MERDEKA BELAJAR: KAJIAN LITERATUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LATAR BELAKANG MASALAH

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kemdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia. tahun 1945 menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

No pembelajaran; (iii) peningkatan manajemen Guru, pendidikan keguruan, dan reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK); (iv) peningka

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

Smart, Innovative, Professional

RENCANA STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

RENCANA AKSI KOMISI 2: PENINGKATAN MUTU, RELEVANSI DAN DAYA SAING

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah tempat belajar bagi para peserta didik dan merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

- 1 - MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN PROFESI

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEDOMAN APRESIASI FKG, KKG, MGMP DAN POKJAWAS PAI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. menengah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

Transkripsi:

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 183 MERDEKA BELAJAR: KAJIAN LITERATUR Sherly,, Edy Dharma, Humiras Betty Sihombing STIE Sultan Agung, STIE Sultan Agung, Universitas Darma Agung Email: Sherlychi12345@gmail.com, edydharma29@yahoo.co.id, bettysihombing1807@gmail.com ABSTRAK Pendidikan sebagai pengembangan kompetensi berpikir, bertindak dan hidup menjadi bagian masyarakat dunia. Di era revolusi 4.0 terjadi perubahan struktur social yang berubah secara cepat, ikatan social bergantung pada teknologi, hilangnya beberapa jenis pekerjaan, masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan memiliki daya saing yang tangguh. Untuk menghadapi era revousi 4.0, pendidikan melalui sekolah harus memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa, tes formatif, guru sebagai mentor, siswa dipandang tidak sama dan menjadi tidak sama sesuai potensi atau talenta masing-masing. Pendidikan 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pendidikan kelas dunia yang menghasilkan keterampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreatif. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan program pendidikan Merdeka belajar yang dijadikan arah pembelajaran ke depan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi kualitatif dengan mengumpulkan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian menyatakan Merdeka Belajar terdiri dari empat program pokok meliputi Penilaian USBN Komprehensif, UN diganti dengan assessment penilaian, RPP dipersingkat dan zonasi PPDB lebih fleksibel. Untuk mengimplementasikan program Merdeka Belajar perlu tranformasi kurikulum sekolah dan pembelajaran; transformasi manajemen pendidikan nasional dan transformasi manajemen pendidikan daerah dan otonomi sekolah. Kata kunci : Pendidikan, Revolusi 4.0, Merdeka Belajar PENDAHULUAN Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 alinea keempat disebutkan bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan sebagai pengembangan kompetensi berpikir, bertindak dan hidup menjadi bagian masyarakat dunia. Di era revolusi 4.0 terjadi perubahan struktur social yang berubah secara cepat, ikatan social bergantung pada teknologi, hilangnya beberapa jenis pekerjaan, masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan memiliki daya saing yang tangguh. Adanya perbedaan karakteristik sistem pendidikan di setiap era. Pada era revolusi 1.0, pengetahuan/ pendidikan tidak dianggap penting dan lebih mengandalkan tenaga. Pada era revolusi 2.0, membuat rancangan belajar, mengadakan ujian pada tiap tahap, guru khusus, penilaian satu skala, tidak terlihat jalur belajar siswa dalam sistem. Pada era revolusi 3.0, sistem pendidikan pada era revolusi industry 3.0 cenderung sama dengan revolusi 2.0. Perbedaan terletak pada sistem pendidikan di era 3.0 mulai memasuki digitalisasi. Pada era revolusi 4.0, pendidikan melalui sekolah harus memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa, tes formatif, guru sebagai mentor, siswa dipandang tidak sama dan menjadi tidak sama sesuai potensi atau talenta masingmasing. Pendidikan 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pendidikan kelas dunia yang menghasilkan keterampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreatif. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan program pendidikan Merdeka Belajar yang dijadikan arah pembelajaran ke depan. Dasar hokum yang menyertai upaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia dilandasi tanggung jawab untuk menjalankan amanat: (1) Pembukaan UUD 1945 alinea IV dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; (2) Pasal 31 ayat 3 yang menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 184 bangsa; (3) UU Sisdiknas Tahun 2003 menimbang bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan local, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan; (4) UU Sisdiknas Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab; dan (5) Nawacita kelima untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Penelitian ini membahas tentang program pendidikan Merdeka Belajar sebagai arah pembelajaran ke depan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi kualitatif dengan mengumpulkan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengertian Merdeka Belajar Revolusi industry 4.0 membawa pengaruh signifikan terhadap sistem pendidikan saat ini. Perubahan yang bergerak semakin cepat ditambah dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks maka pendidikan seyogianya harus diselaraskan agar dapat menjawab segala tantangan zaman. Hal ini sesuai dengan proyeksi bangsa dalam menghadapi Indonesia Golden Generation 2045. Untuk mencapai dan mewujudkan proyeksi tersebut, pendidikan harus dijadikan instrument utama pembangunan manusia Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku leading sector pendidikan nasional yang berperan penting dalam mewujudkan kualias SDM Indonesia, menindaklanjuti dengan mengeluarkan berbagai kebijakan penting diantaranya kebijakan program Merdeka Belajar. Merdeka Belajar menjadi salah satu program untuk menciptakan suasana belajar di sekolah yang bahagia, suasana yang happy, bahagia bagi peserta didik maupun bagi guru. Latar belajar diluncurkan program Merdeka Belajar adalah banyaknya keluhan dari orang tua pada sistem pendidikan nasional yang berlaku selama ini termasuk nilai ketuntasan minimum yang harus dicapai siswa yang berbeda-beda di setiap mata pelajaran. Merdeka Belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk mengembalikan esensi dari asesmen yang semakin dilupakan. Konsep Merdeka Belajar adalah mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang untuk memberikan kemerdekaan sekolah menginterpretasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka (Sekretariat GTK, 2020). Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020:5), merdeka belajar adalah memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui pidatonya dalam memperingati Hari Guru Nasional tanggal 25 November 2019 dikatakan bahwa inti Merdeka Belajar adalah sekolah, guru dan murid memiliki kebebasan dalam arti bebas untuk berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Merdeka Belajar adalah kemerdekaan berpikir dimana esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru terlebih dahulu. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi di murid. Hal ini disampaikan oleh anggota DPD/ MPR RI 2019-2024, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si dalam Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang pada tanggal 10 Maret 2020. Sementara menurut Ningsih (2019), Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim. Jadi merdeka belajar merupakan program kebijakan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang dengan memberi kebebasan kepada sekolah, guru dan murid untuk bebas berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif, dimana kebebasan berinovasi ini harus dimulai dari guru sebagai penggerak pendidikan nasional.

