BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jika dahulu madrasah kurang begitu dilirik oleh para orang tua/wali peserta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. on the principles and values of Islam pendidikan Islam diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. dalam berbagai dimensi kehidupan.sudah sangat jelas bahwa dalam Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jawab untuk kepentingan masa depan (Badrudin, 2014:2) tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa UUD 1945

BAB IV ANALISIS PERAN BOARDING SCHOOL DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SDIT BIAS ASSALAM KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pihak yang terkait agar pendidikan dapat berlangsung. sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

pada diri mereka sehingga mudah menguasai bahasa yang dipelajari baik secara aktif maupun pasif. Demikian juga penciptaan lingkungan dan budaya

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB V PENUTUP. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. peluang kegagalan akan semakin tinggi (dalam Yusuf & Nurihsan J,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

A. Latar Belakang Kondisi keyakinan seseorang yang tidak menentu akan membuat kinerja menjadi tidak stabil, sedangkan untuk mencapai keberhasilan

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia. Ayat Al-Qur an yang ditulis dalam bahasa Arab kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Djalal dalam bukunya menjelaskan, Al-Qur an. dan memelihara Al-Qur an oleh sebagian umat Islam terus berlanjut dari

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah

METODE TAHFIDZUL QUR AN PROGRAM IBTIDAIYYAH PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI SURAKARTA 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani manusia supaya tetap bisa bertahan hidup. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Metode Menghafal Pondok Pesantren Tah{fi>z{ Al Qur an. Shohihuddin Surabaya dan Pondok Pesantren Modern Al Azhar Gresik

A. Latar Belakang Masalah

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Arab dipilih Allah SWT sebagai bahasa Al-Qur'an, hal ini dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

EFEKTIVITAS TRADISI PONDOK PESANTREN BAGI SANTRI Oleh : Ida Dwi Septiningsih (STIKI{ Catur Sakti Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Cita-cita ini ditindaklanjuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. ini yang berjudul Pelaksanaan Metode Tasmi dan Muraja ah dalam. Menghafal Al-Qur an di SD Islam Al-Azhaar Kedungwaru

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kemajuan suatu negara berbeda antara negara yang satu dengan

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung yang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia dan menjadi pedoman

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM PROGRAM TAHFIDZ AL-QURAN 2 JUZ DI SDIT ULUL ALBAB PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Hidayatul Muwaffiq. Hal ini dikarenakan pola interaksi yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dulu selalu ada orang-orang yang berusaha untuk mencari-cari kelemahan, atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pedoman, penyelenggara kegiatan pembelajaran, untuk mencapai. kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 46).

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TAHFIDZ AL-QUR AN DI MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya sadar dan terencana agar peserta

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP. peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: dan diefektifkan di tahun kedua.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB V KESIMPULAN. peran yang cukup penting bagi dinamika intelektual bangsa Indonesia. Pesantren

2016 EFEKTIVITAS METODE TALAQQI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR AN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Islam, yang mana telah diketahui bahwa Al-Qur an adalah kalamullah (Firman

BAB IV ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR AN DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUL FALAH BERMI GEMBONG PATI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika dahulu madrasah kurang begitu dilirik oleh para orang tua/wali peserta didik, maka kini madrasah sudah mulai diminati. Apalagi kini dengan disahkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 sebagai pengganti UUSPN No. 2 Tahun 1989 madrasah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional yang berada langsung di bawah pembinaan Kementerian Agama Republik Indonesia. Lahirnya madrasah berawal dari ketidakpuasan masyarakat khususnya yang beragama Islam terhadap sistem pendidikan Nasional yang cenderung lebih bersifat sekuler. Jika ditelusuri dari segi sejarah, maka ketika zaman penjajahan Belanda, pemerintah kolonial menerapkan sistem pendidikan yang diadopsi dari sistem pendidikan Barat yang justru lebih menguntungkan pihak Belanda (Ara dan Imam, 2010: 142). Sehingga hal ini menimbulkan pertentangan di dalam masyarakat karena kebijakan pendidikan yang diterapkan tidak sesuai dengan nilai, norma, dan budaya bangsa Indonesia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suminto dalam Ara dan Imam (2010: 142-143) bahwa tujuan pendirian madrasah untuk pertama kalinya ialah untuk mentransmisikan nilai-nilai Islam, selain untuk memenuhi kebutuhan modernisasi pendidikan, juga sebagai jawaban atau respon dalam menghadapi kolonialisme dan 1

