) 0,635 0,054 Pendapatan Perbulan Ortu (X 4 ) 0,736 0,004 Lokasi tempat Tinggal (X 5 ) 0,363 0,234 Usia Kawin Ibu (X 6 ) 0,823 0,025 Jenis Pekerjaan ortu (X 7 ) 0,190 0,521 Ikut KB (X 8 ) 0,945 0,020 Konstanta -3,561 0,000 Hasil estimasi pada tabel diatas dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut : Z = -3.561 + 0,506 X 1 + 0,657 X 2 + 0,635 X 3 + 0,736 X 4 + 0,363 X 5 +0,823 X 6 + 0,190 X 7 + 0,945 X 8 Dari persamaan dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien konstanta sebesar -3,561, artinya pada saat semua variabel bernilai nol, yaitu pada saat anak mempunyai karakteristik jenis kelamin perempuan, jumlah anggota rumah tangga kecil atau sama dari empat, orang tua pernah sekolah, pendapatan perbulan dari pekerjaan utama orang tua diatas UMR, tempat

tinggal di kota, usia kawin ibu diatas 22 tahun, jenis pekerjaan orang tua formal dan orang tua menggunakan KB. Dengan demikian, besaran p 1 e p 3,561 3,561 e 0,028 Atau besarnya probabilitas : P 0, 0276 3,561 1 e 1,028 Dengan kata lain, probabilitas bahwa anak dengan karakteristik tersebut diatas akan mengalami drop out adalah kecil yaitu sebesar 0,0276 atau 2,76%. Dari hasil analisis diatas perlu dilakukan uji hipotesa untuk mengetahui variabel mana yang signifikan mempengaruhi siswa putus sekolah pada wajar 9 tahun. Pada penelitian ini digunakan Uji G dan Uji Wald. Tingkat siginifikansi yang dipilih adalah sebesar 10%. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa variabel jenis kelamin, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan orang tua, pendapatan perbulan dari pekerjaan utama orang tua, usia kawin ibu, dan keikutsertaan orang tua dalam KB signifikan secara statistik mempengaruhi siswa putus sekolah pada wajar 9 tahun. Sedangkan variable lokasi tempat tinggal dan variable jenis pekerjaan orang tua tidan signifikan mempengaruhi partisipasi sekolah pada tingkat signifikansi 10%, hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa faktor lokasi tempat tinggal dan jenis pekerjaan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadat siswa putus sekolah. Hal ini terjadi karma di Kabupaten Agam factor lokasi tempat tinggal tidak lagi menjadi masalah karena hamper diseluruh pelosok Kabupaten Agam telah dibangun sekolah-sekolah, bahkan anak-anak didaerah terpencil pun seperti daerah Subangsubang di Kecamatan Tiku, Palembayan dan Pagadis Hilir Palupuh sudah dapat mengakses pendidikan dengan mudah. Untuk membuat suatu perencanaan penanggulangan siswa putus sekolah pada tingkat pendidikan wajar 9 tahun perlu dilakukan suatu metode peramalan sehingga didapatkan garis trend yang dapat dilakukan dengan menggunakan moment method untuk mengetahui kapan siswa pada tingkat wajar 9 tahun tidak ada lagi yang putus sekolah. Hasil

proyeksi atau peramalan didapat bahwa 11 tahun dari tahun dasar (2005) yaitu 2016 diramalkan tidak ada lagi siswa wajib belajar 9 tahun yang putus sekolah. Pencapaian hasil peramalan ini tergantung kepada kebijakan yang diambil pemerintah dan kepedulian serta keikutsertaan semua stakeholder pendidikan. Implikasi kebijakan 1. untuk pengendalian siswa putus sekolah pada variabel jenis kelamin laki-laki yang lebih besar resikonya untuk drop out dapat diatasi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya orang tua akan pentingnya peranan pendidikan sebagai investasi dan benefit dari pendidikan baik dari segi individu maupun sosial. Keikutsertaan anak laki-laki membantu keluarga dalam proses produksi sebenarnya tidak perlu dilakukan pada anak usia 6 17 tahun, karena ini sangat bertentangan dengan landasan hukum wajib belajar 9 tahun. Apalagi sekarang ini pemerintah telah menetapkan kebijakan pendidikan gratis, dengan demikian tidak ada lagi alasan orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya. Kalaupun anak terpaksa membantu orang tua bekerja, anak tidak harus berhenti sekolah karena anak tersebut dapat mengikuti program paket B atau SMP terbuka 2. Implikasi kebijakan pada variabel jumlah anggota rumah tangga yang terbukti signifikan mempengaruhi siswa putus sekolah atau tidak dapat dilakukan dengan memberikan batuan beasiswa, karena jumlah anggota rumah tangga merupakan proksi dari keadaan ekonomi rumah tangga oleh karena itu dengan bantuan beasiswa kepada anak-anak yang teridentifikasi putus sekolah diharapkan mereka tidak sampai putus sekolah. Tentunnya pelaksanaan bantuan beasiswa harus diawasi oleh banyak pihak agar terlaksana dengan baik. 3. Implikasi kebijakan pada variabel pendidikan orang tua yang terbukti siginifikan mempengaruhi siswa putus sekolah atau tidak pada dilakukan dengan memberikan informasi secara mendalam tentang arti pentingnya pendidikan, sehingga diharapkan bagi orang tua yang pendidikannya rendah mengerti dan sadar bahwa pendidikan itu sangat diperlukan bagi anak-anak mereka. Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi siswa yang putus sekolah karena pendidikan orang tuanya rendah.