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 185 Program Merdeka Belajar Merdeka belajar merupakan program kebijakan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang dengan memberi kebebasan kepada sekolah, guru dan murid untuk bebas berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif, dimana kebebasan berinovasi ini harus dimulai dari guru sebagai penggerak pendidikan nasional. Kebijakan program Merdeka Belajar diluncurkan untuk mewujudkan kualitas SDM Indonesia terutama di era revolusi industry 4.0. Kebijakan program Merdeka Belajar meliputi empat pokok kebijakan yaitu Penilaian USBN Komprehensif, UN diganti dengan assessment penilaian, RPP dipersingkat dan zonasi PPDB lebih fleksibel. Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si dalam Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang pada tanggal 10 Maret 2020 memaparkan empat program kebijakan Merdeka Belajar yaitu sebagai berikut: Gambar 1. Program Merdeka Belajar (Murni, 2020) Harris Iskandar, selalu Plt. Dirjen Paud, Dikdas dan Dikmen dalam Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 10 Maret 2020 juga memaparkan empat program kebijakan Merdeka Belajar yaitu sebagai berikut : Gambar 2. Terobosan Merdeka Belajar(Iskandar, 2020) Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, selaku guru besar tetap Universitas Negeri Jakarta sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar PGRI dalam Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang pada tanggal 10 Maret 2020 menjelaskan empat program kebijakan Merdeka Belajar yaitu sebagai berikut : Gambar 3. Kebijakan Pendidikan Nasional Merdeka Belajar (Rosyidi, 2020) Keempat program Merdeka Belajar dapat diuraikan sebagai berikut: 1. USBN 2020. Sebelumnya konsep pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Nasional mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Tetapi berdasarkan Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional, khususnya pada Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan merupakan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Selanjutnya pada Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa bentuk ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan berupa portofolio, penugasan, tes tertulis atau bentuk kegiatan lain yang ditetapkan satuan pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diukur berdasarkan Standar Nasional Pendiikan. Kemudian pada Pasal 6 ayat 2 menyatakan bahwa kelulusan peserta didik ditetapkan oleh satuan pendidikan/ program pendidikan yang