2 Kristen, di samping untuk mencegah memudarnya semangat keagamaan penduduk akibat meluasnya lembaga pendidikan Belanda itu. Sekolah untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh pemerintah Belanda pada sekitar dasawarsa 1870-an bertujuan untuk menyiapkan calon pegawai pemerintah kolonial, dengan maksud untuk melestarikan penjajahan, dan dalam lembaga pendidikan yang didirikan kolonial Belanda itu, tidak diberikan pelajaran agama sama sekali. Selain dari itu, madrasah juga merupakan jawaban atas tuntutan zaman yang terus berkembang. Pendidikan madrasah tidak bisa dilepaskan dari perkembangan lembaga pendidikan Islam yang lebih dulu ada di Indonesia yakni pondok pesantren. Madrasah merupakan transformasi dari sistem pendidikan pondok pesantren yang diintegrasikan dengan sistem pendidikan umum sehingga sistem pendidikan madrasah merupakan perpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum. Namun demikian dengan adanya sistem pendidikan madrasah masyarakat sangat terbantu, karena dengan sistem tersebut kebutuhan masyarakat akan terpenuhi dengan sekaligus, yakni kebutuhan ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Oleh karena itu, ketika membicarakan madrasah di Indonesia dalam kaitannya dengan sejarah munculnya lembaga-lembaga pendidikan tradisional Islam seringkali tidak bisa dipisahkan dari pembicaraan mengenai pesantren sebagai cikal-bakalnya. Dengan kata lain, madrasah merupakan perkembangan lebih lanjut dari pesantren. Karena itu menjadi penting untuk mengamati proses historis sebagai mata rantai yang menghubungkan perkembangan pesantren di masa lalu dengan munculnya madrasah di kemudian hari (Ara dan Imam, 2010: 141).

3 Dewasa ini dengan semakin ketatnya persaingan diantara berbagai lembaga pendidikan, tidak terkecuaali pesantren yang saling berlomba untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Sehingga tidak heran pada saat ini banyak terdapat berbagai macam pesantren dengan beragam jenis dan corak masing-masing. Salah satu jenis pesantren yang kini tengah digandrungi oleh masyarakat adalah pesantren tahfidz Al-Qur an. Banyak masyarakat yang berminat untuk memasukkan putra-putri mereka ke pondok pesantren tahfidz dengan harapan agar kelak putra-putri mereka dapat menjadi seorang hafidz/hafidzoh. Namun demikian, image pesantren dalam sudut pandang masyarakat masih kurang. Sehingga pondok pesantren kini harus dapat berbenah diri, salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah pengelolaan pesantren atau manajemen pesantren. Karena dengan pengelolaan yang baik dan benar, image pondok pesantren di mata masyarakat luas dapat menjadi lebih baik dan menarik. Oleh sebab itu menurut Malayu dalam Badrudin (2013: 7) menyebutkan bahwa manajemen diperlukan untuk kemajuan dan pertumbuhan suatu lembaga. Sehingga suatu lembaga akan dapat berhasil baik jika manajemen diterapkan dengan baik pula. Salah satu fungsi dalam manajemen adalah perencanaan, pepatah lama mengatakan gagal merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan. Oleh karena itu, di dalam pelaksanaan manajemen aspek perencanaan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan dalam Islam mengacu kepada Al-Qur an dan Hadits, dimana Al- Quran merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk

