Jurnal Kognisia, Volume 2 Nomor 1, Februari 2019

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

HUBUNGAN ANTARA RASA SYUKUR DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

Prosiding Psikologi ISSN:

DUKUNGAN SOSIAL DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA TENAGA KERJA WANITA PT. ARNI FAMILY UNGARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

Hubungan antara Self-Efficacy dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Negeri 1 Belitang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA GURU HONORER DAERAH NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain.

PENGARUH KEPEMIMPINAN POSITIF TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA PENGURUS BEM ULM. Skripsi. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi


BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU

EFEKTIVITAS PELATIHAN RASA SYUKUR TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA ORANGTUA DENGAN ANAK TUNARUNGU ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK...

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB III METODE PENELITIAN

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data utama yaitu data mengenai hubungan antara body image dengan

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

Abstract

Mewujudkan Kebahagiaan di Masa Lansia dengan Citra Diri Positif *

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

HUBUNGAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VII MTSN PARAK LAWAS PADANG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

SKRIPSI. Oleh : RIZKI YULIANTI ZAINI

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA FAKULTAS ILMU PSIKOLOGI LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Kemampuan sosial emosional perlu dilatih sejak dini, karena kemampuan ini merupakan salah satu poros

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

Transkripsi:

Jurnal Kognisia, Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN DI KOTA MARTAPURA THE RELATIONSHIP BETWEEN GRATITUDE AND SUBJECTIVE WELL-BEING ON ADOLESCENT ORPHANAGES IN MARTAPURA CITY Muhamad Irsyad 1*, Sukma Noor Akbar 2, dan Jehan Safitri 3 Program Studi Psikologi,Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat JL. A.Yani Km. 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan Kode Pos 70714, Indonesia E-mail: Muhamadirsyadthalib@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif. Subjek pada penelitian ini yaitu Remaja Panti Asuhan di kota Martapura yang berjumlah 60 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan skala psikologi meliputi skala kebersyukuran dan skala kesejahteraan subjektif. Hasil korelasi product moment dari karl pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada remaja di panti asuhan di Kota Martapura. Adapun sumbangan efektif kebersyukuran terhadap kesejahteraan subjektif diketahui sebesar 62 % dengan demikian 38 % lainnya merupakan sumbangan dari variabel lain seperti faktor genetik, faktor kepribadian, faktor demografis, harga diri, dan dukungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kebersyukuran maka akan semakin tinggi kesejahteraan subjektif. Kata kunci : Kebersyukuran, Kesejahteraan Subjektif, Remaja, Panti Asuhan ABSTRACT The objective of the study was to determine whether there was a relationship between gratitude and subjective well-being. The subjects of the study were 60 Adolescent Orphanages in Martapura City. The instruments of the study were a psychological scale covering the scale of gratitude and the scale of subjective well-being. The results of the product moment correlation from karl pearson showed that there was a positive correlation between gratitude and subjective well-being in adolescent orphanages in Martapura City. The effective contribution of gratitude to subjective well-being was 62%, thus 38% was a contribution from other variables as well as genetic factors, personality factors, demographic factors, self-esteem, and social support. Based on the results of the study, it can be concluded that the higher the gratitude the higher the subjective well-being would be. Keywords: Gratitude, Subjective Well-Being, Adolescent, Orphanage 26

