TINJAUAN TERHADAP PEMBATASAN DIMENSI TEMBOK PENGISI YANG MENERIMA BEBAN MUKA AKIBAT GEMPA



dokumen-dokumen yang mirip
BAB V K A B E L Hubungan Umum. Gambar 5.1. Kabel Sebagai Batang Lentur. q. dx. Dalam analisisnya, baik. Beban total pada kabel adalah R

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

PENERAPAN FLEXIBLE BACKUP SUPPLY UNTUK MENGATASI KEKURANGAN BAHAN BAKU PADA KONDISI LEAD TIME STOKASTIK

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung Apartemen

PENGARUH EKSENTRISITAS PUSAT MASSA BANGUNAN BETON BERTULANG TERHADAP STABILITAS STRUKTUR YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA ABSTRAK

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

Permeabilitas dan Rembesan

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

[JURNAL ECOBISMA] Vol. 3 No. 2 Jun 2016

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun

DAMPAK PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

Jl. Banyumas Wonosobo

KAJIAN PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN BERLANTAI ENAM RUMAH SAKIT MITRA MEDIKA TEMBUNG AKIBAT PERUBAHAN FUNGSI RUANGAN

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

Kuliah ke-5 TEGANGAN PADA BALOK. 2 m 2 m 2 m. Bidang momen. Bidang lintang A B B C D D

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

RANY RAKITTA DEWI SEMINAR TUGAS AKHIR

KINERJA DINDING BATA TANPA TULANGAN TERHADAP BEBAN GEMPA

DAFTAR PUSTAKA. 1. SNI , Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk. Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

Ivan Julianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia,

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

Struktur Baja 2 Kolom tersusun

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

EVALUASI KAPASITAS SEISMIK BANGUNAN BETON BERTULANG EKSISTING DI KOTA PADANG DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENGARUH DINDING BATA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

Anton Susanto NRP : Pembimbing : Ir. Djoni Simanta, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)

ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN

STUDI PEMANFAATAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BATAKO

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA dan LENDUTAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK. William Trisina NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir.,M.Sc.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Alternatif Perencanaan Gedung 3 Lantai pada Tanah Lunak dengan dan Tanpa Pondasi Dalam

PENGARUH PENINGKATAN KAPASITAS AIR TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BAK SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

STUDI ANALISIS PERTEMUAN BALOK KOLOM BERBENTUK T STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN STRUT-AND- TIE ABSTRAK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sketsa Lokasi Proyek Perluasan Lahan Pabrik NPK Super. juga dibagi ke dalam beberapa zona pengerjaan.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

T I N J A U A N P U S T A K A

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG KANTOR SEWA DELAPAN LANTAI DI PONTIANAK ABSTRAK

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

PERSAMAAN EMPIRIS WAKTU GETAR ALAMI STRUKTUR PELAT DATAR BETON BERTULANG BERDASARKAN HASIL ANALISIS VIBRASI 3 DIMENSI

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Gambar 4.9 Tributary area C 12 pada lantai Gambar 5.1 Grafik nilai C-T zona gempa Gambar 5.2 Pembebanan kolom tepi (beban mati)... 7

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

ANALISIS PERENCANAAN DINDING GESER DENGAN METODE STRUT AND TIE MODEL RIDWAN H PAKPAHAN

Transkripsi:

TINJAUAN TERHADAP PEMBATASAN DIMENSI TEMBOK PENGISI YANG MENERIMA BEBAN MUKA AKIBAT GEMPA (Takim Andriono et a.) TINJAUAN TERHADAP PEMBATASAN DIMENSI TEMBOK PENGISI YANG MENERIMA BEBAN MUKA AKIBAT GEMPA Takim Andriono, Gideon Hadi Kusuma Dosen Fakutas Teknik, Jurusan Teknik Sipi, Universitas Kristen Petra Sunianto, Tedy Agustino Aumni Fakutas Teknik, Jurusan Teknik Sipi, Universitas Kristen Petra ABSTRAK Daam rangka mengantisipasi terjadinya beban muka akibat gempa kuat yang bekerja pada bidang dinding pengisi suatu struktur rangka, uas maksimum atau bentang bidang dinding peru dibatasi seperti yang direkomendasikan daam Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertuang Biasa dan Struktur Tembok Bertuang untuk Gedung 1983. Namun, pembatasan ini tampak anya bergantung pada wiaya gempa dan kondisi tana dimana bangunan berada serta posisi tembok, apaka di antai dasar atau puncak gedung dan apaka dinding teretak di daam atau di sekeiing uar bangunan. Sebua studi yang tea diakukan untuk mengevauasi kembai ketentuan pembatasan tersebut di atas menyimpukan bawa terdapat beberapa parameter ain yang searusnya juga diperitungkan, seperti ebar unit bata, teba efektif dinding, rasio tinggi beban dinding teradap ebar bentangnya. Di samping itu, untuk keperuan perencanaan diusukan pua agar taap kondisi retak dinding akibat beban muka diperitungkan pua. Kata kunci: tembok pengisi, beban muka, taap kondisi retak tembok ABSTRACT In order to anticipate te impact of face oading due to severe eartquakes on infied wa panes of a frame structure, te maximum area or span of tese panes needs to be restricted as recommended in te Design Manua for Ordinary Reinforced Concrete Structures and Reinforced a Structures 1983. However, tis restriction is merey based on te seismic zone and soi condition were te structure is ocated; te wa s position, weter it is on te ground or top foor and weter it is ocated inside or on te perimeter of te buiding. A study wic was carried out to re-evauate te above recommendation found tat tere are some oter parameters wic need aso to be considered, suc as te widt of brick units, te effective wa tickness, te ratio of cear eigt to span of wa pane. Furtermore, for design purposes, it is suggested to put into consideration te crack state condition of was due to seismic face oads. Keywords: infied wa, face oading, crack state condition of was. PENDAHULUAN Pada Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertuang Biasa dan Struktur Tembok Bertuang untuk Gedung 1983 [1] ada asumsi bawa seau ada resiko kegagaan tembok Catatan: Diskusi untuk makaa ini diterima sebeum tangga 1 Mei. Diskusi yang ayak muat akan diterbitkan pada Dimensi Teknik Sipi voume nomor September. pengisi akibat beban muka (face oading). Resiko kegagaan ini anya akan terjadi biamana terjadi gempa yang ebi kuat daripada tingkat gempa rencana (gempa berperiode uang taun). Asumsi ini diambi dengan aasan untuk menjamin keseamatan manusia daam gedung dari tertimpa reruntuan tembok pengisi, sedangkan daam kasus struktur rangka dengan tembok pengisi asumsi ini diambi untuk menjamin kontribusi eemen tembok pengisi ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/ 1

DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL., NO. 1, MARET : 1-8 daam menerima beban atera. Untuk mengindari terjadinya kegagaan tembok pengisi menerima beban muka akibat gempa kuat (gempa berperiode uang taun), Indonesian Eartquake Study vo. 7 [] merekomendasikan suatu pembatasan atas dimensi tembok pengisi berupa pembatasan uas maksimum dan bentang maksimum. Studi ini akan meakukan tinjauan atas pembatasan tersebut dengan memperatikan kondisi tembok pengisi saat menerima beban muka akibat gempa kuat sejak saat tembok pengisi muai retak sampai tembok pengisi mengaami kegagaan (runtu), kemudian mengevauasi sampai sejau mana keoptimaan tembok pengisi yang direncanakan berdasarkan pembatasan tersebut menerima beban muka akibat gempa kuat. Pada Indonesian Eartquake Study vo. 7 [], pembatasan uas maksimum dan bentang maksimum tembok pengisi akibat beban muka didapatkan dengan menganaogikan tembok pengisi sebagai peat satu ara dan peat dua ara. Daam mendapatkan besarnya momen tembok pengisi saat menerima beban muka, untuk anaogi peat satu ara digunakan cara seperti baok yang ujungujungnya di atas tumpuan sendi, sedangkan untuk anaogi peat dua ara digunakan teori garis ee (yied ine teory) versi Park dan Gambe [4] dengan tumpuan sendi pada keempat sisinya. Gambar 1. Notasi Dimensi Tembok Pengisi ANALISA TEMBOK PENGISI MENE- RIMA BEBAN MUKA AKIBAT GEMPA Indonesian Eartquake Study vo. 5 [3] merumuskan besarnya beban muka rencana (FP) yang akan diterima suatu komponen (komponen daam studi ini adaa tembok pengisi) akibat gempa, sebagai berikut: Fp = Cp Kp P p (gempa periode uang taun) Adapun perumusan momen maksimum (1) per Fp = E Kp p (gempa periode uang taun)() meter ebar (Mmaks) sebagai berikut: dimana: Mmaks = 1 F P 8 (anaogi peat satu ara; Cp = Koefisien Gempa Dasar Komponen (iat tabe 1) > ) (3) Kp = Faktor Respon Struktur (Kp = 1 untuk antai dasar; Kp = untuk antai puncak) Y P = Faktor Periaku Komponen teradap 3 1 X Gempa (P = 4 untuk tembok uar; P =,5 Mmaks = FP X (anaogi peat dua untuk tembok seain tembok uar) Y 4 1 E = Respon Percepatan Struktur untuk + X gempa periode uang taun (iat tabe 1) ara; ) (4) p = Berat Komponen Tabe 1. Niai Cp dan E [3] iaya Tana Lunak Tana Keras Cp E Cp E 1,13,,9,675,9,7,7, 3,7,665,5,415 4,5,53,3,375 5,3,375,,3 1. Mode Anaitis Tembok Pengisi dimana: = Tinggi Bersi Tembok Pengisi = Bentang Bersi Tembok Pengisi X = Bentang Pendek pada Peat Y = Bentang Panjang pada Peat. Kondisi Retak Tembok Pengisi Pauay dan Priestey [5] mengembangkan persamaan-persamaan untuk memperkirakan kondisi-kondisi tembok pengisi saat menerima beban muka, dari kondisi muai akan retak sampai kondisi maksimum tembok pengisi sebeum mengaami kegagaan. Beberapa asumsi ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/

TINJAUAN TERHADAP PEMBATASAN DIMENSI TEMBOK PENGISI YANG MENERIMA BEBAN MUKA AKIBAT GEMPA (Takim Andriono et a.) penyederanaan mereka ambi, antara ain akseerasi respon konstan sepanjang tinggi tembok dan tumpuan tembok pengisi diasumsikan sendi. Kegagaan tembok pengisi dianggap beum terjadi waaupun tembok pengisi suda muai retak. Kemampuan utimit tembok pengisi anya akan terjadi saat tegangan tekan materia (σc) dari tembok pengisi mencapai,85 tegangan tekan ijinnya (σ C). Gambar memperiatkan skema anaitis kondisi-kondisi retak di potongan setenga tinggi tembok pengisi saat menerima beban muka. (σcr) atau tercapainya momen retak (MCR) yaitu ketika x = te/6. Kondisi retak utimit (Kondisi Retak %) yang diperboekan dari tembok pengisi saat menerima beban muka sebeum mengaami kegagaan terjadi ketika: σ σ (1) CU =, 85 x U C te a = (11) Gambar. Kondisi Retak Tembok Pengisi saat Menerima Beban Muka [5] Adapun persamaan-persamaan untuk kondisi 1/r bagian dari teba efektif tembok pengisi tea retak adaa sebagai berikut: R =,5 P (5) M = R x (6) 1 3x = 1 1,5 r te (7) 1 1 = 1 br r (8) σ R C = br te (9) dimana: R = Resutan Beban Gravitasi pada setenga Tinggi Tembok Pengisi M = Momen dari R teradap As Tenga Teba Efektif Tembok Pengisi x = Lengan Momen dari Resutan Beban Gravitasi pada setenga Tinggi Tembok Pengisi te = Teba Efektif Tembok Pengisi 1/r = Kondisi Retak dari Teba Efektif Tembok Pengisi Tembok pengisi dikatakan muai retak (Kondisi Retak %) pada saat tegangan tekan materia tembok pengisi mencapai tegangan tekan retak R a = (1) te M U σ CU dimana: te a = R (13) σcu = Tegangan Tekan Utimit xu = Lengan Momen dari Resutan Beban Gravitasi pada setenga Tinggi Tembok Pengisi a = Sisa Teba Efektif Tembok Pengisi yang Beum Retak saat Kondisi Retak Tembok Pengisi Utimit MU = Momen Utimit EVALUASI TEMBOK PENGISI AKIBAT BEBAN MUKA Kemampuan tembok pengisi menerima beban muka akibat gempa besar pada Indonesian Eartquake Study vo. 7 [] diubungkan dengan pembatasan dimensi tembok pengisi atau pengaturan etak koom praktis. Pembatasan tersebut daam studi ini akan dievauasi kondisi retaknya versi Pauay dan Priestey, untuk mengetaui apaka kemampuan tembok pengisi menerima beban muka dengan pembatasan ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/ 3

DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL., NO. 1, MARET : 1-8 tersebut suda optima. 1. Parameter-Parameter a. Batu Bata Lebar batu bata (t) =,9;,11 dan,14 m [6] σ C =,5; 5; 1; 15; dan 5 MPa [6] Berat sendiri baan per m 3 (BS) = 17 kg/m 3 [7] b. Pasteran Teba pasteran = 15% t, asumsi pada saat menentukan teba efektif tembok pengisi [] atau Teba pasteran = 3% t, asumsi saat menentukan rasio keangsingan []. BS = kg/m 3 [7] c. Tembok pengisi; Teba efektif (te) = 1t s.d. 3t [8] Tembok pengisi seringkai ditutup dengan apisan mortar semen (pasteran) untuk keperuan interior bangunan. Seubungan dengan perbedaan moduus eastisitas (E) antara materia tembok pengisi (daam studi ini digunakan batu bata mera) dengan mortar semen, maka teba tembok pengisi sebagai saa satu parameter daam perencanaan tembok pengisi teradap beban muka peru dimodifikasi. Berdasarkan Indonesian Eartquake Study voume 7, diasumsikan ketebaan apisan penutup mortar semen sebesar 15% dari ebar batu bata, seingga kemudian diasikan parameter teba efektif yang dirumuskan sebagai te = 3 t. Namun dari asi diskusi daam studi ini disadari adanya keraguan atas mutu batu bata dan mortar semen, termasuk keraguan atas keseragaman teba apisan penutup mortar semen daam pengerjaan di apangan. Seubungan dengan a ini, serta karena pengaru yang signifikan dari parameter teba efektif tembok pengisi, baik atas kemampuan tembok pengisi menerima beban muka maupun kemampuan struktur rangka dengan tembok pengisi menerima beban atera. Maka daam studi ini diusukan teba efektif tembok pengisi sebaiknya diambi daam kisaran 1 (satu) sampai 3 (tiga) kai ebar bata, te = 1 s.d 3 t, berdasarkan keyakinan perencana atas mutu batu bata dan mortar semen serta keseragaman pengerjaan pasteran di apangan. d. Letak dimana struktur berdiri [9] iaya gempa = 1-6, dan kondisi tana = Lunak/Keras Lantai yang ditinjau; KP = 1 untuk Lantai Dasar, KP = untuk Lantai Puncak. Evauasi Kondisi Tembok Pengisi dengan Pembatasan dari Pedoman Pedoman [] atas pembatasan uas dan bentang maksimum tembok pengisi ini memang sangat muda untuk digunakan, namun keoptimaan kondisi retaknya masi peru dievauasi. Tabe. Pembatasan Luas Maksimum (w/w ), daam m [] P = 4 P =,5 Tana Lunak Tana Keras Tana Lunak Tana Keras Dasar Puncak Dasar Puncak Dasar Puncak Dasar Puncak 1 4,, 5,5 3, 6,5 3, 9, 4,5 5,5 3, 7,5 4, 9, 4,5 11,5 6, 3 7,5 4, 1,5 5, 11,5 6, 15, 8, 4 1,5 5, 15, 8,5 15, 8, 15, 1, 5 15, 8,5 15, 1, 15, 1, 15, 15, 6 15, 8,5 15, 1, 15, 1, 15, 15, Tabe 3. Pembatasan Bentang Maksimum (w/w>), daam m. [] iaya iaya P = 4 P =,5 Tana Lunak Tana Keras Tana Lunak Tana Keras Dasar Puncak Dasar Puncak Dasar Puncak Dasar Puncak 1 1,4 1, 1,6 1,1 1,7 1,, 1,4 1,6 1,1 1,9 1,3, 1,4,3 1,6 3 1,9 1,3, 1,5,3 1,6,7 1,9 4, 1,5,8,,7 1,9 3,4,4 5,8, 4,9 3,4 3,4,4 5,6 4, 6,8, 4,9 3,4 3,4,4 5,6 4, Dari peritungan atas saa satu niai pembatasan dengan parameter tinggi tembok () yang bervariasi sementara parameter-parameter ainnya diasumsikan sama, didapatkan kondisi retak yang sangat tergantung dari parameter. Conto peritungan: Batu bata: t =,9 m; BS = 17 kg/m 3 ; σ C = 5 MPa Pasteran: BS = kg/m 3 ; Teba = 15% t Tembok Pengisi: te = 3 t =,7 m; = 3,; 3,1; 3, m; Tembok uar (P=4) Gempa: Periode uang taun; iaya 3; Tana Lunak; Lantai Dasar (KP=1); E =,665 Pembatasan: Luas maksimum = 7,5m (w/w ); iat eemen yang diarsir pada tabe. Berat Tembok Pengisi (P) = (Lebar batu bata x BS batu bata +Teba paster x BS paster) x g = (,9 x 17 + 15% x,9 x ) x 9,81 4 ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/