4 menjadi petunjuk, pelajaran serta pedoman hidup bagi umat Islam. Al-Qur an diturunkan oleh Allah Swt ditengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan masyarakat yang masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat, melihat kenyataan seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Quran. Tugas dan kewajiban umat Islam untuk senantiasa menjaga dan memelihara Al-Qur an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Quran. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya metode pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Pembelajaran Tahfidz Al-Quran ini bisa dipandang sebagai salah satu upaya pendidikan Al-Quran. Madrasah Tsanawiyah As-Salaam merupakan lembaga pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun berdasarkan kurikulum Nasional yang diperkaya dengan kurikulum Islam secara terpadu. MTs As-Salaam hadir dengan konsep sekolah karakter. Pembelajaran dilakukan sedemikian rupa agar anak belajar dengan suasana ceria dan tidak membosankan. Berbagai program unggulan ditawarkan di sekolah ini, seperti tahfidz Al- Quran, Bahasa Internasional, Pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib bagi semua siswa, program IPTEK dan komputer. Siswa juga dilatih terampil dan berjiwa Entrepreneurship melalui pelatihan Life Skill. Sekolah yang menerapkan sistem Full Day School ini bercita-cita mewujudkan generasi yang cakap, cendikia, dan

5 berakhlaq mulia. Caranya antara lain dengan menempatkan seluruh siswa di asrama dengan capaian membentuk kemandirian siswa, menanamkan nilai-nilai agama sejak dini, membiasakan anak berprilaku islami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Happy Learning nya, MTs As-Salaam diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyaksikan bagi para siswanya. Sebab, selain belajar dari buku dan guru, para siswa juga dapat belajar langsung dari alam. MTs As-Salaam sangat memperhatikan dalam hal perkembangan anak didiknya. Meskipun sekolah ini belum lama berdiri pada tahun 2013, namun madrasah ini bisa dikatakan sebagai dasar yang bagus dan baik. Adapun Pembelajaran yang dilakukan di MTs As-Salaam mengenai Tahfidz Al-Quran antara lain ialah targetan yang akan dicapai minimal 10 juz-maksimal 30 juz, dalam konsep pembelajarannya pun siswa diwajibkan untuk tinggal di asrama agar memudahkan proses pembelajaran Tahfidz Al-Quran sehingga siswa dapat terpantau selama 24 jam. Dan tenaga pendidiknya adalah orang-orang yang ahli dalam bidangnya sehingga dalam penyampaiannya pun memiliki keahlian masing-masing, tidak monoton dan hampir semata-mata pembelajaran dilaksanakan dengan senyaman mungkin agar anak-anak belajar lebih giat lagi dan menyenangkan bagi mereka. Proses pembelajaran Tahfidz Al-Quran guru tidak hanya membawa anak-anak di dalam kelas namun juga dilakukan di luar kelas seperti di bawah pohon maupun di lapangan depan halaman sekolah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait manajemen pembelajaran Tahfidz Al-Quran di MTs As-Salaam

6 yang meliputi Bagaimana perencanaan pembelajaran tahfidz quran di MTs As- Salaam?, bagaimana pengorganisasian pembelajaran tahfidz quran? bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidz quran di MTs As-Salaam? Dan bagaimana evaluasi pembelajaraan tahfidz quran di MTs As-Salaam?. Sementara itu, madrasah ini termasuk lembaga yang belum lama berdiri yaitu sekitar empat tahun yang lalu. Maka dengan ini hendak melakukan kajian mendalam melalui penelitian kualitatif dengan judul Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur an (Penelitian di MTs As-Salaam Bandung). B. Rumusan Masalah Fokus penelitian ini adalah manajemen pembelajaran tahfidz quran di MTs As- Salaam Mandalajati Bandung yang meliputi latar alamiah, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran tahfiz Al-Quran di MTs As-Salaam. Masalah tersebut dirinci dalam rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana latar alamiah MTs As-Salaam Mandalajati Bandung? 2. Bagaimana perencanaan pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung? 3. Bagaimana pengorganisasian pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung? 4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung?