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 186 bersangkutan. Dengan demikian jika mengacu pada Permendikbud No 43 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional ini menunjukkan bahwa sekolah dan guru merdeka dalam menilai hasil belajar siswa. 2. UN. Ujian Nasional merupakan kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan sesuai dengan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang kemudian diganti menjadi Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional. Terkait dengan pelaksanaan UN tahun 2020 sebagaimana disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan kegiatan UN yang terakhir. Selanjutnya di tahun 2021 mendatang UN akan diganti dengan istilah Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter. Asesmen dimaksud untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk bernalar menggunakan bahasa dan literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika atau numerasi dan penguatan pendidikan karakter. Teknis pelaksanaan ujian tersebut dilakukan di tengah jenjang sekolah seperti kelas IV SD, kelas VIII SMP dan Kelas XI SMA dengan maksud dapat mendorong guru dan sekolah untuk memetakan kondisi pembelajaran serta mengevaluasi sehingga dapat memperbaiki mutu pembelajaran. hasil ujian asesmen ini tidak digunakan sebagai tolok ukur seleksi siswa ke jenjang berikutnya. Namun arah kebijakan ini mengacu pada level internasional, mengikuti tolak ukur penilaian yang termuat dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tetapi penuh kearifan local. Untuk kompetensi PISA lebih difokuskan pada penilaian kemampuan membaca, matematika dan sains yang diberlakukan pada Negara-negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Sementara untuk kompetensi TIMSS lebih menekankan pada penilaian kemampuan matematika dan sains sebagai indicator kualitas pendidikan yang tergabung dalam wadah International Association for the Evaluation of Educational Achievement. 3. RPP. Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan RPP, meliputi: (1) Penyusunan RPP dilakukan dengan prinsip efisien, efektif dan berorientasi pada siswa; (2) dari 13 komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran disederhanakan menjadi komponen inti yang terdiri dari tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian pembelajaran (assessment) yang wajib dilaksanakan oleh guru dan komponen lainnya hanya sebagai pelengkap; (3) sekolah, kelompok guru mata pelajaran dalam sekolah, Kelompok Kerja Guru/ Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG/ MGMP) dan individu secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan dan mengembangkan format RPP secara mandiri untuk sebesar-besarnya keberhasilan belajar siswa. Dengan adanya kemerdekaan dalam menyusun RPP diharapkan akan lebih banyak interaksi antara guru dan siswa yang lebih aktif, dinamis dengan model pembelajaran yang tidak kaku. 4. PPDB. Sebelumnya PPDB diatur dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Selanjutnya diatur dalam Permendikbud Nomor 44 Tahun 2019 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 11, dalam persentase pembagiannya meliputi: (1) untuk jalur zonasi paling sedikit 50 persen; (2) jalur afirmasi paling sedikit 15 persen; (3) jalur perpindahan tugas orang tua/wali lima persen; dan (4) jalur prestasi (sisa kuota dari pelaksanaan jalur zonasi, afirmasi dan