TINJAUAN TERHADAP PEMBATASAN DIMENSI TEMBOK PENGISI YANG MENERIMA BEBAN MUKA AKIBAT GEMPA (Takim Andriono et a.) = 1779 N/m = 1,78 kn/m Tabe 4. Perbandingan Parameter-Parameter Tembok Pengisi dengan Berbedabeda =3,m =3,1m =3,m Persamaan F P 1,18 kn/m 1,18 kn/m 1,18 kn/m R,67 kn/m,76 kn/m,85 kn/m 5 Mcr,1,14 knm/m,18 knm/m 6 knm/m σcu 4,5 MPa 4,5 MPa 4,5 MPa 1 a,33 mm,41 mm,48 mm 1 Mu,357,369 knm/m,381 knm/m 13 knm/m.5 m,4 m,34 m - 1, 1,8 1,37 -,363 M,358 knm/m,353 knm/m 4 (w/w ), knm/m x,136 m,13 m,14 m 6 1/r (Kondis i Retak) M>Mu (gaga),94 (94%retak),88 (88%retak) Dari tabe di atas teriat untuk = 3, m tembok pengisi suda mengaami kegagaan ketika menerima beban muka akibat gempa kuat, namun untuk = 3,1 m kondisi retak tembok pengisi cukup optima yaitu 94% (Kondisi retak % adaa kondisi retak utimit tembok pengisi), sedangkan untuk = 3, m keoptimaan kondisi retak menurun menjadi 88%. 3. Usuan Pembatasan Dimensi Tembok Pengisi Berdasarkan Kondisi Retak Utimit Daam studi ini diusukan pembatasan dimensi tembok pengisi dengan kondisi retak tembok pengisi yang dapat dipii sesuai dengan keinginan perencana dan tidak tergantung niai, namun tetap diusaakan untuk sederana dan muda digunakan. Adapun jaan pemikiran untuk mendapatkan pembatasan dimensi tembok pengisi yang diusukan adaa sebagai berikut: a. Persamaan 3, 4, 5, 6 dan 13 dibagi dengan parameter, seingga didapatkan persamaan-persamaan turunan. Persamaan untuk mencari momen maksimum pada tembok pengisi yang di anaogikan sebagai peat satu ara (w/w > ): Mmaks 1 8 = F (14) P 7 Persamaan untuk mencari momen maksimum pada tembok pengisi yang di anaogikan sebagai peat dua ara (w/w ): Mmaks Mmaks 3 1 = F ; untuk P 4 1 + 1< 3 1 4 1 + 1< = FP ; untuk (15a) (15b) Persamaan gaya-gaya daam tembok pengisi saat menerima beban muka: R =,5 (16) P M R = x (17) Persamaan momen tembok pengisi daam kondisi retak utimit saat menerima beban muka (dengan a diitung dari persamaan 1 untuk = 4,5 m): M U R te a (18) b. Masing-masing persamaan 14, 15a dan 15b dieiminasi dengan persamaan 18, seingga kita bisa mendapatkan niai parameter w/ w (untuk w/w > 1) dan niai parameter (untuk,5 w/w 1), pada kondisi retak utimit. c. Dengan cara yang sama seperti pada angka b, eiminasi dapat diakukan untuk persamaan 14, 15a dan 15b dieiminasi dengan persamaan 17 pada kondisi retak yang kita inginkan (-%, % = saat muai retak, % = utimit) Kemudian parameter yang niainya bervariasi akan membuat pembatasan menjadi kompeks karena banyak kombinasinya, parameterparameter itu adaa wiaya gempa, kondisi tana di mana struktur berdiri, antai yang ditinjau, σ C batu bata, ebar batu bata, teba pasteran dan teba efektif tembok pengisi. Parameter wiaya gempa, kondisi tana dan antai yang ditinjau, suda bisa dipastikan ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/ 5

DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL., NO. 1, MARET : 1-8 sangat sensitif, a ini disimpukan dari pembatasan dimensi tembok pengisi pada Tabe dan 3, yang memberikan pembatasan tersendiri untuk tiap-tiap kombinasinya. Sedangkan untuk sensitifitas parameter σ C batu bata, ebar batu bata, teba pasteran dan teba efektif tembok pengisi dapat diiat pada gambar-gambar berikut.,15,5,35,45,55 w/(w^,5) t=.9m t=.11m t=.14m.... 1. w/(w^,5) Gambar 3. Sensitifitas Parameter s C batu bata [8] iaya 1; Tana Keras; Lantai Dasar; paster = 3%t; te = 3t; t =,9m; w/w >,,,, 1, 1, w/(w^,5) paster=15%t paster=3%t Gambar 4. Sensitifitas Parameter Teba Paster [8] iaya 3; Tana Lunak; Lantai Dasar; σ C = 5, MPa; te=3t; t =,11m; w/w >. Gambar 3 dan 4 menunjukkan kurva-kurva yang berimpitan, dengan kata ain parameter σ C batu bata dan teba paster tidak terau berpengaru daam menentukan kondisi retak tembok pengisi saat menerima beban muka akibat gempa kuat. Sedangkan gambar 5 dan 6 memperiatkan kurva-kurva yang tidak berimpitan dengan perbedaan yang cukup signifikan, dengan kata ain parameter ebar batu bata dan teba efektif tembok pengisi cukup berpengaru daam menentukan kondisi retak tembok pengisi saat menerima beban muka akibat gempa kuat. Gambar 5. Sensitifitas Parameter Lebar Batu Bata [8] iaya ; Tana Keras; Lantai Puncak; σ C = 5, MPa; paster=15%t; te = t; w/w >.,,,, 1, w/(w^,5) te/t=1 te/t=3 Gambar 6. Sensitifitas Parameter Teba Efektif Tembok Pengisi [8] iaya 4; Tana Lunak; Lantai Puncak; σ C = 15, MPa; paster=15%t; t =,11m; w/w >. Dengan diketauinya sensitifitas parameterparameter yang menentukan daam anaisa kondisi retak tembok pengisi atas beban muka maka dapat diusukan pembatasan yang cukup sederana untuk digunakan, seperti dapat diiat beberapa contonya pada gambar 7, 8 dan 9.,,3,,5,,7 w/(w^,5) Gambar 7. Dimensi Tembok Pengisi [8] iaya 4; Tana Lunak; Lantai Puncak; te=t; t=,11m; w/w > 6 ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/