7 5. Bagaimana evaluasi pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung? 6. Bagaimana faktor penghambat dan penunjang pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung? 7. Bagaimana Hasil Pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As- Salaam Mandalajati Bandung? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk : a. Mengetahui latar alamiah MTs As-Salaam Mandalajati Bandung. b. Mengetahui perencanaan pembelajaran Tahfidz Al-Quran di MTs As- Salaam Mandalajati Bandung. c. Mengetahui pengorganisasian pembelajaran Tahfidz Al-Quran di MTs As- Salaam Mandalajati Bandung. d. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Tahfidz Al-Quran di MTs As- Salaam Mandalajati Bandung. e. Mengetahui evaluasi pembelajaran Tahfidz Al-Quran di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung. f. Mengetahui Faktor Penghambat dan Penunjang Pembelajaran Tahfidz Al- Quran di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung.

8 g. Mengetahui Hasil Pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As-Salaam Mandalajati Bandung. 2. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Kegunaan teoritis, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang manajemen khususnya manajemen pembelajaran tahfidz Al-Qur an di madrasah. b. Kegunaan praktis, khususnya bagi lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah As-Salaam penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan rujukan dan masukan pemikiran khususnya dalam pengelolaan pembelajaran tahfidz Al-Quran. Serta bagi masyarakat diharapkan bisa menjadi rujukan dalam hal mengelola pembelejaran tahfidz Al-Qur an di lembaga masing-masing. D. Kerangka Pemikiran Pembelajaran tahfidz Al-Quran di lembaga pendidikan harus dikelola dengan sistem manajemen yang baik agar bisa mencapai pada tujuan yang sudah ditetapkan dengan efektif dan efesien. Manajemen diperlukan untuk kemajuan dan pertumbuhan suatu lembaga. Sehingga suatu lembaga akan dapat berhasil baik jika manajemen diterapkan dengan baik pula. Salah satu fungsi dalam manajemen adalah perencanaan, pepatah lama mengatakan gagal merencanakan sama saja dengan

9 merencanakan kegagalan. Oleh karena itu, di dalam pelaksanaan manajemen aspek perencanaan memegang peranan yang sangat penting. Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management yang berasal dari kata to manage, artinya mengurusi dan mengelola. Manajemen juga berasal dari bahasa Prancis kuno, yaitu management yang berarti seni melaksanakan dan mengatur (Novan Ardi Wiyani dan Sholichin 2013: 223). Dalam bahasa Arab manajemen diartikan sebagai an-nizha berarti susunan, tatanan, sistem, teratur. annizham berasal dari kata nazhama. Nazhamaasyaa nazbaman berarti menata beberapa hal dengan menggabungkan antara satu dengan yang lain. Nazhama Amrabu berarti menyusun dan menerbitkan sesuatu. Annizham berarti terbit dan teratur (Iis Nurlatifah, 2012: 23). Manajemen mempunyai beberapa fungsi, menurut G.R Terry ada empat fungsi yaitu Perencanaan (Planning) yang merupakan pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, Pengorganisasian (Organizing) merupakan penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-macam kegiatan serta penempatan orang-orang yang diperlukan untuk mencapai tujuan, Pelaksanaan (Actuating) merupakan membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar berkehendak dan berusaha dengan keras dan ikhlas untuk mencapai tujuan, dan Pengawasan (Controlling) merupakan

10 pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan perencanaan (Hikmat, 2011: 23). Secara etimologis menurut Zayadi dalam Heri Gunawan (2012: 108) kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, intruction yang bermakna upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Secara terminologis menurut Corey sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan (2012: 108) pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu. Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Menurut Nana Sudjana & Wari Suwaria, terdapat beberapa kemampuan-kemampuan yang mencangkup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Penguasaan kemampuan tersebut tidak lain adalah hasil belajar yang diinginkan. Oleh karena itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan yang paling utama, yang harus dirumuskan secara jelas dan spesifik karena menentukan arah. Tujuan-tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati ketercapaiannya (Heri Gunawan, 2012: 33).