27 Jurnal Kognisia, Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 Perkembangan zaman yang semakin modern dan adanya globalisasi menuntut setiap individu agar mampu berkembang dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, anak-anak harus tumbuh dan berkembang dengan baik, terpenuhi kebutuhan setiap tahap perkembangan dan lingkungan yang mendukung. Tinggal di panti asuhan merupakan hal yang tidak mudah khususnya bagi remaja. Kehidupan remaja yang tinggal dipanti asuhan bukan lah lingkungan yang sehat bagi perkembangan psikologisnya. Hal ini disebabkan karena remaja tidak mendapatkan pengasuhan langsung dari orang tua kandungnya. Kebutuhan psikologis para remaja harus sesuai agar perkembagan fisik dapat sejalan dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Perkembangan psikologis, perkembangan fisik dan juga sosial remaja panti asuhan yang sehat sangat lah di perlukan, agar remaja mampu hidup secara mandiri khususnya ditengah masyarakat yang luas. Remaja sebagai generasi penerus bangsa harus mampu berkembang dengan baik agar terhindar dari perilaku yang negatif. Remaja mempunyai peran yang cukup penting dalam perkembangan hidup manusia, karena pada masa remaja inilah biasanya mereka sedang mencari identitas dirinya, apa yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh apa yang terjadi di masa kanak-kanaknya dan apa yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi masa dewasanya kelak. Masa remaja merupakan peraalihan antara masa kanak-kanak menuju dewasaa. Remaja di tuntut untuk mempunyai pemikiran yang kreatif, mampu berinovatif, sikap profesional, memiliki tanggung jawab, serta berani menanggung resiko dalam mengelola potensi diri yang dimiliki dalam lingkungannya sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas hidup (Paramitasari dan Alfian, 2012). Remaja yang tidak dapat menggapai kebahagiaan dalam hidupnya, dikarenakan remaja tidak mampu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan keluarganya, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, serta lingkungan masyarakat pada umumnya. Begitu pula remaja yang tinggal dipanti asuhan. Panti asuhan maupun panti sosial merupakan sebuah lembaga pelayanan khususnya bidang kesejahteraan sosial yang bertugas meningkatkan kualitas SDM sekaligus memberdayakan penyandang masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial kearah kehidupan yang lebih normatif secara mental, fisik, serta sosial (Kemensos, 2017). Lingkungan di panti merupakan salah satu hal yang utama dalam mengadakan penyesuaian diri khususnya pada usia remaja. Keberadaan remaja dipanti asuhan menjadikan para remaja tersebut mampu belajar untuk mendapatkan berbagai pengalaman dalam bersosialisasi dengan teman-teman yang bertempat tinggal panti tersebut maupun dengan pengasuh. Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan utama dari keberadaan manusia saat ini. Setiap individu memiliki harapan-harapan yang tentunya ingin dicapai dalam memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kepuasan dan kebahagiaan dalam kehidupan adalah suatu bagian dalam konsep kesejahteraan subjektif baik dalam aspek kognitif maupun aspek afektif pada manusia (Ningsih, 2013). Diener, Scollon dan Lucas (2003) mennyatakan bahwa kesejahteraan subjektif sebagai suatu kategori yang luas mengenai fenomena menyangkut respon-respon emosional seseorang, domain kepuasan serta penilaian-penilaian global atas kepuasan hidup. Kesejahteraan subjektif merupakan komponen yang penting di dalam kualitas hidup positif yang pastinya akan dicari oleh masing-masing orang di dalam kehidupannya. Ekpresi kebahagiaan yang erat kaitannya dengan kesejahteraan salah satunya adalah bersyukur (Hefferon dan Boniwell, 2011). Kebersyukuran dapat membantu seseorang dalam menikmati pengalaman hidup positif, sehingga individu tersebut mampu meraih sebuah kemungkinan terbesar dari suatu kepuasan dan kegembiraan dalam situasi yang ada (Lyubomirsky dan Layous, 2013). Emmons dan McCullough (2003) mengartikan syukur sebagai suatu kelembutan, kebaikan hati dan rasa terima kasih. Remaja yang bersyukur dengan murah hati akan menerima kenyataan dalam hidupnya bahwa mereka harus tinggal tanpa keluarga dan kasih sayang orang tua pada umumnya, sehingga mereka dapat merasakan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Banyaknya

Irsyad, Akbar & Safitri, Hubungan antara Kebersyukuran dengan Kesejahteraan Subjektif pada Remaja di Panti Asuhan di Kota Martapura 28 masalah yang dihadapi oleh remaja di panti asuhan membuat remaja tersebut sulit untuk mencapai kesejahteraan subjektifnya, tetapi jika remaja merasa bersyukur maka dapat diasumsikan remaja tersebut dapat mencapai kesejahteraan subjektifnya. Hipotesis penelitian ini yakni ada hubungan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada remaja dipanti asuhan di kota Martapura. METODE PENELTIAN Subjek penelitian diambil di Martapura kota berjumlah 60 orang mencakup tiga panti asuhan yaitu Panti Asuhan Budi Dharma berjumlah 24 orang, Panti Asuhan Putri Muhammadiyah berjumlah 13, dan Panti Asuhan Putri Nahdlatul Ulama berjumlah 23 orang. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini menggunakan skala likert dan telah di modifikasi dengan opsi jawaban meliputi skala kebersyukuran dan skala kesejahteraan subjektif. Skor pada alternatif pilihan dalam jawaban dalam pernyataan positif, untuk melihat hubungan kebersyukuran dan kesejahteraan subjektif dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu korelasi product moment pearson dari Karl Pearson, dan dibantu program statistik komputer untuk menguji hubungan kebersyukuran dan kesejahteraan subjektif pada subjek penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari analisis data menunjukkan ahubungan variabel antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif memiliki korelasi r = 0,620 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Berdasarkan pedoman interpretasi korelasi Sugiyono (dalam Priyatno, 2010) dimana (1) 0,00 0,199 sama dengan sangat rendah (2) 0,20 0,399 sama dengan rendah, (3) 0,40 0,599 sama dengan sedang, (4) 0,60 0,799 sama dengan kuat, dan (5) 0,80 1,00 sama dengan sangat kuat, maka diketahuii bahwa nilai r= 0,620 yang telah di dapatkan menunjukkan signifikansi hubungan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif termasuk pada kategori kuat. Nilai positif r hitung (r = 0,620) menunjuk kan bahwa semakin tinggi kebersyukuran maka kesejahteraan subjektif pada subjek juga semakin tinggi. Koefisien determinasi diperoleh (r 2 ) sebesar 0,380. Hal tersebut menunjukan bahwa sumbangan efektif kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif adalah sebesar 62 %, sedangkan 38 % dengan sisa sumbangan dari variable lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Hubungan antara kebersyukuran dan kesejahteraan subjektif dapat pula dijelaskan melalui faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Pavot dan Diener (2004) menyebutkan bahwa dua sifat kepribadian, exstraversion mewakili emosi positif dan neuroticism mewakili emosi negatif, memiliki korelasi yang kuat terhadap kesejahteraan subjektif. Emmons dan McCullough (2003) menyebutkan bersyukur dapat menimbulkan emosi positif seperti ketenangan, hubungan interpersonal yang lebih nyaman dan juga kebahagiaan. Berdasarkan dua teori ini dapat terlihat bahwa dengan bersyukur, maka individu akan memperoleh emosi positif, emosi positif merupakan bagian dari sifat kepribadian exstraversion yang merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebersyukuran yang dimiliki oleh individu dengan kesejahteraan subjektif individu tersebut, yang diduga kuat sebagai hubungan antara kesejahteraan subjektif dan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Koefisien determinasi diperoleh (r2) sebesar 0,380. Artinya sumbangan efektif kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif adalah sebesar 62 %. Adapun berdasarkan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif, variabel-variabel lain yang dapat memberikan sumbangan terhadap kesejahteraan subjektif antara lain adalah faktor genetik, faktor kepribadian dan faktor demografis (Ningsih, 2013).