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 187 perpindahan orang tua /wali (0-30 persen). Jelas ini berbeda dengan kebijakan PPDB pada tahun-tahun sebelumnya, setidaknya terdapat dua hal penting: (1) kuota penerimaan siswa baru lewat jalur berprestasi, semula 15 persen, sekarang menjadi 30 persen; dan (2) adanya satu penambahan baru jalur PPDB, yaitu melalui jalur afirmasi, yang ditujukan terutama bagi mereka yang memegang Kartu Indonesia Pintar (KIP). Dengan demikian untuk PPDB 2020 masih tetap menggunakan sistem zonasi, akan tetapi dalam pelaksanaannya lebih bersifat fleksibel, dengan maksud agar dapat mengakomodir ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Terpenting dalam prorporsi finalisasinya, daerah berwenang untuk menentukan dan menetapkan wilayah zonasinya. Secara umum sistem zonasi dalam PPDB itu sudah baik, karena dapat mendorong hilangnya diskriminasi bagi anggota masyarakat untuk bersekolah di sekolah-sekolah terbaik. Peran Strategis Provinsi & Kabupaten/ Kota Selaku anggota DPD/ MPR RI 2019-2024, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si dalam Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 10 Maret 2020 menyatakan adanya peran strategis provinsi & kabupaten/ kota dalam menyikapi program Merdeka Belajar yaitu: 1. Pemerintah daerah hadir sebagai pelaksana kebijakan dari realisasi pada Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, utamanya mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana. 3. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah daerah wajib memberikan layanan, kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan berkualitas bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi. 4. Pemerintah harus menyadari bahwasanya anak-anak merupakan investasi masa depan sebuah bangsa. 5. Keterlibatan pemerintah dalam pendidikan adalah mencakup aspek mutu dan pemerataan. Implementasi Merdeka Belajar Untuk mengimplementasi program Merdeka Belajar, langkah-langkah yang dapat dilakukan provinsi & kabupaten/ kota sebagaimana dipaparkan oleh Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si dalam Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang pada tanggal 10 Maret 2020 yaitu sebagai berikut: 1. Menjalin sinergitas antara pemerintah daerah, kabupaten/ kota dengan pembuat kebijakan (Mendikbud) dan lembaga pendidikan. 2. Pengoptimalisasian peran pemerintah daerah kabupaten/ kota hingga menyentuh pendidikan dan tenaga pendidik. 3. Memberikan pengawasan dan pendampingan dari pemerintah daerah kabupaten/ kota terhadap lembaga pendidikan. 4. Melakukan revitalisasi musyawarah antara pemerintah daerah kabupaten/ kota dengan lembaga pendidikan. 5. Menyiapkan sarana dan prasarana demi menunjang proses pendidikan yang berkualitas. Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, selaku guru besar tetap Universitas Negeri Jakarta sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar PGRI dalam Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang pada tanggal 10 Maret 2020 menyatakan bahwa untuk mengimplementasikan program Merdeka Belajar perlu: 1. Transformasi Kurikulum Sekolah dan Pembelajaran Transformasi kurikulum sekolah terkait dengan kurikulum sekolah sesuai dengan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/ 2003: 1) Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/ 2003, pasal 36 ayat 3 kurikulum disusun dengan memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan. 2) Pasal 37 ayat 1 kurikulum penidikan dasar dan menengah wajib memuat keterampilan/ kejuruan dan muatan local (muatan local bukan hanya sekedar mata pelajaran yang hanya 2 jam tetapi semua konten dan proses pendidikannya berorientasi wilayah). 3) PP no 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendiidkan pasal 14 ayat 1: kurikulum SD/ SMP/ SMA dan/ atau