11 Tahfidz Al-Qur an terdiri dari dua suku kata, yaitu Tahfidz dan Al-Qur an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama Tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafadha-yahfadhuhifdhan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa (Syairudin, 2009: 107). Sementara menurut Abdul Aziz Abdul Ra uf, (2008: 49) definisi menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal. Dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Quran tentu tidak akan pernah lepas dari beberapa faktor yang menunjang keberhasilan pembelajaran. Menurut Muhibbin Syah yang dikutip oleh Umar (Jurnal Pendidikan Islam/ No. l. 6. No. 1. 2017). Mengungkapkan beberapa faktor dalam belajar yaitu : faktor internal yang terdiri dari bakat, motivasi siswa, kecerdasan dan usia yang cocok. Serta faktor eksternal seperti tersedianya guru, pengaturan waktu, dan pembatasan pembelajaran. Faktor lain yang menjadi faktor pendukung dalam pembelajaran tahfidz Al-Quran adalah 1) faktor tujuan dan minat santri dalam menghapal; 2) kecerdasan santri; 3) faktor lingkungan. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah 1) tingginya kemalasan santri ; 2) faktor teman; 3) pengelolaan kelas yang kurang maksimal (Jurnal Pendidikan Islam/ No. l. 6. No. 1. 2017). Proses pembelajaran tahfidz Al-Quran yang dikelola dengan baik pastinya akan berbanding lurus dengan output yang dihasilkan oleh suatu lembaga, karena seluruh prosesnya bisa dikontrol secara berkalanjutan, terencana, terarah dan sistematis. Sehingga dalam proses pencapaian tujuan pun bisa berjalan dengan baik.

12 Secara skematis kerangka pemikiran ini bisa digambarkan dengan skema sebagai berikut : Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur an MTs As-Salaam Latar Alamiah MTs As-Salaam Mandalajati Bandung Faktor Penunjang Proses Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur an di MTs As- Salaam Mandalajati Bandung Meliputi : 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pelaksanaan 4. Evaluasi. Faktor Penghambat Hasil Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur an di MTs As- Salaam Mandalajati Bandung. 1. hasil belajar peserta didik

13 E. Kajian Terdahulu yang Relevan Untuk lebih memperdalam kajian mengenai manajemen pembelajaran tahfidz Al-Qur an. Berikut adalah beberapa referensi yang relevan dengan penelitian ini: 1. Skirpsi atas nama Ahmad Mashun Tahun 2016 dengan judul Pembelajaran Tahfidz Al-Quran di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Darul Qura Sidareja. Isi pokoknya adalah mengenai metode yang digunakan dalam menghasilkan para hafidz Quran yaitu dengan menggunakan metode wahdah, mentode sima i, metode menghapal perhari satu halaman dan metode pengulangan umum yang implementasinya terbagi ke dalam tiga waktu yakni waktu dzuhur, ba da dzuhur dan ba da subuh. 2. Skripsi atas nama Dede Badru Zaman tahun 2017 dengan judul Metode Bimbingan Tahfidz Al-Qur an sebagai Terapi (Penelitian pada Santri di Ponpes Tahfidz Islamic Centre Garokgek Kab. Purwakarta). Isi pokoknya adalah mengenai metode bimbingan tahfidz Al-Qur an sebagai terapi terhadap para santri/wati di ponpes Islamic Cantre Garokgek Kab. Purwakarta. 3. Nurul Hidayah, dengan judul Strategi Pembelajaran Tahfidz Quran dilembaga pendidikan. Dalam jurnal Ta allum, Vol. 04, No. 01, Juni 2016. Jurnal ini mengemukakan tentang strategi pembelajaran tahfidz quran dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan lembaga pendidikan islam yang mempunyai program menghafal Al-Quran. 4. Devi Ayu dan Ismanto, dengan judul Pembelajaran Ekstrakurikuler Tahfidz Al-Quran di Madrasah Aliyah penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah

14 Nahdatul Ulama Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus. Dalam jurnal STAIN Kudus, Mei 2017. Jurnal ini mengemukakan pelaksanaan ekstrakurikuler tahfidz quran yang menekankan pada ilmu tajwid dan hafalan melalui metode muroja ah, sema an, dan setoran. 5. Nasokah dan Achmad Khoiri, dengan judul Pembelajaran Tahfidzul Quran Pondok Pesantren Ulumul Quran Kalibeber Wonosobo. Dalam jurnal Al- Qalam, ISSN: 2356-2447, Vol. XIII. Jurnal ini mengemukakan Pembelajaran Tahfidzul Quran di Pondok Pesantren Ulumul Quran menggunakan metode Thariqoh, yaitu menghafal beberapa ayat atau satu ayat, membagi satu halaman, menghafal per-halaman dan metode Takrir atau mengulang. Kedua metode ini sebagai karakteristik pondok pesantren dalam mengimplementasikan pembelajaran tahfidzul quran yang dianggap strategis. 6. M. Hidayat Ginanjar, dengan judul Aktivitas Menghafal Al-Quran dan pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa studi kasus pada mahasiswa program beasiswa di Ma had Huda Islami, Taman Sari Bogor. Dalam jurnal Pendidikan Islam, Vol. 06, No. II, Januari 2017. Jurnal ini mengungkapkan bahwa aktivitas menghafal Al-Quran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa dengan meningkatkan perhatian pembimbing tahfid terhadap mahasiswa, penyediaan akses belajar yang ditingkatkan dan pengaturan jadwal belajar yang proporsional dengan menyesuaikan pada taraf kemampuan mahasiswa.

15 7. Ahmad Nashir dan Abdul Halib, dengan judul Sistem Pembinaan Halaqoh terhadap kecerdasan emosional santri di Markaz Tahfidz Al-Quran Al-Birr. Dalam jurnal Tarbawi, ISSN: 2527-4082, Vol. 01, No. 2, Tahun 2017. Jurnal ini mengemukakan daya ingat hafalan peserta didik pondok pesantren dan kecerdasan emosional para alumni setelah kembali ke masyarakat dengan menggunakan sistem tahsin, sistem privat dan sistem mandiri. 8. Fithriyani Gade, dengan judul Implementasi metode Takrir dalam pembelajaran mengahafal Al-Quran. Dalam jurnal ilmiah Didaktika, Vol. XIV, No. 2, Februari 2014. Jurnal ini mengemukakan salah satu metode yang dapat membantu menguatkan hafalan atau mensimakkan hafalan yang telah dihafalkan dapat terjaga dengan baik. Metode Takrir dalam menghafal Al- Quran sangat terkait dengan penggunaan metode belajar untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. 9. Erna Supiani, dkk, dengan judul Implementasi manajemen pembelajaran Al- Quran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Ishlah Banda Aceh. Dalam jurnal pencerahan, Vol. 10, No. 1, Maret 2016. Jurnal ini mengemukakan pembelajaran Al-Quran di SDIT Nurul Ishlah Banda Aceh yang menggunakan metode muraja ah yang dimulai dari kelas 2 sampai kelas 6. 10. Iqlima Zahari, dengan judul Pembelajaran Tahfidz Al-Quran di Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang. Dalam jurnal Pendidikan Islam Vol. 5, No. 1, Juni 2017. Jurnal ini mengemukakan orang yang berkeinginan menghafal Al-Quran harus mempunyai jiwa dan keistiqomahan yang kuat untuk mampu

16 mewujudkannya karena dalam menghafal Al-Quran akan banyak mengalami kesulitan dan ujian kesabaran. Metode pembelajaran yang dilakukan diantaranya dengan metode bi al nadzar, tahfidz, takrir, dan tasmi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian yang akan dilakukan dengan judul Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Quran yang dilakukan di MTs As-Salaam. Membahas tentang manajemen pembelajaran tahfidz Al-Quran yang dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, serta faktor penunjang dan faktor penghambat dalam pembelajaran tahfidz Al-Quran.