TINJAUAN TERHADAP PEMBATASAN DIMENSI TEMBOK PENGISI YANG MENERIMA BEBAN MUKA AKIBAT GEMPA (Takim Andriono et a.),,,, 1, 1, w/(w^,5) Gambar 8. Dimensi Tembok Pengisi [8] w/w=1 w/w=1.5 w/w=1.5 w/w=1.75 w/w= iaya 4; Tana Lunak; Lantai Puncak; te=t; t=,11m; 1 w/w,,5 1, 1,5 w (m) Gambar 9. Dimensi Tembok Pengisi [8] w/w=1 w/w=1.5 w/w=1.5 w/w=1.75 w/w= iaya 4; Tana Lunak; Lantai Puncak; te=t; t=,11m;,5 w/w < 1 DISKUSI DAN KESIMPULAN Dengan usuan pembatasan dimensi tembok pengisi yang baru, kemampuan tembok pengisi untuk menerima beban muka akibat gempa besar dapat dioptimakan. Serta pembatasan yang baru tidak agi tergantung pada parameter tinggi bersi tembok pengisi, sebagaimana pembatasan yang ama yang tergantung pada parameter tinggi bersi tembok pengisi (iat tabe 4). Pembatasan dimensi tembok pengisi juga diartikan sebagai pengaturan etak koom praktis. Namun penuangan koom praktis yang dibaas daam pedoman terdauu [1] tidak dibaas daam studi ini, sebagai gantinya perencana bisa merencanakan penuangan koom praktis secara ebi feksibe dengan mengideaisasikan koom praktis sebagai eemen yang menerima beban merata. Ha ain yang berubungan dengan pembatasan dimensi tembok pengisi adaa pembatasan dimensi tembok pengisi dikarenakan ketentuan rasio keangsingan, untuk itu daam merencanakan dimensi tembok pengisi diarapkan juga memperatikan ketentuan rasio keangsingan ijin tembok pengisi [8]. Kemudian beberapa a yang masi menjadi permasaaan daam perencanaan dimensi tembok pengisi dan beum dibaas daam studi ini seingga peru dikembangkan ebi anjut, adaa: a. Dari studi ini disimpukan teba efektif tembok pengisi merupakan parameter penting perencanaan tembok pengisi menerima beban muka, seingga diarapkan di kemudian ari gugus kendai mutu atas pengerjaan tembok pengisi dapat ebi dikembangkan. b. Untuk tembok pengisi yang berubang, ideaisasi eemen tembok pengisi saat menerima beban muka sebagai peat tertutup peru diteiti ebi anjut. c. Pada kasus struktur rangka dengan tembok pengisi, di mana tembok pengisi menerima beban muka dan beban atera, pengaru interaksi antara beban atera dan beban muka akan berubungan dengan penentuan kondisi retak tembok pengisi yang optima, seingga penentuan kondisi retak yang optima juga peru dikembangkan ebi anjut. d. Studi ini masi berupa tinjauan teoretis, seingga studi anjutan menggunakan mode percobaan tembok pengisi menerima beban muka yang bisa diteiti di aboratorium sangat diarapkan dapat mengasikan mode anaitis yang cukup akurat untuk perencanaan tembok pengisi. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertuang Biasa dan Struktur Tembok Bertuang untuk Gedung, 1983.. Beca Carter Hoings and Ferner Ltd., Indonesian Eartquake Study vo. 7: Masonry Testing, 1981. 3. Beca Carter Hoings and Ferner Ltd., Indonesian Eartquake Study vo. 5: Draft Code of Practice for Seismic Design of Buiding Construction in Indonesia, 1979. 4. Park, R. and Gambe,.R., Reinforced ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/ 7

DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL., NO. 1, MARET : 1-8 Concrete Sabs, Jon iey & Sons, New York, 19 5. Pauay, T. and Priestey, M.J.N., Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Buidings, Jon iey & Sons, New York, 199. 6. Departemen Perindustrian, Standar Industri Indonesia : Mutu dan Cara Uji Bata Mera Peja, SII 1-78, 1978 7. Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983. 8. Sunianto dan Agustino, T., Apikasi Konsep Desain Kapasitas pada Struktur Rangka Beton Bertuang dengan Tembok Pengisi, Skripsi No. 914S, Jurusan Teknik Sipi, Fakutas Teknik, Universitas Kristen Petra, 1999. 9. Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Perencanaan Ketaanan Gempa untuk Ruma dan Gedung, 1987. 8 ttp://pusit.petra.ac.id/journas/civi/