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 188 bentuk lain yang sederajat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan local. 4) Pemberdayaan potensi local yang terintegrasi dengan program pendidikan berbasis keunggulan local merupakan suatu bentuk demokratisasi dan desentralisasi pendidikan sebagai salah satu paradigm baru pendidikan nasional sesuai amanat undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/ 2003. 5) UUPD No. 23/ 2014 menyatakan bahwa pendidikan menengah adalah urusan wajib provinsi dan pendidikan dasar adalah urusan wajib kab/ kota yang banyak menimbulkan masalah dalam pengelolaannya. Merdeka belajar memerlukan transformasi kurikulum sekolah ke arah kurikulum sekolah yang terdiversifikasi: 1) Standar nasional disusun oleh pusat untuk dijabarkan lebih lanjut menjadi standar provinsi dan standar kabupaten/ kota; standar pendidikan perlu diukur dan diremajakan secara teratur. 2) Program pendidikan beragam tujuannya, maka pendidikan yang berbasis kepentingan nasional melalui PPKN, Pend. Agama, Bahasa Indonesia, Matematika dan Pendidikan Global akan menjadi alat pemersatu bangsa. 3) Pendidikan dan pelatihan literasi dan numerasi dasar adalah inti dari kurikulum sekolah menuju berkembangnya kemampuan belajar sepanjang hayat. 4) Beban pendiidkan pengetahuan dasar (mata pelajaran) harus dikurangi sebatas yang diperlukan untuk praktek dan dilaksanakan melalui pembelajaran tematik. 5) Sebagian besar kontek kurikulum sekolah adalah aplikasi literasi dalam bentuk kecakapan hidup (life skills) sesuai dengan kebutuhan wilayah; pemda perlu diberikan wewenang dan kemampuan untuk menyusun kurikulum tersebut. 6) Sekolah diberikan kewenangan untuk membuat menu pendidikan life skills pilihan perorangan dan sekolah harus dapat menjamin penyelenggaraannya. 2. Transformasi Manajemen Pendidikan Nasional Permasalahan dalam manajemen pendidikan daerah: 1) Dengan 40% DAU Pendidikan (40%) Pemda berpotensi untuk menjadi kekuatan besar jika mampu melahirkan dan melaksanakan program pembangunan pendidikan (peningkatan kapasitas sekolah dan kinerja guru) di wilayahnya. 2) Kemampuan pemda melahirkan kebijakan/ program pendidikan daerah bervariasi dan hampir semua meniru kebijakan pusat (BOS, Sertifikasi) sehingga banyak pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya terbengkalai (pemerataan guru, pelatihan guru, pengembangan kurikulum daerah). 3) Pekerjaan pemda selama ini yang paling mudah, hanya menyalurkan DAK nonfisik (TPG, BOS, rehab sekolah) yang justru memancing rent seekers dan politisasi guru. 4) Pusat lebih banyak mengatur aspek administrative anggaran (pencairan dan pengspj-an TPG, BOS, DAK) ketimbang melahirkan instrument kebijakan edukatif untuk memudahkan pemda dalam memacu kinerja sekolah/ guru dan mutu belajar siswa. 5) Peningkatan kapasitas fiscal daerah melalui pembagian urusan berbagai jenis pajak untuk mendanai pendidikan yang menjadi urusannya. Transformasi manajemen nasional bidang pendidikan: 1) Diperlukan penguatan presidential grip dalam melahirkan kebijakan Presiden pendidikan yang bermutu atas dasar visi presiden bidang pendidikan. 2) Tugas Kemdikbud menjabarkan visi dan kebijakan presiden menjadi standar-standar pendidikan, mengembangkan kemampuan daerah, mengatur subsidi untuk pertimbangan anggaran daerah, membangun sistem pendidikan wajib belajar, membangun sistem pendidikan vokasi secara nasional, mengukur capaian standard dan menyelenggarakan ujian literasi nasional. 3) Dalam era desentralisasi pekerjaan pengadaan fisik sekolah (lahan, gedung, sarana pendidikan) diserahkan ke daerah dengan standard an pengawasan oleh pemerintah; pusat mengembangkan dan menetapkan konten pendidikan nasional. 4) Keditjenan Kemendikbud tidak dibagi menurut jenjang tetapi fungsi pendidikan yaitu: (1) Ditjen Pendidikan Dasar (PAUD, Dikdasmen, Pend. Keagamaan, diksetara).