29 Jurnal Kognisia, Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 Selain itu sumbangan dari variabel lain yaitu harga diri. Harga diri merupakan suatu penilaian dan sikap individu terhadap dirinya mempengaruhi reaksi emosional, serta sikap dari seorang individu itu sendiri. Seorang individu yang memiliki sikap dan penilaian positif, maka saat individu mengevaluasi kehidupannya, individu tersebut akan memberikan evaluasi positif. Pada aspek-aspek kebahagiaan, evaluasi yang dilakukan seorang individu yaitu dalam aspek kehidupan yang berkisar pada individu yang menerima dirinya sendiri, menjalin hubungan positif, mengembangkan diri dan menyesuaikan diri, sehingga ketika harga diri seorang individu tersebut tinggi, maka evaluasinya tinggi pula dan tingkat kesejahteraan individu tersebut juga tinggi (Sativa dan Helmi, 2013). Selain itu hasil penelitian Samputri dan Sakti (2015) menemukan bahwa variabel dukungan sosial juga berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif seseorang. SIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian tentang hubungan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada remaja di panti asuhan Kota Martapura menunjukkan ada hubungan positif antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif yang berarti bahwa semakin tinggi kebersyukuran yang dimiliki maka kesejahteraan subjektif remaja semkin tinggi, begitu juga sebaliknya. Nilai r yang diperoleh menunjukkan signifikansi hubungan korelasi kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif termasuk dalam kategori kuat. Sumbangan efektif kebersyukuran terhadap kesejahteraan subjektif diketahui sebesar 62 % dengan demikian 38 % lainnya merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak diteliti seperti faktor genetik, faktor kepribadian, faktor demografis, harga diri dan dukungan sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebersyukuran memiliki hubungan dengan kesejahteraan subjektif. DAFTAR PUSTAKA Diener, E., Scollon, C. N., Lucas, R. E. (2003). The evolving concept of subjective wellbeing: The multifaceted nature of happiness. Advances in cell aging and gerontology. 15, 187-220. (Diakses pada tanggal 10 Januari 2017). Emmons, R.A., McCullough, M.E. (2003). Counting blessings versus burdens: an experimental investigation of gratitude and subjective well-being in daily life. Journal of Personality and Social Psychology. 84(2), 377-389. DOI: 10.1037/0022-3514.84.2.377. Hefferon, K., Boniwell, I. (2011). Positive psychology: theory, research and applications. New York: Open University Press. https://www.kemsos.go.id/content/panti-sosial (Diakses pada tanggal 12 Maret 2017). Lyubomirsky, S., Layous, K. (2013). How do simple positive activities increase wellbeing. Current Directions in Psychological Science. 22(1), 57-62. DOI: 10.1177/0963721412469809. Ningsih, D. A. (2013). Subjective well-being ditinjau dari faktor demografi. Jurnal Online Psikologi. 1(2), 581-603. (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016). Paramitasari, R., Alfian, I. N. (2012). Hubungan antara kematangan emosi dengan kecenderungan memaafkan pada remaja akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. 10(2), 134-165. (Diakses pada tanggal 30 September 2016). Pavot. W., Diener, E. (2004). The subjective evaluation of well being in adulthood: findings and implication. Ageing International. 29(2), 113 135. (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016). Samputri, S.K., Sakti, H. (2015). Dukungan Sosial Dan Subjective Well Being Pada Tenaga Kerja Wanita PT. Arni Family Ungaran. Jurnal Empati. 4 (4), 208-216. (Diakses Pada Tanggal 15 Oktober 2018). Sativa, A.R., Helmi, A.F. (2013). Syukur Dan Harga Diri Dengan Kebahagiaan

Irsyad, Akbar & Safitri, Hubungan antara Kebersyukuran dengan Kesejahteraan Subjektif pada Remaja di Panti Asuhan di Kota Martapura 30 Remaja. Jurnal Online Psikologi. 1(2), 481-493. (Diakses Pada Tanggal 15 Oktober 2018).