4. Implikasi kebijakan pada variabel pendapatan perbulan dari pekerjaan utama orang tua yang terbukti secara signifikan mempengaruhi siswa putus sekolah atau tidak dapat dilakukan dengan peningkatan Lifeskill orang tua atau masyarakat sehingga terjadi peningkatan kemampuan keahlian dari masyarakat. Dengan demikian diharapkan pendapatan masyarakat bisa bertambah. 5. Implikasi kebijakan pada variabel usia kawin ibu yang siginifikan mempengaruhi siswa putus sekolah atau tidak dapat dilakukan dengan menunda usia perkawinan ibu sampai dapat dikategorikan sudah mapan atau siap fisik maupun mental terkait karena nantinya seorang ibu akan melahirkan dan mendidik anak-anak mereka. 6. Implikasi kebijakan pada variabel keikutsertaan orang tua dalam keluarga berencana yang siginifikan mempengaruhi siswa putus sekolah atau tidak dapat dilakukan dengan mengaktifkan lagi gerakan keluarga berencana dengan simbol dua anak cukup, sehingga dengan demikian keluarga berencana secara implisit sebenarnya mengontrol kenaikan jumlah anak usia sekolah. Diharapkan dengan program keluarga berencana sebuah keluarga betul-betul merencanakan kehidupan mereka dan kelangsungan pendidikan anak-anak mereka. PENUTUP Memperhatikan hasil pembahasan tersebut ada beberapa saran yang disampaikan yaitu : (1) Kepada pemerintah daerah supaya membuat suatu Peraturan Daerah tentang wajar 9 tahun dimana ada sanksi bagi yang melanggarnya, serta menjadikan wajar 9 tahun sebagai compulsory education bukan universal education. (2) Dinas pendidikan perlu membuat suatu program khusus untuk menanggulangi siswa putus sekolah, misalnya dengan program Boarding School yang dibiayai oleh pemerintah, dan mengawasi penggunaan biaya BOS dan bantuan beasiswa.

DAFTAR PUSTAKA [1] Bentri, Alwen. 2007. Efektivitas Pelaksanaan Wajib Belajar Sembilan Tahun di Sumatera Barat. [2] Becker G.S. 1993. Human Capital, A theoritical and Empirical Analysis with Speccial reference to Education. Chicago, University of Chicago Press [3] Bowman, MJ.1966. The Human Investment Revolution in Economic Thought. Sociology of Education [4] Dananjaya, Utomo. 2005. Wajib Belajar yang Tidak Wajib. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/28/humaniora. [5] Danim, Sudarwan. 2004. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Penerbit Pustaka Setia. Bandung. [6] Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Analisa Situasi dan Kondisi Pendidikan Untuk Semua. [7] Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Laporan Komisi I Rembuk Nasional Pendidikan. [8] Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2008. Panduan Pelaksanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Jakarta. [9] Dinas Pendidikan Kabupaten Agam. 2005. Profil Pendidikan Kabupaten Agam 2005. [10] Dinas Pendidikan Kabupaten Agam. 2006. Profil Pendidikan Kabupaten Agam 2006. [11] Dinas Pendidikan Kabupaten Agam. 2007. Profil Pendidikan Kabupaten Agam 2007. [12] Dinas Pendidikan Kabupaten Agam. 2008. Profil Pendidikan Kabupaten Agam 2008. [13] Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen pendidikan Nasional. 2003. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. [14] Elfindri. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Penerbit Universitas Andalas. Padang. [15] Elfindri, dkk. 2006. Laporan IPM Kabupaten Agam 2006. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas dan Pengembangan Daerah Propinsi Sumatera Barat.

[16] Elfindri, dkk. 2008. Strategi Sukses Membangun Daerah. Penerbit Gorga Media. [17] Fatimaningsih, Endry. 2008. Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan Dalam Perspektif Gender. FISIP Universitas Lampung. Lampung. [18] Glewwe, Paul. 2000. Economic Growth and the Demand for Education: Is there a Wealth Effect?. University of Minnesota [19] Ibrahim. R. 1992. Penyelenggaraan Pendidikan Dasar. Mimbar Pendidikan No. 1 tahun XI April 1992. Bandung. University Press IKIP. Bandung. [20] Isnantri, A.C. 2008. Faktor-faktor Penyebab Drop Out Pada Siswa Sekolah Dasar. Suatu Studi Kasus di Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. [21] Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. 2002 [22] McGraw. 1978. Basic Econometrics. Edisi Ke-3. Diterjemahkan dari Basic Econometrics oleh Sumarno Zain. Penerbit Erlangga. Bandung. [23] Musfiqon. 2007. Menangani yang Putus Sekolah. UMSIDA. [24] Nur, A.S. 2002. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara.Penerbit Lubuk Agung. Bandung. [25] Prayitno. 2000. Hak dan Kewajiban Pendidikan Anak. Padang. Jurusan BK FIP UNP. [26] Pemerintah Daerah Kabupaten Agam. 2006. RPJM Kabupaten Agam 2006-2010. [27] Pscharopoulos, G. 1987. Economic of Education. Selected readings. Pergamont Press. [28] Report Educational Management System Watch (EMSW). 2002 http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&arti d=149 [29] Sofyardi. 2006. Analisa Regresi Logistik Dalam Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang. [30] Sofyardi. 2007. Metode Peramalan. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang. [31] Schultz, Theodore W.1960. Investment in Human Capital. American Economic Association [32] Sujana, N. 1983. Putus Sekolah dan Permasalahannya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Biro Data Kependudukan. Jakarta.

[33] Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No:20. 2003. [34] UNICEF. 2002. Health Education, Equality, Protection Advance Humanity. New York. [35] Wie, T.K. 2006. Smeru Research Institute Annual Report. 2006.