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 189 (2) Ditjen Pendidikan Vokasi (terintegrasi: SMK, Politeknik, kursus dan pelatihan, pendidikan kewirausahaan, start-up business) dan networking industry (standar, praktik kerja, asesmen dan penyaluran lulusan). (3) Ditjen Pendidikan Tinggi Akademik untuk peningkatan keunggulan PT Bertaraf internasional. (4) Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (Pelatihan dan Sertifikasi guru, standar guru, sistem pelatihan guru, promosi dan remunerasi guru). 3. Transformasi Manajemen Pendidikan Daerah dan Otonomi Sekolah Untuk mewujudkan merdeka belajar, perlu penyesuaian kebijakan pengelolaan pendidikan (makro dan mikro) yaitu: 1) Sistem pengelolaan guru nasional yang kondusif untuk memacu profesionalisasi jabatan guru. 2) Perlu mulai difikirkan sebuah sistem pengelolaan guru yang professional, salah satunya dengan mengkonsep guru professional sebagai pegawai sekolah berdasarkan kontrak kerja dengan kepala sekolah. 3) Memperbaiki sistem sertifikasi guru dengan promosi jabatan dan penggajian berbasis merit dengan memperkuat sistem pembinaan profesi berkelanjutan (CPD) sebagai bagian integral dari sertifikasi guru. 4) Salah satu bagian dari CPD adalah sistem pelatihan guru (secara nasional dan daerah) yang multi-simultan dan terkoneksi secara digital di seluruh wilayah nusantara. 5) Pembagian urusan pendidikan antar jenjang pemerintahan yang tidak berbasis pada jenjang pendidikan tetapi berbasis fungsi pengelolaan pendikan. Perlu penyesuaian peraturan perundangundangan bidang pendidikan yaitu: 1) Sistem pengelolaan guru nasional yang kondusif untuk memacu profesionalisasi jabatan guru. 2) Memperbaiki sistem sertifikasi guru dengan promosi jabatan dan penggajian berbasis merit dengan memperkuat sistem pembinaan profesi berkelanjutan (CPD). 3) Sistem pelatihan guru dan CPD secara nasional yang multi-simultan dan terkoneksi secara digital di seluruh wilayah nusantara. 4) Pembagian urusan pendidikan antar jenjang pemerintahan yang tidak berbasis pada jenjang pendidikan tetapi berbasis fungsi pengelolaan pendidikan. 5) Perlu melakukan beberapa penyesuaian legeslasi pendidikan terutama antara UUSPN 20/ 2003 dan UUPD 23/ 2014 antara lain terkait dengan: (1) Tata kelola dan penggajian guru sebagai profesi. (2) Otonomi sekolah menuju terwujudnya sekolah-sekolah yang professional. (3) Kurikulum sekolah yang terdiversifikasi dan terdesentralisasi. (4) Reformasi LPTK untuk menghasilkan guru kresdensial yang bermutu dan mencetak para pemikir kebijakan yang mampu merespon kebijakan transformasi pendidikan serta guru yang dapat mengembangkan inovasi pembelajaran. Harmonisasi kebijakan dan pengelolaan pendidikan antar-kementerian dan antara pusat dan daerah melalui penguatan presidential grip melalui National Education Council (NEC) yang bertugas menyiapkan kebijakan presiden bidang pendidikan. KESIMPULAN Merdeka belajar merupakan program kebijakan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undangundang dengan memberi kebebasan kepada sekolah, guru dan murid untuk bebas berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif, dimana kebebasan berinovasi ini harus dimulai dari guru sebagai penggerak pendidikan nasional. Kebijakan program Merdeka Belajar diluncurkan untuk mewujudkan kualitas SDM Indonesia terutama di era revolusi industry 4.0. Kebijakan program Merdeka Belajar meliputi empat pokok kebijakan yaitu Penilaian USBN Komprehensif, UN diganti dengan assessment penilaian, RPP dipersingkat dan zonasi PPDB lebih fleksibel. Untuk mengimplementasikan program Merdeka Belajar perlu tranformasi kurikulum sekolah dan pembelajaran; transformasi manajemen pendidikan nasional dan transformasi manajemen pendidikan daerah dan otonomi sekolah. PENGHARGAAN Bagian ini tidak wajib disediakan. Hanya dibuat jika diperlukan. Misalnya untuk mengucapkan

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding 190 terima kasih terhadap beberapa pihak yang berperan dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020. Buku Saku Panduan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI. Iskandar, Harris. 2020. Strategi Implementasi Merdeka Belajar (Jenjang PAUD, Dikdas dan Dikmen). Modul Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 10 Maret 2020. Murni, Sylviana. 2020. Peran Strategis Provinsi/ Kabupaten Kota Dalam Implementasi Merdeka Belajar. Modul Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 10 Maret 2020. Ningsih, Widya. 2019. Merdeka Belajar melalui Empat Pokok Kebijakan Baru di Bidang Pendidikan. Diakses tanggal 27 Mei 2020. Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional. Permendikbud Nomor 44 Tahun 2019 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020. Rosyidi, Unifah. 2020. Merdeka Belajar: Aplikasinya Dalam Manajemen Pendidikan & Pembelajaran di Sekolah. Modul Seminar Nasional Merdeka Belajar: Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 10 Maret 2020. Sekretariat GTK. 2020. Merdeka Belajar. Artikel. Diakses tanggal 27 Mei 2020. Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan RPP UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/11/p idato-mendikbud-pada-upacara-benderaperingatan-hari-guru-nasional-tahun-2019